PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS Oleh: Gunartati Dosen Dpk STKIP Catur Sakti Yogyakarta ABSTRAK Hasil belajar PPKn selama ini lebih banyak membuat siswa pintar menghafal fakta, konsep dan peristiwa, tetapi kering dan tidak bermakna bagi kehidupan riil siswa. Belum tampak wujud hasil belajar PPKn yang menunjukkan siswa dapat mengamalkan nilai serta ketrampilan multikulturalnya dalam kehidupan sekolah, bermasyarakat dan bernegara. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model Pembelajaran PPKn berbasis multikultural pada Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan program SPSS. Kata kunci: Pengembangan model, pembelajaran PPKn berbasis multikultural, Sekolah Menengah Atas. PENDAHULUAN Pada masa Orba diterapkan kebijakan yang sentralistis dengan pengawalan ketat terhadap isu perbedaan berakibat telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai. Semua harus merujuk pada satu dan sama. Tak terkecuali dalam pendidikan. Masyarakat indonesia jadi tidak dibiasakan bersikap kritis. Padahal mestinya dalam pendidikan sikap kritis merupakan budaya yang harus dibangun, karena merupakan perwujudan bernalar dan mempertajam pikiran. Pendidikan yang memaksa penyeragaman tidak akan mampu memahami dan menjawab realita yang sedang berlangsung. Pendidikan semestinya berusaha mendekatkan siswa dengan realita kehidupan. Seperti apa yang disampaikan Mochtar Buchori bahwa guru harus mampu 1 berbagi keresahan akan nasib bangsa ini kepada siswanya. Jika guru dan murid sudah mampu membangun relasi untuk bersama berpikir mencari solusi sebagai bentuk kepedulian akan masa depan bangsa, maka pada fase ini pendidikan mencapai essensinya. Relasi guru murid hanya akan terwujud ketika ada pemahaman dan pengakuan setara. Guru dan murid adalah setara. Hal yang membedakannya adalah fungsi kerjanya saja. Paulo Freirie dari Amerika Latin berpendapat bahwa pendidikan yang membebaskan harus menyertai relasi guru murid yang dialogis. Dialog merupakan roh dari pelaksanaan pendidikan. Dalam dialog akan bisa dilakukan transformasi berupa penanaman nilai kejujuran, keadilan, humanisme, kesetiakawanan, keluhuran, kedisiplinan dan ketulusan. Proses pengkarakteran ini terkait dengan realita kehidupan. Selama ini lebih banyak proses belajar yang membahas pada sesuatu yang abstrak, tidak sesuai dengan kehidupan sebenarnya. Pluralisme dan multikultural adalah sebuah realita yang tak terbantahkan oleh bangsa Indonesia. Keragaman ini merupakan kekayaan, segala perbedaan harus hadir berdampingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sayangnya pendidikan multikultural harus dihadapkan dengan kebijakan penyeragaman. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kebebasan guru. Guru selama ini lebih menjadi perpanjangan tangan birokrasi pemerintahan. Guru yang tidak multikultural tidak akan mendidik muridnya untuk berkarakter multikultural KAJIAN PUSTAKA Pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai proses atau strategi pendidikan yang melibatkan lebih dari satu budaya, yang ditunjukkan melalui kebangsaan, bahasa, etnik, atau kriteria rasial. Pendidikan multikultural dapat berlangsung dalam setting pendidikan formal atau informal, langsung atau tidak langsung. Pendidikan multikultural diarahkan untuk mewujudkan kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang 2 mempertimbangkan perbedaan kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar budaya dan kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap (Lawrence J. Saha dan Aly, 2005). Sementara itu menurut James A. Bank (2001) pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Pendidikan itu sangat diperlukan terutama oleh negara demokrasi baru seperti Indonesia, untuk melakukan rekontruksi sosial dengan mengembangkan civic skill, yakni keterampilan menjadi warga dari masyarakat demokratis yang di antaranya mampu bersikap toleran dan mengakomodasi berbagai jenis perbedaan untuk kesejahteraan bersama. Tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek sikap (attitudinal goals) adalah untuk mengembangkan kesadaran penghargaan terhadap identitas dan kepekaan kultural, toleransi kultural, kultural, sikap responsive terhadap budaya, keterampilan untuk menghindari dan meresolusi konflik. Tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek pengetahuan (cognitive goals) adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain, dan kemampuan untuk menganalisis dan menerjemahkan perilaku kultural, dan pengetahuan tentang kesadaran perspektif kultural. