perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi massa melibatkan media dan menjangkau beragam orang
sebagai komunikannya. Pesan dalam komunikasi massa dikirim dari sumber
yang melembaga, bersifat massal dan melalui alat-alat mekanis. Jika di masa
tradisional komunikasi massa tersampaikan melalui media seperti asap api,
kentongan, drama dan bedug, maka di masa sekarang ini komunikasi tampil
dalam rupa media seperti surat kabar, radio, televisi, dan film. Saat ini televisi
telah menjadi kotak ajaib dikarenakan kemampuannya merasuk ke dalam
pribadi manusia.
Tidak sulit menemukan orang yang betah duduk berjam-jam di depan
televisi, sekalipun harus melihat sekian banyak iklan yang menyelinginya.
Televisi dengan kemampuannya mengatasi keterbatasan ruang, jarak dan
waktu dapat mengirimkan sekian banyak informasi pada massa yang tak
sedikit jumlahnya. Disamping itu, informasi yang disampaikan juga dipertegas
dengan dukungan gambar, warna yang jelas dan suara sehingga pencapaian
tujuan komunikasi semakin besar.
Berbagai stasiun televisi berlomba-lomba untuk memberikan sebuah
tayangan atau program-program yang menarik dan bermutu yang dapat
mengandung nilai-nilai yang bermanfaat untuk dapat menarik minat para
pemirsanya. Program-program tersebut sangat variatif, dimulai dari acara yang
edukatif seperti berita, talk show tentang politik, keagamaan, hingga yang
menghibur seperti film, sinetron, olah raga, ataupun program reality show.
Disadari atau tidak, krisis global cukup mempengaruhi segala aspek
kehidupan masyarakat. Krisis global berarti juga krisis hidup bagi masyarakat
dimana hal ini menular kepada kaum muda khusunya mahasiswa. Kesulitan
hidup membuat manusia tidak berdaya dan selalu berpikir negatif akan
kehidupannya. Keadaan ini membuat para kaum muda kehilangan motivasi
dan semangat untuk berjuang dan bersaing, berfokus hanya pada kekurangan-
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
kekurangan diri dan tidak menyadari akan kelebihan yang dimiliki. Dalam
keadaan krisis saat ini, manusia seakan terjepit dan kehilangan kepercayaan
diri. Kurangnya kepercayaan diri tersebut menyebabkan banyak orang tidak
mau mencoba hal-hal baru, tidak berani mengambil resiko dan menurunnya
daya juang. Banyak kaum muda yang mulai kehilangan kemauan keras untuk
berusaha maju meraih cita-cita dan meraih masa depan yang cemerlang.
Melihat kondisi ini, Metro TV hadir dengan tayangan-tayangan yang memberi
motivasi-motivasi kepada setiap penonton yaitu tayangan Sentilan Sentilun
salah satunya.
Acara Sentilan Sentilun ini merupakan sebuah tayangan yang
mendidik serta memotivasi masyarakat untuk mau maju dalam kehidupannya
tentang berpolitik. Acara yang selalu tayang setiap hari senin pukul 21.30
WIB ini sangat berguna untuk membentuk kepribadian masyarakat menjadi
lebih optimis dan memandang sesuatu dengan lebih positif.
Sentilan Sentilun merupakan sebuah acara talkshow di Metro TV yang
disajikan dalam bentuk parodi. Meski topik yang dibahasnya adalah topiktopik berat, Sentilan Sentilun bisa dinikmati siapa saja. Karena, acara ini
senantiasa dibumbui dengan humor-humor segar, menjadikannya acara yang
unik dan menarik. Dalam setiap tema yang disampaikan, pak Sentilan yang
diperankan Slamet Rahardjo dan mas Sentilun diperankan oleh Butet
Kertaradjasa selalu memberikan pandangan yang sedikit berbeda dari
kebanyakan orang dan itu merupakan sesuatu yang baru dan layak untuk
dicoba.
Sentilan Sentilun merupakan salah satu acara di Metro TV dalam
special program yang ditayangkan di malam hari. Acara ini merupakan
perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak Sentilan dan pembantunya
(batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan dengan gaya yang renyah
dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa dipakai mungkin
karena tokoh utamanya lebih banyak
bergaul dengan
orang Jawa
di seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang
dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
tentang berbagai hal. Sedangkan mas Sentilun diperankan oleh Butet
Kertaradjasa yang memainkan peran batur/pembantu yang sedikit ceriwis dan
kritis serta selalu ingin tahu. Kedua tokoh tersebut, juga kadang dibantu
dengan kehadiran tokoh lainnya seperti Markonah Janda Sebelah yang
sumringah dan diperankan oleh Happy Salma.
Pak Sentilan menggunakan baju larik (?) berkain sarung khas Jawa
dengan kacamata serta duduk di kursi goyang. Sedangkan mas Sentilun
menggunakan baju safari dah agak lusuh, disampiri dengan kain lap kumal,
berkacamata, berkopiah lusuh. Butet memerankan dengan merubah mimik
muka dengan memajukan sedikit gigi bawahnya, sehingga nampak khas
sangat merakyat, rakyat jelata.
Dari fenomena dapat dilihat bahwa sesungguhnya khalayak kritis
terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka. Khalayak yang dulu dianggap
pasif terhadap terpaan media, ternyata memiliki peran yang aktif seperti yang
dipaparkan dalam teori uses and gratification. Khalayak memiliki kemampuan
untuk menilai dan memilih media apa yang akan dipakai serta menentukan
bagaimana cara untuk memuaskan kebutuhannya. Adanya pengalaman tentang
program acara di televisi baik yang dialami secara pribadi maupun yang
dipengaruhi oleh orang lain akan membentuk motivasi seseorang terhadap
penyajian berita tersebut atau bahkan stasiun televisi yang terkait.
Expectancy value teory karya Philp Palmgreen menyatakan bahwa
penggunaan media dipengaruhi oleh motivasi atau orientasi-orientasi tertentu.
Dengan ungkapan lain ada orientasi-orietasi tertentu yang menggerakkan
ketika seseorang bertindak atau berperilaku. Dalam menggunakan media
khalayak didorong oleh motif-motif tertentu. Hingga pada akhirnya
mempengaruhi cara seseorang menggunaan media.
