indomuda satria internusa

advertisement
ANALISIS METODE DIREKTIF BAGI KARYAWAN PT.
ISI (INDOMUDA SATRIA INTERNUSA) UNTUK
MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Disusun Oleh:
IsmailSiregar
NIM: 1110052000022
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H./ 2014 M.
Ismail Siregar (1110052000022)
Analisis Metode Direktif Bagi Karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) Untuk
Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Perusahaan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa) Jl. Prapanca Raya Blok: P. I No. 116 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) adalah merupakan salah satu perusahaan yang
bekerja sekaligus mengelola jasa teknik, pengadaan dan konstruksi untuk pekerjaan listrik
dan instrument, pekerjaan mekanis dan pemasangan pipa, pembangkit tenaga listrik dan
saluran transmisi. PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) memiliki kurang lebih 150 karyawan
dan mempunyai banyak proyek di Negara lain, seperti Malaysia, Jepang, Al-Jazair. PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) merupakan salah satu perusahaan yang menanamkan nilai-nilai
dakwah di dalamnya. Namun, nilai-nilai dakwah yang ditanamkan kepada karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) adalah melalui bimbingan kecerdasan spiritual dengan
menggunakan metode direktif. Metode direktif yang digunakan bagi karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) dilatarbelakangi dengan terbatasnya waktu mereka untuk
mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual.
Penelitian ini dilakukan di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) yang terletak di Jl.
Prapanca Raya, Blok: P. I No. 116 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana metode direktif bagi karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) diterapkan, dan bagaimana respon karyawan PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa) terhadap metode direktif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dalam
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan pendekatan triangulasi. Data yang diperoleh adalah hasil dari wawancara,
observasi, dan dokumentasi yang kemudian dikumpulkan dan dideskripsikan berdasarkan
ungkapan, sudut pandang, dan cara berfikir penulis. Interviewee dalam penelitian ini terdiri
dari 1 (satu) pembimbing dan 8 (delapan) karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) yang
menjadi terbimbing dalam kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode direktif yang pembimbing gunakan
bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) untuk meningkatkan kecerdasan spiritual,
melalui pengetahuan agama seperti materi tentang ketauhidan melalui tahapan syariat, tarikat,
hakikat dan diakhiri dengan makrifat hingga pada pengarahan kepada zikir. Metode direktif
yang diterapkan disini memang bukan sepenuhnya menggunakan metode direktif adakalanya
pembimbing juga menggunakan metode yang lain seperti bimbingan kelompok. Namun,
dipenghujung kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual metode yang tidak pernah luput dari
kegiatan ini adalah metode direktif. Metode direktif dilakukan pada saat zikir dan ruqyah.
Dengan penggunaan metode direktif diatas, ternyata untuk meningkatkan kecerdasan spiritual
karyawan melalui metode direktif dapat dikatakan berhasil. Dengan sebab karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) mengikuti bimbingan kecerdasan spiritual tersebut, maka
kejujuran, produktivitas kerja hingga karir mereka pun meningkat. Hal ini berdasarkan
wawancara yang telah penulis lakukan dengan beberapa karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa) yang selalu mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual. Pengaruh dan
dampak positif telah mereka dapati, baik secara rohani maupun jasmani dengan sebab
mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa).
Kata Kunci: Meningkatkan Kecerdasan Spiritual, Bimbingan Kecerdasan Spiritual, dan
Produktivitas Kerja
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Mei 2014
Ismail Siregar
NIM: 1110052000022
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Hendak berkata :
“Minta Fatwalah Kepada Qalbumu Walaupun Orang Banyak Berfatwa Kepadamu”
Ketika engkau mau melangkah :
“Ikutilah petunjuk (Allah), karena keselamatan beserta orang-orang yang mengikuti
petunjuk, (Al-ayat)”
Ingatlah! pada saat berkata maka berkatalah dengan :
“Penuh kejujuran! Kejujuran adalah siasat yang paling bagus”
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
1.
Ayah dan Ibu tercinta serta Abang dan Adik-adik tersayang.
2.
Para guru dan dosen yang telah bersusah payah membimbing dan mengajari saya.
3.
Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4.
Para Mursyid yang telah membimbing dan mengarahkan saya dalam menjalani
kehidupan yang penuh dengan pengetahuan, pengamalan dan pengalaman.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
BAB I
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB II
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ...............................................................
Pembatasan dan Perumusan Masalah ...........................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
Tinjauan Pustaka............................................................................
Metodologi Penelitian ...................................................................
Rancangan Penelitian ....................................................................
Sistematika Penulisan ...................................................................
1
9
10
11
13
12
23
LANDASAN TEORI
Analisis .........................................................................................
Metode ..........................................................................................
1. Pengertian Metode ................................................................ .
2. Jenis-Jenis Metode dalam Bimbingan dan Penyuluhan .........
Metode Direktif dalam Bimbingan dan Penyuluhan .....................
Bimbingan .....................................................................................
Kecerdasan Spiritual .....................................................................
Unsur-Unsur Kecerdasan Spiritual ...............................................
1. Zero Mind Proccess ...............................................................
2. Membangun Mental ...............................................................
3. Ketangguhan Pribadi ..............................................................
4. Ketangguhan Sosial ...............................................................
Tahapan Spiritual ..........................................................................
Tahap Perkembangan Spiritual .....................................................
1. Tahap Perkembangan Kepercayaan Fowler ..........................
2. Tahap Perjalanan Pertumbuhan Spiritual Peck ......................
3. Tahap Transisi Spiritual Moody .............................................
4. Tahap Perkembangan Spiritual Sufistik ................................
Spirtiual Sufistik ...........................................................................
1. Nafs Ammarah (The Commanding self) ................................
2. Nafs Lawwamah (The Regretful Self) ....................................
3. Nafs Mulhimah (The Inspired Self) .......................................
4. Nafs Muthma’innah (The Contented Self) .............................
5. Nafs Radhiyah (The Pleased Self) .........................................
6. Nafs Mardhiyah (The Self Pleasing to God) ..........................
7. Nafs Safiyah (The Pure Self) .................................................
25
25
25
26
28
30
31
37
37
38
38
39
39
42
42
44
48
53
54
55
56
56
57
58
58
59
ii
J.
BAB III
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB IV
A.
B.
BAB V
A.
B.
Manfaat Spiritual dalam Kehidupan .............................................
60
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Latar Belakang Berdirinya PT. ISI ...............................................
1. PT. ISI ....................................................................................
2. Bentuk Layanan Jasa PT. ISI .................................................
3. Pekerjaan Pembangkit Tenaga Listrik dan Saluran
Transmisi ...............................................................................
4. Jasa Pengadaan ......................................................................
5. Kalibrasi, Uji Layak Operasi, dan Pemeliharaan ...................
6. Jasa Mekanik dan Pemasangan Pipa .....................................
Badan Hukum dan Susunan Kepengurusan PT. ISI .....................
Moto PT. ISI .................................................................................
Visi dan Misi PT. ISI ....................................................................
Layanan Bimbingan Kecerdasan Spiritual PT. ISI .......................
Sarana dan Prasarana PT. ISI ........................................................
Kantor Perusahaan ..................................................................... ...
1. Kantor Pusat I ......................................................................
2. Kantor II ...............................................................................
3. Workshop ...............................................................................
66
66
67
68
69
69
70
71
72
73
73
75
76
76
76
76
HASIL TEMUAN DAN ANALISA
Temuan .........................................................................................
1. Profil Subjek Penelitian .........................................................
2. Pembimbing ...........................................................................
3. Terbimbing ............................................................................
Metode Direktif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Karyawan PT. ISI .........................................................................
77
77
79
80
89
PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................
Saran .............................................................................................
94
96
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
98
LAMPIRAN ................................................................................................ ...
101
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dari segi
penciptaan dibanding makhluk yang lainnya. Manusia juga adalah makhluk Tuhan
yang tidak pernah lepas dari masalah dalam kehidupannya. Manusia juga adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang tidak pernah lepas dari berinteraksi, komunikasi,
aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari.
Dari sekian banyak dinamika yang terjadi dalam kehidupan manusia,
baik dalam bentuk sosial dan agama semua itu sudah ketetapan dari Tuhan.
Namun, tidak sedikit manusia yang sadar serta menyadari bahwa solusi dari
semua dinamika tersebut juga tidak lepas dari ketetapan Tuhan.
Seiring dengan berkembangnya zaman, seiring pula berkembangnya
spiritual
manusia.
Berkembangnya
alat
teknologi
membuktikan
bahwa
menurunnya tingkat spiritual manusia akhir zaman ini, sebab mereka lebih
meyakini dan mendewakan buatan manusia dibanding ciptaan Tuhan.
Kritik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi modern dari sudut
pandang Islam ialah karena iptek modern tersebut hanya absahsecara metodologis,
tetapi miskin dari segi moral dan etika. Pandangan masyarakat modern yang
bertumpu pada prestasi iptek, telah meminggirkan dimensi transedental.
Akibatnya, kehidupan masyarakat modern menjadi kehilangan salah satu
aspeknya yang paling fundamental yaitu aspek spiritual. Hal inilah yang menurut
2
DR. Nurcholish Madjid akan menjadi sumber ancaman lebih lanjut bagi umat
manusia.1
Banyak contoh yang dapat disaksikan melalui layar kaca dan media,
seperti masalah korupsi, pembunuhan, pemerkosaan/pencabulan dan perampokan
semua itu adalah masalah besar yang tiada habis-habisnya di tanah air ini. Sekian
banyak masalah yang muncul, bukan karena kurangnya alat teknologi, informasi
dan bukan juga karena tidak memahami hukum agama ataupun UUD 1945
melainkan mereka jauh dari Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.
Jika dilihat dari beberapa hasil penelitian, sebagaimana penelitian tentang
yang dilakukan lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah beberapa tahun yang
lalu,adapun kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Perusahaan pada kawasan industri (KI) dilihat dalam cakupan spasial
(area/ kewilayahan) ternyata memiliki pola pembinaan agama dan moral
yang cukup variatif. Yakni dapat ditilik dari aspek sarana dan prasarana
yang dimiliki, aspek modal pengembangan pembinaan agama dan moral
(bentuk-bentuk kegiatannya), aspek waktu pembinaan yang diluangkan,
serta aspek metode atau cara pembinaan yang diterapkan.
2.
Dalam praktiknya, pembinaan agama dan moral perusahaan di kawasan
industri tidak memadai dan belum maksimal. Indeks kelayakan hasil
temuan penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kelayakan berada
1
DR. Nurcholish Madjid et. al., Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern: Respondan
Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani, (Jakarta : PT Mediacita 2005), h.
101.
3
pada rating kelayakan: kurang layak - cukup layak (dengan rentangan
nilai skor: antara 2 sampai 6). Hal ini dikuatkan oleh data bahwa bentukbentuk kegiatan yang diselenggarakan tidak cukup merata disemua
perusahaan yang ada dikawasan industri, terutama pada KBN Marunda
dan kawasan KBN Tanjung Priok (kurang terpenuhi). Dimana rating skor
tertinggi nilai kelayakan pembinaan agama dan moral diberikan kepada
perusahaan di kawasan PT JIEP Pulo Gadung dan selanjutnya KBN
Cakung.
3.
Dimensi keberagamaan yang ditemukan pada karyawan dan pihak
manajemen di perusahaan kawasan industri masih bernuansa ritual
keagamaan dan belum menyentuh aspek-aspek aktivitas spiritual yang
hakiki dan lebih luas. Dengan itu, aspek penguatan keyakinan,
pengalaman keberagamaan dan praktik-praktik keberagamaan masih
dalam taraf yang kurang tersentuh, terutama oleh pihak manajemen dan
karyawan sendiri. Sentral keberagamaan masih terpusat pada keberadaan
fasilitas masjid dan musala, dimana tingkat kelayakan keberadaannya
juga masih relatif kurang mendukung bagi pengembangan pembinaan
agama dan moral, seperti fasilitas keberadaan kitab suci (Al-Qur’an) dan
kitab-kitab agama, perpustakaan, buletin dan majalah agama, termasuk
penyediaan
konsultasi
agama,
pembentukan
kelompok-kelompok
pengajian.
4.
Perspektif pembinaan agama dan moral diperusahaan pada kawasan
industri, dalam waktu lama masih kental pada praktik hubungan vertikal
4
ketimbang hubungan horisontal (sosial), sehingga implikasinya pada etos
kerja kurang berarti.2
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa di beberapa kawasan industri di
DKI Jakarta, kebijakan perusahaan umumnya kurang memperhatikan aspek
pembinaan agama dan moral. Akibatnya penguatan basis agama di kawasan
industri lama berkembang.
Sebaliknya pada perusahaan yang telah menetapkan pembinaan agama
dan moral pada perusahaannya, akan terus berkembang, bukan saja keakraban,
emosi spiritual diantara manajemen dengan karyawan saja yang meningkat akan
tetapi juga etos kerja dan kejujuran. Akibatnya omset dan provit perusahaan pun
meningkat seiring dengan naiknya produktivitas karyawan.3
Mengingat, bahwa penyakit orang akhir zaman ini adalah jiwa (jati diri),
pikiran dan akhlak serta mental yang kurang sehat. Menurut Hawari (2002:5),
kesehatan mental manusia seutuhnya dalam perkembangan kepribadian seseorang
mempunyai empat pilar; yaitu (a) sehat secara jasmani/fisik (biologis), (b) sehat
secara kejiwaan (psikiatris/psikologis), (c) sehat secara sosial, (d) sehat secara
spiritual (kerohanian/agama). Manusia akan selalu diambang kehancuran tanpa
pembekalan yang baik dari keempat unsur di atas. Unsur yang perlu perhatian
tinggi adalah sehat secara spiritual/kerohanian. Rohani yang sehat dan
dikembangkan dengan baik akan membentuk seseorang jauh lebih maju dan baik.
2
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A., Agama di Kawasan Industri, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005), h. 129-130.
3
Ibid, h. 128.
5
Kesehatan
spiritual
akan
terwujud
dengan
mengetahui
segala
kebutuhannya. Salah satu faktor keberhasilan sesuatu apa pun tetap tergantung
dari pemenuhan kebutuhan pokoknya. Semakin terpenuhi kebutuhan, maka akan
semakin mudah untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.4
Oleh karena itu, sumbangan agama Islam yang terpenting dalam hal ini
ialah sistem keimanan berdasarkan tauhid. Tauhid adalah ajaran yang menegaskan
bahwa Tuhan adalah asal-usul dan tujuan hidup manusia, termasuk peradaban dan
ilmu pengetahuannya.Dengan Tauhid kaum Muslim diharapkan mampu
menawarkan penyelesaian atas masalah kehampaan spiritual dan krisis moral serta
etika yang menimpa ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Ilmu pengetahuan
berasal dari Tuhan dan harus digunakan dalam semangat untuk mengabdi kepadaNya. Pada saat bersamaan, manusia harus didasarkan kembali akan fungsinya
sebagai ciptaan Tuhan yang dipilih menjadi khalifah-Nya.
Dengan demikian sangat dibutuhkan pembimbing agama yang handal
dan profesional serta berwawasan luas tentang spiritual, karena dengan adanya
bimbingan spiritual diharapkan menjadi solusi dalam menghadapi dinamika
kehidupan setiap manusia serta menjadikannya sebagai penawar penyelesaian
masalah yang ada.
Disisi lain, inteligensi spiritual juga merupakan akses manusia untuk
menggunakan makna, visi dan nilai-nilai dalam jalan yang kita pikirkan dan
keputusan yang kita buat. Manusia menggunakan inteligensi spiritual untuk
4
Rafy Sapuri, M. Si., Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta:
Rajawali Pers 2009), h. 217-218.
6
mentransformasikan diri mereka dan orang lain, menyembuhkan luka dalam
hubungan, bertahan dalam kedukaan, dan bergerak dari kebiasaan di masa lalu.
