Kelompok 2 - Shinta Happy Yustiari

advertisement
TUGAS
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
PARTISIPASI MASYARAKAT
Disusun oleh :
1.AGUSTINUS KOKO BUDI S
2.REDDY GEDE PUTRO
3.DIMAS SEPTIA B
4.SYAMSUL MAARIF M
5.ARDYANA SAPUTRA
6.RISKY KURNIA P
7.DWICKY HANNUKA JAYA
115030107111119
105030107111052
115030107111118
115030107111117
115030107111120
115030100111132
115030101111099
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
1. Pengertian Masyarakat Multikultural
Dalam suatu masyarakat pasti akan menemukan banyak kelompok masyarakat yang memiliki
karakteristik berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan karakteristik itu berkenaan dengan tingkat
diferensiasi dan stratifikasi sosial. Masyarakat seperti ini disebut sebagai masyarakat multikultural.
Masyarakat multikultural sering juga disebut masyarakat majemuk.
Berikut ini adalah beberapa pengertian masyarakat multikultural.
a. Menurut Furnival
Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas
(kelompok) yang secara kultural dan ekonomiterpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan
yang berbeda satu sama lain. Menurut ilmuan ini, berdasarkan konfigurasi dan komunitas etnik
dibedakan menjadi empat kategori sebagai berikut:
1) Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang.
Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau etnik yang mempunyai
kekuatan kompetitif tidak yang kurang lebih seimbang. Kualisi lintas etnik sangat diperlukan untuk
pembentukan suatu masyarakat yang stabil.
2) Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan
Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas etnik dengan kekuatan
kompetitif lebih besar daripada kelompok lainnya. Atau, suatu kelompok etnis mayoritas
mendominasi kompetisi politik atau ekonomi sehingga posisi kelompok-kelompok yang lain
menjadi kecil.
3) Masyarakat mejemuk dengan minoritas dominan.
Merupakan suatu masyarakat di mana satu kelompok etnik minoritas mempunyai keunggulan
kompetitif yang luas sehingga mendominasi kehidupan politik atau ekonomi masyarakat.
4) Masyarakat majemuk dengan fragmentasi.
merupakan masyarakat yang terdiri atas sejumlah kelompok etnik, tetapi semuanya dalam jumlah
yang kecil sehingga tidak ada satu kelompok pun yang mempunyai posisi politik atau ekonomi
yang dominant. Masyarakat demikian ini sangat stabil tetapi masih mempunyai potensi konflik
karena rendahnya kemampuan pembangunan koalisi.
b. Menurut Dr. Nasikun
Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai yang
dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa
sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu
keselutuhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar
untuk saling memahami satu sama lain.
c. Menurut Pierre L. Van den Berghe
Ia tidak membuat suatu definisi khusus tentang masyarakat multikultural tetapi menyebutkan
beberapa karakteristik yang merupakan sifat-sifat masyarakat multikultural yaitu sebagai berikut.
1) Terjadi segmentasi ke dalam kelompok sub budaya yang saling berbeda.
2) Memiliki struktur yang terbagi ke dalam lembaga non komplementer.
3) Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota terhadap nilai yang bersifat dasar.
4) Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung secara ekonomi.
5) Adanya dominasi politik suatu kelompok atas kelompok lain
2. Masyarakat Indonesia yang Multikultural
Indonesia adalah salah satu negara di belahan timur bumi yang kaya, baik berupa kekayaan sumber
daya alam maupun kekayaan sumber daya sosial. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh banyak
ahli ilmu sosial di Indonesia, tercatat sekitar 300 suku bangsa dengan bahasa, adapt istiadat dan
agama yang berbeda-beda. Namun suatu hal yang membanggakan bahwa meskipun tingkat
kemajemukannya tinggi tetapi tetap kokoh sebagai suatu kesatuan. Hal ini didasarkan pada ide atau
cita-cita yang terdapat dalam lambing negara yang dilengkapi dengan semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Mekipun dengan semboyan demikian, bukan berarti di dalam masyarakat Indonesia yang
multikultural itu tidak terjadi gejolak-gejolak yang mengarah kepada pepecahan dalam segala
bidang. Hal yang terpenting adalah mayoritas kelompok atau lingkungan hukum adat yang ada
mengakui dan menyadari akan kesatuan di dalam keanekaragaman yang ada. Kebhinekaan
masyarakat Indonesia dapat dilihat dari dua cara sebagai berikut.
a. Secara Horizontal (Diferensiasi)
1) Perbedaan Fisik atau ras
Berdasarkan perbedaan fisik atau rasnya, di Indonesia terdapat golongan-golongan fisik penduduk
sebagai berikut.
