BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jawa tengah, merupakan “rumah” bagi sembilan gunung api utama Pulau Jawa bagian tengah dimana delapan gunung dalam status masih aktif yaitu Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Dieng, Gunung Slamet. Dari kesembilan gunung tersebut, Gunung Merapi merupakan yang paling aktif dan menyisakan Gunung Muria yang sudah dianggap tidak aktif lagi (Soeria-Atmadja, dkk., 1988; Edwards, dkk., 1991., dalam Setiadji. L. D, 2010). Kesembilan gunung ini terbentuk dari desakan lempeng samudra (Indo-Australia) dari selatan terhadap lempeng benua di bagian utara (Eurasia) dan membentuk deretan gunung api Merapi-MerbabuTelomoyo-Ungaran di bagian timur dan Sumbing-Sindoro-Dieng dibagian barat. Pada bulan Mei 2006, Gunung teraktif di Pulau Jawa, yaitu Gunung Merapi mengalami erupsi dan empat tahun berselang, di tahun 2010 gunung ini kembali erupsi namun dengan kekuatan yang lebih besar dan dalam periode yang cukup lama dibandingkan tahun 2006. Beberapa waktu sebelum letusan (2006 & 2010), aktivitas tektonisme berupa gempabumi terjadi di D.I. Yogyakarta. Tanggal 26 Mei 2006 beberapa hari sebelum erupsi merapi, Yogyakarta diguncang gempa berkekuatan Mw = 6,3 dengan episenter 25 km arah tenggara Yogyakarta (NEIC dan Harvard tahun 2006) di kedalaman 17 km menurut BGR (Federal Institute for Geosciences and Natural Resources). Pada tahun 2010, terjadi sekitar 23 gempa tektonik yang mengguncang Yogyakarta berkekuatan 3-5 skala Richter dalam rentang waktu sembilan bulan sebelum erupsi 26 Oktober dan 5 November 2010. Beberapa diantaranya terjadi pada tanggal 21 Agustus 2010 (5 skala Richter), 3 September 2010 (5 skala Richter), dan 28 Okober 2010 (4 skala Richter) (Daryono, 2011). Fenomena ini menunjukkan adanya keterkaitan yang unik antara aktivitas tektonik dan vulkanik yang terjadi khususnya di daerah Jawa Tegah dan sekitarnya. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang menjelaskan keterkaitan langsung kedua 1 2 aktivitas ini, namun dengan mengetahui informasi struktur bawah permukaan dari gunung api diharapkan dapat menjadi studi awal untuk memahami keterkaitan tektonisme dengan vulkanisme lebih lanjut. Untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan gunung api dapat dilakukan studi berdasarkan informasi kegempaan menggunakan metode seismik. Metode seismik adalah suatu metode didalam geofisika yang sudah terbukti ampuh dalam mempelajari studi bawah permukaan untuk keperluan eksplorasi. Seismik tomografi merupakan salah satu teknik didalam metode seismik yang cukup handal dalam memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Tomografi berasal dari bahasa Yunani “tomos” yaitu irisan. Seismik tomografi atau tomografi seismik pertama kali diperkenalkan oleh Aki, dkk pada pertengahan tahun 1970-an dengan istilah Three Dimensional Inversion (Tryggvason, A. 1998). Pada saat itu metode ini digunakan untuk menganalisis perbedaan dari struktur lempeng samudra dan lempeng benua dari gelombang permukaan yang melaluinya. Seismik Tomografi merupakan suatu metode yang mengembangkan karakterisasi lokal 1D pada struktur bawah permukaan suatu area yang diproses menjadi model 3D (Lay dan Wallace, 1995). Seimik tomografi berkerja layakya CT scan pada bumi. Pada alat CT scan sinar X ditembakkan keseluruh tubuh seseorang dari berbagai arah. Pada tomografi seismik, gelombang seismik digunakan untuk menggambarkan struktur interior bumi. Ketika terjadi aktivitas tektonik di bawah permukaan, gelombang bergerak menyebar kesegala arah hingga kepermukaan, kemudian seismometer merekam semua gelombang yang datang. Data rekaman gelombang kemudian dikumpulkan dan diolah untuk memunculkan informasi tentang keadaan bawah permukaan. Obyek studi dari penelitian ini adalah bagian bawah permukaan dari lima gunung api di Jawa Tengah yaitu Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Ungaran, Gunung Sumbing, dan Gunung Slamet berdasarkan data gempa tektonik pada Proyek MERAMEX (Merapi Amphibiuous Experiment). Data gempa tersebut merupakan data pasif dan diolah dengan melakukan inversi tomografi serta dikorelasikan dengan data geologi secara umum. Dalam pengolahannya, data 3 gempa yang merupakan data sekunder diproses menggunakan LOTOS-10 (Local Tomography Software) yang dibuat dan dikembangkan oleh Koulakov, (2009) I.2. TujuanPenelitian Tujuan dari penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu: 1. Mempelajari teknik inversi tomografi menggunakan LOTOS-10. 2. Mendapatkan citra anomali kecepatan subsurface gelombang-P dan gelombang-S area penelitian. 3. Mendapatkan penampang melintang bawah permukaan lima gunung api berdasarkan hasil inversi tomografi. I.3. BatasanMasalah Batasan masalah dalam penelitian ini berbatas pada: 1. Data yang dipergunakan adalah data sekunder Proyek MERAMEX yang merekam data gempa dari pada bulan Mei, September-Oktober 2004. 2. Pembahasan dipusatkan pada tampilan sayatan horizontal Jawa Tengah dan sekitarnya serta sayatan vertikal lima gunung api berdasarkan anomali kecepatan gelombang-P dan gelombang-S. 3. Ilustrasi penampang bawah permukaan sayatan vertikal lima gunung api berdasarkan citra anomali kecepatan gelombang-P. I.4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian terpusat di Pulau Jawa bagian tengah meliputi Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Yogyakarta, dan beberapa daerah di lepas pantai utara dan selatan Jawa Tengah (Gambar 1.1). Pengolahan data beserta penulisan dilakukan dimulai pada tanggal 1 Maret 2012 hingga 5 Januari 2013. 4 Gambar 1.1. Peta area penelitian. Inzet: Kotak merah merupakan lokasi penelitian dalam peta Indonesia