Inteligensi spiritual merupakan pemikiran tentang diri seseorang dan ekspresi dari
realitas yang lebih tinggi. Dengan inteligensi spiritual, manusia menyadari sumber
daya yang tersedia bagi mereka. Manusia menyadari bahwa alam bukan
merupakan sesuatu yang harus dieksploitasi. Manusia menemukan kebebasan dari
keterbatasan sebagai manusia dan mencapai keilahian. Inteligensi spiritual
membuat manusia dapat mencapai keutuhan dan memberi integritas kemanusiaan.
Dengan inteligensi ini seseorang dapat menggali dirinya sendiri, mempertanyakan
pertanyaan mendasar dan membentuk kerangka jawaban yang diperoleh. Semakin
jauh mereka berjalan, semakin dalam tingkatan seseorang yang terbuka, yang
membutuhkan penyempurnaan. Inteligensi spiritual memotivasi orang untuk
memiliki keseimbangan bekerja. Inteligensi spiritual juga memberi kebutuhan
manusia dalam konteks nilai kehidupan. Inteligensi spiritual membuat seseorang
berkembang sebagai seorang manusia.5
Perusahaan dan kawasan industri di ibu kota selalu dipenuhi dengan
pekerjaan. Sebagaimana dapat dilihat di televisi, koran dan media lainnya banyak
karyawan di perusahaan diberlakukan seperti budak (hamba), disuruh bekerja
tanpa mengenal waktu dan keluarga, dengan banyaknya pekerjaan yang diberikan
kepada karyawan, maka tidak sedikit karyawan yang lupa terhadap kewajibannya
kepada Allah SWT. Dengan kata lain, waktu yang digunakan dalam sehari-hari
5
Aliah B. Purwakania Hasan., Psikologi Perkembangan Islami Menyingkap Rentang
Kehidupan Manusia dari Prakelahiran Hingga Pascakematian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada
2008), h. 312.
7
hanya untuk bekerja sehingga mereka lupa kewajiban terhadap perintah Allah
yang telah dituliskan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits.
PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) adalah merupakan salah satu
perusahaan yang bekerja sekaligus mengelola jasa teknik, pengadaan dan
konstruksi untuk pekerjaan listrik dan instrument, pekerjaan mekanis dan
pemasangan pipa, pembangkit tenaga listrik dan saluran transmisi. Perusahaan ini
terletak di Jl. Prapanca Raya, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. PT. ISI memiliki
kurang lebih 150 karyawan dan mempunyai banyak proyek di negara lain, seperti
Malaysia, Jepang, Al-jazair dan negara lainnya. Namun ada hal yang menarik di
PT. ISI, yaitu bimbingan kecerdasan spiritual bagi para karyawannya.
PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) merupakan salah satu perusahaan
yang menanamkan nilai-nilai dakwah di dalamnya. Berdakwah kepada semua
orang pada dasarnya adalah salah satu tugas manusia di muka bumi, namun yang
membedakannya
adalah
cara
berdakwah
yang
digunakan
kepada
mad’unya.Dakwah pada umumnya hanya dilakukan dengan bil-lisan dan
adakalanya bil-qalam.Namun, nilai-nilai dakwahyang ditanamkan kepada
karyawanPT. ISI adalah melalui bimbingan kecerdasan spiritual dengan
menggunakan metode direktif.
Metode direktif pada umumnya banyak digunakan para guru, ahli hukum,
dokter dan pembimbing agama. Dalam rangkausaha mencari tahu tentang keadaan
klien. Dengan mengetahui keadaan masing-masing klien tersebut, konselor dapat
8
memberikan bantuan pemecahan problem yang dihadapi.6Metode direktif yang
digunakan bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) dilatarbelakangi
dengan terbatasnya waktu mereka untuk mengikuti bimbingan kecerdasan
spiritual. Metode direktif yang digunakan bagi karyawan PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa)lebih santai danlebih mudah, karena tidak terikat dengan tempat
dan waktu, bisa dilakukan di kantor dan di luar kantor, seperti di rumah
pembimbing ataupun terbimbing, dengan kata lainmetode direktif bisa dilakukan
di kantor dan di tempat umum. Dengan alasan demikianlah bimbingan kecerdasan
spiritual bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) menggunakan
metode direktif. Kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) sudah dilakukan sejak dari 20 tahun yang lalu. Oleh
karena itu, penulis merasa ini merupakan hal yang baru khsususnya bagi
pembimbing agama, karena selama ini bimbingan lebih sering dilakukan di
lembaga formal, ditambah lagi sangat sedikit terdapat bimbingan, khususnya
dalam bentuk spiritual yang dilakukan di perusahaan ataupun kawasan industri.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat perlu dilakukan penelitian dan
pengkajian terhadap kecerdasan spiritual dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi
dengan judul “ANALISIS METODE DIREKTIF BAGI KARYAWAN PT.
ISI (INDOMUDA SATRIA INTERNUSA) UNTUK MENINGKATKAN
KECERDASAN SPIRITUAL ”.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
6
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: PT. Perpustakaan
Nasional, 2010), h. 73.
9
1.
BatasanMasalah
Banyak bentuk bimbingan Islam yang dapat diberikan kepada
karyawan di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) mulai dari bimbingan Islam
secara kelompok (pengajian) maupun individu (konseling). Namun penulis
lebih tertarik terhadap bimbingan kecerdasan spiritual secara individu melalui
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual yang dilakukan bagi karyawan di
PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), karena penulis merasa bahwa kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa) tersebut berisi bimbingan dan pesan-pesan spiritual serta nasehatnasehat dan pengarahan kepada ketauhidan dengan tahapan syariat, tarikat,
hakikat dan makrifat melalui metode direktif.
Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan tentang spiritual yang
begitu luas, maka penelitian ini fokus dan penulis hanya membatasi pada
analisis metode direktif bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)
untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, karena metode direktif ini efektif
digunakan bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) dikarenakan
waktu dan tempat mereka sangat terbatas untuk mengikuti kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual disebabkan pekerjaan. Sementara itu, metode
direktif merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena
konselor dalam metode ini bisa secara langsung memberikan jawabanjawaban terhadap problem yang dihadapi oleh para karyawan, baik masalah
pribadi, keluarga maupun pekerjaan. Tujuan penulis membatasi masalah pada
analisis metode direktif bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)
10
untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, agar menghasilkan penelitian dan
kajian yang komprehensif.
2.
Rumusan Masalah
Dari uraian pembatasan masalah di atas, maka penulis menyusun
rumusan masalah menjadi dua rumusan, sebagai beikut:
a.
Bagaimana metode direktif bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa) diterapkan?
b.
Bagaimana respon karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)
terhadap metode direktif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dari penelitian ini antara
lain :
a. Untuk mengetahui bagaimana metode direktif bagi karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) diterapkan.
b. Untuk mengetahui bagaimanarespon karyawan PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa) terhadap metode direktif untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual.
2.
Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
di antaranya adalah :
a.
Manfaat Akademik
11
1) Khususnya untuk memperluas dan pengetahuan bagi penulis,
khususnya dibidang teori dan metode.
2) Untuk melatih penulis dalam mendiskripsikan masalah-masalah
yang sedang terjadi, khususnya di Bidang Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
b.
Manfaat Praktis
1) Dengan adanya penelitian ini penulis dapat berinterkasi,
komunikasi dan bercampur dengan khalayak sasaran yang latar
belakangnya berbeda.
2) Peneliti akan lebih mudah menyesuaikan metode, strategi atau
pendekatan yang akan digunakan pada khalayak sasaran/klein.
3) Hasil penelitian ini juga menjadi syarat bagi penulis dalam
rangka memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
4) Hasil penelitian ini juga merupakan suatu investasi akhirat bagi
penulis dan semoga menjadi manfaat bagi penulis berikutnya
yang menjadikan hasil penlitian ini sebagai rujukan.
D. TINJAUN PUSTAKA
Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis menelaah dan melakukan
tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan bagi peneliti pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih
12
luas dan mendalam.Penulis belum menemukan skripsi yang membahas secara
mendalam tentang metode direktif khususnya dalam proses bimbingan kecerdasan
spiritual.Penulis hanya menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang
kecerdasan spiritual dengan menggunakan metode yang berbeda-beda, dengan
kata lain tidak menetapkan metode yang digunakan secara luas dan mendalam
pada kegiatan tersebut. Adapun skripsiyang penulis jadikan tinjauan pustaka
antara lain adalah :
1.
Ina Nurul Lestari (105052001747) dengan judul skripsi “Pelaksanaan
Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak di
Sekolah Alam Depok”. Penelitian ini menjelaskan proses pelaksanaan
bimbingan agama yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kecerdasan
spiritual anak di sekolah alam Depok. Tetapi, penelitian ini kurang
menekankan pada metode yang digunakan pada saat proses kegiatan
bimbingan spiritual, hanya fokus pada proses pelaksanaan bimbingan
agama dalam meningkatkan keceredasan spiritual.
2.
Mulia Rahmawati (105052001760) dengan judul skripsi “Upaya
Peningkatan Kinerja Pegawai Melalui Pelaksanaan Bina Mental dan
Spiritual di Kantor Pemerintahan Daerah (PEMDA) Kabupaten
Tangerang”. Skripsi ini menjelaskan tentang upaya peningkatan kinerja
pegawai melalui pelaksanaan bina mental dan spiritual. Dengan kata lain,
bina mental dan spiritual di sini hanya sebagai upaya peningkatan kinerja
pegawai. Selain itu, skripsi ini juga membahas bagaimana pengaruh bina
mental dan spiritual terhadap kinerja pegawai. Skripsi ini tidak
13
menjelaskan dengan jelas metode yang digunakan dalam pelaksanaan
dan pengamalan dari spiritual itu sendiri.
3.
Tita Ernawati (10705200276) dengan judul skripsi “Efektivitas
Penyuluhan Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Wanita Tuna Susila Di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”
Jakarta”. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana efektivitas
penyuluhan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual wanita
tuna susila di Panti Sosial Karya Wanita. Jadi, skripsi ini tidak
memaparkan metode dan teknik mengembangkan kecerdasan spiritual
hanya membahas bagaimana efektivitas penyuluhan agama yang telah
dilakukan. Dengan demikian, dapat kita lihat kekurangan dari skripsi ini.
Adapun kekurangannya adalah skripsi ini tidak melihat metode apa yang
digunakan pada kegiatan penyuluhan agama tersebut.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1.
Metode Penelitian
Untuk mengetahui analisis metode direktif bagi karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) untuk meningkatkan kecerdasan spiritual,dalam
penelitian
ini
penulis
berusaha
menguraikan
atau
menggambarkan
metodeanalisis metode direktif bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa) untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dalam mengikuti
bimbingan kecerdasan spiritual.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif
dengan pendekatan triangulasi. Metode triangulasi pada hakikatnya
14
merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat
melakukan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya
adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga
diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang.
Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan
memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.7
Metode penelitian dengan teknik triangulasi digunakan dengan
adanya dua asumsi. Yaitu, pertama, pada level pendekatan, teknik triangulasi
digunakan
karena
adanya
keinginan
melakukan
penelitian
dengan
menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan
metode penelitian kuantitatif. Hal ini didasarkan karena, masing-masing
metode memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, dan memiliki pendapat
dan anggapan yang berbeda dalam memandang dan menanggapi suatu
permasalahan. Asumsi kedua yang mendasari penggunaan teknik triangulasi
yakni, pada level pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan dan analisis
data membutuhkan sebuah prosedur untuk menguji hasil analisis data. Dalam
penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti lebih menekankan
pada metode kualitaitif, metode kuantitaif di sini digunakan sebagai fasilitator
dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian.8
7
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif.html.Dikutip pada hari Selasa, 21 Januari 2014, pukul: 20:29.
8
http://8tunas8.wordpress.com/2011/07/23/metode-penelitian-triangulasi/ Dikutip pada
hari Selasa, 21 Januari 2014, pukul: 20:08
15
Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam proses kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan di PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa). Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan bimbingan kecerdasan
spiritual bagi karyawan PT. ISI lebih kurang sebanyak tiga puluh kali
mengikuti, yang di mulai dari 12 Januari 2014 hingga 27 April 2014. Selain
itu, peneliti juga melakukan wawancara terhadap karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) yang mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan
Spiritual tersebut. Selanjutnya, untuk memperkuat dan mengecek validitas
data hasil observasi atau wawancara tersebut maka dilengkapi dengan data
hasil kuesioner. Data yang diperoleh dari metode triangulasi tersebut
dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis
data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaanperbedaan,dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan,
serta akan disajikan dalam berbagai sudut pandang yang utuh, yang bertujuan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian.
2.
Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian
Pada dasarnya banyak lokasi yang bisa dijadikan tempat penelitian.
Namun, lokasi yang dipilih penulis untuk melakukan penelitian adalah PT.
ISI (Indomuda Satria Internusa) Jl. Prapanca Raya Blok: P. I No. 116
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Di mulai pada tanggal 12 Januari 2014
sampai 27 April 2014. Alasan peneliti mengambil penelitian PT. ISItersebut
adalah pertama, belum ada yang meneliti tentang bimbingan kecerdasan
spiritual bagi karyawan khususnya di bidang perusahaan. Di lain sisi,
16
ditempat penelitian pun belum ada yang meneliti tentang metodedirektif
dalam bimbingankecerdasan spiritual bagi
karyawan. Kedua,
pihak
perusahaan bersedia untuk dijadikan sebagai tempat penelitian dan siap
memberikan data dan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
peneliti.Ketiga, PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) adalah salah satu
perusahaan yang bekerja sekaligus mengelola jasa teknik, pengadaan dan
konstruksi untuk pekerjaan listrik dan instrument, pekerjaan mekanis dan
pemasangan pipa, pembangkit tenaga listrik dan saluran transmisi.
Olehkarena itu,peneliti merasa tertarik karena sangat jarang perusahaanperusahaan di Indonesia yang melakukan bimbingan kecerdasan spiritual
terhadap karyawannya, kalaupun ada hanya bersifat ritual dan pengajian saja.
3.
Subjek dan Objek Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan, pemilik
perusahaan, hingga karyawan perusahaan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa).
b.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah analisis metode direktif bagi
karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a.
Observasi
17
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala-gejala yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk
memperoleh fakta-fakta tentang tingkah laku objek dalam melakukan
segala aktifitas yang bisa menjadi sumber analisis permasalahan.9
Adadua model observasi yang sudah biasa dilakukan sesuai
dengan standar yang ditetapkan.Pertama, observasi secara langsung dan
ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang dijadikan objek observasi, atau
sering disebut dengan observasi partisipasi (participant observacy).
Dalam hal ini pembimbing ikut berbaur dengan objek yang
diidentifikasi, atau mungkin pula ikut serta bermain peranan seperti yang
diperankan objeknya. Sehingga data yang diperoleh secara akurat dan
objektif sebagaimana adanya.Kedua,observasi non partisipan, yakni
pembimbing berada di luar objek atau peran yang sedang diidentifikasi,
bisa dari jarak dekat atau jarak jauh. Artinya, pihak observer hanya
mengamati dan mencatat fakta atau kejadian-kejadian yang tampak
sebagaimana layaknya orang yang sedang mengamati sesuatu. Namun,
pihak observer tetap mengikuti dan mencermati secara teliti atau seksama
dari fakta-fakta yang sesungguhnya.10
Teknik observasi (Daymon dan Holloway, 2008: 321-322) tidak
melakukan intervensi
9
dan dengan demikian
tidak mengganggu
Maman Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar
Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 208.
10
M. Lutfi. MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam,( Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 124.
