Entomopatogenik Metharizium anisopliae sebagai riset untuk Bioinsektisida Reni Wijayanti Ariani Intan U Sutina Annisa Maulida Siti Marfuah (10407001) (10407016) (10407034) (10407040) (10406006) Agen Mikroba Pengendali Hama • Selama ini, pengendalian hama tanaman yang dilakukan oleh para petani masih mengandalkan insektisida kimia • penggunaan insektisida yang kurang bijaksana dapat menyebabkan resistensi • Cendawan entomopatogen merupakan salah satu agen hayati yang potensial untuk mengendalikan hama tanaman. • Beberapa jenis cendawan entomopatogen yang telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman perkebunan dan sayuran adalah Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana, Paecilomyces sp., Verticillium sp., dan Spicaria sp. • • • • • • kelebihan pemanfaatan cendawan entomopatogen dalam pengendalian: mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek dapat membentuk spora yang tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan relatif aman bersifat selektif relatif mudah diproduksi sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi. Klasifikasi M.anisopliae M.anisopliae • Metarhizium anisopliae awalnya dikenal sebagai Entomophthora anisopliae • M. anisopliae digunakan sebagai agen mikroba pengendali hama • dikenal green muscardine fungus • tersebar luas di seluruh dunia • Dilaporkan dapat menginfeksi sekitar 200 spesies serangga dan arthropod lainnya. • Walaupun M. anisopliae tidak infeksius atau toksik bagi mamalia, spora yang terhisap menyebabkan alergi bagi individu yang sensitif. M.anisopliae • Koloni M. anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. • Miselium bersekat, diameter 1,982,97 µm, konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia. • Konidia bersel satu berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. • Temperatur optimum untuk pertumbuhan berkisar 220 – 270C (Roddam dan Rath, 1997). M.anisopliae • konidia akan berkecambah dengan baik dan patogenisitasnya meningkat pada kelembapan udara sangat tinggi diatas 90% • Koloni dapat tumbuh dengan cepat pada media seperti potato dextrose agar (PDA), jagung dan beras. • bersifat saprofit di dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman (Alexopoulus dan Mims, 1996) M.anisopliae • Cendawan ini bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera (Starck, 2003) • M. anisopliae telah terbukti mampu mematikan Plutella xylostella dari ordo Lepidoptera yang menyerang tanaman kubis). M. anisopliae juga mampu mematikan Ostriania furnacalid Guenee pada tanaman jagung. Entomopatogenitas • M. anisopliae memiliki aktivitas larvisidal . • Menghasilkan : – cyclopeptida, – destruxin A, B, C, D, E dan – desmethyldestruxin B. • Destruxin telah dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru. • Efek destruxin berpengaruh pada organella sel target (mitokondria, retikulum endoplasma dan membran nukleus), menyebabkan paralisa sel dan kelainan fungsi lambung tengah, tubulus malphigi, hemocyt dan jaringan otot. Spores of Metarhizium anisopliae in an oil formulation germinating on locust cuticle Tsetse flies killed by the fungus Metarhizium anisopliae that can be seen growing on the cadavers. Mekanisme Infeksi M.anisopliae 4 tahap Mekanisme Infeksi M.anisopliae • Inokulasi kontak antara propagul cendawan dengan tubuh serangga. Propagul cendawan M. anisopliae berupa konidia karena merupakan cendawan yang berkembang baik secara tidak sempurna. • Penempelan dan perkecambahan proses penempelan dan perkecambahan propagul cendawan pada integumen serangga. Kelembapan udara yang tinggi dan bahkan kadangkadang air diperlukan untuk perkecambahan propagul cendawan. Cendawan pada tahap ini dapat memanfaatkan senyawa-senyawa yang terdapat pada integumen. • Penetrasi dan Invasi melakukan penetrasi menembus integumen dapat membentuk tabung kecambah (appresorium) (Bidochka