a) Golongan orang Papua Melanosoid. Golongan penduduk ini bermukim di pulau Papua, Kei dan
Aru. Mereka mempunyai cirri fisik seperti rambut keriting, bibir tebal, dan berkulit hitam.
b) Golongan orang Mongoloid. Berdiam di sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di
kepulauan Sunda besar (kawasan Indonesia Barat), dengan cirri-ciri rambut ikal dan lurus, muka
agak bulat, kulit putih hingga sawo matang.
c) Golongan Vedoid, antara lain orang-orang Kubu, Sakai, Mentawai, Enggano, dan Tomura
dengan cirri-ciri fisik bertubuh relative kecil, kulit sawo matang, dan rambut berombak.
2) Perbedaan suku bangsa
Di Indonesia, hidup sekitar 300 suku bangsa dengan jumlahsetiap sukunya beragam, mulai dari
beberapa ratus orang saja hingga puluhan juta orang. Suku yang populasinya terbanyak antara lain
suku Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Minang, Melayu, Aceh, Manado, dan Makasar. Di samping itu,
terdapat pula suku bangsa yang jumlah penduduknya hanya sedikit, misalnya suku Nias, Kubu,
Mentawai, Asmat dan suku lainnya.
3) Perbedaan agama
Aninisme dan dinanisme merupakan kepercayaan yang paling tua dan berkembang sejak zaman
prasejarah, sebelum bangsa Indonesia mengenal tulisan. Agama Hindu dan agama Budha datang ke
Indonesia dari daratan India sekitar abad ke 5 SM, bukti-bukti tertulisnya ditemukan di kerajaan
Kutai (Kalimantan Timur) dan kerajaan Tarumanegara (Bogor). Agama Islam datang dari Arab
Saudi melalui India Selatan di abad ke-7. Agama Islam menjadi agama terbesar dan dianut oleh
sebagian besar penduduk Indonesia. Orang Eropa datang ke Indonesia pada awal abad ke-19dengan
membawa agama Nasrani yang kemudian hari juga banyak dianut oleh penduduk Indonesia.
4) Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin adalah sesuatu yang sangat alami. Perbedaan seperti ini tidak menunjukkan
adanya tingkatan atau perbedaan kedudukan dalam sistem sosial. Anggapan superior bagi laki-laki
dan inferior bagi perempuan adalah tidak benar. Masing-masing mempunyai peran dan tanggung
jawab yang saling membutuhkan dan melengkapi.
b. Secara Vertikal (Stratifikasi)
Perbedaan secara vertikal adalah perbedaan individu atau kelompok dalam tingkatan-tingkatan
secara hierarki, atau perbedaan dalam kelas-kelas yang berbeda tingkatan dalam suatu sistem sosial.
Perbedaan secara vertikal ini dikenal dengan stratifikasi. Keanekaragaman dalam tingkat atau kelas
sosial ini disebabkan oleh adanya sifat yang menghargai atau menjunjung tinggi sesuatu baik
berkenaan dengan barang-barang kebutuhan, kekuasaan dalam masyarakat, keturunan, dan
pendidikan tertentu yang dapat dicapai seseorang.
3. Faktor Penyebab Masyarakat Multikultural
a. Latar belakang historis
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu wilayah di Cina bagian selatan
yang pindah ke pulau-pulau di Nusantara. Perpindahan itu terjadi secara bertahap dalam waktu dan
jalur yang berbeda. Ada kelompok mengambil jalur barat melalui selat Malaka menuju pulau
Sumatera dan Jawa. Sedangkan kelompok lainnya mengambil jalan ke arah timur, yaitu melalui
kepulauan Formosa atau Taiwan, di sebelah selatan Taiwan, di sebelah selatan Jepang, menuju
Filifina dan kemudian meneruskan perjalanan ke Kalimantan. Dari Kalimantan ada yang pindah ke
Jawa dan sebagian lagi ke pulau Sulawesi.
b. Kondisi geografis
Perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa, terutama yang berkaitan
dengan pola kegiatan ekonomi dan perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung
kegiatan ekonomi misalnya nelayan, pertanian, kehutanan, perdagaangan dan lain-lain. Relief yang
tajam dipisahkan oleh laut dan selat tentu akan menyebabkan terisolasinya kelompok masyarakat
yang telah mencapai suatu temapt. Akhirnya mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang
khas dan cocok dengan lingkungan geografis mereka.
c. Keterbukaan terhadap kebudayaan luar
Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh
asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Pengaruh asing
yang pertama mewarnai sejarah kebudayaan Indonesia adalah ketika orang-orang India, Cina, dan
Arab mendatangi wilayah Indonesia disusul oleh kedatangan bangsa Eropa. Bangsa-bangsa tersebut
datang dengan membawa kebudayaan yang beragam.
