PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL

advertisement
PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Oleh: Gunartati
Dosen Dpk STKIP Catur Sakti Yogyakarta
ABSTRAK
Hasil belajar PPKn selama ini lebih banyak membuat siswa pintar menghafal fakta, konsep
dan peristiwa, tetapi kering dan tidak bermakna bagi kehidupan riil siswa. Belum tampak
wujud hasil belajar PPKn yang menunjukkan siswa dapat mengamalkan nilai serta
ketrampilan multikulturalnya dalam kehidupan sekolah, bermasyarakat dan bernegara.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model Pembelajaran PPKn
berbasis
multikultural pada Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dengan desain penelitian research and development {R & D).
Penelitian dilakukan dengan empat tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment)
melalui studi literatur dan lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement
ahli (3) uji coba dan penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.Pengumpulan data dengan
wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif
kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan
program SPSS.
Kata kunci: Pengembangan model, pembelajaran PPKn berbasis multikultural, Sekolah
Menengah Atas.
PENDAHULUAN
Pada masa Orba diterapkan kebijakan yang sentralistis dengan pengawalan ketat
terhadap isu perbedaan berakibat telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk
memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan
secara terbuka, rasional dan damai. Semua harus merujuk pada satu dan sama. Tak
terkecuali dalam pendidikan. Masyarakat indonesia jadi tidak dibiasakan bersikap kritis.
Padahal mestinya dalam pendidikan sikap kritis merupakan budaya yang harus dibangun,
karena merupakan perwujudan bernalar dan mempertajam pikiran. Pendidikan yang
memaksa penyeragaman tidak akan mampu memahami dan menjawab realita yang sedang
berlangsung. Pendidikan semestinya berusaha mendekatkan siswa dengan realita
kehidupan. Seperti apa yang disampaikan Mochtar Buchori bahwa guru harus mampu
1
berbagi keresahan akan nasib bangsa ini kepada siswanya. Jika guru dan murid sudah
mampu membangun relasi untuk bersama berpikir mencari solusi sebagai bentuk
kepedulian akan masa depan bangsa, maka pada fase ini pendidikan mencapai essensinya.
Relasi guru murid hanya akan terwujud ketika ada pemahaman dan pengakuan setara.
Guru dan murid adalah setara. Hal yang membedakannya adalah fungsi kerjanya saja.
Paulo Freirie dari Amerika Latin berpendapat bahwa pendidikan yang membebaskan
harus menyertai relasi guru murid yang dialogis. Dialog merupakan roh dari pelaksanaan
pendidikan. Dalam dialog akan bisa dilakukan transformasi berupa penanaman nilai
kejujuran, keadilan, humanisme, kesetiakawanan, keluhuran, kedisiplinan dan ketulusan.
Proses pengkarakteran ini terkait dengan realita kehidupan. Selama ini lebih banyak proses
belajar yang membahas pada sesuatu yang abstrak, tidak sesuai dengan kehidupan
sebenarnya. Pluralisme dan multikultural adalah sebuah realita yang tak terbantahkan oleh
bangsa Indonesia. Keragaman ini merupakan kekayaan, segala perbedaan harus hadir
berdampingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sayangnya pendidikan
multikultural harus dihadapkan dengan kebijakan penyeragaman. Aspek lain yang perlu
diperhatikan adalah kebebasan guru. Guru selama ini lebih menjadi perpanjangan tangan
birokrasi pemerintahan. Guru yang tidak multikultural tidak akan mendidik muridnya
untuk berkarakter multikultural
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai proses atau strategi pendidikan yang
melibatkan lebih dari satu budaya, yang ditunjukkan melalui kebangsaan, bahasa, etnik,
atau kriteria rasial. Pendidikan multikultural dapat berlangsung dalam setting pendidikan
formal atau informal, langsung atau tidak langsung. Pendidikan multikultural diarahkan
untuk mewujudkan kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang
2
mempertimbangkan perbedaan kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar
budaya dan kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap
(Lawrence J. Saha dan Aly, 2005).