18
objektivitas penelitian. Lebih lanjut, observasi mensyaratkan pencatatan
dan perekaman sistematis semua data. Observasi pada gilirannya
menampilkan data dalam bentuk perilaku yang disadari tersebut.11
Dalam hal ini, peneliti mengikuti langsung proses kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan di PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa). Dalam observasipeneliti melakukan pencatatan apa
yang bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, kemudian peneliti
tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan
dan ditentukan. Karena tujuan dari observasi adalah semata-mata untuk
memberikan gambaran tentang sesuatu.12
b.
Wawancara
Wawancara (Interview) merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menggunakan komunikasi langsung. Dalam komunikasi
tersebut pewawancara (interviewer) bertemu langsung dengan responden
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan secara lisan yang dijawab secara
lisan pula.13
Di sisi lain, wawancara adalah satu cara atau teknik yang
digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta
mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien. Fakta
dan data itu dapat dijadikan bahan dan gambaran empiris dari kondisi
11
Nyoman Kutha Ratna,Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 217.
12
DR. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008), h. 53.
13
Prof. DR. Nana Syaodin Sukmadinata,Bimbingan & Konseling Praktek, (Bandung:
Maestro, 2007), h. 231.
19
kejiwaan. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan 1 (satu)
Pembimbing dan 8 (Delapan) terbimbing.
Sebab, secara umum wawancara lazimnya dilakukan dalam
bentuk interpersonal (face to face) antara konselor dengan kliennya yang
bertujuan untuk mengungkapkan sekitar hal-hal yang berkaitan dengan
diri dan pribadi klien.14Wawancara dilakukan dengan bantuan alat
komunikasi dan teknologi lainnya, seperti buku catatan, alat tulis,
handphone, dan camera digital. Adanya alat bantu wawancara di atas,
mengingat bahwa alat bantu tersebut dapat berfungsi sebagai berikut:
1) Alat kontrol materi, materi selalu dikembalikan pada permasalahan
dalam bentuk pertanyaan.
2) Alat kontrol waktu, bagi interviewer dapat memperkirakan berapa
waktu yang diperlukan untuk menghadapi satu responden guna
menjawab setiappermasalahan secara tuntas.
3) Membantu untuk menghindari hasil wawancara yang mubazir (siasia) sehingga tidak dapat dipergunakan untuk menganalisa
permasalahan.15
Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan
cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan klien, di
antaranya:
14
M. Lutfi. MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam,( Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 122, 123.
15
P. Joko Subagyo, S. H, Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet, Ke-5, h. 41.
20
1. Agus Sugiharto
2. Budi Sulistiono
3. M. Nelson Simanjuntak
4. Tofan Efendi
5. Feri Afriady
6. Supriyadi
7. Jubad
8. Prayitno
c.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.16 Dalam hal ini peneliti mengumpulkan, membaca,
memperoleh, dan mempelajari berbagai macam bentuk data melalui
pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di PT. ISI(Indomuda Satria
Internusa) serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan
bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan
majalah sesuai dengan masalah yang diteliti.
5.
Sumber Data
Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari penelitian yang dimaksud. Sumber data ialah unsur utama yang
dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret dan
16
Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73.
21
yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh yang diperlukan dalam
penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
narasumber dalam bentuk wawancara dengan 1 orang pembimbing
dan 8 orang terbimbing dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Karyawan tetap perusahaan
2) Laki-laki
3) Beragama islam
4) Telah mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
b. Data skunder,yaitu data yang diperoleh melalui sumber-sumber
tertulis yang terdapat dalam buku atau dokumen yang berkaitan
dengan penelitian.
6.
Analisa Data
Analisis
data
adalah
suatu
proses
mengorganisasikan
dan
mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian
dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif.17
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h. 11.
22
a. Reduksi data yang merupakan bentuk analisis yang relevan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data, setelah data mengenai pelayanan dan bimbingan
diperoleh, maka data tersebut disajikan dalam bentuk narasi, visual,
gambar, matriks, bagan, tabel, dan lain sebagainya sehingga tujuan
dari penelitian dapat terjawab.
c. Penyimpulan, data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya
yang berisi jawaban atas tujuan penelitian kualitatif diuraikan secara
singkat, sehingga dapat pengambilan kesimpulan mengenai metode
direktif dalam kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual terhadap
karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa).
7.
Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.” Yang diterbitkan oleh CeQDA, April 2007, Cet. Ke-2.
F. RANCANGAN PENELITIAN
Mulai
Membuat Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Membuat Kerangka Permasalahan Seputar Kecerdasan Spiritual
Mengumpulkan data Terkait Perusahaan, Responden, Hasil Wawancara dan Observasi
23
Memetakan Wilayah Prapanca Sebagai Objek Penelitian, yakni PT. ISI
Melakukan Observasi dan Wawancara Kepada Karyawan, PT. ISI.
Menganalisa Data
Membuat Kesimpulan dan Saran
Menyusun Laporan Penelitian
Selesai
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan penulis, maka penulis membagi pembahasan skripsi
ini menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN. Mengemukakan tentang Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Rancangan Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI. Pada bab ini penulis membahas tentang
Analisis, Metode, Metode Direktifdalam Bimbingan dan Penyuluhan, Bimbingan,
Kecerdasan Spiritual, Unsur-Unsur Kecerdasan Spiritual, Tahapan Spiritual,
Tahap Perkembangan Spiritual, Manfaat Spiritual dalam Kehidupan.
BAB III
PROFIL PT. ISI (Indomuda Satria Internusa).Pembahasan
pada bab ini meliputi: Latar Belakang Berdirinya PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa), Badan Hukum dan Susunan Kepengurusan PT ISI,Moto PT. ISI, Visi
24
dan Misi PT. ISI, Layanan Bimbingan Kecerdasan Spiritual PT. ISI, Sarana dan
Prasarana PT. ISI, Kantor PT. ISI.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA.Menjelaskan tentang
Temuan, (Profil Subjek Penelitian, Pembimbing, Terbimbing), Metode Direktif
untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa).
BAB IV
PENUTUP.Bab terakhir yang menjelaskan tentang kesimpulan
dari hasil penelitian dan saran-saran diajukan kepada pihak-pihak yang terkait
dalam masalah ini.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. ANALISIS
Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya).1 Analysis dalam kamus lengkap (Inggeris –
Indonesia – 316 hal, Indonesia Inggeris 332 hal) diartikan dengan ‘uraian’2.
Sedangkan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia analisis diartikan
sebagai cara memeriksa suatu masalah untuk menemukan unsur dasar dan
hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan.3
Dapat disimpulkan bahwa analisis adalah penguraian suatu bagian
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) kemudian bagian itu di telaah serta di cari
tahu hubungannya dengan bagian yang lain untuk memperoleh pengertian dan
pemahaman yang utuh dan tepat dari bagian tersebut.
B. METODE
1.
Pengertian Metode
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari
penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan”.
Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yanag harus dilalui”.
1
Drs. Tri Rama K,. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung), h. 37.
Prof. Drs. S. Wojowasito – W.J.S. Poerwadarminta., Kamus Lengkap InggerisIndonesia- 316 hal Indonesia- Inggeris – 332 hal, (Bandung: Penerbit Hasta, Cetakan Ke-16), h. 6.
3
Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, Jilid 2, 2004), h. 19.
2
26
Dalam pengertian yang luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala
sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan”.4
Sedangkan dalam kamus ilmiah populer metode diartikan secara
singkat sebagai cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu.5
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara
yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dengan sistematis dan teratur.
Jenis-Jenis Metode Dalam Bimbingan
2.
Jenis-jenis metode dalam bimbingan sangatlah banyak, namun ada
beberapa metode yang populer dalam bimbingan, diantaranya adalah:6
a)
Metode interview7
Interview
(wawancara)
merupakan
suatu
alat
untuk
memperoleh fakta/data/informasi. Dengan tujuan untuk mendapatkan
data yang diperlukan bimbingan. Sebagai salah satu cara untuk
memperoleh data/fakta, metode wawancara masih tetap banyak
dimanfaatkan karena interview bergantung pada tujuan fakta apa yang
dikehendaki serta untuk siapa fakta tersebut digunakan. Fakta-fakta
tersebut sangat diperlukan untuk pemberian-pemberian bimbingan.
4
Drs. M. Lutfi, MA,. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 120.
5
Achmad Maulana, dkk,. Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2009), h. 306.
6
Drs. Samsul Munir Amin,. Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: PT. Perpustakaan
Nasional, 2010), h. 69-73.
7
Drs. M. Lutfi, MA,. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 304.
27
b) Group guidance8
Dengan menggunakan kelompok, pembimbing dan konselor
akan dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan
anak bimbing dalam lingkungannya. Dalam metode kelompok
diberikan group therapy (penyembuhan gangguan melalui terapi).
Terapi tersebut dapat diwujudkan dengan penyesuaian situasi
kebersamaan hak secara keterkaitan antara yang satu dengan yang
lain. Tujuan utama dari bimbingan kelompok adalah penyebaran
informasi mengenai penyesuaian diri dengan berbagai kehidupan
klien.
c)
Client centered method (metode yang dipusatkan pada klien)
Metode
ini
sering
juga
disebut
nondirektif
(tidak
mengarahkan). Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa
klien sebagai makhluk yang memiliki kemampuan berkembang
sendiri; dan sebagai pencarian kemantapan diri sendiri.
Jika pembimbing mempergunakan metode ini, ia harus
bersikap sabar mendengarkan dengan penuh perhatian segala
ungkapan batin klien yang diutarakan kepadanya. Dengan demikian
pembimbing seolah-olah pasif, tetapi sesungguhnya bersikap aktif
menganalisa segala apa yang dirasakan oleh klien sebagai beban
batinnya.
8
Drs. Samsul Munir Amin,. Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: PT. Perpustakaan
Nasional, 2010), h. 125.
28
d) Educative method
Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode clientcentered, hanya bedanya terletak pada usaha mengorek sumber
perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien serta mengaktifkan
kekuatan/tenaga kejiwaan melalui pengertian realitas situasi yang
dialami olehnya. Oleh karena itu, inti dari metode ini adalah
pemberian pencerahan terhadap unsur-unsur kejiwaan yang menjadi
konflik seseorang.
Selain di atas masih banyak lagi metode yang sering digunakan
pembimbing dalam mengatasi masalah kliennya, seperti metode direktif dan
metode lainnya.
C. METODE DIREKTIF DALAM BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
Konseling direktif adalah suatu teori konseling yang berasosiasi dengan
E.G. Williamson, dimana konselor adalah aktif seperti penasehat dan guru dan
menerapkan tes-tes dan melaksanakan diagnosis untuk memecahkan kerisauan
pendidikan dan pekerjaan.9
Direktif, secara umum menunjuk pada sifat arahan atau mengarahkan
suatu aktifitas terapi; suatu ancangan atau model yang banyak mengarahkan.
Sejumlah ancangan bimbingan dan konseling, misalnya behavioral, sifat dan
9
Andi Mappiare A.T., Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 88-89.
29
faktor kognitif, pernah disebut bersifat direktif, sementara ancangan humanisme
dan eksistensialisme pernah digolongkan sebagai bersifat nondirektif.
Direktif adalah metode yang bersifat mengarahkan. Metode ini lebih
bersifat mengarahkan klien untuk berusaha mengatasi masalah yang dihadapinya.
Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan memberikan secara
langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sumber kesulitan
yang dihadapi klien.
Direktif konseling sebenarnya merupakan bentuk psikoterapi yang paling
sederhana, karena konselor dalam metode ini secara langsung memberikan
jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh klien disadari menjadi sumber
kecemasannya. Metode ini tidak hanya dipergunakan oleh konselor, melainkan
juga dipergunakan oleh para guru, dokter, ahli hukum dan sebagainya. Dalam
rangka usaha mencari tahu tentang keadaan klien. Dengan mengetahui keadaan
masing-masing klien tersbut, konselor dapat memberikan bantuan pemecahan
masalah.10
Secara ringkas konseling direktif adalah suatu metode dalam bimbingan
yang bersifat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang sedang dan
atau akan dihadapi oleh klien.
Oleh karena itu, seorang pembimbing harus memahami proses pelayanan
metode direktif. Konselor yang berpegang pada pendekatan konseling direktif
mengikuti rangkaian kerja yang agak mirip dengan pelaksanaan studi kasus dan
10
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: PT. Perpustakaan
Nasional, 2010), h. 69-73.
30
pelayanan dokter terhadap seorang pasien, yaitu: analisis atau pengumpulan data
yang relevan; diagnosis atau kesimpulan tentang semua unsur pokok dalam
masalah klien dan sebab musababnya; konseling atau wawancara perseorangan
untuk memikirkan penyelesaian terhadap problem yang dihadapi; tindak lanjut
(follow up) atau bantuan terhadap klien bila timbul masalah lagi dan evaluasi
terhadap efektivitas bimbingan.
D. BIMBINGAN
Secara etimologi (bahasa), kata bimbingan merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris “guidance” yang berarti: “menunjukkan, memberikan jalan,
menuntun, bimbingan bantuan, arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata dasar dari
“guidance” adalah “to guide”, yang artinya “menunjukkan, menuntun,
mempedomani, menjadi penunjuk jalan, dan mengemudikan”. Dari berbagai
pengertian itu, maka yang paling umum digunakan adalah pengertian
“memberikan bimbingan, dan arahan”.11
Kemudian pengertian utuhnya adalah usaha membantu orang lain dengan
mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan
potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara
wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal
lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk
11
Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 5-6.
31
hidupnya, dan dengannya ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik,
berguna, dan bermanfaat di masa kini dan masa yang akan datang.12
Secara
sederhana
bimbingan
adalah
proses
membimbing
atau
memberikan arahan kepada klien untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah
melalui proses pengungkapan atau pembangkitan potensi yang dimiliki klien.
Dengan demikian klien mampu mengembangkan diri, potensi serta bisa
memahami dirinya, dan lingkungan di sekitarnya, sehingga ia bisa mengambil
keputusan yang baik untuk dirinya dan bisa bermanfaat untuk dirinya dan orang
lain.
E. KECERDASAN SPIRITUAL
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kecerdasan berawal dari kata benda
(nomina) “Cerdas” yang berawalan “Ke-, dan berakhiran -an” sehingga menjadi
“kecerdasan” yang berarti “sempurna perkembangan akal budinya, tajam pikiran,
pandai”.13
Selain itu, dalam Kamus Lengkap Inggeris- Indonesia, IndonesiaInggeris dijelaskan
“educated, clever, inteligent”, yang berarti “cerdas”.14
Simpulnya, bahwa kecerdasan adalah seseorang yang mempunyai kepandaian atau
berpendidikan.
12
Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6.
13
Drs. Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung), h.
112.
14
Prof. Drs. S. Wojowasito – W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap InggerisIndonesia- 316 hal Indonesia- Inggeris – 332 hal, (Bandung: Penerbit Hasta, Cetakan Ke-16), h.
65.
32
Secara (etimologi) bahasa “Spiritual/‘spiritual” - (‘Spiritjual), dalam
bahasa Inggris diartikan sebagai “rohani, intelektuil”.15 Spiritual menurut kamus
Webster (1963) kata “spirit” berasal dari kata benda bahasa Latin “spiritus” yang
berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernapas. Melihat asal
katanya, untuk hidup adalah untuk bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki
spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang
bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau
material. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam
mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan bagian esensial dari
keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.16
Kemudian secara (terminologi) istilah pengertian spiritual banyak
pendapat para tokoh di antaranya adalah:17
1. Schreurs mendefenisikan spiritualitas sebagai hubungan personal
seseorang terhadap sosok transenden. Spiritualitas mencakup inner life
individu, idealisme, sikap, pemikiran, perasaan, dan pengharapannya
kepada Yang Mutlak. Spiritualitas juga mencakup bagaimana individu
mengekspresikan hubungannya dengan sosok transenden tersebut
dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Elkins menunjuk spiritualitas sebagai cara individu memahami
keberadaan
15
maupun
pengalaman
dirinya.