4. Masalah yang Timbul Akibat Adanya Masyarakat Multikultural
a. Konflik
Berdasarkan tingkatannya
1) Tingkat ideologi atau gagasan
2) Tingkat politik
Berdasarkan jenisnya
1) Rasial
2) Antar suku bangsa
3) Antar agama.
b. Integrasi Berasal dari kata “integration” yang berarti kesempurnaan, atau keseluruhan. Maurice
Duverger mendefinisikan sebagai dibangunnya interdependensi (kesalingtergantungan) yang lebih
rapat antara anggota-anggota dalam masyarakat.
c. Disintegrasi Disebut juga disorganisasi yaitu suatu keadaan di mana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kesatuan. Misal : Kasus GAM, RMS, Papua dan lain-lain. Gejala awal
disintegrasi tidak ada persamaan persepsi, norma tidak berfungsi dengan baik, terjadi pertentangan
antar norma, pemberian sanksi tidak konsekuen, tindakan masyarakat tidak sesuai dengan norma.
Terjadinya proses disosiatif; persaingan, pertentangan, kontravensi
d. Reintegrasi Atau “reorganisasi” yaitu suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai
baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
3. Alternatif Pemecahan Masalah yang Ditimbulkan Oleh Masyarakat Multikultural
a. Asimilasi
Proses di mana seseorang meninggalkan tradisi budaya mereka sendiri untuk menjadi dari bagian
dari budaya yang berbeda. Dengan demikian kelompok etnis yang berbeda secara bertahap dapat
mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok besar, sehingga setelah beberapa
generasi akan menjadi bagian dari masyarakat tersebut
b. Self-regregation
Suatu kelompok etnis mengasingkan diri dari dari kebudayaan mayoritas, sehingga interaksi antar
kelompok sedikit sekali, atau tidak terjadi. Sehingga potensi konflik menjadi kecil
c. Integrasi
Merupakan keadaan ketika kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap konformistis,
terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, tetapi dengan tetap mempertahankan kebudayaan
mereka sendiri
d. Pluralisme
Suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok sub ordinat tidak harus mengorbankan gaya hidup
dan tradisi mereka, bahkan kebudayaan kelompok-kelompok tersebut memiliki pengaruh terhadap
kebudayaan masyarakat secara keseluruhan
4. Sikap Kritis, Toleransi, dan Empati Sosial
Terhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan budaya dalam menghadapi hubungan
keanekaragaman dan perubahan kebudayaan di masyarakat, dibutuhkan sikap yang kritis, disertai
toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat yang
beranekaragam, yaitu :
a. Mengembangkan sikap saling menghargai (toleransi) terhadap nilai-nilai dan norma sosial yang
berbeda-beda dari angota masyarakat yang kita temui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik,
atau kelompok agamanya sendiri dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya.
b. Meninggalkan sikap primodialisme, terutama yang menjurus pada sikap etnosentrisme dan
ekstrimisme (berlebih-lebihan).
c. Menegakkan supremasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan formal harus berlaku pada semua
warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras, etnik dan agama yang mereka anut.
d. Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan wawasan berbangsa dan
bernegara namun menghindarkan sikap chauvimisme yang akan mengarah pada sikap ekstrim dan
menutup diri akan perbedaan kepentingan dengan masyarakat yang berada di negara-negara lain.
e. Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi, kompromi, dan
adjudikasi.
f. Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi setiap individu terutama para
pemegang kekuasaan dan penyelenggara kenegaraan secara formal.
Rentang Pengertian Partisipasi
Pengertian partisipasi adalah ambil bagian dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses. menurut
westra (1981;136), partisipasi adalah : penyertaan mental emosi seseorang dalam suatu situasi
kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi
tercapainya tujuan organisasi dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap organisasi tersebut.
Kemudian jnanabrota bhattacharyya (dalam ndraha, 1987;102), mengartikan partisipasi sebagai :
pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. dalam kamus sosiologi modern menyebutkan
partisipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang ikut merasakan bersama-sama dengan orang lain
sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial. ini merupakan kesadaran manusia yang dimotivasi
oleh kebutuhan untuk berkelompok, serta melalui komunikasi dan kegiatan bersama.