Research conducted by Daniel
J. Dill by title Dialogicality in TV news interviews. The results showed that,
the above job description requires the use of both quantitative and qualitative
methodologies. The quantitative analyses involve both descriptive and
inferential statistics applied to normalized response measures for the entire
corpus, whereas the qualitative analyses pinpoint local organization through
the inspection of concrete examples. Our empirical hypotheses were
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
confirmed: (1) The orality markers were used by both interviewers and
interviewees, but more frequently by interviewees. (2) B. Shaw used orality
markers quite differently from interviewee to interviewee, especially in the
interview with B. Bush where he allowed her to draw him into a more
spontaneous style. He thus manifested the flexibility of a competent
interviewer. (Journal of Pragmatics 36 (2004) 185 205)
(Penelitian yang dilakukan oleh Daniel
Edward J. Dill dengan judul Dialog Wawancara Dalam Berita TV. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, deskripsi pekerjaan di atas mengharuskan
penggunaan kedua metodologi kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif
melibatkan statistik deskriptif maupun inferensial diterapkan untuk tindakan
respon normal untuk seluruh korpus, sedangkan analisis kualitatif menentukan
organisasi lokal melalui pemeriksaan contoh-contoh konkret. Hipotesis
empiris kami dikonfirmasi: (1) Penanda kelisanan yang digunakan oleh
pewawancara dan yang diwawancarai, tetapi lebih sering oleh orang yang
diwawancarai. (2) B. Shaw digunakan penanda kelisanan cukup berbeda dari
orang yang diwawancarai untuk diwawancarai, terutama dalam wawancara
dengan B. Bush di mana ia memungkinkan dirinya untuk menarik dia ke gaya
yang lebih spontan. Ia kemudian diwujudkan fleksibilitas pewawancara yang
kompeten).
Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah rekan-rekan
mahasiswa Fakultas FISIP Jurusan Komunikasi UNS. Seperti yang telah
diketahui bahwa mahasiswa Fakultas FISIP Jurusan Komunikasi UNS
memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang cukup mendalam
mengenai motivasi pengembangan diri. Oleh sebab itu, diharapkan dengan
adanya penelitian ini dapat membantu mahasiswa FISIP Jurusan Komunikasi
UNS untuk mendapatkan informasi lebih dalam upaya pengembangan diri.
Dengan kata lain, mahasiswa yang semula kurang memahami tentang makna
motivasi yang sebenarnya menjadi lebih paham dan mampu mengembangkam
pengetahuan yang dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengambil
judul
Motivasi dan Penggunaan Media (Studi Korelasi Motivasi dengan
Penggunaan Media Menonton Program Acara Sentilan Sentilun di Metro TV
Pada Kalangan Mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan
2011 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditarik
perumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut
Apakah ada hubungan
yang positif dan signifikan antara variabel motivasi (X) dengan variabel
penggunaan media (Y) menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro
TV pada kalangan mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan
2011 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
dilakukan untuk
Untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara variabel motivasi (X)
dengan variabel penggunaan media (Y) menonton program acara Sentilan
Sentilun di Metro TV pada kalangan mahasiswa Komunikasi Non Reguler
Angkatan 2010 dan 2011 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta .
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Praktis:
Penulis ingin mengetahui aktivitas tayangan talk show untuk memotivator
dan hiburan dengan baik dan bisa sesuai dengan segmentasi sasarannya
dan untuk melatih diri dalam memahami fenomena yang berkembang
di masyarakat.
2. Manfaat Teoritis:
Penelitian
ini
berguna
untuk
memperkaya
khasanah
penelitian,
memperluas wawasan peneliti Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu politik Universitas Sebelas Maret.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
E. Kerangka Pemikiran dan Landasan Teori
1. Kerangka Pemikiran
Khalayak yang dulunya dianggap pasif terhadap media ternyata
bersikap aktif. Khalayak memiliki kemampuan untuk menentukan media
apa yang digunakan dan bagaimana cara.
Expectancy Value Teory karya Philip Palmgreen menegaskan
bahwa pengunaan media (media consumption) juga dipengaruhi oleh
motivasi atau orientasi tertentu. Jadi khalayak memiliki motivasi tertentu
dalam menggunakan media. Persoalan yang dimiliki individu akan
mendorongnya untuk memiliki motif tertentu yang akan menimbulkan
tindakan dalam bentuk pengkonsumsian media atau perilaku lainnya.
Karena kebutuhan, persoalan dan motif berbeda bagi individu atau
kelompok yang berbeda, maka hasilnya adalah pola-pola perilaku yang
berbeda pula (Morissan, 2008: 29-30).
Dari sini dapat dilihat bahwa penggunaan media selain dipengaruhi
oleh persepsi seseorang terhadap isi media dan/atau media itu sendiri juga
dilatar belakangi oleh motivasi tertentu.
Gambar 1
Kerangka Pemikir Peneliti
MOTIVASI
1. Kebutuhan informasi tentang
narasumber
2. Kebutuhan akan kesenangan
dan pengalaman
3. Kebutuhan
pelepasan
ketegangan
4. Kebutuhan akan hiburan
5. Kebutuhan dalam mengisi
waktu
PENGGUNAA MEDIA
1. Frekuensi
2. Intensitas
(Variabel Dependen (Y)
(Variabel Independen (X)
Penelitian ini akan terfokus untuk meneliti hubungan antara
persepsi mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap tayangan program
acara Sentilan Sentilun di Metro TV dengan penggunaan media yang
dilakukan, yang dipengaruhi oleh motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan Teori
a. Komunikasi
1) Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila
orang telah mengadakan hubungan yang tetap, maka sistem
komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem
tersebut
dapat
mempererat
atau
mempersatukan
mereka,
mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila
muncul. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial mampunyai
dorongan
ingin
tahu,
ingin
maju
dan
berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi.
Karenanya, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi
kehidupan manusia (Widjaja, 2002: 4).
communication
Bahasa
comunicare
comunicare
mempunyai 3 (tiga) kemungkinan arti :
a)
to make common
b)
cum+munus
c)
cum+munire
.
.
.
Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan
uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi). Diantara
ratusan defenisi tersebut, salah satu defenisi komunikasi adalah
proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim
(sender) ke penerima (receiver), melalui satu medium (channel)
yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini,
komunikasi
haruslah
bersifat
intentional
membawa perubahan (Mufid, 2005: 1-2).
commit to user
(disengaja)
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Raymond S. Ross, mendefinisikan komunikasi sebagai
suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol
sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan
makna atau respons dari pikiran yang serupa dengan yang
dimaksudkan oleh sang komunikator (Wiryanto, 2000: 6).
Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi
adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orangorang yang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun
hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi,
(3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, dan
(4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu
(Cangara, 2006: 18).
2) Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan diatas,
tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup
dan
merupakan
persyaratan
terjadinya
komunikasi.
Dalam
bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut
(Widjaja, 2002: 11-20):
a) Sumber (source)
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam
penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka
memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang,
lembaga, buku, dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini yang
perlu kita perhatikan kredibilitas terhadap sumber
(kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain sebagainya.
Apabila kita salah dalam mengambil sumber maka
kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat
lain dari yang kita harapkan.
b) Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang
berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi
seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Dalam
komunikator
menyampaikan
pesan
kadang-kadang
komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya
komunikan menjadi komunikator. Syarat-syarat yang perlu
diperhatikan oleh seorang komunikator adalah memiliki
kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
c)
d)
e)
f)
berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap dan
memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk
melakukan
perubahan
sikap/penambahan
pengetahuan
bagi/pada diri komunikan.
Pesan
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai
inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat
disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu
diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari
komunikasinya.