Sementara itu menurut James A. Bank (2001)
pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan
(set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman
budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan
kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Pendidikan
itu sangat diperlukan terutama oleh negara demokrasi baru seperti Indonesia, untuk
melakukan rekontruksi sosial dengan mengembangkan civic skill, yakni keterampilan
menjadi warga dari masyarakat demokratis yang di antaranya mampu bersikap toleran
dan mengakomodasi berbagai jenis perbedaan untuk kesejahteraan bersama. Tujuan
pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek sikap (attitudinal goals) adalah
untuk
mengembangkan kesadaran
penghargaan terhadap
identitas
dan
kepekaan
kultural,
toleransi
kultural,
kultural, sikap responsive
terhadap
budaya,
keterampilan untuk menghindari dan meresolusi konflik. Tujuan pendidikan multikultural
yang berkaitan dengan aspek pengetahuan (cognitive goals) adalah untuk memperoleh
pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain, dan kemampuan untuk
menganalisis dan menerjemahkan perilaku kultural, dan pengetahuan tentang kesadaran
perspektif kultural. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan
pembelajaran (instructional goals) adalah untuk memperbaiki distorsi, stereotipe, dan
kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan media pembelajaran;
memberikan berbagai strategi untuk mengarahkan perbedaan di depan orang,
memberikan alatalat konseptual untuk komunikasi antar budaya; mengembangkan
keterampilan interpersonal; memberikan teknikteknik evaluasi; membantu klarifikasi
3
nilai; dan menjelaskan dinamika kultural.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai
Pendidikan multikultural dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan kewarganegaraan merupakan nama mata
pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib
untuk kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37).
Ketentuan ini lebih jelas dan diperkuat lagi pada Pasal 37 bagian Penjelasan dari Undang
Undang tersebut bahwa Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dengan adanya ketentuan UU tersebut maka kedudukan pendidikan kewarganegaraan
sebagai basis pengembangan masyarakat multikultural
dalam sistem pendidikan di
Indonesia semakin jelas dan mantap. Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa PKn
merupakan salah satu ujung tombak dari pendidikan multikultural dalam rangka
pembentukan karakter warga negara multikultural yang menghargai identitas budaya
masyarakat yang plural secara demokratis, dan membentuk mosaik yang indah (cultural
pluralism: mozaik analogy) dalam satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Ricardo L. Garcia,
1982: 37-42).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat
tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan
4
lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan
penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.
Penentuan lokasi di 4 lokasi di Yogyakarta ditentukan secara purposive sampling .
Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Responden dan key informan
penelitian ini adalah guru, siswa, kepala sekolah dan tokoh masyarakat yang dapat
memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dengan
wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan
cara deskriptif
kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan
program SPSS.
Untuk data kualitatif kriteria keabsahannya datanya dilakukan dengan melihat
derajat kepercayaan (credibility) melalui teknik triangulasi sumber dan metode,
perpanjangan kehadiran peneliti, pengecekan teman sejawat dan ketekunan
pengamatan, derajat keteralihan (transferability), derajat ketergantungan (dependability), dan derajat kepastian (confirmability), sedangkan data kuantitatif dikakukan
dengan uji validitas isi dengan korelasi spearman dengan model Alpha Cronbach.
HASIL PENGEMBANGAN
Penyusunan perangkat pembelajaran menerapkan pendekatan scientific sesuai dengan
model pembelajaran yang akan dikembangkan oleh peneliti, proses pembelajaran yang
relevan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional maupun intelektual mencakup indikator pada ranah pengetahuan
sebagai berikut.
1. Membuat desain perencanaan dengan mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan
RPP;
5
2. Mengidentifikasi SKL, KI dan KD yang dibuat dalam RPP;
3. Membuat desain pelaksanaan yang diarahkan pada pengembangan Model
Pembelajaran PPKn Multikultural untuk kompetensi inti yang menghasilkan pada
sikap intelektual
4. Perancangan desain penilaian
5. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian
6. Mengidentifikasi jenis dan bentuk penilaian
7. Membuat buku panduan model pembelajaran PPKn Multikultural, yang
diselaraskan dengan ketentuan kurikulum 2013, yaitu dengan ditindaklanjuti
pembuatan produk berupa buku guru dan buku siswa.
