perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi massa melibatkan media dan menjangkau beragam orang sebagai komunikannya. Pesan dalam komunikasi massa dikirim dari sumber yang melembaga, bersifat massal dan melalui alat-alat mekanis. Jika di masa tradisional komunikasi massa tersampaikan melalui media seperti asap api, kentongan, drama dan bedug, maka di masa sekarang ini komunikasi tampil dalam rupa media seperti surat kabar, radio, televisi, dan film. Saat ini televisi telah menjadi kotak ajaib dikarenakan kemampuannya merasuk ke dalam pribadi manusia. Tidak sulit menemukan orang yang betah duduk berjam-jam di depan televisi, sekalipun harus melihat sekian banyak iklan yang menyelinginya. Televisi dengan kemampuannya mengatasi keterbatasan ruang, jarak dan waktu dapat mengirimkan sekian banyak informasi pada massa yang tak sedikit jumlahnya. Disamping itu, informasi yang disampaikan juga dipertegas dengan dukungan gambar, warna yang jelas dan suara sehingga pencapaian tujuan komunikasi semakin besar. Berbagai stasiun televisi berlomba-lomba untuk memberikan sebuah tayangan atau program-program yang menarik dan bermutu yang dapat mengandung nilai-nilai yang bermanfaat untuk dapat menarik minat para pemirsanya. Program-program tersebut sangat variatif, dimulai dari acara yang edukatif seperti berita, talk show tentang politik, keagamaan, hingga yang menghibur seperti film, sinetron, olah raga, ataupun program reality show. Disadari atau tidak, krisis global cukup mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Krisis global berarti juga krisis hidup bagi masyarakat dimana hal ini menular kepada kaum muda khusunya mahasiswa. Kesulitan hidup membuat manusia tidak berdaya dan selalu berpikir negatif akan kehidupannya. Keadaan ini membuat para kaum muda kehilangan motivasi dan semangat untuk berjuang dan bersaing, berfokus hanya pada kekurangan- commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 kekurangan diri dan tidak menyadari akan kelebihan yang dimiliki. Dalam keadaan krisis saat ini, manusia seakan terjepit dan kehilangan kepercayaan diri. Kurangnya kepercayaan diri tersebut menyebabkan banyak orang tidak mau mencoba hal-hal baru, tidak berani mengambil resiko dan menurunnya daya juang. Banyak kaum muda yang mulai kehilangan kemauan keras untuk berusaha maju meraih cita-cita dan meraih masa depan yang cemerlang. Melihat kondisi ini, Metro TV hadir dengan tayangan-tayangan yang memberi motivasi-motivasi kepada setiap penonton yaitu tayangan Sentilan Sentilun salah satunya. Acara Sentilan Sentilun ini merupakan sebuah tayangan yang mendidik serta memotivasi masyarakat untuk mau maju dalam kehidupannya tentang berpolitik. Acara yang selalu tayang setiap hari senin pukul 21.30 WIB ini sangat berguna untuk membentuk kepribadian masyarakat menjadi lebih optimis dan memandang sesuatu dengan lebih positif. Sentilan Sentilun merupakan sebuah acara talkshow di Metro TV yang disajikan dalam bentuk parodi. Meski topik yang dibahasnya adalah topiktopik berat, Sentilan Sentilun bisa dinikmati siapa saja. Karena, acara ini senantiasa dibumbui dengan humor-humor segar, menjadikannya acara yang unik dan menarik. Dalam setiap tema yang disampaikan, pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo dan mas Sentilun diperankan oleh Butet Kertaradjasa selalu memberikan pandangan yang sedikit berbeda dari kebanyakan orang dan itu merupakan sesuatu yang baru dan layak untuk dicoba. Sentilan Sentilun merupakan salah satu acara di Metro TV dalam special program yang ditayangkan di malam hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak Sentilan dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan dengan gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa dipakai mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa di seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 tentang berbagai hal. Sedangkan mas Sentilun diperankan oleh Butet Kertaradjasa yang memainkan peran batur/pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta selalu ingin tahu. Kedua tokoh tersebut, juga kadang dibantu dengan kehadiran tokoh lainnya seperti Markonah Janda Sebelah yang sumringah dan diperankan oleh Happy Salma. Pak Sentilan menggunakan baju larik (?) berkain sarung khas Jawa dengan kacamata serta duduk di kursi goyang. Sedangkan mas Sentilun menggunakan baju safari dah agak lusuh, disampiri dengan kain lap kumal, berkacamata, berkopiah lusuh. Butet memerankan dengan merubah mimik muka dengan memajukan sedikit gigi bawahnya, sehingga nampak khas sangat merakyat, rakyat jelata. Dari fenomena dapat dilihat bahwa sesungguhnya khalayak kritis terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka. Khalayak yang dulu dianggap pasif terhadap terpaan media, ternyata memiliki peran yang aktif seperti yang dipaparkan dalam teori uses and gratification. Khalayak memiliki kemampuan untuk menilai dan memilih media apa yang akan dipakai serta menentukan bagaimana cara untuk memuaskan kebutuhannya. Adanya pengalaman tentang program acara di televisi baik yang dialami secara pribadi maupun yang dipengaruhi oleh orang lain akan membentuk motivasi seseorang terhadap penyajian berita tersebut atau bahkan stasiun televisi yang terkait. Expectancy value teory karya Philp Palmgreen menyatakan bahwa penggunaan media dipengaruhi oleh motivasi atau orientasi-orientasi tertentu. Dengan ungkapan lain ada orientasi-orietasi tertentu yang menggerakkan ketika seseorang bertindak atau berperilaku. Dalam menggunakan media khalayak didorong oleh motif-motif tertentu. Hingga pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang menggunaan media. Research conducted by Daniel J. Dill by title Dialogicality in TV news interviews. The results showed that, the above job description requires the use of both quantitative and qualitative methodologies. The quantitative analyses involve both descriptive and inferential statistics applied to normalized response measures for the entire corpus, whereas the qualitative analyses pinpoint local organization through the inspection of concrete examples. Our empirical hypotheses were commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 confirmed: (1) The orality markers were used by both interviewers and interviewees, but more frequently by interviewees. (2) B. Shaw used orality markers quite differently from interviewee to interviewee, especially in the interview with B. Bush where he allowed her to draw him into a more spontaneous style. He thus manifested the flexibility of a competent interviewer. (Journal of Pragmatics 36 (2004) 185 205) (Penelitian yang dilakukan oleh Daniel Edward J. Dill dengan judul Dialog Wawancara Dalam Berita TV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, deskripsi pekerjaan di atas mengharuskan penggunaan kedua metodologi kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif melibatkan statistik deskriptif maupun inferensial diterapkan untuk tindakan respon normal untuk seluruh korpus, sedangkan analisis kualitatif menentukan organisasi lokal melalui pemeriksaan contoh-contoh konkret. Hipotesis empiris kami dikonfirmasi: (1) Penanda kelisanan yang digunakan oleh pewawancara dan yang diwawancarai, tetapi lebih sering oleh orang yang diwawancarai. (2) B. Shaw digunakan penanda kelisanan cukup berbeda dari orang yang diwawancarai untuk diwawancarai, terutama dalam wawancara dengan B. Bush di mana ia memungkinkan dirinya untuk menarik dia ke gaya yang lebih spontan. Ia kemudian diwujudkan fleksibilitas pewawancara yang kompeten). Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah rekan-rekan mahasiswa Fakultas FISIP Jurusan Komunikasi UNS. Seperti yang telah diketahui bahwa mahasiswa Fakultas FISIP Jurusan Komunikasi UNS memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang cukup mendalam mengenai motivasi pengembangan diri. Oleh sebab itu, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu mahasiswa FISIP Jurusan Komunikasi UNS untuk mendapatkan informasi lebih dalam upaya pengembangan diri. Dengan kata lain, mahasiswa yang semula kurang memahami tentang makna motivasi yang sebenarnya menjadi lebih paham dan mampu mengembangkam pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengambil judul Motivasi dan Penggunaan Media (Studi Korelasi Motivasi dengan Penggunaan Media Menonton Program Acara Sentilan Sentilun di Metro TV Pada Kalangan Mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditarik perumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel motivasi (X) dengan variabel penggunaan media (Y) menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro TV pada kalangan mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara variabel motivasi (X) dengan variabel penggunaan media (Y) menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro TV pada kalangan mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta . D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis: Penulis ingin mengetahui aktivitas tayangan talk show untuk memotivator dan hiburan dengan baik dan bisa sesuai dengan segmentasi sasarannya dan untuk melatih diri dalam memahami fenomena yang berkembang di masyarakat. 2. Manfaat Teoritis: Penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, memperluas wawasan peneliti Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sebelas Maret. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 E. Kerangka Pemikiran dan Landasan Teori 1. Kerangka Pemikiran Khalayak yang dulunya dianggap pasif terhadap media ternyata bersikap aktif. Khalayak memiliki kemampuan untuk menentukan media apa yang digunakan dan bagaimana cara. Expectancy Value Teory karya Philip Palmgreen menegaskan bahwa pengunaan media (media consumption) juga dipengaruhi oleh motivasi atau orientasi tertentu. Jadi khalayak memiliki motivasi tertentu dalam menggunakan media. Persoalan yang dimiliki individu akan mendorongnya untuk memiliki motif tertentu yang akan menimbulkan tindakan dalam bentuk pengkonsumsian media atau perilaku lainnya. Karena kebutuhan, persoalan dan motif berbeda bagi individu atau kelompok yang berbeda, maka hasilnya adalah pola-pola perilaku yang berbeda pula (Morissan, 2008: 29-30). Dari sini dapat dilihat bahwa penggunaan media selain dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap isi media dan/atau media itu sendiri juga dilatar belakangi oleh motivasi tertentu. Gambar 1 Kerangka Pemikir Peneliti MOTIVASI 1. Kebutuhan informasi tentang narasumber 2. Kebutuhan akan kesenangan dan pengalaman 3. Kebutuhan pelepasan ketegangan 4. Kebutuhan akan hiburan 5. Kebutuhan dalam mengisi waktu PENGGUNAA MEDIA 1. Frekuensi 2. Intensitas (Variabel Dependen (Y) (Variabel Independen (X) Penelitian ini akan terfokus untuk meneliti hubungan antara persepsi mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV dengan penggunaan media yang dilakukan, yang dipengaruhi oleh motivasi yang dimilikinya. 2. Landasan Teori a. Komunikasi 1) Definisi Komunikasi Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan yang tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial mampunyai dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Karenanya, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia (Widjaja, 2002: 4). communication Bahasa comunicare comunicare mempunyai 3 (tiga) kemungkinan arti : a) to make common b) cum+munus c) cum+munire . . . Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi). Diantara ratusan defenisi tersebut, salah satu defenisi komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (receiver), melalui satu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini, komunikasi haruslah bersifat intentional membawa perubahan (Mufid, 2005: 1-2). commit to user (disengaja) serta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 Raymond S. Ross, mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator (Wiryanto, 2000: 6). Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orangorang yang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, dan (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2006: 18). 2) Unsur-Unsur Komunikasi Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan diatas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut (Widjaja, 2002: 11-20): a) Sumber (source) Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini yang perlu kita perhatikan kredibilitas terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain sebagainya. Apabila kita salah dalam mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang kita harapkan. b) Komunikator Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan menjadi komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator adalah memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 c) d) e) f) berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap/penambahan pengetahuan bagi/pada diri komunikan. Pesan Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasinya. Saluran (channel) Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau yang bersifat resmi yang mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi dan saluran informal atau yang bersifat tidak resmi berupa desas-desus, kabar angin atau kabar burung. Komunikan Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu persona (komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok (komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu), massa (komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media. Massa disini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu). Komunikasi akan berjalan baik dan berhasil jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman komunikan. Hasil (effect) Effect adalah hasil akhir dari sebuah proses komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil, demikian juga sebaliknya. 3) Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi adalah mengubah sikap (to change the attitude), mengubah opini (to change the opinion), mengubah perilaku (to change the behavior), dan (to change the society) (Effendy, 2003: 55). commit to user mengubah masyarakat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan. Pada umumnya tujuan komunikasi tujuan anatara lain, yaitu: a) Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita maksud. b) Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya. c) Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak. d) Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja, 2000: 66-67). Ruslan (2003: 11) menyatakan tujuan komunikasi sebagai berikut : a) Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk mengerti dan memahami apa yang kita maksud. b) Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. dalam hal ini tentu cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja. c) Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak. Komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya (Ruslan, 2003: 83). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 4) Tatanan Komunikasi Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut (Effendy, 2002: 54) : a) Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi, seperti tukar pikiran dan lain sebagainya. b) Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi, panel, seminar dan lain-lain) serta komunikasi kelompok besar. c) Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi media massa cetak/press seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi media massa elektronik seperti radio, televisi dan lainnya. b. Komunikasi Massa 1) Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat-alat komunikasi atau lebih populer dengan nama media massa, yang meliputi semua (alat-alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan, audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Karena demikian eratnya penggunaan peralatan tersebut, maka komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass (media) communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi commit to user mass perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 mediated mendefenisikan komunikasi sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film, atau televisi (Wiryanto, 2000: 1-3). Defenisi lain tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi tentang komunikasi massa, pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab pada awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media komunikasi yang termasuk komunikasi massa adalah radio siaran dan televisi sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah sebagai media cetak. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 3-4). Defenisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright nampaknya merupakan defenisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu diarahkan pada khalayak relatif besar, heterogen dan anonim, pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Ardianto, 2004: 5). Menurut Little John, komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik. Melalui proses ini diharapkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 sejumlah pesan yang dikirimkan akan digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Nurudin, 2004: 11). Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi tersebut yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2004: 7). 2) Karakteristik Komunikasi Massa Kita sudah mengetahui bahwa defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2004: 7-12), antara lain sebagai berikut : a) Komunikator terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak ataupun elektronik. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. b) Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan kounikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, ataupun penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan. c) Komunikannya anonim dan heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikasi massa adalah heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 d) e) f) g) masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi. Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang digunakan. Komunikasi massa bersifat satu arah Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak perlu melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah. Stimulasi alat indera terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. h) Umpan balik tertunda (delayed) Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 3) Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai petukaran data, fakta dan ide. Effendy (2002: 27-28) menyebutkan komunikasi massa dapat berfungsi untuk : a) Informasi Yaitu kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, penyebaran data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, orang lain dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. b) Sosialisasi Yaitu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. c) Motivasi Yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. d) Perdebatan dan Diskusi Yaitu menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal. e) Pendidikan Yaitu pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. f) Memajukan Kebudayaan Yaitu penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 g) Hiburan Yaitu penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu. h) Integrasi Yaitu menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain. 4) Efek Komunikasi Massa Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada sasaran komunikasi. Oleh karena efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi (Effendy, 2003: 318-319) dapat diklasifikasikan sebagai : a) Efek kognitif (cognitive effect) Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti dan bingung menjadi jelas. Contoh pesan komunikasi yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan lainnya. Efek kognitif timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini akan membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. b) Efek afektif (affective effect) Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Dimana efek ini berkaitan dengan perasaan. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu khalayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. c) Efek konatif (behavioral effect) Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan, tindakan atau kebisaaan berperilaku. Karena berbentuk perilaku maka sebagaimana diatas maka efek konatif sering disebut juga efek commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa melainkan didahului oleh efek kognitif dan atau efek afektif. c. Televisi Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set). Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut sedang berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai Negara. Dengan demikian kata televisi disini diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi. Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi sekitar tahun 1883-1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia 6). Televisi sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 world fair York. Hingga saat ini televisi memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan Negara. Research conducted by José Alberto García and Avilés by title Roles Of Audience Participation In Multiplatform Television: From Fans And Consumers, To Collaborators And Activists. We have seen that participation is understood as feedback that is empowered by technological innovations and presumably enables a great variety of audience contributions. These range from facilitating the publics access to content through non-linear offers and promoting viewers engagement with live shows through mob ile phones and social networks to increasingly interactive services offered via the broadcasters websites. Thus, the networks are adapting to rapid changes in the current digital multichannel environment, as well as to changes in the viewing and consuming patterns and expectations of the audience. (Journal of Audience and Reception Studies, Volume 9, Issue 2 November 2012) (Penelitian yang dilakukan oleh José Alberto García dan Avilés dengan judul Peran partisipasi penonton televisi multiplatform: Dari penggemar dan konsumen, untuk kolaborator dan aktivis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Kita telah melihat bahwa partisipasi dipahami sebagai umpan balik yang diberdayakan oleh inovasi teknologi dan mungkin memungkinkan berbagai macam kontribusi penonton. Ini berkisar dari memfasilitasi akses publik ke konten melalui penawaran non-linear dan mempromosikan keterlibatan pemirsa dengan pertunjukan live melalui telepon ile massa dan jaringan sosial untuk pelayanan semakin interaktif yang ditawarkan melalui website penyiar. Dengan demikian, jaringan beradaptasi dengan perubahan yang cepat dalam lingkungan multichannel digital saat ini, serta perubahan pola menonton dan memakan waktu dan harapan penonton. Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreativitas perorangan. Tanpa kreativitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan penontonnya (Wahyudi, 1986: 49-51). Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas Negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol makan akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan negara dalam hal informasi. Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Avery, megungkapkan 3 (tiga) fungsi media yaitu : 1) The surveillance of the environment, yaitu mengamati lingkungan. 2) The correlation of the part of society in responding to the environment, yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi. 3) The transmission of the sosial heritage from one generation to the next, yaitu menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Melihat posisi dan peranannya, bukan tidak mungkin pada suatu saat, media televisi akan memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi (Kuswandi 1996: 24-25). 1) Perkembangan Televisi di Indonesia Ketika peresmian satelit komunikasi Palapa dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1976, mulailah dunia commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 komunikasi massa di Indonesia berkembang dengan sendirinya. Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder, bisa meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon bolak-balik atau 800 saluran telepon satu arah. Satelit ini dihubungkan dengan 40 buah stasiun bumi, 27 diantaranya terletak di ibukota provinsi. Di Indonesia, dunia pertelevisian berkembang pesat, terbukti dengan bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta bersamaan dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990. Ada berbagai alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini yaitu TVRI, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, MetroTV, GlobalTV, TransTV, Trans7, Indosiar, dan TVOne. Dengan demikian, semakin maraklah persaingan media televisi di Indonesia, baik dengan televisi lokal maupun televisi international. Hal ini akan membawa pengaruh pada pemasangan iklan di media televisi. Seandainya setiap media televisi lokal di Indonesia tidak mampu mengelola manajemennya dan personifikasi orang di balik media tersebut secara profesional, bukan tidak mungkin pada suatu saat, televisi lokal akan sajian program maupun iklan. Tahun 1965, TVRI memiliki 2 stasiun penyiaran dengan 4 stasiun pemancar dan 5 stasiun penghubung. Antara tahun 1973-1978, TVRI menambah 5 buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dengan 11 stasiun penghubung. Tahun 1980 terdapat 9 buah stasiun penyiaran dengan dilengkapi 124 pemancar dan stasiun penghubung. Menurut Deppen, tahun 1991 jaringan nasional TVRI meliputi sarana yang diklasifikasikan sebagai berikut : 10 stasiun siaran, 7 stasiun keliling, dan 225 stasiun transmisi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 Badan televisi swasta pertama di Indonesia adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang beroperasi sejak bulan April 1989. Kemudian ditetapkan secara resmi tayang nasional tanggal 24 Agustus 1989 sekaligus pencabutan decoder RCTI. Misi dari RCTI yakni ikut serta dalam proses pencerdasan bangsa melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik. Kemudian pada bulan Agustus 1989 mengudara Surya Citra Televisi (SCTV), dalam perkembangannya SCTV merencanakan membangun 20 stasiun relay, dimana setiap stasiun relay berkekuatan rata-rata 1 kilowatt. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) pimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, diresmikan penyiarannya oleh Presiden Soeharto tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio 12 TVRI Senayan Jakarta. Meskipun TPI penyiarannya bekerjasama dengan berstatus TVRI. swasta, tetapi TPI terikat UU No.2/1989 tentang pendidikan nasional. Hal ini menyebabkan TPI harus bekerjasama dengan Deppen dan Dekdikbud (Kuswandi, 1996: 34-40). Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu tayangnya. Kemudian pada tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta lainnya seperti Indosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV, ANTV, dan TVOne. Sehingga sampai saat ini, terdapat 11 stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional di Indonesia. 