Saluran (channel)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang
dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media.
Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat
berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau yang
bersifat resmi yang mengikuti garis wewenang dari suatu
organisasi dan saluran informal atau yang bersifat tidak resmi
berupa desas-desus, kabar angin atau kabar burung.
Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan
dalam 3 jenis yaitu persona (komunikasi yang ditujukan kepada
sasaran yang tunggal), kelompok (komunikasi yang ditujukan
kepada kelompok tertentu), massa (komunikasi yang ditujukan
kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media.
Massa disini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan
antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur
tertentu). Komunikasi akan berjalan baik dan berhasil jika
pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan
lingkup pengalaman komunikan.
Hasil (effect)
Effect adalah hasil akhir dari sebuah proses komunikasi,
yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai
dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang
lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil, demikian juga
sebaliknya.
3) Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah mengubah sikap (to change the
attitude), mengubah opini (to change the opinion), mengubah
perilaku (to change the behavior), dan
(to change the society) (Effendy, 2003: 55).
commit to user
mengubah masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang
bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai
tujuan.
Pada umumnya tujuan komunikasi tujuan anatara lain,
yaitu:
a) Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai
komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan
(penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka
dapat mengerti dan mengakui apa yang kita maksud.
b) Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus
mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang
diinginkan kemauannya.
c) Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar
gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan
persuasive bukan memaksakan kehendak.
d) Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu,
menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin
berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan
yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus
diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja,
2000: 66-67).
Ruslan (2003: 11) menyatakan tujuan komunikasi sebagai
berikut :
a) Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain.
Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk
mengerti dan memahami apa yang kita maksud.
b) Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung
gagasan kita. dalam hal ini tentu cara penyampaian akan
berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan
informasi atau pengetahuan saja.
c) Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau
agar mereka mau bertindak.
Komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau
pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak
lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban
harapan-harapannya (Ruslan, 2003: 83).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
4) Tatanan Komunikasi
Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari
segi jumlah komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu,
maka dapat diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut
(Effendy, 2002: 54) :
a) Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari
komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi, seperti
tukar pikiran dan lain sebagainya.
b) Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari
komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi,
panel, seminar dan lain-lain) serta komunikasi kelompok besar.
c) Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari
komunikasi media massa cetak/press seperti surat kabar dan
majalah dan komunikasi media massa elektronik seperti radio,
televisi dan lainnya.
b. Komunikasi Massa
1) Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi
manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan
mulai
digunakannya
alat-alat
mekanik
yang
mampu
melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau sejumlah
besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat-alat
komunikasi atau lebih populer dengan nama media massa, yang
meliputi
semua
(alat-alat)
saluran,
ketika
narasumber
(komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan,
audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Karena demikian eratnya penggunaan peralatan
tersebut, maka komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis
komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan
yang disampaikan.
Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa Inggris,
mass
communication,
kependekan
dari
mass
(media)
communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi
commit to user
mass
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
mediated
mendefenisikan komunikasi sebagai
komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika
antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung,
pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui
saluran-saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio,
film, atau televisi (Wiryanto, 2000: 1-3).
Defenisi lain tentang komunikasi massa yang dikemukakan
para ahli komunikasi tentang komunikasi massa, pada dasarnya
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media
cetak dan elektronik). Sebab pada awal perkembangannya saja,
komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass
communication (media komunikasi massa). Media komunikasi
yang termasuk komunikasi massa adalah radio siaran dan televisi
sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah sebagai media
cetak. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu
serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri
(Ardianto, 2004: 3-4).
Defenisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright
nampaknya merupakan defenisi yang lengkap, yang dapat
menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas.
Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari
corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu
diarahkan pada khalayak relatif besar, heterogen dan anonim,
pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai
kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator
cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks
yang melibatkan biaya besar (Ardianto, 2004: 5).
Menurut Little John, komunikasi massa adalah suatu proses
dimana
organisasi
media
memproduksi
pesan-pesan
dan
mengirimkannya kepada publik. Melalui proses ini diharapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
sejumlah pesan yang dikirimkan akan digunakan dan dikonsumsi
oleh audience (Nurudin, 2004: 11).
Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi tersebut
yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen,
dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan
yang
sama
dapat
diterima
secara
serentak
dan
sesaat
(Ardianto, 2004: 7).
2) Karakteristik Komunikasi Massa
Kita sudah mengetahui bahwa defenisi-defenisi komunikasi
massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama,
bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dianggap
saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita dapat mengetahui
karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2004: 7-12), antara lain
sebagai berikut :
a) Komunikator terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah
komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi
massa itu menggunakan media massa, baik media cetak
ataupun elektronik. Apabila media komunikasi yang digunakan
adalah televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti
juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor
manager dan lain-lain.
b) Pesan bersifat umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya
komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak
ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya,
pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi
massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak
semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat
dimuat dalam media massa. Pesan kounikasi massa yang
dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting
atau menarik, ataupun penting sekaligus menarik bagi sebagian
besar komunikan.
c) Komunikannya anonim dan heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal
komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan
media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikasi
massa adalah heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
d)
e)
f)
g)
masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan
berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
Media massa menimbulkan keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan
komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau
komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas.
Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara
serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang
sama juga. Effendy mengartikan keserempakan media massa
itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar
penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan
penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan
terpisah.
Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur
hubungan sekaligus. Pada komunikasi massa yang penting
adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun
sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan
dengan karakteristik media massa yang digunakan.
Komunikasi massa bersifat satu arah
Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi
dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena
melalui media massa maka komunikator dan komunikannya
tidak perlu melakukan kontak langsung. Komunikator aktif
menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,
namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog
sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona.
Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
Stimulasi alat indera terbatas
Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap
salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang
bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan
majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan
rekaman auditif, khalayak hanya mendengar sedangkan pada
media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan
dan pendengaran.
h) Umpan balik tertunda (delayed)
Komponen umpan balik atau feedback merupakan
faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas
komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang
disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung
(direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera
(immediate feedback).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
3) Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita
atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok
mengenai petukaran data, fakta dan ide. Effendy (2002: 27-28)
menyebutkan komunikasi massa dapat berfungsi untuk :
a) Informasi
Yaitu kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan,
memproses, penyebaran data, gambar, fakta dan pesan, opini
dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan
bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional,
lingkungan, orang lain dan agar dapat mengambil keputusan
yang tepat.
b) Sosialisasi
Yaitu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota
masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan
fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
c) Motivasi
Yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka
pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk
menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan
individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan
dikejar.
d) Perdebatan dan Diskusi
Yaitu menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan
untuk
memungkinkan
persetujuan
atau
menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik,
menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk
kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri
dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat
internasional, nasional, dan lokal.
e) Pendidikan
Yaitu pengalihan ilmu pengetahuan sehingga
mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan
pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada
semua bidang kehidupan.
f) Memajukan Kebudayaan
Yaitu penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan
maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan
kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang,
membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta
kebutuhan estetikanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
g) Hiburan
Yaitu penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra
(image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik,
komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi
dan kesenangan kelompok dan individu.
h) Integrasi
Yaitu menyediakan bagi bangsa, kelompok dan
individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang
diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan
mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan
orang lain.