Bagaimana
individu
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 207.
16
Ibid, h. 288.
17
Dr. Abdul Jalil, M. EI, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas
Kewirausahaan, (Yogyakarta: LkiS Cemerlang, 2013), h. 23.
33
memahami
kesadarannya
keberadaan
mengenai
maupun
adanya
pengalamannya
realitas
dimulai
transenden
dari
(berupa
kepercayaan kepada Tuhan, ataupun yang dipersepsikan individu
sebagai sosok transenden) dalam khidupan, dan dicirikan oleh nilainilai yang dipegangnya.
3. Maslow mendefenisikan spiritualitas sebagi sebuah tahapan aktualisasi
diri, di mana seseorang berlimpah dengan kreativitas, intuisi,
keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, kerendahhatian, serta
memiliki tujuan hidup yang jelas. Pengalaman spiritual adalah peak
experience, plateau, dan farthest reaches of human nature.18
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah
kepandaian seseorang berhubungan dengan Tuhan melalui rohaninya atau
intelektuilnya, karena dalam spiritualitas itu sendiri mencakup perasaan, sikap,
pemikiran, dan sebagainya, yang kemudian bisa diekspresikan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bentuk realisai kepada Tuhan. Spiritualitas juga adalah sebagai
bentuk pengalaman batin seseorang yang meninggalkan kesan dan pesan yang
mendalam. Spiritualitas merupakan bagian esensial dalam unsur kehidupan
manusia, karena dengan spiritualitas menjadi penentu dalam perjalanan hidup
manusia, baik secara vertikal maupun horizontal.
Sebagai bukti bahwa kecerdasan spiritual merupkan hal yang amat
penting dalam kehidupan, sebagaimana telah diketahui berdasarkan ilmu
18
Dr. Abdul Jalil, M. EI, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas
Kewirausahaan, (Yogyakarta: LkiS Cemerlang, 2013), h. 24.
34
pengetahuan dalam Islam, begitu juga dalam ilmu pengetahuan Barat. Dalam ilmu
pengetahuan Islam dan Barat selalu dijelaskan tentang metode yang bersifat
ilmiah dan non ilmiah. Namun, spirtualitas merupakan wilayah yang hanya bisa
dicapai dengan metode non ilmiah dan merupakan hal yang paling esensial dalam
kehidupan.
Menurut Nashori (2002: 84-107), ilmu pengetahuan dalam Islam bukan
hanya bekerja pada wilayah yang teramati (observable area), tapi juga bekerja
pada wilayah yang terpikirkan (conceivable area) dan wilayah yang tidak
terpikirkan (unconceivable area). Hal ini memaksa dirinya untuk membuat secara
garis besar metode-metode psikologi Islam sebagai berikut:19
a.
Metode keyakinan
Sumber yang sah dan harus diyakini adalah wahyu ilahi, yaitu
Al-Qur’an al-karim dan Hadis. Dari dua pokok rujukan ini kemudian
berupaya untuk menangkap pesan-pesan psikologis yang terkandung, baik
dari segi kandungan materi (matan) atau dari segi sebab-sebab turunnya
ayat (asbab an-nuzul) dan sebab turunnya Hadis (asbab al-wurud).
b.
Metode rasionalisasi
Manusia
harus
menggunakan
rasio
sambil
menyadari
keterbatasannya. Kerelatifan rasio harus dijadikan landasan bahwa rasio
dapat menangkap hal-hal yang berbentuk (tipu muslihat), perencanaan atau
19
Rafy Safuri, M. Si, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Mansuia Modern, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h. 39.
35
strategi, dan koreksi. Fritjof Schoun mengatakan bahwa rasionalisme itu
keliru bukan karena ia berupaya untuk mengekspresikan realitas secara
rasional, sejauh hal itu memungkinkan. Akan tetapi karena ia berupaya
merangkul seluruh realitas ke dalam alam rasio, seakan-akan hal ini sesuai
dengan prinsip segala sesuatu.
c.
Metode ilmiah
Meneliti (observe) hal-hal yang dibatas oleh ruang lingkup
benda-benda yang bersifat indrawi (observable fact). Menurut M. D.
Dahlan, metode ilmiah terdiri atas metode deskriptif dan metode
eksperimen. Termasuk metode deskriptif adalah observasi dan riset
korelasional. Di bawah ini dipaparkan contoh metode ilmiah.20
(1) Metode observasi
(2) Riset korelasional
(3) Metode eksperimental
(4) Metode fenomenologi
d.
Metode non ilmiah21
(1) Metode ototritas. Sumber otoritas yang dapat dijadikan rujukan
adalah Nabi, Sahabat, Tabi’in, Tabi’uttabi’in, para wali dan alim
ulama, juga orang-orang yang memilki ilmu pengetahuan dan
mengalami suatu peristiwa penting dalam hidupnya dapat juga
20
Rafy Safuri, M. Si, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Mansuia Modern, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h. 40.
21
Ibid, h. 41.
36
dijadikan sumber pengetahuan untuk mengetahui realitas yang
tidak tampak oleh mata.
(2) Metode intuisi. Tiga alasan menggunakan metode ini. Yang
pertama, banyak digunakan orang dan efektif bagi mereka yang
bergelut
di
dunia
spiritual.
Yang
kedua,
dapat
diuji
kemampuannya dalam memahami realitas secara objektif. Yang
ketiga, dapat dipelajari oleh siapa pun dengan usaha yang intens
dan terbimbing. Puncak dari pendalaman metode ini adalah
ketersingkapan (kasyaf) dan keterbukaan (futuh). Contoh teladan
kenabian adalah Nabi Khidir (mampu melihat waktu yang akan
datang) dan Nabi Yusuf (membuka rahasia mimpi) keduanya
menggunakan mata batin.
(3) Metode eksperimen spiritual. Metode ini mengedepankan rasa
(dzauq) dan penghayatan (wijdan). Semakin tinggi tingkat
sensivitas seseorang, maka ia akan semakin mudah merasakan
getaran dan kondisi kejiwaan makhluk yang ada disekitarnya.22
Psikologi islami tidak diam pada sebatas pemahaman hakikat sesuatu,
tapi lebih menekankan pada aktivitas merasakan dan mengalami. Kedua unsur
inilah yang sebenarnya dicari dari pengkajian ilmu tentang jiwa.
Metode eksperimen dalam metode non ilmiah di atas sebagai salah satu
bukti bahwa spiritual itu merupakan hal non ilmiah, namun merupakan hal yang
22
Rafy Safuri, M. Si, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Mansuia Modern, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h. 42.
37
mendasar dalam kehidupan manusia. Ilmu rasa dan penghayatan adalah suatu hal
yang mudah dipahami dan dijelaskan tapi sulit untuk dapat dirasakan oleh setiap
orang, karena rasa harus dicapai melalui kedekatan kepada sang pemberi rasa,
yakni Allah SWT. Jika seseorang sudah memakan berbagai jenis makana tapi rasa
kenyang belum ia dapatkan, maka ada faktor yang menyebabkannya tidak
kenyang, yaitu ia belum diberi rasa oleh Allah, sehingga ia tidak merasakan
bahwa makanan yang ia makan adalah nikmat dari Allah yang harus disyukuri dan
dinikmati dengan sebaik mungkin.
F. UNSUR-UNSUR KECERDASAN SPIRITUAL23
1. Zero mind proccess (Penjernihan emosi)
Pada masa Rasulullah diceritakan, ada seseorang hamba sahaya
bernama Bilal, yang dipaksa agar meninggalkan agamanya dan disiksa secara
fisik oleh kaum Quraisy. Namun bilal tetap bertahan dan hanya berucap
Ahad... Ahad... Ahad, meski bilal adalah budaknya yang tidak merdeka secara
fisik tetapi Bilal tetap memegang teguh prinsip, mempertahankan keyakinan,
apapun resiko yang akan dihadapinya, termasuk nyawa sekalipun. Bilal
melalui kekuatan prinsipnya, mampu mengeluarkan dan memisahkan antara
fisik yang terbatas dan terbelenggu, dengan hatinya yang bebas merdeka.
Tetapi batu itu tidak mampu menekan jiwanya yang bebas. Bilal tidak pernah
mengizinkan pikirannya sendiri untuk merasa tertekan. Bilal adalah raja atas
pikiran, logika dan hatinya sendiri.
23
Skripsi Arie Mutya Wulan sari (0052019823), Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam
Mengembangkan kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat
Tangerang, 2008, h. 26.
38
Ia telah mengetahui bagaimana menguasai batinnya, ia mampu keluar
dari dirinya sendiri melihat jasadnya yang dihimpit batu. Inilah makna
“Ahad”, satu prinsip, tidak ada yang lain, bahkan tidak pula untuk jasadnya
sendiri.
2. Membangun mental
Dalam membangun mental dibutuhkan prinsip :
a. Suara hati manusia itu pada dasarnya bersifat universal.
b. Keteladanan malaikat. Keteladanan yang bisa diambil dari sifat
malaikat secara umum adalah kepercayaan yang dimiliki, loyalitas
dan integrasinya yang sangat mengagumkan.
c. Kepemimpinan semua orang adalah pemimpin minimal terhadap
dirinya sendiri. Diharapkan pemimpin dapat menjadi pemimpin
yang dicintai, dipercaya, membimbing, mempunyai kepribadian
baik dan pemimpin abadi yang dikenang sepanjang masa.
d. Pembelajaran. Diharapkan untuk tidak berhenti belajar.
e. Memiliki visi yang jelas.
f. Mengerjakan segala sesuatu dengan manajemen yang baik dan
benar.24
3. Ketangguhan pribadi
Untuk mengikuti pribadi yang tangguh diperlukan prinsip-prinsip :
24
Skripsi Arie Mutya Wulan sari (0052019823), Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam
Mengembangkan kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat
Tangerang, 2008, h. 28.
39
a. Menetapkan misi secara benar
b. Membangun karakter lewat shalat sebagai kekuatan afirmasi
(untuk menyelaraskan nilai-nilai keimanan dengna realitas
kehidupan)
c. Melatih pengendalian diri dengan puasa
4. Ketangguhan sosial
Ketangguhan sosial dapat dibangun dengan prinsip zakat. Prinsip
zakat adalah “memberi” memberi kepada lingkungan sosial adalah salah satu
modal
awal
untuk
membentuk
sinergi
dalam
rangka
membangun
“ketangguhan sosial” zakat adalah bentuk pelatihan dan aplikasi konkrit dari
“prinsip dan keseimbangan bismillah”.25
G. TAHAPAN SPIRITUAL26
Tahapan-tahapan di dalam thariqah ada empat. Pertama, taubat dari
kemaksiatan. Kedua, istiqomah di dalam ketaatan kepada Allah dan meninggalkan
larangan-larangan Allah tanpa terkecuali. Sementara, untuk dua tahapan yang
berikutnya; marilah kita simak maqalah Abuya Dimyathi selanjutnya :
Tahapan ketiga yaitu membersihkan diri. Untuk itu, bagi seseorang santri
penempuh jalan amat disyaratkan meninggalkan manusia, tidak bicara, tidak
25
Skripsi Arie Mutya Wulan sari (0052019823), Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam
Mengembangkan kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat
Tangerang, 2008, h. 28-29.
26
H. Murtadho Hadi, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa (Wejangan-Wejangan Ruhani Abuya
Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih Mranggen), (Yogyakarta PT. LkiS
Printing cemerlang, cet-ke I, 2011), h. 85.
40
makan, dan tidak tidur. Tahapan keempat yaitu taqrib atau taqarrub dalam
mendekatkan diri kepada Allah.
Tahapan ketiga di atas maksudnya adalah bahwa para santri dianjurkan
menyedikitkan bergaul dengan manusia, sedikit bicara, dan sedikit tidur.
Sedangkan maksud Abuya Dimyathi dengan “Taqrib” pada tahap keempat yaitu
melanggengkan zikir (dawam adz-dzikri) sehingga sampai-sampai zikir itu sudah
menjadi tabiatnya, dan zikir itu tertanam jauh pada dasar hati.
Menurut Abuya Dimyathi empat poin di atas merupakan tahapan-tahapan
yang harus dilalui seseorang jika ingin mendalami spiritual. Jika telah mampu
melaksanakan empat tahapan di atas maka seogyanya ia akan naik ke tahap
perkembangan spiritual
selanjutnya
sesuai
dengan izin
pembimbingnya
(Mursyid).27
Perlu diingat juga, siapa saja yang mendalami profesi spiritual ini maka
tidak boleh tidak harus memiliki keimanan, kemakrifatan dan ketauhidan yang
berkualitas. Karena bagaimana mungkin ia dapat menggunakan metode-metode
yang sangat erat kaitannya dengan Allah SWT., seperti metode kenabian (mimpi,
ilham
dan kasysyaf); serta dengan para
malaikat-Nya
yang bertugas
menyampaikan berita, peristiwa dan hal-hal yang bersifat rohaniyah, tersembunyi,
27
H. Murtadho Hadi, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa (Wejangan-Wejangan Ruhani Abuya
Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih Mranggen), (Yogyakarta PT. LkiS
Printing cemerlang, cet-ke I, 2011), h. 85.
41
rahasia dan transendental. Maka syarat-syarat utama spiritual yang paling utama
harus dimiliki adalah bermakrifat kepada Allah SWT.28
Dengan bermakrifat dan dekat dengan Allah SWT., maka semua tabir
alam transendental khusus insan akan terbuka dan dibukakan oleh-Nya. Masalah
ini merupakan kunci yang paling utama, karena apabila makrifat yang utama ini
sukses, pasti akan membuka tabir-tabir selanjutnya. Seseorang yang telah dapat
menemukan Tuhannya, ridha-Nya, cinta-Nya dan wajah-Nya, maka Dia bukakan
segala rahasia perbuatan dan kebijaksanaan-Nya (af’al), rahasia nama-nama-Nya
yang Maha Baik (al Asma’ al Husna) dan nama-nama-Nya yang agung (Ismul
A’zham), rahasia sifat-sifat-Nya dan rahasia-rahasia Dzat-Nya. Melalui itulah
akan tersibak rahasia seluruh makhluk dan alam.29
Suatu kewajiban bagi seseorang yag mendalami dunia spiritual harus
memahami dan mampu mengamalkan ilmu tentang makrifat, karena seorang
pembimbing sudah seharusnya mengajak kliennya ke jalan Allah, bukan hanya
sekedar pemberian solusi terhadap masalah yang dihadapi akan tetapi memberikan
suatu cara bagaimana cara menyelesaikan masalah diri sendiri dengan benar dan
baik. Prinsip zikrullah harus ditanamkan dalam hati dan benak klien sebagai
bentuk psikoterapis dalam kehidupannya sehari-hari.
Prinsip psikoterapi islam hendaknya selalu membawa klien untuk ingat
kepada Allah, dalam keadaan bagaimanapun ia selalu ingat kepada-Nya. Bila
28
M. Hamdani Bakrah Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Penerapan Metode
Sufistik), (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, Cet ke-2, 2002), h. 300.
29
Ibid, h. 300.
42
klien mengalami dan menghadapi suatu kesusahan, sifat Allah yang teringat
olehnya adalah Allah Maha Penolong, Maha Penyayang dan Maha Kuasa, hatinya
harus bergetar ketika menyebut Asma’ Allah, lidahnya mengucapkan do’a. Bila
klien sedang mendapat nikmat dan kesenangan, hatinya bersyukur kepada Allah
dan lisannya mengucapkan hamdalah. Hati yang selalu ingat kepada Allah, akan
mendatangkan kelegaan dan ketentraman di dalam hati serta memberikan manfaat
terhadap jasmani.30
H. TAHAP PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Untuk mencapai suatu ketenangan dalam hidup Tuhan menganugerahi
manusia dengan diciptakannya ruh dan Nur Muhammad di dalam dirinya.