et al., 2000). Titik penetrasi sangat dipengaruhi oleh konfigurasi morfologi integumen. Penembusan dilakukan secara mekanis atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim dan toksin. enzim yang dikeluarkan lipase, kitinase, amilase, proteinase, fospatase, dan esterase • Destruksi destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastospora yang kemudian beredar ke dalam hemolimfa dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lainnya (Strack, 2003). Pada umumnya serangga sudah mati sebelum proliferasi blastospora. pada umumnya semua jaringan dan cairan tubuh seranggga habis digunakan oleh cendawan, sehingga serangga mati dengan tubuh yang mengeras Aplikasi M.anisopliae Teknik Aplikasi M.anisopliae Metarhizium ditumbuh pada medium yang disebut “solid substrat.” memproduksi konidia lebih banyak, dan dikoleksi atau disimpan pada tempat kering Dibuat granula dengan dicampur dengan jagung yang sudah digiling kemudian di aduk atau bisa juga dikombinasikan dengan sejenis gandum ditaburkan pada permukaan tanah hingga tertutup rata Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan M. anisopliae 1. Media Spirulasi – Media dengan kadar gula yang tinggi akan meningkatkan virulensi cendawan entomopatogen. – Media Potato Dextrosa Agar (PDA) dapat digunakan untuk pertumbuhan M. anisopliae karena tidak merusak virulensi, patogenitas serta toksisitasnya. 2. Kerapatan Konidia – Makin tinggi kerapatan konidia M. anisopliae, makin tinggi pula mortalitas serangga. – Kerapatan konidia yang optimal untuk mengendalikan hama bergantung pada jenis serangga yang akan dikendalikan. – Contoh: Kerapatan konidia 1015/ml M. anisopliae untuk mengendalikan imago wereng coklat Triatoma infestans hanya memerlukan kerapatan konidia 105-106/ml. 3. Frekuensi Aplikasi – Aplikasi M. anisopliae satu kali mampu mematikan S. litura hingga 40%. – tingkat mortalitas S. litura meningkat hingga 83% bila aplikasi ditingkatkan menjadi tiga kali berturutturut selama 3 hari. – Untuk mengendalikan ulat jengkal (E. bhurmitra) aplikasi M. anisopliae ditingkatkan menjadi empat kali. – aplikasi cendawan entomopatogen perlu dilakukan lebih dari satu kali – Aplikasi berulang diperlukan pula untuk mengantisipasi faktor lingkungan yang kurang mendukung. 4. Tempat Penyimpanan • kondisi tempat penyimpanan seperti suhu, kelembapan, pH, radiasi sinar matahari, dan kandungan nutrisi bahan pembawa harus disesuaikan karena akan memepengaruhi viabilitasnya. • temperatur 200 - 260 C cukup baik untuk menyimpan biakan cendawan ini. 5. Umur Biakan • Biakan cendawan berumur 1 bulan paling efektif mengendalikan S. litura. • Pada biakan berumur 2 atau 3 bulan, nutrisi dalam media banyak digunakan untuk memproduksi konidia sehingga cendawan kehabisan cadangan nutrisi sehingga cendawan mulai tidak efektif Daftar pustaka Alexopoulus, C. J, C.W. Mims, and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology Fourth Edition. John Wiley and Sons Inc, New York. Bidochka, M.J., A.M. Kamp, and J.N.A. Decroos. 2000. Insect Pathogenic Fungi: from genes to populations. Fungal Pathol, 171 – 193. Freimoser, F.M., S. Screen, S. Bagga, G. Hu, and R.J. St. Leger. 2003. Expressed Sequence Tag (EST) Analysis of Two Subspecies of Metarhizium anisopliae Reveals a Plethora of Secreted Proteins with Potential Activity in Insect Hosts. http://mic.sgmjournals.org/cgi/ontent/abstract/149/1/239.htm Hall, T.M. 1973. Biological Control of Insect Pest and Weeds. Chapman and Hall Ltd., London. Milner, R.J., J.A. Staples, and G.G. Lutton. 1997. The effect of humidity on germination and infection of termites by the hyphomycetes, Metarhizium anisopliae. J. Invertebre. Pathol. (69) : 64 – 69. Prayogo, Y. And W. Tengkano. 2004. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi Metarhizium anosopliae isolat Kendalpayak terhadap tingkat kematian. Terimakasih