Keseluruhan hasil spesifikasi produk di atas akan mendukung kurikulum 2013
dalam pembelajaran PPKn .
Secara jelas dalam pembelajaran langkah model akhir hasil pengembangan
pembelajaran MPM sebagai berikut.
Kegiatan
Pendahulu
an
Inti
Langkah
Pembelajaran
MPM
Penjelasan
informasi
sesuai KD
Kegiatan Belajar
Kompetensi Yang Aloka
Dikembangkan
si
Waktu
Membaca,
Melatih
mendengar,
kesungguhan,
menyimak
dan kesabaran,
melihat
ketelitian
dan
kemampuan
Guru membegi kelas membedakan
menjadi 4 kelompok informasi
yang
umum dan khusus,
kemampuan
berpikir
kritis,
analitis, deduktif
dan komprehensif
(Civic knowledge)
Mengidentifik Mengajukan
Mengembangkan
asi
masalah pertanyaan tentang kreativitas,
rasa
6
berbasis
multikultural
informasi yang tidak
dipahami dari apa
yang diamati atau
pertanyaan
untuk
mendapat informasi
tambahan
tentang
apa yang diamati
(mulai
dari
pertanyaan faktual
sampai
ke
pertanyaan
yang
bersifat hipotetik)
ingin
tahu,
kemampuan
merumuskan
pertanyaan untuk
membentuk
critical minds yang
perlu untuk hidup
cerdas dan belajar
sepanjang
hayat
(Civic skill & Civic
disposition)
Siswa
membuat
instrumen pedoman
wawancara
dan
observasi
dengan
dipandu oleh guru
dalam kelas
Memilih
Melakukan
Mengembangkan
masalah untuk eksperimen
sikap teliti, jujur,
dikaji
oleh
sopan, menghargai
kelas berbasis Membaca
sumber pendapat
orang
multikultural
lain selain buku teks lain, kemampuan
berkomunikasi,
Mengamati
menerapkan
objek/kejadian/aktivi kemampuan
tas
mengumpulkan
informasi melalui
Wawancara dengan berbagai cara yang
nara sumber
dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar
dan
belajar
sepanjang
hayat
(Sikapintelektual,
Civic skill & Civic
Disposition)
Mengumpulka Mengolah informasi Mengembangkan
n
informasi yang
sudah sikap jujur, teliti,
terkait dengan dikumpulkan
disiplin,
taat
masalah yang
aturan, kerja keras,
dipilih
kemampuan
menerapkan
prosedur
dan
kemampuan
berpikir
induktif
serta
deduktif
dalam
menyimpulkan.(Si
7
Mengembangk Menyampaikan hasil
an
media pengamatan,
berbasis
kesimpulan
multikultur
Penutup
Menyajikan
media
Memodifikasi,
menyusun kembali
untuk menemukan
yang
baru,
dan
menemukan
yang
baru secara original
Melakukan
refleksi
pengalaman
belajar
berbasis
multikultur
Guru bersama siswa
serta
stakeholders
melakukan
hasil
penilaian terhadap
refleksi
hasil
pembelajaran
kap
intelektual,
Civic skill & Civic
disposition)
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
toleransi,
kemampuan
berpikir sistematis,
mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas,
menggembangkan
kemampuan
berbahasa
yang
baik dan benar
(Sikap intelektual,
Civic skill & Civic
disposition)
Kreativitas
dan
kejujuran
serta
apresiasi terhadap
karya orang lain
dan bangsa lain
(Civic skill & Civic
disposition)
Adanya alternatif
perumusan
kebijakan publik
dalam
menyelesaikan
permasalahan oleh
para pakar (Sikap
intelektual, Civic
skill
&
Civic
disposition.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berikut beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengembangan model ini, yaitu:
(1) PPKn merupakan topik sentral yang memiliki
peran strategis dalam pendidikan
multikultural. Oleh karena itu modus dan isi pembelajaran PPKn yang ada di sekolah
termasuk
di
dalamnya
Sekolah
Menengah
Atas,
harus
menghargai
dan
mengeksploitasi nilai-nilai multikultural.