Kemudian Tuhan menciptakan qalbu sebagai sarana menuju ruh dan Nur
Muhammad tersebut, karena melalui qalbu tersebut manusia bisa beraudiensi dan
berkomunikasi dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang ingin
memahami dasar kehidupan dan mencapai tujuan perjalanan kosmik, ia harus
memahami spiritualitas secara keseluruhan, baik dari awal memulai spiritualitas
hingga tahap perkembangan spiritual itu sendiri.
Mengenai tahap perkembangan spiritual banyak para tokoh yang
mengembangkan teori spiritual, di antaranya adalah:
1. Tahap perkembangan kepercayaan Fowler31
30
Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islami, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), h. 139.
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 297.
31
43
Menurut Fowler kepercayaan merupakan orientasi holistik yang
menunjukkan hubungan antara individu dengan alam semesta. Teori
perkembangan spiritual Fowler terbagi atas enam tahap, yang meliputi
kepercayaan intuitif-proyektif (intuitive-projective), mythikal-literal (mythicalliteral), sintetik-konvensional (synthetic-conventional), individuatif-reflektif
(individuative-reflective),
konjungtif
(conjungtive)
dan
universal
(universalizing).
Pada tahap pertama, kepercayaan intuitif proyektif (usia 3 – 7 tahun),
masih terdapat karakter kejiwaan yang belum terlindungi dari ketidaksadaran.
Anak masih belajar untuk membedakan khayalannya dengan realitas yang
sesungguhnya. Pada tahap kedua, kepercayaan mythikal-literal (usia sekolah),
seseorang telah mulai mengembangkan keimanan yang kuat dalam
kepercayaannya. Anak juga sudah mengalami prinsip saling ketergantungan
dalam alam semesta, namun ia masih melihat kekuatan kosmik dalam bentuk
seperti yang terdapat pada manusia. Pada tahap ketiga, kepercayaan sintetikkonvensional (usia remaja), seseorang mengembangkan karakter keimanan
terhadap kepercayaan yang dimilikinya. Ia mempelajari sistem kepercayaan
dari orang lain di sekitarnya, namun masih terbatas pada sistem kepercayaan
yang sama.32
Tahap keempat, kepercayaan individuatif-reflektif (usia dua puluhan
samapi awal empat puluhan), merupakan tahap percobaan dan pergolakan, di
32
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 297.
44
mana individu mulai mengembangkan tanggung jawab pribadi terhadap
kepercayaan dan perasaannya. Individu memperluas pandangannya untuk
mencapai jalan dalam kehidupannya. Pada tahap kelima kepercayaan
konjungtif, seseorang mulai mengenali berbagai pertentangan yang terdapat
dalam realitas kepercayaannya. Terjadi transedensi terhadap kenyataan dibalik
simbol-simbol yang diwariskan oleh sistem. Pada tahap keenam, kepercayaan
universal, terjadi sesuatu yang disebut pencerahan. Manusia mengalami
transedensi pada tingkat pengalaman yang lebih tinggi sebagai hasil dari
pemahamannya terhadap lingkungan yang konfliktual dan penuh paradoksal.
2. Tahap perjalanan pertumbuhan spiritual Peck33
Menurut M. Scott Peck (1997), perkembangan spiritual bersifat
sukarela. Seseorang akan mengalami perkembangan spiritual atau tidak adalah
merupakan pilihan otonom. Peck banyak mendasari teorinya dalam buku
Further Along The Road Less Traveled – The Unending Journey Toward
Spiritual Growth berdasarkan pemikiran Karl Gustav Jung. Peck, dengan
melakukan analisis hubungan yang terjadi pada spiritualitas seseorang,
menyatakan bahwa perjalanan spiritual seseorang terdiri dari empat tahap
perkembangan,
yaitu:
kekacauan/antisosial,
formal/institusional,
skeptik/individual, dan mistikal/komunal.
a. Kekacauan/antisosial
33
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 299.
45
Orang yang berada pada tahap perkembangan ini memiliki karakter
egosentrik, berfokus pada diri sendiri, dan hanya memerhatikan
pemuasan diri. Hal ini tidak berarti bahwa mereka jahat, kejam atau
memiliki penyakit jiwa. Mereka mungkin masih anak-anak atau orang
dewasa yang secara emosional dan psikologis tidak matang, karena itu
tidak dapat memerhatikan kepentingan terbaik, kecuali bagi diri mereka
sendiri. Tahap ini juga termasuk orang-orang kriminal, mereka yang
mengalami kecanduan obat, dan mereka yang selalu menyakiti orang
lain; yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi.
Kehidupan
mereka
membingungkan,
penuh
kekacauan,
dan
menyakitkan. Secara umum, individu ini tidak memiliki konsep pribadi
terhadap Tuhan, dan walaupun mereka mengakui adanya Tuhan, mereka
tidak dapat menghubungkannya dengan keberadaan diri mereka sendiri.
b. Formal/institusional34
Membutuhkan jawaban yang jelas dan pasti terhadap masalah
kehidupan, dan belum dapat hidup dalam dikotomi paradoks kehidupan.
Banyak orang yang memilih organisasi dan memberikan kehidupan
mereka pada kontrol institusi. Beberapa orang masuk militer atau masuk
agama yang memberi mereka daftar prilaku yang benar dan salah secara
rinci. Tahap perkembangan ini berfungsi bagi orang dewasa yang
mengalami kebingungan dan tanggung jawab pengasuhan, pembayaran
34
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 300.
46
tagihan, dan persyaratan untuk memiliki pekerjaan tetap. Ketika bebas
dari kontrol orang tua, mereka mencari figur orang tua dalam bentuk
institusi yang dapat mengarahkan perilaku mereka dan memberikan
mereka ganjaran pelanggaran disiplin. Bahaya yang terdapat pada tahap
ini adalah menyerahkan kekuatan kehidupan pada orang lain yang tidak
dapat memenuhi kepentingan jiwa yang terbaik.
c. Skeptik/individual35
Orang dalam tahap perkembangan ini memercayai terdapat
kekuatan tertinggi yang mengatur alam semesta, tetapi mereka lebih
mengarah pada sumber tertinggi. Orang ini dapat mengatur diri sendiri
dan tidak membutuhkan orang tua spiritual yang bersifat eksternal.
Mereka umumnya memiliki tingkat pendidikan yang baik dan merupakan
pemimpin di dalam komunitasnya, melayani dengan cara yang dapat
mereka lakukan, memberi konstribusi sesuai waktu dan sumber daya.
Sering kali, mereka jug seorang ilmuwan, profesional dalam pendidikan
tinggi dan umumnya mereka pemikir ilmiah. Mereka adalah orang tua
yang baik dan menjaga keluarga sebagai tanggung jawab tertinggi
mereka. Mereka memiliki komitmen tinggi terhadap idealisme, dan
menjadi contoh teladan bagi warga negara dan masyarakat. Mereka
umumnya setuju bahwa agama sangat fungsional bagi banyak orang,
namun mereka tidak harus menggunakannya. Individu ini memiliki
35
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 300.
47
ikatan terhadap tujuan dan bahkan takdir. Mereka sering kali
menekankan
pentingnya
karakteristik
cinta,
kebaikan
hati
dan
menghindarkan diri dari menyakiti orang lain. Mereka menunjukkan
kehidupan spiritual, namun sering kali tidak melakukan praktik
keberagamaan.
d. Mistikal/Komunal36
Istilah komunal dipergunakan untuk menggambarkan orang-orang
yang berada pada tingkat perkembangan spiritual, karena bangunan
komunitas merupakan prioritas: bekerja untuk kesatuan dan komunitas di
tempat kerja, tetangga, rumah, sekolah, dan tempat ibadah. Orang-orang
ini membuat kedamaian, mereka adalah orang dengan kebijaksanaan dan
pengorbanan. Mereka berfungsi dengan visi yang lebih luas dari
kebanyakan orang dan memahami sistem. Istilah mistikal dipergunakan
untuk mendefenisikan perasaan kebahagiaan mutlak ketika menemukan
misteri kehidupan. Mereka melihat bahwa kehidupan dari sudut humor,
meskipun bagi kebanyakan orang situasi tersebut menimbulkan frustasi.
Mereka memiliki pandangan global yang terdapat pada kejadian tunggal.
Mereka memiliki visi jangka panjang dan pemahaman terhadap dinamika
masing-masing
peristiwa.
Mereka
menanam
kebijaksanaan
dan
menganjurkan kesatuan sehingga memiliki kontribusi pada kesehatan
sosial. Orang dalam tahap ini melihat asal mereka sebagai yang awal dan
36
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 301.
48
yang akhir, pada waktu yang sama, baik dengan mereka atau tanpa
mereka. Mereka memiliki kebahagiaan dalam penyatuan dengan Tuhan.
3. Tahap transisi spiritual Moody37
Harry C. Moody dn David Carrol (1997) juga melakukan penelitian
tentang perkembangan spiritual, yang disebut tahap transisi spiritual (the
stages of spiritual transition). Tahap transisi spiritual ini terdiri dari lima
tahap, yang meliputi sebagaimana berikut:
a. Tahap panggilan
Tahap panggilan merupakan tahap tumbuhnya kesadaran terhadap
kekosongan diri dan ketidakmampuan untuk memenuhi tujuan kehidupan.
Dalam menghadapi kepahitan hidup reaksi setiap orang berbeda. Orangorang tertentu merasakan kekosongan hidup meskipun kehidupan terlihat
berjalan baik. Ada sesuatu yang hilang dan membingungkan dalam
kehidupan. Ketika panggilan untuk menjawab masalah ini datang,
seseorang memiliki dua pilihan: memilih komitmen diri untuk menjawab
panggilan dengan jawaban pribadi atau menutup segala perasaan dan
bertindak seperti biasanya sehingga ia tidak merasa tertekan.
Jika
individu mulai mempertanyakan penyebab kekosongan pada diri mereka
dengan menjawab berbagai pertanyaan pribadi, mereka mulai proses
perkembangan spiritual selanjutnya yang disebut tahap pencarian untuk
mencari kebenaran diri.
37
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 302.
49
Usia pertengahan merupakan titik di mana orang mulai mengalami
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan spiritual mereka.
Manusia merasakan pentingnya makna hidup, krisis yang tidak
terpecahkan membutuhkan penjelasan. Panggilan terjadi pada semua
orang setiap waktu, namun pada usia pertengahan individu menjadi lebih
sadar bahwa kebutuhan untuk menjawab hal itu tidak dapat dihindari. Ia
telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang
dinamika kehidupan, dan melihat berbagai pikiran yang kaku dapat
mengacaukannya.
b. Tahap pencarian38
Tahap pencarian adalah titik di mana individu mulai mencari jalan
spiritual dengan melihat ke dalam dan mempertanyakan diri mereka
sebagai pertanyaan serius tentang prinsip integritas dan menguji
kepercayaan inti mereka. Mereka mulai menguji berbagai agama dan
kepercayaan spiritual
yang berbeda untuk menemukan jawaban
pertanyaan yang tidak dapat dituliskan dengan kata-kata. Seseorang
mungkin mendapatkan kedamaian dengan menjadi lebih dekat dengan
alam, mempelajari mitos atau kembali ke tempat ibadah. Jika mereka
kehilangan kepercayaan awal mereka, mereka mungkin akan mencari
kembali tempat ibadah mereka pada waktu kecil atau mencari filsafah
religius agama yang berbeda-beda. Jika mereka tidak religius, mereka
38
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 303.
50
mungkin mencari sistem kepercayaan lain yang bersifat tradisional atau
modern. Selama pencarian, orang terus mencari jawaban, makna dan
tujuan hidup, serta tempat yang mereka miliki. Orang dalam tahap ini
menghubungkan diri mereka lebih pribadi dengan kepercayaan,
komunitas atau pemimpin spiritual yang dapat memberi nasihat dalam
perjalanan mereka dan membantu mereka mencapai jalannya. Prinsip
spiritualitas dari integritas, kejujuran, ketenangan, dan kesabaran menjadi
lebih penting dan mengganti fokus utama pada tujuan material dan karir
di masa lampau. Orang ini mulai memiliki misi dan pencarian menjadi
alasan untuk hidup. Ketika mereka lebih menjalankan sistem kepercayaan
mereka lebih dalam, mereka menemukan informasi baru seperti kelaparan
di tengah pesta makanan. Orang yang berada dalam tahap pencarian mulai
memiliki konsep pribadi yang baru dari kekuatan yang lebih tinggi.
Mereka membicarakan perasaan mereka secara pribadi, dan menemukan
kegairahan di dalamnya.
c. Tahap pergolakan39
Begitu seseorang menemukan proses spiritual diri
dalam
memahami makna hidup, masing-masing orang mulai menyesuaikan diri
terhadap pikiran dan perilaku yang membawa mereka keluar dari konflik.
Mulai dengan kegembiraan dan kegairahan seperti jika terlibat kisah
asmara baru, mereka mulai mengikat diri mereka pada gaya hidup baru.
39
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 303-304.
51
Hidup dengan menemukan hubungan baru dengan kehiudpan menjadi
tantangan yang berada di dalam ataupun di luar realitas. Melakukan
rekonsiliasi terhadap kebenaran spiritual dalam kehidupan dunia yang
kadang sangat tidak spiritual merupakan hal ang sulit. Kadang-kadang
seseorang harus mengganti karir, merasa tersakiti, mengalami gangguan
hubungan interpersonal, dan mengalami kekecewaan ketika berpindah
dari masa lalu menuju ke depan. Pergolakan dapat menjadi sesuatu proses
yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, seperti rasa sakit pada
proses kelahiran. Kebutuhan perkembangan psikologis penting dalam
tahap ini. psikoterapi, praktik agama yang teratur, doa dan meditasi,
latihan spiritual seperti yoga, taichi atau proses pemulihan 12 langkah,
dapat memberi jalan dalam tahap ini dengan mengimplementasikan diri
sejati (true self) dalam situasi kehidupan sehari-hari.
d. Tahap terobosan40
Tahap terobosan merupakan resolusi yang sangat besar dan
kejernihan mental yang baru. Hal ini dapat digambarkan sebagai
“kebangkitan” dari tugas spiritual, karena orang pada tahap ini bangun
dari keadaan mimpinya. Perubahan yang terjadi, menurut orang yang
pernah mengalaminya, adalah tercapainya ketenangan dari kebahagiaan
dan kedamaian. Pada tahap ini orang menemukan “pemahaman” bahwa
segalanya mengikuti keteraturan, dan segalanya seperti seharusnya terjadi.
40
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 304.
52
Perubahan terdapat di dalam dan orang-orang menggambarkannya
sebagai perubahan paradigma dalam jiwa mereka. Namun, setelah tahap
ini segalanya memiliki makna, memberikan pengajaran spiritual, dan
memberikan pemahaman ke dalam diri. Dengan alasan ini, individu
bergerak dari pekerjaan yang sulit menuju tahap selanjutnya. Segalanya
dapat dipahami, segalanya sempurna. Orang terlihat indah, unik dan
berharga. Segala kehidupan berharga. Kemakmuran, kesehatan dan
kegembiraan mengalir dalam diri orang-orang ini. Perjuangan untuk
bertahan telah berakhir. Orang menjadi lebih mudah memahami
timbulnya mitos dan tulisan spiritual.
e. Tahap kembali41
Tahap yang merupakan tahap pertanggung jawaban pribadi ini
melengkapi kebaikan dan makna yang diberikan dunia kepada semua
orang. Pada tahap ini orang menumbuhkan kesatuan dan melakukan
pertobatan. Pengalaman dalam tahap ini adalah kedamaian sejati. Orang
melaporkan keinginan yang dalam untuk kembali kepada akarnya.
Mereka melanjutkan usaha untuk menyelesaikan tugas yang belum
terselesaikan dan memenuhi tujuan yang mereka susun untuk diri mereka
sendiri, terutama berkaitan dengan hubungannya dengan orang lain.