2) Karakteristik Media Televisi Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan. Adapun karakteristik (Ardianto, 2004: 128-130) adalah sebagai berikut : commit to user televisi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 a) Audiovisual Televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Karena sifatnya yang audiovisual maka siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Pemirsa pada umumnya merasa terpenuhi keingintahuannya bila setiap berita televisi dilengkapi dengan film berita. Terlebih lagi bila kualitas rekamannya baik, serta moment pengambilannya tepat, seolah-olah pemirsa melihat langsung peristiwa tersebut. b) Berfikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu manjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Tahap penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. c) Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca saja dapat melibatkan 10 orang. Peralatan yang digunakannya pun harus dilakukan oleh orangorang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran. 3) Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan di Televisi Setelah membahas mengenai karakteristik suatu peristiwa (fakta dan opini) yang layak menjadi berita yakni fakta dan opini tersebut harus mengandung unsur penting dan menarik. Begitu pula pesan lainnya yang bertujuan menghibur. Tetapi pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan (Ardianto, 2004: 131-132) itu antara lain : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 a) Pemirsa Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikatornya akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini, komunikator harus memahami kebisaaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang-orang. Karena itu setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang dijejalkan begitu saja. b) Waktu Setelah komunikator mengetahui minat dan kebisaaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebisaaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju. c) Durasi Durasi adalah waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang terpenting bahwa dengan durasi tertentu tujuan acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama. d) Metode Penyajian Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi non hiburan dan non informasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak komunikator dan komunikan. Permasalahannya adalah bagaimana caranya agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa. Caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengandung unsur hiburan. Acara non hiburan dapat dikemas dalam bentuk hiburan. Begitu pula dengan pesan informatif, selain melalui acara siaran berita, dapat dikemas dalam bentuk wawancara, panel diskusi, reportase, obrolan dan sejenisnya, bahkan dalam bentuk sandiwara sekalipun. 4) Program Siaran Televisi Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Akan tetapi, sejauh mana pengaruh positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak. sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi adalah seakanakan menghipnotis penonton sehingga penonton dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Effendy, 2003: 122). Menurut Frank Jefkins (2003: 105-108), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu : a) Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna. b) Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama. c) Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin. Sedangkan program acara televisi terdiri dari : a) Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal. b) Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam. c) Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam maupun di luar negeri. d) Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, seperti acara memasak, berkebun, dan acara kuis. e) Acara drama terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan sebagainya. f) Acara musik seperti konser musik pop, musik rock, musik dangdut, musik klasik dan sebagainya. g) Acara bagi anak-anak seperti penayangan film kartun. h) Acara-acara keagamaan seperti siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan sebagainya. i) Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan. j) Acara bincang-bincang atau sering disebut dengan acara talkshow. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 d. Model Uses and Gratification Theory Permasalahan utama dalam teori uses and gratification bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayaknya. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus digambarkan sebagai (Effendy, 2003: 289-290). Teori uses and gratification ini a dramatic break with tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik, teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhanya. Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psiklogis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi (Rakhmat, 2004: 65). Riset teori uses and gratification bermula dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai kekuatan memaktivitasi khalayak. Inti dari teori uses and gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak akan disebut sebagai media yang efektif (Kriyantono, 2006: 204) Dalam teori uses and gratifications ditekankan bahwa audience itu aktif dalam memilih media mana yang harus dipilih untuk memenuhi kebutuhannya. Teori ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi didalam melihat media, artinya manusia itu memiliki otonomi atau wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 menggunakan media dan sebaliknya mereka percaya bahwa ada banyak alasan khlayak untuk menggunakan media. Asumsi-asumsi dasar teori uses and gratification menurut Jay Blumer, Elihu Katz dan Michael Gurevitch, yaitu : 1. Khalayak dianggap aktif dan penggunaan media berorientasi pada tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan media terletak pada anggota khalayak. 3. Media harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. 