8
(2) Pengembangan model PPKn multikultural menjadi kebutuhan bangsa Indonesia yang
majemuk dan beraneka ragam serta menjadi sebuah keniscayaan bagi wahana
diseminasi pemahaman multikulturalisme melalui jargon pendidikan multikultural.
(3) Penerapan model PPKn multtikultural adalah efektif untuk meningkatkan kompetensi
multikultural siswa, dan juga memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas belajar
siswa.
Beberapa saran yang dapat diajukan adalah
(1) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn di Sekolah menengah Atas
diperlukan berbagai upaya inovasi yang kontinyu dalam proses pembelajaran
melalui perbaikan kinerja guru dengan penelitian-penelitian, untuk itu perlu
digalakkan penelitian di lingkungan guru-guru dengan berkolaborasi dengan
berbagai pihak.
(2) Perlu ditingkatkan sarana prasarana untuk publikasi hasil penelitian pembelajaran
PPKn.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2013). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aly,
A. (2005). Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik.
dipresentasikan di PSB-PS UMS, Sabtu, 8 Januari 2005.
Makalah
Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Azyumardi, A. (2002). Paradigma baru pendidikan nasional. Jakarta: Penerbit Bumi
Kompas.
.........., (2002). Konflik baru antar peradaban: Globalisasi, radikalisme dan Pluralitas.
Jakarta: Raja grafindo Persada.
9
Banks JA & Ambrose A.C. Jr. (1995). Teaching strategies for the social studies. NY:
Longman, Inc.
.........., (2005). Multicultural Education: Its Effects on Studies “Racial abd Gender Role
Attitude” In Hanbook of Research on social Teaching and Learning. New York:
MacMillan.
Banks, JA & Banks, C.A.M . (2001). Handbook of research on multikultural education.
NewYork: MacMillan.
Banks. (2008).“Diversity, Group Idantity and Citizenship education in a Global
Age”Educational Researcher: An official journal of The American Educational
Research Association, Vol. 37,No.3, April 2008, pp 129-139.
BSNP. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: BSNP.
Budiningsih, A. (2004). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. (2008). PKN dan Masyarakat Multikultural, Prodi
PKnSekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Bandung.
Boediono,dkk.(2000).Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Budimansyah, Dasim. (2002). Model pembelajaran dan penilaian portofolio.
Genesindo.
Bandung:
Borg, W.R. & M.D. Gall. (1989). Educational research: An introduction. Fifth Edition. New
york and London : Longman.
Blum, A. (2001). Anti Rasisme, Multikulturalisme dan Komunitas Antar Ras, Tiga nilai yang
Bersifat mendidik Bagi sebuah masyarakat multikultural, dalam Lerry May dan
Shari Collins Chobanian, Etika Terapan: Sebuah Pendekatan Multikultural,
Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Branson, S. Margaret, et.al. (1999). Belajar civic education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS.
Center for Civic Education. 1994. National Standards forvCivics and Government,Calabasas,
California: Center for Civic Education.
Choirul Mahfud. (2014). Pendidikan multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Civicus, Acta, (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 1, Nomor 2, April 2008.
ISSN: 1978-8428.
Civicus Acta. (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 2, nomor 1, Oktober
2008. ISSN: 1978-8428.
Dasim Budimansyah. (2009). Membangun karakter bangsa di tengah arus globalisasi dan
gerakan demokratisasi: Reposisi peran PKN. Bandung: UPI
10
Dewi Salma Prawiradilaga. (2012). Prinsip disain pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Eggen, P&Don Kauchak. 2012.Strategi dan Model pembelajaran: Mengajarkan konten dan
Ketrampilan Berpikir Edisi Keenam.Jakarta; PT. Indeks.
