BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomografi umumnya dikenal sebagai teknik untuk menghasilkan citra tampang lintang atau struktur internal suatu objek dengan memanfaatkan sinar-x yang dapat menembus objek. Sistem pencitraan tomografi dirancang untuk meneliti struktur dan komposisi objek melalui pengujian dengan gelombang maupun radiasi dan dengan menjumlahkan penampang lintangnya (Grangeat, 2009). Sistem tomografi untuk aplikasi medis menggunakan sinar-x yang dipancarkan menuju objek kemudian ditangkap detektor selanjutnya akan dihasilkan citra. Alat tomografi sering disebut juga dengan computed tomographyscan (CT-Scan). CT-scan yang beredar di pasaran hanya untuk objek yang kecil, sedangkan objek yang besar seperti bumi tidak dapat digunakan alat tersebut. Pada kasus ini maka bumi dapat diasumsikan seperti suatu sistem tomografi dengan gelombang yang awalnya sinar-x diganti dengan gelombang gempa yang salah satunya adalah gempa tektonik, kemudian sebagai detektornya yaitu seismograf sebagai pencatat gempa yang masih berupa data seismogram selanjutnya diolah sehingga diperoleh citra internal dalam bumi di wilayah tertentu. Metode untuk menyelesaikan permasalahan tentang struktur internal bumi dilakukan oleh Aki dan Lee (1976). Metode ini berdasarkan kecepatan gelombang seismik menghasilkan pencintraan struktur 3-D kemudian dikenal dengan metode tomografi seismik, yang mengembangkan karakteristik lokal 1D pada struktur bawah permukaan area yang diproses menjadi model 3D (Lay dan Wallace, 1995). Citra struktur internal berhasil diperoleh dengan metode tomografi. Untuk memudahkan dalam mengetahui struktur di bawah permukaan Jawa Tengah dan DIY, akan digunakan LOTOS-12 (Local Tomography Software 12). Program ini merupakan peningkatan dari program LOTOS-10 yang sebelumnya telah 1 digunakan untuk gempa tektonik secara global (Koulakov, 2009) dan digunakan untuk gempa vulkanik Gunung Merapi (Sari, 2012). Wilayah Indonesia terletak pada pertemuan antar lempeng, yaitu lempeng India-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dengan kecepatan dan arah masih-masing, lempeng India-Australia bergerak ke utara, lempeng Eurasia bergerak ke selatan dan lempeng Pasifik bergerak ke barat. Peta lempeng dunia dapat dilihat pada Gambar 1.1. Pertemuan lempeng-lempeng tersebut membentuk zona subduksi. Pergerakan lempeng tektonik yang berlangsung terus-menerus dan terakumulasi mengakibatkan terjadinya gempa bumi. Prawirodikromo (2012) menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-3 di Asia yang mempunyai banyak kejadian bencana, yang utama adalah banjir, kejadian gempa bumi, aktivitas gunung api (volcano) dan tanah longsor (land-slides). Gempa bumi tektonik merupakan salah satu jenis gempa bumi yang mempunyai amplitudo besar dan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan dibandingkan dengan gempa bumi lainnya. Indonesia secara geologis berada pada pertemuan 2 jalur gempa utama yaitu jalur gempa Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpine Transasiatic, sehingga Indonesia merupakan wilayah dengan gempa bumi yang cukup tinggi. Gambar 1.1 Peta lempeng dunia (www.wikipedia.com) 2 Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang sering terjadi gempa. Salah satu gempa tektonik yang terjadi di Yogyakarta yaitu gempa pada tanggal 27 Mei 2006 (Ms = 6,9) telah menelan banyak korban dan kerugian material. Jawa Tengah dan DIY yang terletak pada pada 11º 0' 37'' - 6º 50' 32'' Lintang Selatan dan 109º 35' 29'' - 111º 42' 43'' Bujur Timur merupakan daerah yang strategis dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan rawan bencana. Jawa Tengah juga merupakan daerah yang mempunyai banyak gunungapi di antaranya Gunung Merapi, Gunung Merbabu , Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Dieng, dan Gungung Lawu. Oleh karena itu wilayah ini juga terdapat gempa vulkanik yang salah satunya dihasilkan Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunungapi yang aktif di Indonesia Wagner dkk (2007) melakukan penelitian tentang tomografi dan diperoleh hasil yaitu terdapat zona dengan nilai kecepatan rendah di antara Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Zona ini disebut MLA (Merapi Lawu Anomaly) yang disebabkan adanya anisotropi dan kemungkinan disebabkan oleh lelehan magma yang membeku dan tersedimentasi. Sari (2012) telah melakukan pencitraan tomografi seismik untuk struktur internal di bawah Gunung Merapi. Citra yang diperoleh dari penelitian tersebut berasal dari aktivitas gempa vulkanik Gunung Merapi dan dapat diketahui bahwa posisi anomali negatif berada dibawah pusat erupsi yang mencerminkan kantong magma Gunung Merapi. Berdasarkan hal tersebut, akan dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana hasil citra dengan gempa tektonik untuk wilayah yang lebih luas yaitu Jawa Tengah dan DIY dengan menggunakan LOTOS-12, dan diharapkan dapat mengetahui strutur di bawah permukaan Jawa Tengah dan DIY yang mencakup Gunung Merapi tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil pencitraan di bawah permukaan Jawa Tengah dan DIY dalam 1D dan 3D yang dihasilkan dari LOTOS-12 menggunakan data gempa tektonik? 3 2. Bagaimana struktur bawah permukaan Jawa Tengah dan DIY? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Daerah penelitian adalah Jawa Tengah dan DIY yang terletak pada 11º 0' 37'' - 6º 50' 32'' Lintang Selatan dan 109º 35' 29'' - 111º 42' 43'' Bujur Timur. 2. Pencitraan tomografi gelombang P dan S dibuat berdasarkan interval waktu pengamatan sumber gempa yaitu dari April 2009 sampai September 2014. 3. Sumber gelombang adalah gempa tektonik yang terjadi di wilayah Jawa Tengah dan DIY dengan stasiun penerima yang berada di Jawa Tengah dan DIY. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Membuat citra struktur internal di bawah permukaan Jawa Tengah dan DIY dalam 1D dan 3D dengan menggunakan LOTOS-12. 2. Mengetahui struktur bawah permukaan Jawa Tengah dan DIY. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil citra bawah permukaan Jawa Tengah dan DIY dapat memberikan informasi tentang struktur internalnya, informasi penunjang dalam mitigasi bencana karena merupakan daerah yang padat penduduknya. 2. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya tentang tomografi seismik. 4