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan pembelajaran (instructional goals) adalah untuk memperbaiki distorsi, stereotipe, dan kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan media pembelajaran; memberikan berbagai strategi untuk mengarahkan perbedaan di depan orang, memberikan alatalat konseptual untuk komunikasi antar budaya; mengembangkan keterampilan interpersonal; memberikan teknikteknik evaluasi; membantu klarifikasi 3 nilai; dan menjelaskan dinamika kultural. Pendidikan kewarganegaraan sebagai Pendidikan multikultural dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan kewarganegaraan merupakan nama mata pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37). Ketentuan ini lebih jelas dan diperkuat lagi pada Pasal 37 bagian Penjelasan dari Undang Undang tersebut bahwa Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan adanya ketentuan UU tersebut maka kedudukan pendidikan kewarganegaraan sebagai basis pengembangan masyarakat multikultural dalam sistem pendidikan di Indonesia semakin jelas dan mantap. Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa PKn merupakan salah satu ujung tombak dari pendidikan multikultural dalam rangka pembentukan karakter warga negara multikultural yang menghargai identitas budaya masyarakat yang plural secara demokratis, dan membentuk mosaik yang indah (cultural pluralism: mozaik analogy) dalam satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Ricardo L. Garcia, 1982: 37-42). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan 4 lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan penyempurnaan model dan (4) Diseminasi. Penentuan lokasi di 4 lokasi di Yogyakarta ditentukan secara purposive sampling . Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Responden dan key informan penelitian ini adalah guru, siswa, kepala sekolah dan tokoh masyarakat yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan program SPSS. Untuk data kualitatif kriteria keabsahannya datanya dilakukan dengan melihat derajat kepercayaan (credibility) melalui teknik triangulasi sumber dan metode, perpanjangan kehadiran peneliti, pengecekan teman sejawat dan ketekunan pengamatan, derajat keteralihan (transferability), derajat ketergantungan (dependability), dan derajat kepastian (confirmability), sedangkan data kuantitatif dikakukan dengan uji validitas isi dengan korelasi spearman dengan model Alpha Cronbach. HASIL PENGEMBANGAN Penyusunan perangkat pembelajaran menerapkan pendekatan scientific sesuai dengan model pembelajaran yang akan dikembangkan oleh peneliti, proses pembelajaran yang relevan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional maupun intelektual mencakup indikator pada ranah pengetahuan sebagai berikut. 1. Membuat desain perencanaan dengan mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP; 5 2. Mengidentifikasi SKL, KI dan KD yang dibuat dalam RPP; 3. Membuat desain pelaksanaan yang diarahkan pada pengembangan Model Pembelajaran PPKn Multikultural untuk kompetensi inti yang menghasilkan pada sikap intelektual 4. Perancangan desain penilaian 5. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian 6. Mengidentifikasi jenis dan bentuk penilaian 7. Membuat buku panduan model pembelajaran PPKn Multikultural, yang diselaraskan dengan ketentuan kurikulum 2013, yaitu dengan ditindaklanjuti pembuatan produk berupa buku guru dan buku siswa. Keseluruhan hasil spesifikasi produk di atas akan mendukung kurikulum 2013 dalam pembelajaran PPKn . Secara jelas dalam pembelajaran langkah model akhir hasil pengembangan pembelajaran MPM sebagai berikut. Kegiatan Pendahulu an Inti Langkah Pembelajaran MPM Penjelasan informasi sesuai KD Kegiatan Belajar Kompetensi Yang Aloka Dikembangkan si Waktu Membaca, Melatih mendengar, kesungguhan, menyimak dan kesabaran, melihat ketelitian dan kemampuan Guru membegi kelas membedakan menjadi 4 kelompok informasi yang umum dan khusus, kemampuan berpikir kritis, analitis, deduktif dan komprehensif (Civic knowledge) Mengidentifik Mengajukan Mengembangkan asi masalah pertanyaan tentang kreativitas, rasa 6 berbasis multikultural informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical minds yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Civic skill & Civic disposition) Siswa membuat instrumen pedoman wawancara dan observasi dengan dipandu oleh guru dalam kelas Memilih Melakukan Mengembangkan masalah untuk eksperimen sikap teliti, jujur, dikaji oleh sopan, menghargai kelas berbasis Membaca sumber pendapat orang multikultural lain selain buku teks lain, kemampuan berkomunikasi, Mengamati menerapkan objek/kejadian/aktivi kemampuan tas mengumpulkan informasi melalui Wawancara dengan berbagai cara yang nara sumber dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat (Sikapintelektual, Civic skill & Civic Disposition) Mengumpulka Mengolah informasi Mengembangkan n informasi yang sudah sikap jujur, teliti, terkait dengan dikumpulkan disiplin, taat masalah yang aturan, kerja keras, dipilih kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.