Mereka banyak membicarakan pengalaman mereka yang semakin kaya
dengan orang yang mereka kasihi, dengan diri mereka sendiri, dan dengan
41
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 305.
53
kekuatan tertinggi. Pada tahap ini, orang kembali pada kehidupan yang
telah mereka jalani. Mereka memberikan kontribusi yang lebih lengkap
kepada kehidupan dunia dan kepada semua orang. Kontribusi ini biasanya
tidak dipublikasikan, karena orang pada tahap kembali tidak melakukan
sesuatu karena ingin mendapatkan penghargaan. Memberi adalah untuk
memberi. Orang pada tahap ini hidup tenang, menyentuh kehidupan dan
membawa kebaikan, kedamaian dan jalan keluar bagi semuanya.
f. Tahap perkembangan spiritual Sufistik42
Menurut Islam, manusia yang lahir dengan jiwa yang suci (nafsi
zakiya). Namun, manusia juga lahir di dunia dengan memiliki eksistensi fisik
yang terdiri dari daging dan tulang. Keberadaan fisik manusia menimbulkan
keterikatan dengan dunia tempat mereka tinggal, dan dapat memberikan
kegelapan serta menutupi keindahan dan kebijaksanaan yang tersimpan di
dalam diri mereka. Pada asalanya, manusia dapat menjadi lupa dan terusmenerus hidup dalam kesombongan. Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang memberikan wahyu kepada manusia melalui kitab-kitab suci-Nya,
dan mengirimkan Nabi-Nabinya untuk memimpin dan memberikan contoh
bagi manusia untuk kembali menuju cahaya kebenaran dari kegelapan yang
menutupi diri manusia.
Tujuan dari sufisme adalah untuk membersihkan hati, mendidik
dan mentransformasikan jiwa untuk menemukan Tuhan. Tingkat terendah
42
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 305.
54
dari jiwa manusia didominasi oleh dorongan-dorongan yang untuk
memuaskan diri yang bersifat egois dan tamak yang menjauhkan seseorang
untuk mendapatkan kebenaran.
I.
SPIRITUAL SUFISTIK43
Untuk dapat bersatu dengan Tuhan, haruslah diadakan latihan melakukan
renungan tasawuf tanpa henti-hentinya, harus membuang pengetahuan indera dan
pekerjaan akal, serta pergi dengan kekuatan yang melebihi alam menuju Wujud
yang berada dibelakang esensi dan pikiran. Keadaan tersebut tidak dapat difahami
oleh orang-orang yang mengira bahwa dengan kekuatan akalnya, ia dapat
mencapai wujud yang menjadikan kegelepan sebagai tempat-Nya.
Apabila jiwa telah dapat terhindar dari alam indera dan alam fikiran
bersama-sama, maka ia masuk dalam gelapnya kebodohan yang suci dan
meninggalkan semua pengetahuan dari proses pemikiran, serta melebur dalam
wujud yang tidak terlihat dan tidak diketahui, kemudian bersatu dengan-Nya,
seimbang dengan pembuangannya terhadap alasan-alasan pikiran. Dengan
demikian, dari kebodohan mutlak tersebut jiwa mengambil suatu pengetahuan
yang tidak bisa dicapai oleh akal. Ia berani meniadakan segala sesuatu dari Zat
Tuhan, agar kita memasuki kebodohan yang tinggi itu.
Oleh karena itu, untuk memasuki kebodohan yang terhindar dari alam
indera dan pikiran bersama-sama, dengan kata lain masuk dalam kebodohan yang
suci. Oleh karena itu, banyak guru sufistik yang membuat tingkatan spiritual
43
135-136.
A. Hanafi, M.A, Filsafat Skolastik, (Jakarta: Pustaka Alhusna, Cet Ke-11, 1983), h.
55
manusia, tergantung aliran sufistik yang diikuitnya. Tujuan dibuatnya tingkatan
tersebut agar para pengikutnya dapat memahami dan mengajarkannya secara
bertahap.
Secara umum menurut guru sufistik Jalaludin Rumi, terdapat tujuh
tingkat spiritual manusia, dari yang bersifat egoistik sampai yang suci secara
spiritual, yang dinilai bukan oleh manusia, namun langsung Allah. Mereka yang
mencari jalannya, harus menyadari karakter dan prilaku dirinya secara jujur,
sebelum naik pada tingkat perjalanan yang lebih tinggi. Tingkatan ini terdiri dari:
1. Nafs Ammarah (The Commanding self)44
Orang yang berada pada tahap ini adalah orang yang nafsunya
didominasi godaan yang mengajaknya ke arah kejahatan. Pada tahap ini,
seseorang tidak dapat mengontrol kepentingan dirinya dan tidak memiliki
moralitas atau perasaan kasih. Dendam, kemarahan, ketamakan, gairah
seksual, dan iri hati merupakan contoh sifat-sifat yang muncul pada tahap ini.
Pada tahap ini, manusia seperti pecandu yang menyangkal dirinya sendiri
kehidupan mereka dikontrol oleh kecanduan mereka kearah sifat dan perilaku
negatif, namun mereka menolak bahwa mereka memiliki masalah. Pada tahap
ini kesadaran dan akal manusia dikalahkan oleh keinginan dan nafsu hewani.
Manusia tidak menghargai batasan moral untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan. Manusia mementingkan diri sendiri, sombong, ambisius, cemburu,
sinis, pemalas dan bodoh.
44
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 306.
56
2. Nafs Lawwamah (The Regretful Self)45
Pada tahap ini manusia mulai memiliki kesadaran terhadap
perilakunya, ia dapat membedakan yang baik dan yang benar, dan menyesali
kesalahan-kesalahannya. Namun, ia belum memiliki kemampuan untuk
mengubah gaya hidupnya dengan cara yang signifikan. Pada tahap ini, orang
seperti pecandu yang mulai memahami rasa sakit yang mereka sebabkan bagi
diri mereka dan orang lain, namun kecanduan terlalu kuat untuk membuat
mereka dapat berubah. Mereka yang berada pada tingkat ini tidak bebas dari
godaan. Kekecewaan terhadap penghargaan orang lain atas perubahan
perilakunya dapat membuatnya kembali pada tahap sebelumnya. Ia merasa
mengambil jalan yang salah, karena merasa kurang dihargai. Ia kemudian
terpengaruh oleh nafsu hewani yang dimilikinya. Jika ia cukup cerdas dalam
menghadapi kekecewaannya, ia dapat mengatasi kemunafikan, kesombongan
dan kemarahan yang dialaminya, dan akan melewati tahap ini dengan cepat.
Semakin lama orang berada pada tahap ini, semakin banyak godaan yang ia
terima.
3. Nafs Mulhimah (The Inspired Self)46
Pada tahap ini orang mulai merasakan ketulusan dari ibadahnya. Ia
benar-benar termotivasi pada cinta kasih, pengabdian dan nilai-nilai moral.
Tahap ini merupakan awal dari praktik sufisme yang sesungguhnya. Pada saat
45
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 307.
46
Ibid, h. 307.
57
ini, manusia mulai mendapatkan pesan dari nuraninya sendiri: semacam
bisikan tanpa kata-kata yang memberinya inspirasi tentang arah tujuan,
mendorongnya dan memperkuat usahanya. Namun, terkadang kejahatan
menyamar dalam bisikan tersebut dengan mendorong sesuatu yang
tampaknya baik padahal tidak. Untuk belajar membedakannya, orang ini
harus belajar dengan bantuan orang yang lebih berpengalaman, yaitu orang
yang mampu membedakan ilham yang sesungguhnya dengan imajinasi palsu
yang jahat.
4. Nafs Muthma’innah (The Contented Self)47
Pada tahap ini orang merasakan kedamaian. Pergolakan pada tahap
awal telah lewat. Kebutuhan dan ikatan-ikatan lama tidak lagi penting.
Kepentingan diri mulai lenyap, membuat seseorang lebih dekat Tuhannya.
Tingkat ini membuat seseorang menjadi berpikiran terbuka, bersyukur, dapat
dipercaya, dan penuh kasih sayang. Jika seseorang menerima segala kesulitan
dengan kesabaran dan ketakwaan, tidak berbeda ketika ia memperoleh
kenikmatan, dapat dikatakan bahwa seseorang telah mencapai tingkat jiwa
yang tenang. Dari segi perkembangan, tahap ini menandai periode transisi.
Seseorang mulai dapat melepaskan semua belenggu diri sebelumnya dan
mulai melakukan integrasi kembali semua aspek universal kehidupan dalam
dirinya.
47
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 308-309.
58
5. Nafs Radhiyah (The Pleased Self)48
Pada tahap ini seseorang tidak hanya tenang dengan dirinya, namun
juga tetap bahagia dalam keadaan sulit, musibah atau cobaan dalam
kehidupannya. Ia menyadari bahwa segala kesulitan datang dari Allah untuk
memperkuat imannya. Keadaan bahagia tidak bersifat hedonistik atau
materialistik, dan sangat berbeda dengan hal yang biasa dialami orang-orang
yang berorientasi pada hal yang bersifat duniawi, prinsip memenuhi
kesenangan dan menghindari rasa sakit. Jika seseorang telah sampai pada
tingkat mencintai dan bersyukur pada Allah, ia telah mencapai tahap
perkembangan spiritual ini.
6. Nafs Mardhiyah (The Self Pleasing to God)49
Tahap ini termanifestasi melalui ikatan antara Sang Pencipta dengan
yang diciptakan-Nya, melalui perasaan cinta yang mendasarinya. Sang
Pencipta menemukan manusia yang sempurna dalam kualitas yang
dianugerahi-Nya ketika Ia menciptakannya. Nama atau sifat Allah
termanifestasi dalam diri manusia pada tingkat ini. Manusia yang sempurna
ini telah kehilangan semua karakteristik fisik hewan yang membuatnya
menjadi tidak sempurna di bawah perintah nafsu. Sifat keilahian melekat
dalam dirinya, dan ia telah melihat realitas sejati, yaitu kebenaran, karena ia
telah dianugerahi Ayn al-Yaqin, keyakinan.
48
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 309.
49
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 310.
59
7. Nafs Safiyah (The Pure Self)50
Mereka yang telah mencapai tahap akhir telah mengalami transedensi
diri yang seutuhnya. Tidak ada nafas yang tersisa, hanya penyatuan dengan
Allah. Pada tahap ini, seseorang telah menyadari kebenaran sejati, “Tidak ada
Tuhan selain Allah”. Ia sekarang menyadari bahwa tidak ada apa-apa lagi
kecuali Allah, dan hanya keilahian yang ada, dan setiap indra manusia atau
keterpisahan adalah sebuah ilusi. Titik ini tanpa panjang dan lebar, tidak
menutupi daerah atau ruang tertentu. Inilah kesucian. Tidak ada keinginan
atau keluhan. Inilah yang awal dan yang akhir. Pada setiap titik, segala
pengetahuan meliputinya. Jika mereka yang memiliki jiwa yang murni
bergerak, gerakannya merupakan kekuatan yang penyayang; jika ia berbicara
kata-katanya adalah kebijaksanaan dan musik yang indah didengar telinga.
Jika ia muncul, terlihat indah dan menggembirakan yang melihatnya. Secara
keseluruhan keberadaannya adalah ibadah, setiap sel dari tubuhnya tidak
henti-hentinya memuji Allah. Dia sederhana, meskipun ia tidak berdosa, ia
selalu mengeluarkan air mata pertaubatan. Kebahagiaannya adalah melihat
manusia dapat mencapai Tuhannya. Rasa sakitnya adalah jika melihat
manusia menjauhi-Nya. Ia mencintai orang yang mengabdi pada Allah lebih
dari segalanya. Ia marah jika melihat orang durhaka. Ia seorang yanga adil,
dan lebih daripada adil. Ia adalah orang yang berusaha untuk menyadarkan
orang yang berdosa.
50
Ibid, h. 311.
60
Dengan adanya tingkatan spiritual diatas menunjukkan bahwa untuk
mendalami spiritual harus melalui beberapa tingkatan terlebih dahulu. Apabila
proses tingkatan tersebut telah dilalui sampai pada tingkatakan yang tertinggi
maka pada setiap titik pengetahuan meliputinya. Dalam setiap detik dan gerak ia
tidak pernah luput dari mengingat Allah, prilaku yang berakhlak, akidah yang
bertauhid serta syariat yang kokoh itulah yang tergambar dari orang telah sampai
pada tingkatan yang paling tinggi, yaitu nafs safiyah.
J.
MANFAAT SPIRITUAL DALAM KEHIDUPAN
Mengingat bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi
beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis. Melalui buktibukti historis dan antropologis kita mengetahui bahwa pada manusia primitif yang
kepadanya tidak pernah datang informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka
mmepercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu
terbatas pada daya khayalnya. Mereka misalnya, mempertuhan pada benda-benda
alam yang menimbulkan kesan misterius dan mengagumkan. Pohon kayu yang
usianya ratusan tahun tidak tumbang dianggap memiliki kekuatan misterius yang
selanjutnya mereka pertuhankan.51
Proses perjalanan hidup manusia tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan
dan spiritual. Dalam ilmu psikologi ada yang disebut dengan mekanisme coping.
Mekanisme
coping
disini
sering digunakan
untuk
tujuan
mengurangi,
menghilangkan serta menghidari dampak negatif dari suatu hubungan sosial.
51
Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, cet ke-9, 2004, h. 19.
61
Dalton (2001) mengemukakan tiga sumber kekuatan dari coping, yaitu:
1. Dukungan sosial (social support)52
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hidup sendiri, bersama yang
lain mereka membentuk komunitas. Di dalam komunitas inilah manusia
mendapatkan dukungan sosial. Komunitas merupakan salah satu sumber daya
sosial untuk mengatasi masalah. Dukungan sosial merupakan konsep penting
di dalam Psikologi komunitas karena sangat berpengaruh untuk membantu
kita dalam memahami hubungan antara individu dengan komunitas.
Dukungan sosial sangat diperlukan ketika seseorang menghadapi
masalah. Ada tiga bentuk dukungan sosial yang mengarah pada problem
focused coping, (a) berupa dorongan atau pemberian semangat, (b) pemberian
informasi, petunjuk, atau pengetahuan, dan (c) berupa dukungan nyata.
Dukungan atau dorongan dapat diperoleh dari keluarga atau teman
dekat. Informasi merupakan dukungan yang diberikan lewat nasehat atau
bimbingan menekankan aspek kognitif daripada aspek emosional. Dukungan
nyata merupakan dukungan sosial yang diberikan langsung dan dapat
digunakan secara nyata, seperti uang atau barang yang dibutuhkan.
2. Kompetensi psikososial53
52
Dr. Istiqomah Wibowo, Dipl, Soc. Plan dkk, Psikologi Komunitas , (UI Depok:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), Cetakan
Pertama, 2011), h. 34-35.
53
Ibid, h. 35.
62
Kompetensi sosial terdiri dari dua bagian, yaitu kemampuan personal
dan kemampuan sosial. Kemampuan personal misalnya mengatur emosi,
motivasi, kognisi, dan hal lain yang berhubungan dengan mekanisme coping,
dalam membina dan mempertahankan hubungan interpersonal. Kemampuan
personal ini terdiri dari (a) self and emotional regulation, (b) self and
emotional awareness, dan (c) problem solving. Self and emotional regulation
merupakan pengetahuan emosi atau perasaan yang ada dalam diri individu
melalui cara yang mudah diterima. Self and emotional awareness lebih
menekankan pada kepekaan diri terhadap emosi dan intuisi yang dimiliki
seseorang. Kedua bentuk kemampuan personal ini diperlukan untuk proses
adaptasi.
Dalam mengatasi masalah, seseorang mengidentifikasi masalah
terlebih
dahulu,
membentuk
tujuan,
membuat
strategi
alternatif,
mempertimbangkan konsekuensi, dan kemudian membuat keputusan.