Dengan demikian bahwa yang dimaksud dengan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental
emosi dan kesediaan berkontribusi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi masyarakat dan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan. bila dilihat dari wujud keberhasilan pelaksanaan
pembangunan maka salah satu faktor penting adalah tingginya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. partisipasi masyarakat menurut josef riwu kaho (1997 ; 112) didasarkan pada
pertimbangan : bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat yang melaksanakannya melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orangorang yang akan memegang tampuk pimpinan untuk masa berikutnya.
Dengan demikian sebenarnya konsep partisipasi masyarakat sangat berkaitan dengan ide-ide dan
prinsip-prinsip dasar demokrasi “dari, oleh dan untuk masyarakat”, jadi tidaklah salah bila
partisipasi masyarakat ditetapkan sebagai salah satu prasyarat utama pembangunan. hal yang sama
sondang p. siagian (2001 ; 53), mengemukakan bahwa keberhasilan kegiatan pembangunan akan
lebih terjamin apabila seluruh warga masyarakat membuat komitmen untuk turut berperan sebagai
pelaku pembangunan dengan para anggota elit masyarakat sebagai panutan, pengarah, pembimbing,
dan motivator.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, bintoro tjokroamidjojo (1995 ; 206) mengemukakan partisipasi
masyarakat dalam konteks pembangunan terbagi atas tiga jenis, yaitu :
1. partisipasi atau keterlibatan dalam perencanaan pembangunan.
2. partisipasi dalam keterlibatannya memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan.
3. partisipasi atau keterlibatan dalam memetik hasil dan memanfaatkan pembangunan.
Dengan demikian bahwa setiap program atau kegiatan yang dilaksanakan, peranan aktif masyarakat
sangat penting untuk dapat mewujudkan tujuan bersama maupun dalam bentuk-bentuk kerjasama
antar kelompok. erat kaitannya dengan hal tersebut, loekman soetrisno (1995 ; 208) menyatakan
bahwa :
Pertama, bahwa partisipasi rakyat dalam pembangunan bukanlah mobilisasi rakyat dalam
pembangunan. partisipasi rakyat dalam pembangunan adalah kerjasama antara rakyat dan
pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pembangunan. kedua, untuk
mengembangkan dan melembagakan partisipasi rakyat dalam pembangunan harus diciptakan suatu
perubahan dalam persepsi pemerintah terhadap pembangunan. pembangunan haruslah dianggap
sebagai suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa ini, bukan suatu idiologi baru yang harus
diamankan. ketiga, untuk membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan diperlukan sikap
toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritik, pikiran alternatif yang muncul dalam masyarakat
sebagai akibat dari dinamika pembangunan itu sendiri, karena kritik dan pikiran alternatif itu
merupakan suatu bentuk dari partisipasi rakyat dalam pembangunan.
Menurut keith davis ( 1962 ; 427) partisipasi itu sendiri adalah sebagai berikut : “participation is
defined as mental and emotional involvement of a person in a group situation which encourages
him to contribute to group goals and share responsibility in them”. kemudian davis (1962)
menyimpulkan bahwa ; (1) participation means mental and emotional involvement; (2) motivates
persons to contribute to the situation; dan (3) encurages people to accept responsibility in activity.
Dengan terjemahan bebasnya, partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional yang
mendorong orang-orang untuk ikut ambil bagian dalam situasi dan turut bertanggung jawab dalam
kegiatan tersebut. artinya bahwa tidak hanya keterlibatan emosi dan mental dalam suatu situasi saja
yang menjadi ukuran, namun kesediaan untuk bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut merupakan hal yang mutlak harus ada.
Berkaitan dengan itu cohen dan uphoff (1977 ; 8) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan terdiri dari :
1). participation in decision making;
2). participation in implementation;
3). participation in benefits, and
4). participation in evaluation.
dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat itu dapat terjadi dalam empat tingkatan yaitu
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam
pemanfaatan hasil dan partisipasi dalam evaluasi. dalam hubungannya dengan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa, dikemukakan oleh bintarto (1989 ; 27) bahwa :
pembangunan, dalam hal ini pembangunan desa pada hakekatnya adalah suatu proses
modernisasi yang mengatur masyarakat, bangsa, dan negara indonesia kearah kehidupan dan
penghidupan yang lebih baik dimasa mendatang.
sejalan dengan hal itu, uma lele (dalam supriatna, 1997 ; 67) merumuskan pembangunan sebagai
berikut :
“community rural development is a improving standard of the mass of the low-income population
residing in rural areas and making the process of their development self sustaining”. (pembangunan
masyarakat pedesaan sebagai upaya perbaikan standar kehidupan bagi sebagian besar penduduk
yang berpenghasilan rendah yang tinggal di daerah pedesaan seraya menciptakan pembangunan
yang berkelanjutan).