4) Efek Komunikasi Massa
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui
media massa timbul pada sasaran komunikasi. Oleh karena efek
melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis.
Mengenai efek komunikasi (Effendy, 2003: 318-319) dapat
diklasifikasikan sebagai :
a) Efek kognitif (cognitive effect)
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan
penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi
tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti dan bingung
menjadi jelas. Contoh pesan komunikasi yang menimbulkan
efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara
penerangan, acara pendidikan dan lainnya.
Efek kognitif timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini akan membahas
tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media
massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau
tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
b) Efek afektif (affective effect)
Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif.
Dimana efek ini berkaitan dengan perasaan. Tujuan dari
komunikasi massa bukan hanya memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih daripada itu khalayak diharapkan dapat
turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan
sebagainya.
c) Efek konatif (behavioral effect)
Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,
usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan, tindakan atau
kebisaaan berperilaku. Karena berbentuk perilaku maka
sebagaimana diatas maka efek konatif sering disebut juga efek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat
terpaan media massa melainkan didahului oleh efek kognitif
dan atau efek afektif.
c. Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele
(bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre bahasa Latin)
berarti penglihatan. Dengan demikian yang dalam bahasa Inggrisnya
television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan
dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio
televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat
penerima (televisi set).
Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal
25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut sedang
berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai
Negara. Dengan demikian kata televisi disini diartikan dengan televisi
siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat
juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem
transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera
elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya
ditransmisikan melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik ini
diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima
(pesawat televisi). Di pesawat televisi gelombang elektromagnetik itu
diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati
di layar televisi.
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan
teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai
perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman
Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui
udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi sekitar
tahun 1883-1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia
6).
Televisi sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
world fair
York. Hingga saat ini televisi memberikan banyak pengaruh dalam
kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh sosial, politik,
ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan Negara.
Research conducted by José Alberto García and Avilés by title
Roles Of Audience Participation In Multiplatform Television: From
Fans And Consumers, To Collaborators And Activists. We have seen
that participation is understood as feedback that is empowered by
technological innovations and presumably enables a great variety of
audience contributions. These range from facilitating the publics
access to content through non-linear offers and promoting viewers
engagement with live shows through mob ile phones and social
networks to increasingly interactive services offered via the
broadcasters websites. Thus, the networks are adapting to rapid
changes in the current digital multichannel environment, as well as to
changes in the viewing and consuming patterns and expectations of the
audience. (Journal of Audience and Reception Studies, Volume 9,
Issue 2 November 2012)
(Penelitian yang dilakukan oleh José Alberto García dan Avilés
dengan judul Peran partisipasi penonton televisi multiplatform: Dari
penggemar dan konsumen, untuk kolaborator dan aktivis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, Kita telah melihat bahwa partisipasi
dipahami sebagai umpan balik yang diberdayakan oleh inovasi
teknologi dan mungkin memungkinkan berbagai macam kontribusi
penonton. Ini berkisar dari memfasilitasi akses publik ke konten
melalui penawaran non-linear dan mempromosikan keterlibatan
pemirsa dengan pertunjukan live melalui telepon ile massa dan
jaringan sosial untuk pelayanan semakin interaktif yang ditawarkan
melalui website penyiar. Dengan demikian, jaringan beradaptasi
dengan perubahan yang cepat dalam lingkungan multichannel digital
saat ini, serta perubahan pola menonton dan memakan waktu dan
harapan penonton.
Televisi
adalah
produk
dari
teknologi
canggih
dan
kemajuannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang
dicapai di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang
sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian
yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi
yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreativitas perorangan.
Tanpa kreativitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan
penontonnya (Wahyudi, 1986: 49-51).
Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas
Negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang,
melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi
media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol makan akan
menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan negara
dalam hal informasi.
Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya
di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K.
Avery, megungkapkan 3 (tiga) fungsi media yaitu :
1) The surveillance of the environment, yaitu mengamati lingkungan.
2) The correlation of the part of society in responding to the
environment, yaitu mengadakan korelasi antara informasi data
yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena
komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan
interpretasi.
3) The transmission of the sosial heritage from one generation to the
next, yaitu menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi
ke generasi berikutnya.
Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian
pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis
menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai
tertentu kepada masyarakat. Melihat posisi dan peranannya, bukan
tidak mungkin pada suatu saat, media televisi akan memberikan
kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi
(Kuswandi 1996: 24-25).
1) Perkembangan Televisi di Indonesia
Ketika peresmian satelit komunikasi Palapa dilakukan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1976, mulailah dunia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
komunikasi massa di Indonesia berkembang dengan sendirinya.
Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder, bisa
meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon
bolak-balik atau 800 saluran telepon satu arah. Satelit ini
dihubungkan dengan 40 buah stasiun bumi, 27 diantaranya terletak
di ibukota provinsi. Di Indonesia, dunia pertelevisian berkembang
pesat, terbukti dengan bermunculannya stasiun-stasiun televisi
swasta bersamaan dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh
pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990. Ada berbagai alternatif
tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini yaitu TVRI, RCTI,
SCTV, TPI, ANTV, MetroTV, GlobalTV, TransTV, Trans7,
Indosiar, dan TVOne.
Dengan demikian, semakin maraklah persaingan media
televisi di Indonesia, baik dengan televisi lokal maupun televisi
international. Hal ini akan membawa pengaruh pada pemasangan
iklan di media televisi. Seandainya setiap media televisi lokal
di Indonesia tidak
mampu mengelola manajemennya dan
personifikasi orang di balik media tersebut secara profesional,
bukan tidak mungkin pada suatu saat, televisi lokal akan
sajian program maupun iklan.
Tahun 1965, TVRI memiliki 2 stasiun penyiaran dengan
4 stasiun pemancar dan 5 stasiun penghubung. Antara tahun
1973-1978, TVRI menambah 5 buah stasiun penyiaran dengan
77 buah pemancar dengan 11 stasiun penghubung. Tahun 1980
terdapat 9 buah stasiun penyiaran dengan dilengkapi 124 pemancar
dan stasiun penghubung. Menurut Deppen, tahun 1991 jaringan
nasional TVRI meliputi sarana yang diklasifikasikan sebagai
berikut : 10 stasiun siaran, 7 stasiun keliling, dan 225 stasiun
transmisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Badan televisi swasta pertama di Indonesia adalah Rajawali
Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang beroperasi sejak bulan April
1989. Kemudian ditetapkan secara resmi tayang nasional tanggal
24 Agustus 1989 sekaligus pencabutan decoder RCTI. Misi dari
RCTI yakni ikut serta dalam proses pencerdasan bangsa melalui
tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik.