3. Agama dan Spiritualitas.54
Agama dan spiritualitas memberikan ketrampilan personal dan sosial
bagi individu. Keduanya merupkan hal penting dalam mengatasi stress berat dan
situasi yang tidak dapat dikontrol. Religi dan spiritual merupakan metode yang
dapat dijadikan prediktor yang signifikan dari keberhasilan coping. Tiga dampak
positif yang diketahui yaitu: (1) subyek mencintai Tuhan, (2) menjadikan orang
54
Dr. Istiqomah Wibowo, Dipl, Soc. Plan dkk, Psikologi Komunitas , (UI Depok:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), Cetakan
Pertama, 2011), h. 34.
63
rajin berdoa dan beribadah, (3) menigkatkan kesadaran yang tumbuh baik
pengalaman stress, maupun dari dukungan teman-teman anggota kelompok
religius tersebut.
Salah satu bukti bahwa spiritual ini memberikan manfaat, yaitu
sebgaiamana Gus Badawi, putra K.H. Ahmad Basyir, seorang ulama ahli spiritual,
menyatakan bahwa banyak pengusaha di Kudus yang sukses dan besar karena
sebelumnya melakukan wirid, puasa dan, dalail al-Khayrat. Kebiasaan melakukan
puasa tersebut sebagian telah mereka jalani sewaktu masih muda hingga saat ini.
Mereka mengaku bahwa hikmah yang terkandung dalam puasa sangat besar
manfaatnya, yang salah satunya adalah kesuksesan yang mereka raih saat ini.55
Dengan mengucapkan zikir tertentu, dan disertai dengan kesadaran
transedensi (hudhur al-Qalb), maka makna yang terkandung di dalamnya akan
masuk dalam arus kesadaran para pengusaha. Pengulangan zikir dan puasa adalah
upaya untuk menumbuhkan komitmen, kesadaran dan konsentrasi, yakni upaya
memusatkan dinamika arus kesadaran pada suatu titik yang dikehendaki,
sebagaimana teknik meditasi sebagai salah satu cara untuk memperoleh
pengalaman konsentrasi dengan mengulang-mengulang sesuatu atau kalimat.56
Selain penjelasan di atas masih banyak lagi manfaat yang ditemukan dari
spiritual, seperti menjadikan manusia menikmati ketenangan, kebahagiaan,
55
Dr. Abdul Jalil, M. EI, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas
Kewirausahaan, (Yogyakarta: LkiS Cemerlang, 2013), h. 182.
56
Ibid, h. 182-183.
64
keselamatan,
kemuliaan,
kesuksesan,
dan
kejayaan
dalam
perjalanan
kehidupannya di bumi ini.57
Manfaat dari sisi lain juga dijelaskan bahwa kecerdasan spiritual
dianggap sebagai kecerdasan tertinggi dari kecerdasan-kecerdasan lain dalam
multiple intelligence seperti kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ)
maupun kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan batin
dari pikiran dan jiwa untuk membangun diri menjadi manusia dengan seutuhnya
dengan selalu berfikir positif dalam menyikapi setiap kejadian yang dialaminya.
Manfaat kecerdasan spiritual (SQ) :
a. Membantu seseorang melihat hal-hal dari sudut pandang yang lebih luas
dan kompleks
b. Membantu berfikir lebih jernih
c. Membuat pikiran lebih tenang
d. Membuka wawasan dan motivasi seseorang tentang bagaimana cara
memaknai hidup
e. Menurunkan sifat egoisme dalam diri seseorang
f. Memunculkan sikap menghargai orang lain dengan menempatkan orang
lain di posisi yang lebih tinggi daripada diri sendiri
g. Menyadari pentingnya nilai-nilai kehidupan seperti keadilan, kejujuran,
kebenaran dan kehormatan
h. Memunculkan sikap belas kasih terhadap orang lain
57
http://www.spiritual-astrology-reading.com. Selasa, 26 Maret 2014, Pukul : 00:29
65
i. Memunculkan rasa kasih terhadap diri sendiri, orang lain maupun pada
alam semesta.58
Penjelasan di atas membuktikan bahwa manfaat kecerdasan spiritual
sangatlah luas dan merupakan hala yang amat penting dalam setiap kehidupan
manusia. Jika dalam kehidupan seseorang banyak hal yang dilakukannya
melanggar hukum ataupun ketentuan Allah salah satu faktornya adalah seseorang
tersebut belum sampai pada puncak spiritual yang sesungguhnya. Oleh karena itu,
kecerdasan spiritual sangatlah berarti dalam kehidupan.
58
http://www.gelombangotak.com/manfaat- kecerdasan- spiritual (SQ).htm. Selasa, 26
Maret 2014, Pukul : 00:44.
66
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA PT. ISI
PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) adalah perusahaan yang bekerja
sekaligus mengelola jasa teknik, pengadaan dan konstruksi untuk pekerjaan listrik
dan instrumen, pekerjaan mekanis dan pemasangan pipa, pekerjaan pembangkit
tenaga listrik dan saluran transmisi.
1. PT. ISI
PT. ISI berdiri pada 9 Maret 1992. PT. ISI dapat memenuhi segala
jenis pekerjaan yang berkaitan dengan listrik dan instrumen, pekerjaan
mekanis dan pemasangan pipa, serta pekerjaan pembangkit tenaga listrik dan
saluran transmisi yang dibutuhkan dalam setiap jenis proyek pembangunan
pabrik perindustrian dengan kemampuan terpadu kami untuk ;1
“Rancangan rinci kegiatan, pengadaan, konstruksi, uji layak operasi
(commissioning), bantuan, pemeliharaan konsultasi dan pengelolaan
proyek.
PT. ISI memiliki banyak pekerja untuk pekerjaan kelistrikan,
mekanis, pemasangan pipa, sipil, dan instrumentasi yang ;
1
http://www.indomuda.co.id/. Dikutip pada 12 Februari 2014.
67
“Memberikan kontribusi pada penghargaan pelanggan kami yang
diberikan pada perusahaan ini.2
2. Bentuk Layanan Jasa PT. ISI3
a. Kehandalan dan Keamanan
1) Jasa teknik
Jasa teknis terpadu mencakup perancangan kelistrikan dan
instrumentasi dengan penggunaan sistem komputer yang aktif.
a)
Pengembangan, perancangan dan pembuatan peralatan
b) Pemilihan peralatan dan bahan
c)
Evaluasi teknis
d) Pembuatan rancangan rinci
e)
Persiapan dan peninjauan spesifikasi dan gambar
f)
Pembuatan gambar konstruksi dan dokumen pendukung
g) Material take off
h) Peninjauan gambar-gambar vendor
2) Pekerjaan pembangunan kelistrikan dan instrumentasi
PT. Indomuda Satria Internusa telah bekerja di berbagai lokasi
pembangkit listrik besar berperingkat pertama di Indonesia dalam nilai
kontrak dan perputaran.
Kami telah melaksanakan berbagai pekerjaan kelistrikan dan
instrumentasi untuk beragam kategori pabrik termasuk pabrik-pabrik
2
3
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
68
petrokimia, pengolahan gas, kimia, bahan kimia, pemurnian, pupuk
dan pembangkit listrik. Dalam pekerjaan konstruksi :
a)
Kami mempertimbangkan terlebih dahulu “kehandalan dan
keselamatan” sistem pengendalian dan menunjuk staf yang
memiliki
keterampilan
terbaik
dan
berpengalaman
untuk
pengalaman tersebut.
b) Kami bertanggung jawab penuh untuk pekerjaan pembangunan
dengan mempertimbangkan baik kelancaran operasional maupun
pemeliharaan setelah penyelesaian.
c)
Kami memperpendek periode pembangunan bila mungkin
dilakukan dengan menggunakan metode prefabrikasi awal.
Dengan cara ini, kami memiliki reputasi yang terdepan dan
unggul dalam penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu.
3. Pekerjaan Pembangkit Tenaga Listrik dan Saluran Transmisi4
a. Pembangkit Listrik
PT. Indomuda Satria Internusa telah berpengalaman untuk
membangun pelataran langsir 150 kV & 500 kV dan beragam pembangkit
listrik (Pembangkit Tenaga Listrik Batubara dan Pembangkit Listrik
GTG/STG).
b. Saluran Transmisi
4
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
69
PT. Indomuda Satria Internusa memiliki berbagai sumber daya
untuk merancang, membuat, dan memasang sistem saluran transmisi di
atas. Kami telah memasang sistem transmisi dari 11 kV hingga 272 kV di
seluruh kepulauan Indonesia.
4. Jasa Pengadaan5
PT. Indomuda Satria Internusa menyediakan dan mengirimkan ke
lokasi yang telah ditentukan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan
spesifikasi pelanggan dan dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal.
Pengadaan ini dilakukan baik dari vendor Indonesian maupun luar negeri dan
vendor-vendor di lokasi agar proyek dapat dilaksanakan dengan lancar dari
sudut pandang kualitas, biaya dan jadwal.
PT. Indomuda Satria Internusa selalu memastikan jaminan mutu
dengan mengawasi semua tahap pengadaan termasuk pengemasan, pemuatan
dan transportasi.
5. Kalibrasi, Uji Layak Operasi, dan Pemeliharaan6
Sebagai mitra dan dalam menyediakan pengoperasian pabrik yang
aman, handal dan hemat biaya, kami menawarkan :
a. Program kalibrasi, uji layak operasi, dan pemeliharaan yang terpadu
dan pasti untuk semua jenis instrumentasi dalam industri minyak, gas,
kimia dan lainnya.
5
6
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
70
b. On-site service yang lengkap dilaksanakan oleh tim insinyur dan
teknisi berpengalaman yang bekerja dalam ruang kerja yang
dilengkapi dengan berbagai peralatan digital dan pengujian terkini dan
paling maju.
c. Layanan pengiriman
staf berkualitas dan bersertifikat untuk
melaksanakan kalibrasi, uji layak operasi, dan pemeliharaan setiap
jenis instrumentasi dan peralatan listrik.
6. Jasa Mekanik dan Pemasangan Pipa7
PT. Indomuda Satria Internusa juga telah berpengalaman selama
bertahun-tahun dalam penyediaan penanganan bahan-bahan serbuk dan
curah dengan sistem pengiriman ke industri-industri kimia, petrokimia,
makanan, plastik rekayasa, dan mineral. Jasa-jasa kami dalam kontrak
EPC termasuk, tapi tidak terbatas pada :
a. Instalasi Pipa
Carbon steel, Stainless steel, dan Alumunium Steel.
b. Instalasi Peralatan
Pellet Screener, Blower, Cooler, In Line Filter, Elutriator, Was Air
Fan, Cyclone, Air Compressor, dan Air Fin Fan, dsb.
c. Instalasi Katup Kontrol
Rotary Feeder, Diverter Valve, Slide Gate, Butterfly Valve, dsb.
7
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
71
B. BADAN HUKUM DAN SUSUNAN KEPENGURUSAN PT. ISI
(INDOMUDA SATRIA INTERNUSA)
Badan hukum dan susunan kepengurusan yang terdapat di PT. ISI
berawal dari Akta Pendirian No. 27 Tgl. 9 Maret 1992 Notaris Ny. Yetty Taher,
S.H. Pengesahan Badan Hukum – Kehakiman No. C2-3359. HT.01.01. Th 93 Tgl.
18 Mei 1993. Pada Tahun ini susunan kepengurusan di PT. ISI adalah sebagai
berikut :8
Direktur Utama
= Ir. Hariyanto
Direktur
= Ir. Yahya Setiabudi Hadinata
Komisaris Utama
= Ir. Agus Subekti
Kemudian terjadi beberapa kali perubahan akta, atau pada setiap tahun
terjadi perubahan akta. Akta Perubahan I No. 43 Tgl. 18 Juni 1996 Notaris Sri
Nanning, S.H. Kemudian Akta Perubahan II No. 1 Tgl. 13 Maret 1998 Notaris Sri
Nanning, S.H. Pengesahan Kehakiman No. : C2-15.011 HT.01.04 Th 1998 Tgl.
24 Sep 1998. Akta Perubahan III No. 6 Tgl. 18 Februari 2004 Notaris Leo
Hutabarat, S.H. Pengesahan Kehakiman No. : C-UM.02.01.2423 Tgl. 3 Maret
2004. Akta Perubahan IV No. 02 Tgl. 7 Desember 2005 Notaris Leo Hutabarat,
S.H. Pengesahan Kehakiman No. C-UM.02.01.18458 Tgl. 19 Desember 2005.
Akta Perubahan V No.12 Tgl. 11 Desember 2007 Notaris Eva Syahrial Litoto,
S.H. Pengesahan Kehakiman No. : AHU-06494.AH.01.02 TH 2008
Tgl. 11
Februari 2008. Akta Perubahan VI No. 06 Tgl. 06 Oktober 2010 Notaris Eva
8
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
72
Syahrial Litoto, S.H. Pengesahan Kehakiman No. AHU-AH.01.10-26280 Tgl. 18
Oktober 2010. Akta Perubahan VII No. 18 Tgl. 22 Februari 2013 Notaris Eva
Syahrial Litoto, S.H. Pengesahan Kehakiman No. AHU-18420.AH.01.02.Tahun
2013 Tgl. 9 April 2013.9
Kemudian perubahan Akta yang terakhir kalinya adalah Akta Perubahan
VIII No. 07 Tgl. 16 Oktober 2013 Notaris Eva Syahrial Litoto, S.H. Pengesahan
Kehakiman No. AHU-64829.AH.01.02.Tahun 2013 tanggal 11 Desember 2013.
Adapun pengurus PT. ISI pada tahun yang tercantum di akta tersebut adalah
sebagai berikut :
Direktur Utama
= Ir. Hariyanto
Direktur
= Ir. Handri Triatmoko
Direktur
= Ir. Purnama
Direktur
= Budi Nurcahyo Trianto, S.T.
Komisaris Utama
= Andhy Rahardjo
Komisaris
= Iwan Ridwan Sutija Adnan
C. MOTO PT. ISI10
“ Mengambil Tanggung Jawab Penuh Untuk Kualitas”
9
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
http://www.indomuda.co.id/. Dikutip pada 12 Februari 2014.
10
73
D. VISI DAN MISI PT. ISI11
VISI :
“Untuk menjadi perusahaan besar dan kompetitif melalui bisnis yang
handal”.
MISI :
1.
Memiliki kemampuan yang tinggi dan kualitas sumber daya
manusia.
2.
Melayani dengan baik kepuasaan pelanggan dengan respon cepat,
tepat dan kualitas yang baik.
3.
Untuk
menjalankan
program
kesehatan,
keselamatan,
dan
lingkungan, sesuai dengan peraturan internasional.
4.
Untuk memberikan kesejahteraan yang tinggi bagi karyawan yang
berdedikasi.
E. LAYANAN BIMBINGAN KECERDASAN SPIRITUAL PT. ISI
Bimbingan kecerdasan spiritual merupakan salah satu unsur terpenting
dalam kehidupan, jika seseorang sudah taat kepada Allah melalui bimbingan
kecerdasan spiritual tersebut maka kejujuran, akhlak yang mulia pun akan muncul
dari dalam dirinya. Demikian juga kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual yang
dilakukan terhadap karyawan di PT. ISI. Kegiatan keagamaan ini dilakukan secara
terus menerus dengan tujuan agar karyawan merasa tenang dalam menjalankan
tugasnya, dan merasa bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga, perusahaan
11
http://www.indomuda.co.id/. Dikutip pada 12 Februari 2014.