secara umum bahwa pembangunan juga merupakan usaha merubah dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, meningkatkan secara optimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber
daya manusia dengan jalan meningkatkan kualitas hidup, keterampilan dan prakarsa dengan
bantuan dan bimbingan teknis, dana ataupun sarana produksi, sesuai dengan bidang dan kegiatan
masyarakat masing-masing. seperti yang dikemukakan oleh supriatna (2000 ; 41) bahwa :
pembangunan nasional pada prinsipnya merupakan perubahan sosial yang besar dari suatu situasi
ke situasi lain yang lebih bernilai, dari statis ke dinamis, masyarakat tradisional menuju masyarakat
industri atau modern. selanjutnya khairuddin (1992 ; 125) mengungkapkan bahwa : partisipasi dari
masyarakat luas mutlak diperlukan, oleh karena mereka itulah yang pada akhirnya melaksanakan
berbagai kegiatan pembangunan, rakyat banyak memegang peranan sekaligus sebagai obyek
dan subyek pembangunan.
menurut d.c. korten, syahrir (1988 ; 320) proses pembangunan meliputi perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan berlangsung secara terus menerus, yang meliputi :
1. pengembangan kemampuan melalui upaya peningkatan produktivitas dengan cara :
memperluas kesempatan kerja; peningkatan produksi dengan intesifikasi dan ekstensifikasi;
menggunakan teknologi tepat guna.
2. pembangunan sebagai peningkatan kualitas manusia meliputi : peningkatan kemampuan
fisik; penguasaan sumber daya alam; penguasaan pengetahuan dan teknologi.
3. pembangunan sebagai pengembangan kapasitas dengan perluasan partisipasi sebagai
pemberdayaan rakyat (empowerment), yang meliputi: desentralisasi pembangunan;
meningkatnya partisipasi dan kebebasan memilih; peningkatan peran serta lembaga swadaya
masyarakat dalam pembangunan.
dalam penyelenggaraan pembangunan, menurut sondang p.siagian (1982 ; 29-30) terdapat lima ide
pokok, yaitu :
1. pembangunan pada dirinya mengandung pengertian perubahan dalam arti mewujudkan suatu
kondisi kehidupan bernegara dan masyarakat yang lebih baik dari kondisi yang kini ada.
2. pembangunan ialah pertumbuhan yaitu kemampuan suatu negara untuk terus berkembang
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
3. pembangunan adalah rangkaian usaha yang secara sadar dilakukan oleh suatu masyarakat
serta pertumbuhan yang diharapakan akan terus berlangsung tidak akan terjadi dengan
sendirinya apalagi secara kebetulan.
4. jika diterima pendapat bahwa pembangunan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar,
konotasinya ialah bahwa pembangunan itu didasarkan pada suatu rencana yang tersusun rapi
untuk suatu kurun waktu tertentu.
5. kiranya tepat sekali dikatakan bahwa pembangunan bermuara kepada titik tertentu yang
untuk mudahnya dapat dikatakan merupakan cita-cita akhir dari perjuangan dan usaha
negara bangsa yang bersangkutan.
Derajat Partisipasi Masyarakat
Pemahaman atas derajat partisipasi masyarkat dalam pemeritahan daerah tak dapat
dilepaskan daari delapan tingkat partisipasi yang dilakukan oleh Arnstein sebagaimana dijelaskan
oleh Burns, et. Al. (1994: 156-8). Pada tangga terbawah terdapat dua tingkatan yang digolongkan
sebagai bukan partisipasi, yakni manipulasi dan terapi. Tangga ini bertujan tidak untuk mendorong
rakyat untuk berpartisipasi dalam perencanaan atau penyelenggaraan program, melainkan untuk
memungkinkan pemegang kekuasaan dalam mendidik atau ‘mengobati’ rakyat.
Tangga kedua terdiri dari tiga tingkatan yang melibatkan dialog dengan public. Warga,
dalam derajat yang berbeda, memiliki hak untuk didengar meski tidak terlibat langsung dalam
pengambilan keputusaan. Dalam tangga ini ditemukan beragam situasi mulai dari komunikasi satu
arah dari pemerintah kepada masyarakat yang disebut sebagai tingkatan information (seperti
pengumuman, pamphlet, poster, laporan tahunan), atau komunikasi dua arah yang disebut sebagai
consultation (seperti survey sikap, pertemanan warga, dan dengar pendapat), sampai pelibatan yang
disebut placation (misalnya, melibatkan warga untuk menjadi anggota komite namun hak
memutuskan tetap berada di tangan pemegang kekuasaan).
Download