Kemudian pada bulan Agustus 1989 mengudara Surya Citra
Televisi (SCTV), dalam perkembangannya SCTV merencanakan
membangun 20 stasiun relay, dimana setiap stasiun relay
berkekuatan rata-rata 1 kilowatt.
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh
PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) pimpinan Siti
Hardiyanti Rukmana, diresmikan penyiarannya oleh Presiden
Soeharto tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio 12 TVRI
Senayan
Jakarta.
Meskipun
TPI
penyiarannya bekerjasama dengan
berstatus
TVRI.
swasta,
tetapi
TPI terikat UU
No.2/1989 tentang pendidikan nasional. Hal ini menyebabkan TPI
harus bekerjasama dengan Deppen dan Dekdikbud (Kuswandi,
1996: 34-40).
Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI maka dunia
pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik
dalam hal mutu siarannya maupun waktu tayangnya. Kemudian
pada tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta lainnya
seperti Indosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV, ANTV,
dan TVOne. Sehingga sampai saat ini, terdapat 11 stasiun televisi
swasta yang mengudara secara nasional di Indonesia.
2) Karakteristik Media Televisi
Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat
kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus.
Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah
dengan
indra
penglihatan.
Adapun
karakteristik
(Ardianto, 2004: 128-130) adalah sebagai berikut :
commit to user
televisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
a) Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar
sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Karena sifatnya yang
audiovisual maka siaran berita harus selalu dilengkapi dengan
gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun
film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita.
Pemirsa pada umumnya merasa terpenuhi keingintahuannya
bila setiap berita televisi dilengkapi dengan film berita.
Terlebih lagi bila kualitas rekamannya baik, serta moment
pengambilannya tepat, seolah-olah pemirsa melihat langsung
peristiwa tersebut.
b) Berfikir dalam gambar
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir
dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization) yakni
menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang
menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi,
pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek
tertentu manjadi gambar yang jelas dan menyajikannya
sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Tahap
penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai
gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga
kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
c) Pengoperasian lebih kompleks
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian
televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan
orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan
oleh dua orang pembaca saja dapat melibatkan 10 orang.
Peralatan yang digunakannya pun harus dilakukan oleh orangorang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi
lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.
3) Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan di Televisi
Setelah membahas mengenai karakteristik suatu peristiwa
(fakta dan opini) yang layak menjadi berita yakni fakta dan opini
tersebut
harus
mengandung
unsur
penting
dan
menarik.
Begitu pula pesan lainnya yang bertujuan menghibur. Tetapi pesan
yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan
pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima
oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
(Ardianto, 2004: 131-132) itu antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
a) Pemirsa
Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan
menggunakan media
apapun, komunikatornya
akan
menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya.
Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya
televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam
hal ini, komunikator harus memahami kebisaaan dan minat
pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja,
dewasa maupun orang-orang. Karena itu setiap acara yang
ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa,
bukan acara yang dijejalkan begitu saja.
b) Waktu
Setelah komunikator mengetahui minat dan kebisaaan
tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah
menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebisaaan
pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar
setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima
oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju.
c) Durasi
Durasi adalah waktu, yakni jumlah menit dalam setiap
penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan
dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang
terpenting bahwa dengan durasi tertentu tujuan acara tercapai.
Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu
singkat atau terlalu lama.
d) Metode Penyajian
Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya
adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi
tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan.
Fungsi non hiburan dan non informasi harus tetap ada karena
sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak komunikator dan
komunikan. Permasalahannya adalah bagaimana caranya agar
fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap
diminati pemirsa. Caranya adalah dengan mengemas pesan
sedemikian rupa yakni menggunakan metode penyajian tertentu
dimana pesan nonhiburan dapat mengandung unsur hiburan.
Acara non hiburan dapat dikemas dalam bentuk hiburan.
Begitu pula dengan pesan informatif, selain melalui acara
siaran berita, dapat dikemas dalam bentuk wawancara, panel
diskusi, reportase, obrolan dan sejenisnya, bahkan dalam
bentuk sandiwara sekalipun.
4) Program Siaran Televisi
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah
lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengetahui
dan merasakannya. Akan tetapi, sejauh mana pengaruh positif dan
sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak.
sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton. Ini adalah
hal yang wajar. Jadi jika hal-hal yang mengakibatkan penonton
terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa.
Sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi adalah seakanakan menghipnotis penonton sehingga penonton dihanyutkan
dalam suasana pertunjukan televisi (Effendy, 2003: 122).
Menurut Frank Jefkins (2003: 105-108), televisi memiliki
sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :
a) Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan,
visi dan warna.
b) Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
c) Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala
sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.
Sedangkan program acara televisi terdiri dari :
a) Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau berita
regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta
lokal.
b) Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai
masalah aktual secara lebih mendalam.
c) Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam
maupun di luar negeri.
d) Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat
informatif, seperti acara memasak, berkebun, dan acara kuis.
e) Acara drama terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film,
dan sebagainya.
f) Acara musik seperti konser musik pop, musik rock, musik
dangdut, musik klasik dan sebagainya.
g) Acara bagi anak-anak seperti penayangan film kartun.
h) Acara-acara keagamaan seperti siraman rohani, acara
ramadhan, acara natal, dan sebagainya.
i) Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan.
j) Acara bincang-bincang atau sering disebut dengan acara
talkshow.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
d. Model Uses and Gratification Theory
Permasalahan utama dalam teori uses and gratification
bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak,
tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
khalayaknya. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif, yang
sengaja
menggunakan
media
untuk
mencapai
tujuan
khusus
digambarkan
sebagai
(Effendy, 2003: 289-290).
Teori
uses
and
gratification
ini
a dramatic break with tradition of the past, suatu loncatan dramatis
dari model jarum hipodermik, teori ini tidak tertarik pada apa yang
dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang
dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara
aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhanya. Karena
penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan psiklogis, efek media dianggap sebagai situasi ketika
kebutuhan itu terpenuhi (Rakhmat, 2004: 65).
Riset teori uses and gratification bermula dari pandangan
bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai
kekuatan memaktivitasi khalayak. Inti dari teori uses and gratification
adalah
khalayak
pada
dasarnya
menggunakan
media
massa
berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi
motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak
akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi
kebutuhan khalayak akan disebut sebagai media yang efektif
(Kriyantono, 2006: 204)
Dalam teori uses and gratifications ditekankan bahwa audience
itu aktif dalam memilih media mana yang harus dipilih untuk
memenuhi kebutuhannya. Teori ini lebih menekankan pada pendekatan
manusiawi didalam melihat media, artinya manusia itu memiliki
otonomi atau wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan
Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
menggunakan media dan sebaliknya mereka percaya bahwa ada
banyak alasan khlayak untuk menggunakan media.