4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasisituasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa disimpulkan dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak. Gambar 2 Uses and Gratifications Model Katz, Gurevitch dan Haas commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 Model ini memulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual ( ) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, affective needs, personal integrative needs, social integrative needs, dan escapist needs. Effendy (2003: 294) kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut : 1. Kebutuhan kognitif (cognitive needs) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Kebutuhan afektif (affective needs) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Kebutuhan pribadi secara integratif (personal intergrative needs) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Kebutuhan sosial secara integratif (social integrative needs) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Kebutuhan pelepasan (escapist needs) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan. e. Motivasi Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri sesorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 tujuan tertentu. Usaha yang dapat menyebabkan sesorang atau kelompok orang tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin menvcapai tujan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebebkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif adalah daya penggerak dalam diri sesorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapatdalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubaha tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan sesorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri sesorang yang menggerakan untuk melekukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan sesorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat kepada mau melaksanakan tagas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong sesorang untuk menapai tujuan tertentu yang telah ditetapakan sebelumnya atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau oranh-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencobamempengaruhi orang atau orang-orang yang dipimpinnya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tettentu yang ditetapakn terlebih dahulu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya (Uno, 2007: 1-3). f. Penggunaan Media Penggunaan Media (media use) merupakan perilaku khalayak dalam menggunakan media. Penggunaan media adalah cara khalayak dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu media. Menurut Rachmat (2009: 66) penggunaan media adalah jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual Definisi konseptual adalah definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri Singarimbun dan Sofian Effendy, 1989: 33). suatu konsep yang pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep atau istilah tertentu. a. Variabel Independen, adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau yang mempengaruhi variabel yang lain (Rakhmat, 2004: 12). Variabel independen dalam penelitian ini adalah motivasi. - Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya (Uno, 2007: 3). b. Variabel Dependen, adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel commit to user yang mendahuluinya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 (Rakhmat, 2004: 12). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penggunaan media. - Penggunaan Media Penggunaan media di sini merupakan efek dari adanya konsumsi individu terhadap tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV (penggunaan media) sebelumnya. Penggunaan media merupakan salah satu bagian dari efek yang terjadi karena hubungan yang terjalin antara individu dan media massa, yaitu efek behavioral. Efek behavioral merujuk pada pelaku nyata yang diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasan berperilaku. 2. Definisi Operasional Definisi operasional dibuat dengan tujuan menjelaskan apa yang menjadi fokus penelitian. Menurut Masri Singarimbun dan Soffian Effendi (1989: 46) definisi memberitahukan operasional bagaimanakah adalah caranya unsur mengukur penelitian suatu yang variabel penelitian. Jadi definisi operasional ini merupakan konsep yang telah disesuaikan derajatnya dengan situasi dan kondisi ditempat penelitian. Motivasi adalah tujuan dan keinginan yang melatarbelakangi individu dalam melihat tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. Motivasi diukur dengan indikator kebutuhan akan informasi tentang narasumber, kebutuhan akan kesenangan dan pengalaman, kebutuhan pelepasan ketegangan, kebutuhan akan hiburan, dan kebutuhan mengisi waktu. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh, menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dalam penelitian ini persepsi mengacu pada penilaian atau interpretasi individu terhadap tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. Persepsi diukur dengan indikator pengenalan, penalaran, perasaan, dan tanggapan. Pengetahuan adalah merupakan suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Dalam penelitian ini pengetahuan individu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 yang berupa stimulus tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru pada individu. Motivasi diukur dengan indikator tahu (know), memahami (coprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation). Berdasarkan jawaban tiap responden akan diukur dengan 4 kategori yaitu skor 4 untuk kategori sangat tinggi, skor 3 untuk kategori tinggi, skor 2 untuk kategori sedang dan skor 1 untuk kategori rendah. Dengan membaca definisi operasional beserta keterangannya dalam suatu penelitian akan diketahui baik buruknya pengukuran tersebut (Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, 1981: 46). Berikut definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah : a. Motivasi (Variabel X) Di ukur dengan indikator-indikator : 1) Kebutuhan akan informasi tentang narasumber yaitu khalayak mendapatkan informasi, dan dapat melaksanakan rasa ingin tahu serta kejelasan akan isu yang sedang berkembang di masyarakat tentang narasumber a) Program acara Sentilan Sentilun di Metro TV memberikan informasi-informasi yang baru dari seputar materi yang disajikan - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju b) Program acara Sentilan Sentilun di Metro TV ini memperluas pengetahuan seputar materi yang disajikan - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 2) Kebutuhan akan kesenangan dan pengalaman yaitu khalayak tidak hanya mengetahui dan memahami makna yang di tangkap, juga dapat memberikan kesenangan dan menjadikanya pengalaman dalam kehidupan a) Merasa mendapat kesenangan setelah menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro TV - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju b) Merasa mendapat pengalaman-pengalaman yang baru setelah menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju c) Merasa terhibur setelah menyaksikan tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju 3) Kebutuhan pelepasan ketegangan yaitu kebutuhan akan pelarian dan pengendalian diri dari rutinitas dan masalah, serta pelepasan emosi a) Program acara Sentilan Sentilun di Metro TV merupakan tayangan yang banyak di bicarakan dan diminati - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 - Rendah : tidak setuju b) Merasa rileks / santai setelah menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju c) Tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV dapat melepaskan dari ketegangan rutinitas sehari-hari - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju 4) Kebutuhan akan hiburan yaitu khalayak merasa mendapatka hiburan setelah seharian beraktifitas ketika menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro TV a) Berminat untuk menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV selanjutnya - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju b) Menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV untuk melepaskan diri dari kegiatan rutin - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 5) Kebutuhan mengisi waktu yaitu ketika khalayak menonton just alvin dalam keadaan santai dan mengisi waktu yang kosong a) Tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV merupakan acara yang sering saksikan di waktu luang - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju b) Tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV dapat mengisi waktu luang - Sangat tinggi : sangat setuju - Tinggi : setuju - Sedang : kurang setuju - Rendah : tidak setuju b. Penggunaan Media (Variabel Y) Di ukur dengan indikator-indikator : 1) Frekuensi yaitu tingkat keseringan responden menggunakan suatu media. a) Meluangkan waktu untuk menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. 1. Tidak pernah meluangkan waktu menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. 2. Kadang-kadang meluangkan waktu menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. 3. Selalu meluangkan waktu untuk menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. b) Berapa kali anda menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV dalam dua bulan terakhir? 1. Menonton 2 kali dalam 2 bulan terakhir. 2. Menonton 5 kali dalam 2 bulan terakhir. 3. Menonton 8 kali dalam 2 bulan terakhir. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 c) Berapa menit rata-rata menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV? 1. Selama 1-15 menit dalam sekali menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. 2. Selama 16-45 menit dalam sekali menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. 3. Selama 46-60 menit dalam sekali menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. 2) Intensitas yaitu tingkat perhatian responden dalam menggunakan suatu media. a) Sebelum menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV, apa yang dilakukan terlebih dahulu 1) Melihat dari TV informasi yang ditayangkan secara berulang-ulang. 2) Bertanya kepada teman mengenai program acara Sentilan Sentilun di Metro TV. 3) Mencari informasi di media massa (surat kabar dan TV). b) Menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV, melakukan aktifitas lain? 1) Ya, selalu melakukan aktivitas lain. 2) Kadang-kadang diselingi aktivitas lain. 3) Tidak, hanya fokus menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV dan tidak melakukan aktivitas lain. c) Menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV sampai selesai 1) Tidak pernah menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV sampai selesai. 2) Kadang-kadang menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV sampai selesai. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 3) Selalu menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV sampai selesai. d) Setelah menonton tayangan program acara Sentilan Sentilun di Metro TV, selalu memperbincangkannya dengan orang lain? 1) Tidak pernah memperbincangkannya dengan orang lain 2) Kadang-kadang memperbincangkannya dengan orang lain 3) Selalu memperbincangkannya dengan orang lain e) ng-bincang tentang hal tersebut 1) Orang tua/saudara 2) Teman 3) Tetangga/orang lain k) Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang diteliti, yaitu suatu dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dinyatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Selain itu definisi hipotesis lainnya adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris (Nasir, 2003:151). Hipotesis dapat ditolak atau dianggap tidak benar jika fakta yang ada tidak mendukung atau tidak membenarkan (Sudjana, 1992: 219). Dari kerangka pemikiran di atas di dapatkan hipotesis Ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel motivasi (X) dengan variabel penggunaan media (Y) menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro TV pada kalangan mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011 FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta . commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 l) Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei. Tujuan metode survei adalah untuk memperoleh informasi dari sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Metode survei biasanya digunakan untuk mengetahui hal apa yang diketahui dan dipikirkan, dimiliki, dilakukan dan telah dilakukan dan dirancangkan orang atau responden. Selain itu penelitian survei juga dipakai untuk mengetahui sikap, perasaan, prasangka, keyakinan dan nilainilai yang dimiliki orang (Prajarto, 2010: 30). Berdasarkan tujuannya, penelitian ini menerapkan jenis penelitian korelasional dengan data kuantitatif. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau lebih variabel dan menguji atau menentukan ada tidaknya hubunganyang terjadi di dalam satu lingkungan tertentu (Silalahi, 2009: 181). Sedangkan data kuantitatif meliputi angkaangka yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dan talah dihitung kemudian disajikan dalam bentuk persentase. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret (UNS) yang beralamat di Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, dengan sasaran penelitian adalah mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2010 dan 2011. Kurikulum pembelajaran Program Studi Ilmu Komunikasi sangat berkaitan dengan pembahasan mengenai media massa. Oleh karena itu dapat dijadikan pertimbangan bahwa mahasiswa program studi ini mengerti dengan baik mengenai media massa. Selain itu faktor kedekatan peneliti dengan lokasi penelitian di mana peneliti menempuh studinya, juga menjadi faktor yang dipertimbangkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan individu-individu atau objek secara keseluruhan yang akan menjadi sasaran penelitian yang tidak saja berupa alat-alat, keadaan serta tempat dan sebagainya. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari, sehingga dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 72). Populasi (kumpulan objek riset) bisa berupa orang, organisasi, kata-kata dan kalimat, simbol-simbol nonverbal, surat kabar, radio, televisi, dan lainnya. Objek riset ini juga disebut satuan analisis atau unsur-unsur populasi. Jadi unit analisis ini merupakan unit yang akan diteliti (Kriyantono, 2008: 151). Dalam penelitian ini populasi adalah mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2010 dan 2011 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta, diketahui bahwa total populasi mahasiswa dua angkatan tersebut yang dijadikan populasi penelitian berjumlah 168 orang. Berdasarkan pra survei untuk menentukan populasi, mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2010 dan 2011 yang aktif menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro TV hanya 63 mahasiswa. b. Sampel Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel yang merupakan cara untuk menentukan banyaknya sampel yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Populasi yang akan dijadikan sampel hanya berjumlah 63 orang karena jumlah anggota populasi penelitian ini relatif kecil, maka dari itu sample yang digunakan di penelitian ini adalah teknik sampling sensus. Teknik sampling sensus adalah dimana semua anggota populasi dijadikan sampel atau responden. (Kriyantono, 2006: 159). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 4. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau informan baik melalui observasi, angket, maupun wawancara. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan melalui pengisian kuesioner. b. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang digunakan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang diperoleh dari literatur, arsip, buku, jurnal, dan dokumen atau catatan lain yang relevan. 5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui beberapa cara, yaitu: a. Kuesioner Kuesioner yaitu suatu daftar pertanyaan atau angket yang diajukan kepada responden guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Kelebihan dari teknik ini adalah tidak membuang waktu dan data cepat masuk. Metode penggumpulan data dengan kuesioner merupakan penggumpulan data yang utama dalam penelitian ini. b. Studi Pustaka Studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mencatat dari berbagai sumber literatur yang berkaitan dengan penelitian ini untuk melengkapi data. Dapat berupa teori-teori dari buku, website, televisi dan sumber-sumber lain yang isinya sesuai dengan permasalahan penelitian. 6. Tehnik Analisis Data Tahap analisa data dilakukan dengan penerapan teknik statistik mengingat penelitian ini dihadapkan pada hipotesa, populasi dan teknik sampling. Selanjutnya data-data penelitian di analisis dengan beberapa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 teknik pengujian, meliputi; uji validitas, uji reabilitas, uji korelasi dan uji central tendency atau ukuran tendensi pusat dari data primer yang sudah diolah. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner pada 30 orang di luar sampel penelitian, setelah instrumen benar-benar valid kemudian dilakukan pengukuran pada keseluruhan sampel, yaitu sebanyak 63 responden. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program software aplikasi SPSS (Statistic Package for The Social Science) for windows versi 16.0. Dengan program SPSS 16.0 ini, peneliti melakukan berbagai uji statistik sebagaimana yang telah tentukan di atas. Pemilihan program SPSS ini didasarkan pada keakuratan dan kecepatan penyajian pengolahan hasil data. a. Uji Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Data dikatakan valid, jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh instrumen tersebut. Instrumen disusun dengan memecah variabel menjadi subvariabel berikut dengan indikator-indikatornya. Untuk menguji validitas angket, dipergunakan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson (Arikunto, 1998: 160) dengan rumus : N rxy = N 2 -( -( )( )2 N ) 2 )2 -( Keterangan : rxy = koefisien korelasi product moment Y = skor total tiap responden X = skor tiap butir pertanyaan N = jumlah sampel tersebut bertanda positif dan r hasil > r tabel dengan derajat kebebasan (df) = n-2, dalam hal ini n = jumlah sampel, maka butir pertanyaan atau variabel tersebut valid. Dengan diperolehnya indeks validitas commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 setiap butir, maka dapat diketahui dengan pasti butir-butir mana yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya, sehingga berdasar perhitungan ini peneliti dapat merevisi butir-butir pertanyaan yang dimaksud. b. Uji Reliabilitas Uji reabilitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu instrumen jika dipergunakan untuk mengukur objek penelitian yang sama, meski berkali-kali digunakan akan mendapatkan hasil yang serupa. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alpha Cronbach Alpha 8: 190-191). Adapun rumus alpha yang dimaksud yaitu: k k -1 rii = b2 1- t2 Keterangan : rii = reliabilitas instrumen b2 = jumlah varians butir = varians total k = banyaknya butir pertanyaan atau jumlah soal 7. Teknik Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini merupakan studi korelasi dengan skala pengukuran variabel bersifat ordinal, yakni mengurutkan responden dalam tingkatan kelas tertentu sehingga tes atau uji statistic yang dianggap sesuai untuk menguji hubungan antara variabel-variabel tersebut adalah dengan menggunakan teknik pengolahan data kuantitatif dengan menggunakan rumus korelasi Tata Jenjang Spearman (r s) (Gulo, 1985: 187), dengan rumus sebagai berikut : rs X2 2 Y2 - D2 X2 . Y2 Untuk mencari rs dengan tahap-tahap sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 a. Menghitung jumlah jenjang kembar dari variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus: Tx t3 - t 12 Ty t3 - t 12 b. Setelah T diperoleh, maka menghitung jumlah kuadrat dari dua variabel X dan Y dengan rumus: X2 n3 - n - Tx 12 Y2 n3 - n - Ty 12 Keterangan: rs : Koefisien korelasi variabel X dan Y D2 n : Kuadrat jumlah selisih rengking : Banyaknya responden Tx : Jumlah jenjang kembar pada variabel X Tx : Jumlah jenjang kembar pada variabel Y 12 : Bilangan konstan Untuk mengetahui apakah hubungan dari ke dua variabel tersebut signifikan atau tidak, digunakan rumus t test. Adapun rumus t test tersebut adalah sebagai berikut: t rs n-2 1 - rs 2 Keterangan : t = tingkat signifikan korelasi rs = Koefisien korelasi Spearman n = Jumlah sampel Signifikan hubungan antara 2 variabel ditentukan dengan perbandingan antara harga t hitung dengan harga t tabel harga kritis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 Setelah nilai t diperoleh, kita bisa menentukan apakah hipotesis yang telah kita rumuskan terbukti. Bila harga t dihitung yang diperoleh lebih besar atau sama dengan harga t kritis pada tabel harga kritis pada taraf kepercayaan 95% atau p = 0,05 artinya hipotesa dapat diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Dan begitu sebaliknya bila harga t dihitung yang diperoleh lebih kecil daripada harga t kritis pada tabel harga kritis maka hipotesa akan ditolak. Berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. commit to user