Erik Jan van Rossum & Rebeca Hamer. (2007). The Meaning of learning and knowing.
Rotterdam: Sense Publishers
Garcia, RL.(1982). Teaching in a Pluristic Society: Concepts, Models, Strategies.New York:
Harper & Row Publisher.
Gall, Joyce, P.& Borg, Walter R. (1989). Educational Research Seventh Edition, United
States Of Amerika.
George Crowder. (2013). Theories of multiculturalism an introduction. USA: Polity Press.
H.E. Mulyasa. (2014). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hamzah. B. Uno. (2014). Model pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara
HAR. Tilaar. (2003). Kekuasaan dan pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta
HAR Tilaar.(2012). Perubahan sosial dan pendidikan. Jakarta: rineka Cipta
Imam nasruddin. www.gegle.com. Menggagas Pendidikan Multikultur.
Isjoni. (2008). Model – Model pembelajaran mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, B., & Wei, M. (2009). Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Jurnal Kewarganegaraan, Volume II Nomor 2, Desember 2006, Fakultas Ilmu Sosial UNJ.
Kansil.( 2002). Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Kaelan. (2007). Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Yogyakarta:
Paradigma.
Kymlica, Will. (2002). Kewargaan multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta:
LP3ES.
Liliweri, Alo. (2005). Prasangka &Konflik: Komunikasi lintas budaya masyarakat
multikultural. Yogyakarta: LkiS
Miles, B & Huberman, M. (1992). Analisis data kualitatif. Penerjemah Rohendi Rohedi.
Jakarta: UI Press.
Moleong, J.Lexy.(2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
11
M. Sastrapratedja, S.J. (2013). Pendidikan sebagai humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat
dan Pancasila.
Muaripin.(2012). Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Portofolio pada Diklat Guru PAI
SMP. Bandung: Balai Diklat Keagamaan.
Muslim Ibrahim dkk. (200). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press
Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Newmann, Fred M. (1975). Education for citicion action. Mc. Cutchan Publishing
Corporation, California.
Nieto, Sonia. (2004). Affirming diversity. USA: Pearson
Nur, M. (2008). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press.
PP RI N0. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika, 2006
Rakhmad, Jalaluddin. (2010). Belajar cerdas: Berbasiskan Otak. Bandung: Kaifa.
Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian.Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Persada
Saifuddin Azwar. (2013). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saifuddin Azwar. (2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya..Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Samsuri.(2011). Model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk membangun
kompetensi warga negara, Civicus.
Slavin, RE. 91995). A practical guide to cooperative learning. USA: Allyn and Bacon.
Stiggins, RJ.(1991). Studant centered classroom assesmen, New York: Mc Millan Cottage.
Publushing Company.
Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif-kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovativ. Surakarta: Mata Padi Presindo
Syamsul Ma’arif. (2005). Pendidikan pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Tim
ICCE UIN Jakarta.(2005). Pendidikan kewarganegaraan (Civic
demokrasi,HAMdan masyarakat madani.Jakarta: Prenada Media.
Education)
Tim Puslittjahnov Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan.(2008). Metode
Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.
12
Wiel Veugelers. (2011). A Humanist perspective on moral development and citizenship
education.Boston: Sense Publishers.
Wilodati,dkk. (2009). Model Portofolio Pada pembelajaran PKN untuk meningkatkan nilainilai nasionalisme dan Patriotisme Mahasiswa PTN/PTS di kota Bandung.Laporan
penelitian.
Winarno. (2014). Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta; PT Bumi Aksara.
Winarno. (2014). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara
Winataputra, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional, Acta Civicus,
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2007.
Winataputra dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yaqin, M. Ainul, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi
dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar media, 2007.
BIODATA SINGKAT
Penulis adalah Dosen DPK di STKIP Catur Sakti Yogyakarta
13
14
Download