Asumsi-asumsi dasar teori uses and gratification menurut Jay
Blumer, Elihu Katz dan Michael Gurevitch, yaitu :
1. Khalayak dianggap aktif dan penggunaan media berorientasi pada
tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan media terletak
pada anggota khalayak.
3. Media
harus
bersaing
dengan
sumber-sumber
lain
untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media
hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas.
4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup
mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasisituasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa disimpulkan dari
media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh
orientasi khalayak.
Gambar 2
Uses and Gratifications Model Katz, Gurevitch dan Haas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Model
ini
memulai
dengan
lingkungan
sosial
(social
environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial
tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian.
Kebutuhan individual (
) dikategorisasikan sebagai
cognitive needs, affective needs, personal integrative needs, social
integrative needs, dan escapist needs. Effendy (2003: 294) kebutuhan
individual dikategorisasikan sebagai berikut :
1. Kebutuhan kognitif (cognitive needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi,
pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini
didasarkan
pada
hasrat
untuk
memahami
dan
menguasai
lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk
penyelidikan.
2. Kebutuhan afektif (affective needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.
3. Kebutuhan pribadi secara integratif (personal intergrative needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut
diperoleh dari hasrat akan harga diri.
4. Kebutuhan sosial secara integratif (social integrative needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan
keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat
untuk berafiliasi.
5. Kebutuhan pelepasan (escapist needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri
dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan
hiburan.
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri sesorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
tujuan tertentu. Usaha yang dapat menyebabkan sesorang atau
kelompok orang tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena
ingin menvcapai tujan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan
dengan perbuatannya.
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai
kekuatan
yang
terdapat
dalam
diri
individu,
yang
menyebebkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak
dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam
tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit
tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Motif adalah daya penggerak dalam diri sesorang untuk
melakukan aktifitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapatdalam diri
sesorang untuk berusaha mengadakan perubaha tingkah laku yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya.
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan sesorang
bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri sesorang yang
menggerakan untuk melekukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan
yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan sesorang yang
didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan
motivasi yang mendasarinya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat
melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat kepada
mau melaksanakan tagas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah
kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong sesorang
untuk menapai tujuan tertentu yang telah ditetapakan sebelumnya atau
dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental
terhadap perorangan atau oranh-orang sebagai anggota masyarakat.
Motivasi
dapat
juga
diartikan
sebagai
proses
untuk
mencobamempengaruhi orang atau orang-orang yang dipimpinnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan
tettentu yang ditetapakn terlebih dahulu.
Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat
dalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah
laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya (Uno, 2007: 1-3).
f. Penggunaan Media
Penggunaan Media (media use) merupakan perilaku khalayak
dalam menggunakan media. Penggunaan media adalah cara khalayak
dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu media. Menurut
Rachmat (2009: 66) penggunaan media adalah jumlah waktu yang
digunakan dalam berbagai isi media yang dikonsumsi dan berbagai
hubungan antara individu konsumen media dan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.
F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri Singarimbun dan Sofian
Effendy, 1989: 33). suatu konsep yang pernyataan yang mengartikan atau
memberi makna suatu konsep atau istilah tertentu.
a. Variabel Independen, adalah variabel yang diduga sebagai penyebab
atau yang mempengaruhi variabel yang lain (Rakhmat, 2004: 12).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah motivasi.
-
Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri sesorang
untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih
baik dalam memenuhi kebutuhanya (Uno, 2007: 3).
b. Variabel Dependen, adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau
yang
dipengaruhi
oleh
variabel
commit to user
yang
mendahuluinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
(Rakhmat, 2004: 12). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
penggunaan media.
-
Penggunaan Media
Penggunaan media di sini merupakan efek dari adanya konsumsi
individu terhadap tayangan program acara Sentilan Sentilun
di Metro TV (penggunaan media) sebelumnya. Penggunaan media
merupakan salah satu bagian dari efek yang terjadi karena
hubungan yang terjalin antara individu dan media massa, yaitu efek
behavioral. Efek behavioral merujuk pada pelaku nyata yang
diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasan
berperilaku.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dibuat dengan tujuan menjelaskan apa yang
menjadi fokus penelitian. Menurut Masri Singarimbun dan Soffian Effendi
(1989:
46)
definisi
memberitahukan
operasional
bagaimanakah
adalah
caranya
unsur
mengukur
penelitian
suatu
yang
variabel
penelitian. Jadi definisi operasional ini merupakan konsep yang telah
disesuaikan derajatnya dengan situasi dan kondisi ditempat penelitian.
Motivasi adalah tujuan dan keinginan yang melatarbelakangi
individu dalam melihat tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro
TV. Motivasi diukur dengan indikator kebutuhan akan informasi tentang
narasumber, kebutuhan akan kesenangan dan pengalaman, kebutuhan
pelepasan ketegangan, kebutuhan akan hiburan, dan kebutuhan mengisi
waktu. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh, menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Dalam penelitian ini persepsi mengacu pada penilaian
atau interpretasi individu terhadap tayangan program acara Sentilan
Sentilun di Metro TV. Persepsi diukur dengan indikator pengenalan,
penalaran, perasaan, dan tanggapan. Pengetahuan adalah merupakan suatu
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Dalam penelitian ini pengetahuan individu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
yang berupa stimulus tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro
TV sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru pada individu.
Motivasi diukur dengan indikator tahu (know), memahami (coprehension),
aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi
(evaluation).
Berdasarkan jawaban tiap responden akan diukur dengan 4
kategori yaitu skor 4 untuk kategori sangat tinggi, skor 3 untuk kategori
tinggi, skor 2 untuk kategori sedang dan skor 1 untuk kategori rendah.