(Si 7 Mengembangk Menyampaikan hasil an media pengamatan, berbasis kesimpulan multikultur Penutup Menyajikan media Memodifikasi, menyusun kembali untuk menemukan yang baru, dan menemukan yang baru secara original Melakukan refleksi pengalaman belajar berbasis multikultur Guru bersama siswa serta stakeholders melakukan hasil penilaian terhadap refleksi hasil pembelajaran kap intelektual, Civic skill & Civic disposition) Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, menggembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Sikap intelektual, Civic skill & Civic disposition) Kreativitas dan kejujuran serta apresiasi terhadap karya orang lain dan bangsa lain (Civic skill & Civic disposition) Adanya alternatif perumusan kebijakan publik dalam menyelesaikan permasalahan oleh para pakar (Sikap intelektual, Civic skill & Civic disposition. KESIMPULAN DAN SARAN Berikut beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengembangan model ini, yaitu: (1) PPKn merupakan topik sentral yang memiliki peran strategis dalam pendidikan multikultural. Oleh karena itu modus dan isi pembelajaran PPKn yang ada di sekolah termasuk di dalamnya Sekolah Menengah Atas, harus menghargai dan mengeksploitasi nilai-nilai multikultural. 8 (2) Pengembangan model PPKn multikultural menjadi kebutuhan bangsa Indonesia yang majemuk dan beraneka ragam serta menjadi sebuah keniscayaan bagi wahana diseminasi pemahaman multikulturalisme melalui jargon pendidikan multikultural. (3) Penerapan model PPKn multtikultural adalah efektif untuk meningkatkan kompetensi multikultural siswa, dan juga memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa. Beberapa saran yang dapat diajukan adalah (1) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn di Sekolah menengah Atas diperlukan berbagai upaya inovasi yang kontinyu dalam proses pembelajaran melalui perbaikan kinerja guru dengan penelitian-penelitian, untuk itu perlu digalakkan penelitian di lingkungan guru-guru dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak. (2) Perlu ditingkatkan sarana prasarana untuk publikasi hasil penelitian pembelajaran PPKn. DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2013). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Aly, A. (2005). Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik. dipresentasikan di PSB-PS UMS, Sabtu, 8 Januari 2005. Makalah Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Azyumardi, A. (2002). Paradigma baru pendidikan nasional. Jakarta: Penerbit Bumi Kompas. .........., (2002). Konflik baru antar peradaban: Globalisasi, radikalisme dan Pluralitas. Jakarta: Raja grafindo Persada. 9 Banks JA & Ambrose A.C. Jr. (1995). Teaching strategies for the social studies. NY: Longman, Inc. .........., (2005). Multicultural Education: Its Effects on Studies “Racial abd Gender Role Attitude” In Hanbook of Research on social Teaching and Learning. New York: MacMillan. Banks, JA & Banks, C.A.M . (2001). Handbook of research on multikultural education. NewYork: MacMillan. Banks. (2008).“Diversity, Group Idantity and Citizenship education in a Global Age”Educational Researcher: An official journal of The American Educational Research Association, Vol. 37,No.3, April 2008, pp 129-139. BSNP. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: BSNP. Budiningsih, A. (2004). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta. Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. (2008). PKN dan Masyarakat Multikultural, Prodi PKnSekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Bandung. Boediono,dkk.(2000).Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Budimansyah, Dasim. (2002). Model pembelajaran dan penilaian portofolio. Genesindo. Bandung: Borg, W.R. & M.D. Gall. (1989). Educational research: An introduction. Fifth Edition. New york and London : Longman. Blum, A. (2001). Anti Rasisme, Multikulturalisme dan Komunitas Antar Ras, Tiga nilai yang Bersifat mendidik Bagi sebuah masyarakat multikultural, dalam Lerry May dan Shari Collins Chobanian, Etika Terapan: Sebuah Pendekatan Multikultural, Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: Tiara Wacana. Branson, S. Margaret, et.al. (1999). Belajar civic education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS. Center for Civic Education. 1994. National Standards forvCivics and Government,Calabasas, California: Center for Civic Education. Choirul Mahfud. (2014). Pendidikan multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Civicus, Acta, (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 1, Nomor 2, April 2008. ISSN: 1978-8428. Civicus Acta. (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 2, nomor 1, Oktober 2008. ISSN: 1978-8428. Dasim Budimansyah. (2009). Membangun karakter bangsa di tengah arus globalisasi dan gerakan demokratisasi: Reposisi peran PKN. Bandung: UPI 10 Dewi Salma Prawiradilaga. (2012). Prinsip disain pembelajaran. Jakarta: Kencana. Eggen, P&Don Kauchak. 