I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan gula di Indonesia masih belum terpenuhi oleh produksi gula dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produksi gula per hektar, terbatasnya areal pertanaman tebu, varietas unggul tebu yang beradaptasi khusus masih terbatas, serta serangan hama dan patogen tanaman. Dengan posisinya yang penting dan sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian, maka industri gula berbasis tebu juga perlu melakukan berbagai upaya sehingga sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian. Hal ini menuntut industri gula berbasis tebu untuk melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sehingga menjadi industri yang kompetitif, mempunyai nilai tambah yang tinggi, dan memberi tingkat kesejahteraan yang memadai pada para pelakunya, khususnya petani (Suryana, 2007). Kebutuhan gula sebagai kebutuhan pokok selalu meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan konsumsi sebagai akibat bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangya industri yang menggunakan bahan baku gula. Menurut Bulog, rata-rata peningkatan konsumsi gula pasir adalah 4,86% per tahun, sedangkan kemampuan produksi sampai saat ini meningkat hanya mencapai ratarata 1,28% per tahun (Arifin et al., 2009). Produksi gula nasional Indonesia mengalami penurunan sangat tajam dalam 3 dasawarsa terakhir. Penurunan ini menjadikan Indonesia yang sebelumnya menjadi produsen sekaligus eksportir gula, berubah menjadi importir gula dengan rata-rata impor setiap tahun mencapai 1,5 juta ton (Plantus, 2010). Tahun 2014 pemerintah Indonesia mengupayakan swasembada gula untuk mencukupi kebutuhan gula dalam negeri. Salah satu penghambat potensi produktivitas tebu adalah adanya serangan hama. Hama penting tebu di Indonesia adalah penggerek pucuk (Schirpophaga nivella) dan penggerek batang berkilat (Chilo auricilius), penggerek batang bergaris (Chilo sacchariphagus), kutu bulu putih (Ceratovaguna lanigera) dan kutu perisai 1 (Aulacaspis tegalensis), tikus (Rattus argentiventer dan R. exulans), lundi (Lepidiota stigma), rayap (Macrotermes gilvus), serta belalang (Valanga nigricornis) (Anonim, 1994). Upaya untuk pengendalian uret L. stigma sudah banyak dilakukan. Pengendalian secara fisik dengan mengambil secara langsung uret yang berada di dalam tanah sampai memasang jaring untuk perangkap imago L. stigma pada saat penerbangan. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida memang dapat langsung menunjukkan hasil. Namun pengunaan jangka panjang dapat menjadikan hama resisten dan matinya jasad lain yang bukan sasaran (Untung, 2006). Pemanfaatan agens pengendali hayati saat ini menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan serangan hama dengan tetap mengutamakan keseimbangan dalam ekosistem. Agens Pengendali Hayati (APH) yang digunakan adalah jamur, bakteri, virus, parasitoid, dan predator. Jamur merupakan entomopatogen yang banyak diuji. Metarhizium anisopliae adalah salah satu jamur patogen serangga yang dapat menginfeksi ratusan spesies serangga. Dengan potensi yang bagus, maka jamur ini sangat berpotensi untuk mengendalikan serangga yang berada di tanah sebagai contoh serangga pemakan akar tebu, L. stigma (Wasis, 2011). Metarhizium anisopliae telah mampu mengendalikan Oryctes rhinoceros dan Lepidiota stigma. Selain itu, M. anisopliae tercatat dapat menginfeksi serangga dari berbagai ordo seperti Coleoptera (Munaan et al., 1995), Diptera (Widiyanti et al., 2004), Lepidoptera (Prayogo et al., 2005), dan Isoptera (Hoe et al., 2009). Perkembangan pengetahuan tentang dampak negatif pengendalian hama menggunakan pestisida kimia menjadikan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas dan efisiensi agens pengendali hayati sebagai pengganti pestisida kimia. Pada penelitian ini digunakan jamur entomopatogen M. anisopliae untuk mengendalikan L. stigma. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui patogenisitas M. anisopliae terhadap telur dan larva instar pertama L. stigma. 2 2. Tujuan Penelitian Mengetahui patogenisitas M. anisopliae terhadap telur dan larva instar pertama L. stigma. 3. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai petogenisitas jamur patogen serangga (Metarhizium anisopliae) terhadap telur dan instar pertama Lepidiota stigma. 3