Dengan membaca definisi operasional beserta keterangannya dalam suatu
penelitian
akan
diketahui
baik
buruknya
pengukuran
tersebut
(Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, 1981: 46). Berikut definisi
operasional dari variabel penelitian ini adalah :
a. Motivasi (Variabel X)
Di ukur dengan indikator-indikator :
1) Kebutuhan akan informasi tentang narasumber yaitu khalayak
mendapatkan informasi, dan dapat melaksanakan rasa ingin tahu
serta kejelasan akan isu yang sedang berkembang di masyarakat
tentang narasumber
a) Program acara Sentilan Sentilun di Metro TV memberikan
informasi-informasi yang baru dari seputar materi yang
disajikan
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
b) Program acara Sentilan Sentilun di Metro TV ini memperluas
pengetahuan seputar materi yang disajikan
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
2) Kebutuhan akan kesenangan dan pengalaman yaitu khalayak tidak
hanya mengetahui dan memahami makna yang di tangkap, juga
dapat memberikan kesenangan dan menjadikanya pengalaman
dalam kehidupan
a) Merasa mendapat kesenangan setelah menonton program acara
Sentilan Sentilun di Metro TV
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
b) Merasa mendapat pengalaman-pengalaman yang baru setelah
menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro
TV
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
c) Merasa terhibur setelah menyaksikan tayangan program acara
Sentilan Sentilun di Metro TV
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
3) Kebutuhan pelepasan ketegangan yaitu kebutuhan akan pelarian
dan pengendalian diri dari rutinitas dan masalah, serta pelepasan
emosi
a) Program acara Sentilan Sentilun di Metro TV merupakan
tayangan yang banyak di bicarakan dan diminati
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
-
Rendah
: tidak setuju
b) Merasa rileks / santai setelah menonton tayangan program
acara Sentilan Sentilun di Metro TV
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
c) Tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV dapat
melepaskan dari ketegangan rutinitas sehari-hari
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
4) Kebutuhan akan hiburan yaitu khalayak merasa mendapatka
hiburan setelah seharian beraktifitas ketika menonton program
acara Sentilan Sentilun di Metro TV
a) Berminat untuk menonton tayangan program acara Sentilan
Sentilun di Metro TV selanjutnya
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
b) Menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro
TV untuk melepaskan diri dari kegiatan rutin
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
5) Kebutuhan mengisi waktu yaitu ketika khalayak menonton just
alvin dalam keadaan santai dan mengisi waktu yang kosong
a) Tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV
merupakan acara yang sering saksikan di waktu luang
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
b) Tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV dapat
mengisi waktu luang
-
Sangat tinggi : sangat setuju
-
Tinggi
: setuju
-
Sedang
: kurang setuju
-
Rendah
: tidak setuju
b. Penggunaan Media (Variabel Y)
Di ukur dengan indikator-indikator :
1) Frekuensi yaitu tingkat keseringan responden menggunakan suatu
media.
a) Meluangkan waktu untuk menonton tayangan program acara
Sentilan Sentilun di Metro TV.
1. Tidak pernah meluangkan waktu menonton tayangan
program acara Sentilan Sentilun di Metro TV.
2. Kadang-kadang meluangkan waktu menonton tayangan
program acara Sentilan Sentilun di Metro TV.
3. Selalu meluangkan waktu untuk menonton tayangan
program acara Sentilan Sentilun di Metro TV.
b) Berapa kali anda menonton tayangan program acara Sentilan
Sentilun di Metro TV dalam dua bulan terakhir?
1. Menonton 2 kali dalam 2 bulan terakhir.
2. Menonton 5 kali dalam 2 bulan terakhir.
3. Menonton 8 kali dalam 2 bulan terakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
c) Berapa menit rata-rata menonton tayangan program acara
Sentilan Sentilun di Metro TV?
1. Selama 1-15 menit dalam sekali menonton tayangan
program acara Sentilan Sentilun di Metro TV.
2. Selama 16-45 menit dalam sekali menonton tayangan
program acara Sentilan Sentilun di Metro TV.
3. Selama 46-60 menit dalam sekali menonton tayangan
program acara Sentilan Sentilun di Metro TV.
2) Intensitas yaitu tingkat perhatian responden dalam menggunakan
suatu media.
a) Sebelum menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun
di Metro TV, apa yang dilakukan terlebih dahulu
1) Melihat dari TV informasi yang ditayangkan secara
berulang-ulang.
2) Bertanya kepada teman mengenai program acara Sentilan
Sentilun di Metro TV.
3) Mencari informasi di media massa (surat kabar dan TV).
b) Menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro
TV, melakukan aktifitas lain?
1) Ya, selalu melakukan aktivitas lain.
2) Kadang-kadang diselingi aktivitas lain.
3) Tidak, hanya fokus menonton tayangan program acara
Sentilan Sentilun di Metro TV dan tidak melakukan
aktivitas lain.
c) Menonton
tayangan
program
acara
Sentilan
Sentilun
di Metro TV sampai selesai
1) Tidak pernah menonton tayangan program acara Sentilan
Sentilun di Metro TV sampai selesai.
2) Kadang-kadang menonton tayangan program acara Sentilan
Sentilun
di Metro TV sampai selesai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
3) Selalu menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun
di Metro TV sampai selesai.
d) Setelah menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun
di Metro TV, selalu memperbincangkannya dengan orang lain?
1) Tidak pernah memperbincangkannya dengan orang lain
2) Kadang-kadang memperbincangkannya dengan orang lain
3) Selalu memperbincangkannya dengan orang lain
e)
ng-bincang
tentang hal tersebut
1) Orang tua/saudara
2) Teman
3) Tetangga/orang lain
k) Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang
diteliti, yaitu suatu dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah.
Dinyatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Selain itu definisi hipotesis lainnya adalah
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus di
uji secara empiris (Nasir, 2003:151). Hipotesis dapat ditolak atau dianggap
tidak benar jika fakta yang ada tidak mendukung atau tidak membenarkan
(Sudjana, 1992: 219). Dari kerangka pemikiran di atas di dapatkan hipotesis
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel
motivasi (X) dengan variabel penggunaan media (Y) menonton program acara
Sentilan Sentilun di Metro TV pada kalangan mahasiswa Komunikasi Non
Reguler Angkatan 2010 dan 2011 FISIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
l) Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Tujuan metode survei
adalah untuk memperoleh informasi dari sejumlah responden yang
dianggap mewakili populasi tertentu.
Metode survei biasanya digunakan untuk mengetahui hal apa yang
diketahui dan dipikirkan, dimiliki, dilakukan dan telah dilakukan dan
dirancangkan orang atau responden. Selain itu penelitian survei juga
dipakai untuk mengetahui sikap, perasaan, prasangka, keyakinan dan nilainilai yang dimiliki orang (Prajarto, 2010: 30).
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini menerapkan jenis penelitian
korelasional dengan data kuantitatif. Penelitian korelasional bertujuan
untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau lebih variabel dan menguji atau
menentukan ada tidaknya hubunganyang terjadi di dalam satu lingkungan
tertentu (Silalahi, 2009: 181). Sedangkan data kuantitatif meliputi angkaangka yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dan talah dihitung
kemudian disajikan dalam bentuk persentase.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret (UNS) yang beralamat di Jl. Ir. Sutami No. 36A
Kentingan Surakarta, dengan sasaran penelitian adalah mahasiswa
Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011.
Kurikulum pembelajaran Program Studi Ilmu Komunikasi sangat
berkaitan dengan pembahasan mengenai media massa. Oleh karena itu
dapat dijadikan pertimbangan bahwa mahasiswa program studi ini
mengerti dengan baik mengenai media massa. Selain itu faktor kedekatan
peneliti dengan lokasi penelitian di mana peneliti menempuh studinya,
juga menjadi faktor yang dipertimbangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan individu-individu atau objek secara
keseluruhan
yang akan menjadi sasaran penelitian yang tidak saja
berupa alat-alat, keadaan serta tempat dan sebagainya. Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti untuk dipelajari, sehingga dapat ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2006: 72). Populasi (kumpulan objek riset) bisa berupa
orang, organisasi, kata-kata dan kalimat, simbol-simbol nonverbal,
surat kabar, radio, televisi, dan lainnya. Objek riset ini juga disebut
satuan analisis atau unsur-unsur populasi. Jadi unit analisis ini
merupakan unit yang akan diteliti (Kriyantono, 2008: 151).