2012.Strategi dan Model pembelajaran: Mengajarkan konten dan Ketrampilan Berpikir Edisi Keenam.Jakarta; PT. Indeks. Erik Jan van Rossum & Rebeca Hamer. (2007). The Meaning of learning and knowing. Rotterdam: Sense Publishers Garcia, RL.(1982). Teaching in a Pluristic Society: Concepts, Models, Strategies.New York: Harper & Row Publisher. Gall, Joyce, P.& Borg, Walter R. (1989). Educational Research Seventh Edition, United States Of Amerika. George Crowder. (2013). Theories of multiculturalism an introduction. USA: Polity Press. H.E. Mulyasa. (2014). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hamzah. B. Uno. (2014). Model pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara HAR. Tilaar. (2003). Kekuasaan dan pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta HAR Tilaar.(2012). Perubahan sosial dan pendidikan. Jakarta: rineka Cipta Imam nasruddin. www.gegle.com. Menggagas Pendidikan Multikultur. Isjoni. (2008). Model – Model pembelajaran mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joyce, B., & Wei, M. (2009). Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Jurnal Kewarganegaraan, Volume II Nomor 2, Desember 2006, Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Kansil.( 2002). Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi. Jakarta : Pradnya Paramita. Kaelan. (2007). Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Yogyakarta: Paradigma. Kymlica, Will. (2002). Kewargaan multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta: LP3ES. Liliweri, Alo. (2005). Prasangka &Konflik: Komunikasi lintas budaya masyarakat multikultural. Yogyakarta: LkiS Miles, B & Huberman, M. (1992). Analisis data kualitatif. Penerjemah Rohendi Rohedi. Jakarta: UI Press. Moleong, J.Lexy.(2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. 11 M. Sastrapratedja, S.J. (2013). Pendidikan sebagai humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila. Muaripin.(2012). Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Portofolio pada Diklat Guru PAI SMP. Bandung: Balai Diklat Keagamaan. Muslim Ibrahim dkk. (200). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Newmann, Fred M. (1975). Education for citicion action. Mc. Cutchan Publishing Corporation, California. Nieto, Sonia. (2004). Affirming diversity. USA: Pearson Nur, M. (2008). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press. PP RI N0. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Rakhmad, Jalaluddin. (2010). Belajar cerdas: Berbasiskan Otak. Bandung: Kaifa. Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian.Bandung: Alfabeta. Rusman. (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Persada Saifuddin Azwar. (2013). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saifuddin Azwar. (2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya..Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Samsuri.(2011). Model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk membangun kompetensi warga negara, Civicus. Slavin, RE. 91995). A practical guide to cooperative learning. USA: Allyn and Bacon. Stiggins, RJ.(1991). Studant centered classroom assesmen, New York: Mc Millan Cottage. Publushing Company. Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif-kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovativ. Surakarta: Mata Padi Presindo Syamsul Ma’arif. (2005). Pendidikan pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka. Tim ICCE UIN Jakarta.(2005). Pendidikan kewarganegaraan (Civic demokrasi,HAMdan masyarakat madani.Jakarta: Prenada Media. Education) Tim Puslittjahnov Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan.(2008). Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas. 12 Wiel Veugelers. (2011). A Humanist perspective on moral development and citizenship education.Boston: Sense Publishers. Wilodati,dkk. (2009). Model Portofolio Pada pembelajaran PKN untuk meningkatkan nilainilai nasionalisme dan Patriotisme Mahasiswa PTN/PTS di kota Bandung.Laporan penelitian. Winarno. (2014). Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta; PT Bumi Aksara. Winarno. (2014). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara Winataputra, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional, Acta Civicus, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2007. Winataputra dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Yaqin, M. Ainul, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar media, 2007. BIODATA SINGKAT Penulis adalah Dosen DPK di STKIP Catur Sakti Yogyakarta 13 14