Dalam penelitian ini populasi adalah mahasiswa Komunikasi
Non Reguler angkatan 2010 dan 2011 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta, diketahui
bahwa total populasi mahasiswa dua angkatan tersebut yang dijadikan
populasi penelitian berjumlah 168 orang. Berdasarkan pra survei untuk
menentukan populasi, mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan
2010 dan 2011 yang aktif menonton program acara Sentilan Sentilun
di Metro TV hanya 63 mahasiswa.
b. Sampel
Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan untuk
pengambilan sampel yang merupakan cara untuk menentukan
banyaknya sampel yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian.
Populasi yang akan dijadikan sampel hanya berjumlah 63 orang
karena jumlah anggota populasi penelitian ini relatif kecil, maka dari
itu sample yang digunakan di penelitian ini adalah teknik sampling
sensus. Teknik sampling sensus adalah dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel atau responden. (Kriyantono, 2006: 159).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
4. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
informan baik melalui observasi, angket, maupun wawancara.
Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil penggalian informasi
yang dilakukan melalui pengisian kuesioner.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang digunakan untuk mendukung dan
melengkapi data primer yang diperoleh dari literatur, arsip, buku,
jurnal, dan dokumen atau catatan lain yang relevan.
5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui beberapa
cara, yaitu:
a. Kuesioner
Kuesioner yaitu suatu daftar pertanyaan atau angket yang diajukan
kepada responden guna memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan. Kelebihan dari teknik ini adalah tidak membuang waktu
dan data cepat masuk. Metode penggumpulan data dengan kuesioner
merupakan penggumpulan data yang utama dalam penelitian ini.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dan
mencatat dari berbagai sumber literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini untuk melengkapi data. Dapat berupa teori-teori dari
buku, website, televisi dan sumber-sumber lain yang isinya sesuai
dengan permasalahan penelitian.
6. Tehnik Analisis Data
Tahap analisa data dilakukan dengan penerapan teknik statistik
mengingat penelitian ini dihadapkan pada hipotesa, populasi dan teknik
sampling. Selanjutnya data-data penelitian di analisis dengan beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
teknik pengujian, meliputi; uji validitas, uji reabilitas, uji korelasi dan uji
central tendency atau ukuran tendensi pusat dari data primer yang sudah
diolah. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, dilakukan uji
validitas dan reliabilitas kuesioner pada 30 orang di luar sampel penelitian,
setelah instrumen benar-benar valid kemudian dilakukan pengukuran pada
keseluruhan sampel, yaitu sebanyak 63 responden.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan program software
aplikasi SPSS (Statistic Package for The Social Science) for windows versi
16.0. Dengan program SPSS 16.0 ini, peneliti melakukan berbagai uji
statistik sebagaimana yang telah tentukan di atas. Pemilihan program
SPSS ini didasarkan pada keakuratan dan kecepatan penyajian pengolahan
hasil data.
a. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Data dikatakan valid, jika
pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang
diukur oleh instrumen tersebut. Instrumen disusun dengan memecah
variabel menjadi subvariabel berikut dengan indikator-indikatornya.
Untuk menguji validitas angket, dipergunakan rumus Korelasi Product
Moment dari Pearson (Arikunto, 1998: 160) dengan rumus :
N
rxy =
N
2
-(
-(
)(
)2 N
)
2
)2
-(
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi product moment
Y
= skor total tiap responden
X
= skor tiap butir pertanyaan
N = jumlah sampel
tersebut bertanda positif dan r
hasil
> r
tabel
dengan derajat kebebasan
(df) = n-2, dalam hal ini n = jumlah sampel, maka butir pertanyaan
atau variabel tersebut valid. Dengan diperolehnya indeks validitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
setiap butir, maka dapat diketahui dengan pasti butir-butir mana yang
tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya, sehingga berdasar
perhitungan ini peneliti dapat merevisi butir-butir pertanyaan yang
dimaksud.
b. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu
instrumen jika dipergunakan untuk mengukur objek penelitian yang
sama, meski berkali-kali digunakan akan mendapatkan hasil yang
serupa.
Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach
Alpha
Cronbach
Alpha
8: 190-191). Adapun rumus alpha yang
dimaksud yaitu:
k
k -1
rii =
b2
1-
t2
Keterangan :
rii
= reliabilitas instrumen
b2 = jumlah varians butir
= varians total
k
= banyaknya butir pertanyaan atau jumlah soal
7. Teknik Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini merupakan studi korelasi dengan skala
pengukuran variabel bersifat ordinal, yakni mengurutkan responden dalam
tingkatan kelas tertentu sehingga tes atau uji statistic yang dianggap sesuai
untuk menguji hubungan antara variabel-variabel tersebut adalah dengan
menggunakan teknik pengolahan data kuantitatif dengan menggunakan
rumus korelasi Tata Jenjang Spearman (r s) (Gulo, 1985: 187), dengan
rumus sebagai berikut :
rs
X2
2
Y2 - D2
X2 .
Y2
Untuk mencari rs dengan tahap-tahap sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
a. Menghitung jumlah jenjang kembar dari variabel X dan variabel Y
dengan menggunakan rumus:
Tx
t3 - t
12
Ty
t3 - t
12
b. Setelah T diperoleh, maka menghitung jumlah kuadrat dari dua
variabel X dan Y dengan rumus:
X2
n3 - n
- Tx
12
Y2
n3 - n
- Ty
12
Keterangan:
rs
: Koefisien korelasi variabel X dan Y
D2
n
: Kuadrat jumlah selisih rengking
: Banyaknya responden
Tx
: Jumlah jenjang kembar pada variabel X
Tx
: Jumlah jenjang kembar pada variabel Y
12
: Bilangan konstan
Untuk mengetahui apakah hubungan dari ke dua variabel tersebut
signifikan atau tidak, digunakan rumus t test. Adapun rumus t test tersebut
adalah sebagai berikut:
t
rs
n-2
1 - rs
2
Keterangan :
t
= tingkat signifikan korelasi
rs
= Koefisien korelasi Spearman
n
= Jumlah sampel
Signifikan
hubungan
antara
2
variabel
ditentukan
dengan
perbandingan antara harga t hitung dengan harga t tabel harga kritis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Setelah nilai t diperoleh, kita bisa menentukan apakah hipotesis yang telah
kita rumuskan terbukti.
Bila harga t dihitung yang diperoleh lebih besar atau sama dengan
harga t kritis pada tabel harga kritis pada taraf kepercayaan 95% atau p =
0,05 artinya hipotesa dapat diterima artinya ada hubungan yang signifikan
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Dan begitu sebaliknya
bila harga t dihitung yang diperoleh lebih kecil daripada harga t kritis pada
tabel harga kritis maka hipotesa akan ditolak. Berarti tidak ada hubungan
yang signifikan antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
commit to user
Download