74
dan kepada Allah SWT. Kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI tidak
seperti kegiatan keagamaan di perusahaan lain sebagaimana umumnya. Kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI dilakukan 1 (satu) kali dalam
seminggu.12
Sebagaimana Mas Topan juga mengungkapan tentang kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI ini ;
“Setiap malam Jumat dan kegiatan tersebut biasanya dilakukan di
rumah Pimpinan Perusahaan PT. ISI (Bapak Ir. Hariyanto dan Bapak
Purnama Jarkomi), dan kalau pimpinan pergi ke luar negeri atau lagi
ada halangan maka kegiatan di lakukan di kantor yang di Prapanca”.13
Kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI dilakukan setiap
malam jumat, yang diadakan di rumah Pimpinan perusahaan, di rumah direktur
utama dan di rumah direktur perusahaan dan di kantor perusahaan. Kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI tidak seperti kegiatan bimbingan
spiritual yang dilakukan di perusahaan lain, dengan kata lain penuh dengan
ketentuan, kegiatan ini hanya bersifat internal oleh perusahaan PT. ISI dan
ketentuan yang dibuat pun hanya melibatkan pimpinan perushaan dan karyawan
serta yang sudah diundang.
Adapun seksi bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI ditugaskan
sebagaimana berikut :
1. Menyusun bahan/ materi bimbingan kecerdasan spiritual serta anggaran
sesuai dengan lingkup kegiatan.
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Purnama, Prapanca, 12 Februari 2014. Lokasi: di
Ruang Meeting SBU I PT. ISI
13
Wawancara Pribadi dengan Topan, Prapanca, 5 April 2014. Pukul 07:00-08:10. Lokasi:
Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
75
2. Menyusun standar prosedur bimbingan kecerdasan spiritual secara
individu, kelompok dan massa.
3. Mengembangkan
kegiatan
bimbingan
kecerdasan
spiritual
oleh
pembimbing, karyawan dilingkungan sekitar perusahaan dengan perantara
surat undangan.
4. Melaksanakan bimbingan kecerdasan spiritual individu, kelompok dan
massa.
5. Melaksanakan bimbingan kecerdasan spiritual lanjut baik secara
controling, konsultasi dan pemantapan.
6. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan bimbingan
kecerdasan spiritual kepada pihak manajemen perusahaan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa).14
F. SARANA
DAN
PRASARANA
PT.
ISI
(INDOMUDA
SATRIA
INTERNUSA)
PT. ISI memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Kantor (ruang kerja)
2. Parkiran (Mobil dan motor)
3. Ruang bimbingan spiritual
4. Musholla
5. Toilet (Kamar mandi)
6. Tempat Wudu
14
Wawancara Pribadi dengan Budi Sulistiono (selaku koordinator kegiatan bimbingan
kecerdasan spiritual PT. ISI), Prapanca, 5 Mei 2014. Ruang Kerja Budi Sulistiono, SBU I PT. ISI.
76
7. Ruang Meeting (SBU I, SBU III)
8. Ruang pertemuan15
G. KANTOR PT. ISI (INDOMUDA SATRIA ITERNUSA)16
1. Kantor Pusat I
Jl. K. H. Mansyur No. 98 Jakarta 10230 Indonesia
Phone. [+6221] 3915512-15
Fax. [+6221] 31922043
Email. [email protected]
[email protected]
2. Kantor II
Jl. Anggrek Cendrawasih XI No. 18
Kemanggisan Jakarta 11480 Indonesia
Phone. [+6221] 5328407, 5328335
Fax. [+6221] 5495207
3. Workshop
Kawasan Pergudangan Taman Tekno
Bumi Serpong Damai Blok L-2 No. 46
Tangerang 15322 Indonesia.
15
16
Hasil observasi Penulis (Prapanca: 2014)
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
77
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
A. TEMUAN
1. Profil Subjek Penelitian
Berdasarkan dari jumlah data yang telah ditetapkan, ini penting
untuk diteliti, dikarenakan sebagai titik awal gambaran kondisi karyawan PT.
ISI (Indomuda Satria Internusa). Dengan demikian, pola dan bentuk
bimbingan kecerdasan spiritual pun dapat diselaraskan dan dibedakan antara
kondisi yang satu dengan lainnya.
a. Data berdasarkan karyawan tetap dan tidak tetap1
Tabel. 1
No
Karyawan
Jumlah
1
Tetap (T:I)
56 Orang
2
Tidak tetap (T:2)
68 Orang
Sumber : Data Karyawan PT. Indomuda Satria Internusa Februari 2014
Dari data di atas, diketahui bahwa jumlah karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) pada tahun 2014 sejumlah 124 orang. 56 orang
sebagai karyawan tetap atau permanen, dan 68 sebagai karyawan yang tidak
tetap. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa lebih banyak karyawan tidak
tetap dibanding karyawan yang tetap.
1
Wawancara Pribadi dengan Bapak Setia Budi (Sekretaris PT. ISI), Prapanca, 12
Februari 2014. Lokasi: Ruang Meeting SBU 1 PT. ISI.
78
Dalam proses bimbingan kecerdasan spiritual yang sangat dianjurkan
untuk mengikutinya adalah karyawan yang tetap, tapi tidak mengapa jika
karyawan tidak tetap juga ingin mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan
spiritual tersebut. Hal ini dilakukan, karena karyawan yang tidak tetap lebih
sering berada di luar kota atau di mana proyek tersebut sedang berlangsung,
sehingga sangat tidak memungkinkan bagi karyawan yang tidak tetap untuk
bisa mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual tersebut.
b. Karyawan berdasarkan agama2
Tabel. 2
No
Agama
Jumlah
1
Islam
119 Orang
2
Kristen
5 Orang
Sumber : Data Karyawan PT. Indomuda Satria Internusa Februari 2014
Sejumlah data karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)
terdapat 5 orang yang beragama Kristen. Hal ini dipisahkan karena ketetapan
yang mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual adalah yang
beragama Islam, sedangkan yang beragam Kristen tidak. Hasil wawancara
dan obsrvasi penulis juga membuktikan bahwa yang selalu mengikuti
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa) adalah yang beragama Islam.
2
Wawancara Pribadi dengan Bapak Setia Budi (Sekretaris PT. ISI), Prapanca, 12
Februari 2014. Lokasi: Ruang Meeting SBU 1 PT. ISI.
79
c. Data berdasarkan karyawan tetap dan sudah lama bekerja3
Tabel. 3
No
Karyawan tetap
Jumlah
Karyawan tetap yang sudah lama bekerja
1
24 Orang
mulai dari tahun 2000
Sumber : Data Karyawan PT. Indomuda Satria Internusa Februari 2014
Dari data di atas dapat diketahui bahwa karyawan tetaplah yang bisa
secara rutin mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual, dan mereka
telah mulai bekerja di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) dari tahun 2000.
Hal ini dilakukan adalah untuk tujuan menentukan responden pada saat
wawancara akan dilakukan.
2. Pembimbing
Pembimbing adalah seorang yang bertugas memberikan arahan dan
masukan kepada para kliennya agar masalah yang dihadapi atau yang ada
pada klien tersebut dapat terselesaikan, dan berupaya agar klien dengan
arahan pembimbing dapat memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.
Secara
umum,
pembimbing
harus
memiliki
wawasan
dan
pengetahuan yang luas, namun tidak lepas juga pengamalan dari ilmu yang
telah ia miliki. Banyak ilmu dan banyak amal begitulah semestinya yang
terlihat dari seorang pembimbing, apalagi pembimbing agama dan spiritual.
3
Wawancara Pribadi dengan Bapak Setia Budi (Sekretaris PT. ISI), Prapanca, 12
Februari 2014. Lokasi: Ruang Meeting SBU 1 PT. ISI.
80
Selayaknya pembimbing juga harus bisa menjawab atau menyelesaikan dari
berbagai macam bentuk masalah yang dihadapi oleh kliennya, bukan hanya
yang berkaitan dengan psikologis atau kejiwaan saja, tetapi yang berkaitan
dengan ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya, dengan tujuan agar
pembimbing tersebut bisa menjadi panutan dan pembimbing bagi kliennya
dan orang lain pada umumnya, karena akhir zaman ini permasalahan yang
muncul semakin kompleks.
Dalam hal ini, pembimbing di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)
adalah Bapak Wiwan R Setiawan, kelahiran Subang, 12 Maret 1969. Beliau
adalah pembimbing spiritual sekaligus Advisor di PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa). Beliau sebagai pembimbing di perusahaan ini sering dipanggil
dengan sebutan Pak Ustadz, atau Pak Hamim. Beliau ditugaskan sebagai
pembimbing spiritual terhadap karyawan untuk meningkatkan kecerdasan
spiritual mereka, agar meningkatnya produktifitas kerja mereka, semangat,
kejujuran dan ketenangan dalam menghadapi masalah, sehingga kualitas
perusahaan pun terjaga dan otomatis profit pun akan meningkat.4
3. Terbimbing (peserta)
Terbimbing adalah seseorang yang mendapat bimbingan, arahan,
pembinaan dari pembimbingnya. Terbimbing yang dimaksud di sini adalah
para karyawan hingga pimpinan perusahaan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa). Secara khusus peserta kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual di
4
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hamim (Pembimbing Kecerdasan Spiritual di PT.
ISI), Prapanca, 16 Maret. Lokasi: Ruang Bimbingan Kecerdasan Spiritual PT. ISI.
81
PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) adalah para karyawan. Selain itu, ada
juga karyawan perusahaan lain yang mengikuti kegiatan bimbingan
kecerdasan spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa). Pada umumnya,
masyarakat sekitar ada juga yang ingin mengikuti kegiatan ini diperbolehkan
tanpa dipungut biaya apapun.
Adapun karyawan yang mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan
spiritual yang penulis jadikan responden diantaranya adalah :5
Tabel. 4
Nama
No
Karyawan
Asal/
Lama
Suku
Mengikuti
Madura
8
(Madura)
Tahun
Staff
Jawa Timur
7
Procurement
(Jawa)
Tahun
Usia
Jabatan
33 Thn
Project Manager
Agus
Lk
1
Sugiharto
Budi
Lk
2
43 Thn
Sulistiono
7
M. Nelson
Sumut
Lk
3
51 Thn
HRD Manager
Simanjuntak
Tofan Efendi
4
Feri Afriady
5
Tahun
(Batak)
Lk
Lk
25 Thn
43 Thn
Sumsel
3.5
Melayu
Tahun
Jawa Barat
8
(Sunda)
Tahun
HRD Staff
Finance staff
Jawa Timur
Supriyadi
6
Lk
48 Thn
Site manager
8 Tahun
(Jawa)
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Setia Budi (Sekretaris PT. ISI), Prapanca, 12
Februari 2014. Lokasi: Ruang Meeting SBU 1 PT. ISI.
82
Jawa Timur
7
Jubad
Lk
42 Thn
HRD Contractor
8 Tahun
(Jawa)
Jawa Timur
8
Prayitno
Lk
52 Thn
Konstruksi
8 Tahun
(Jawa)
Sumber : Data Karyawan PT. Indomuda Satria Internusa Februari 2014
Dari beberapa karyawan di atas penulis mengajak mereka untuk
menceritakan
masalah
yang
pernah
mereka
konsultasikan
kepada
pembimbing spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa). Adapun dari
mereka yang pernah konsultasi tentang masalah yang mereka hadapi kepada
pembimbing adalah : yang pertama, Agus Sugiharto (Ugik), dan yang kedua,
yaitu Budi Sulistiono.
Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Agus Sugiharto yang
telah mengkonsultasikan seputar masalah yang sedang ia hadapi kepada
pembimbing.
“Kejadian ini baru beberapa minggu yang lalu. Hari Jum’at, 5 April
2014. Waktu itu saya konsultasi ke Pak Hamim tentang orang tua
saya yang sedang lagi sakit.
Agus
: Pak, Ayah saya lagi sakit sekarang di Madura.
Pembimbing
: Sakit apa Pak?
Agus
: Kata ibu saya sakit gulanya kambuh. Waktu itu
Pak Hamim juga ngasih tau obatnya, tapi saya lupa. Saya juga minta
saran ke Pak Hamim sebaiknya saya pulang gak Pak, saya bilang
gitu?
Pembimbing
: Gak usah Pak.
Kemudian sorenya ibu saya ngabari lagi, kalau Ayah sudah masuk
rumah sakit.
Agus
: Saya belilah tiket Pesawat, dan saya kasih tahulah
ke Pak Hamim hari sabtu saya pulang ke Madura. Mau melihat Ayah
saya.
83
Pembimbing
: Iya Pak Ugik, Semoga Bapak cepat sembuh dan
saya berdoa’ kepada Allah. Semoga selamat diperjalanan.
Malamnya ibu saya ngasih tau saya lagi, kalau Bapak dah
meninggal.
Agus
: Malam itu juga saya beli tiket pesawat ke
Surabaya, biarlah tiket yang pertama itu hangus. Saya beli tiket lagi
untuk saya dan istri saya. Saya teleponlah Pak Hamim meminta agar
di bacakan Fatihah kepada orang tua saya.
Pembimbing
: Iya Pak, Insya Allah nanti saya bacakan bersama
6
kawan-kawan.
Selain Agus Sugiharto, Budi Sulistiono juga misalnya, dia juga
sering meminta pendapat sekaligus bimbingan dari pembimbing spiritual di
PT. ISI (Indomuda Satria Internusa). Budi Sulistiono menceritakan dan
meminta bimbingan dari pembimbing tentang peningkatan spiritual yang
dialaminya, karena semakin lama ia mengikuti bimbingan kecerdasan
spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), ia menemukan hal-hal positif
baru yang belum pernah ia alami sebelumnya. Sebagaimana hasil wawancara
penulis dengan Budi Sulistiono di bawah ini :
“Kalau saya sering konsultasi ke Pak Hamim paling tentang Tauhid
ataupun Makrifat. Saya menanyakan kepada beliau. Bagaimana saya
bisa menemukan jati diri yang sebenarnya. Pak Hamim jawab,
perbanyakalah berzikir dan tafakur. Saya bilang, hanya itu Pak. Pak
Hamim bilang, ia Pak, semoga dengan pengalaman itu Bapak lebih
meyakini tentang keesaan Allah, karena ketika orang sudah mau
mengenal jati dirinya, insya Allah dia gak lama lagi akan merasakan
dan menikmati keberadaan Allah dalam dirinya, sekian banyak orang
yang mengikuti kegiatan bimbingan spiritual, mungkin hanya sedikit
yang dipilih dan terpilih, Alhamdulillah Bapak Masuk di dalamnya.
Kalau masalah pekerjaan saya tidak terlalu memikirkan, cukup
dijalani aja dengan ikhlas dan jujur, kalau masalah istri dan anak
serahkan kepada Allah saja.
Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan Mas Ismail”.7
6
Sugiharto.
Wawancara Pribadi dengan Sugiharto, Prapanca, 5 Mei 2014. Lokasi: di Ruang Kerja
84
Hasil wawancara di atas sebagai bukti bahwa karyawan di PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) selain mereka mengikuti kegiatan bimbingan
kecerdasan spiritual, mereka juga sering konsultasi seputar masalah yang
sedang dan akan mereka hadapi, baik masalah pribadi, keluarga dan
pekerjaan. Dengan keberadaan pembimbing spiritual di PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa) serta metode direktif yang digunakan sebagai penunjang
berjalannya kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual di PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa).
Tempat adalah merupakan suatu penentu untuk berjalannya kegiatan
bimbingan. Tempat yang sering digunakan untuk melakukan kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa), yaitu di kantor PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), Jl. Prapanca
Raya Blok: P. I No. 116 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kemudian di
rumah Direktur Utama, yaitu berlokasi di Jl. Intan Ujung No. 7 B, Cilandak,
Jakarta Selatan dan di rumah Direktur Perusahaan, yaitu berlokasi di
Komplek Puspita Loka Blok: L/1 No 17, BSD, Tangerang.
Sebagaimana hasil wawancara penulis :
“Awal memang kita lakuin di kantor. Setelah melihat
perkembangan pengikut juga semakin banyak, berganti ke tempat
pimpinan kita yaitu Pak Haji Purnama. Di samping ada juga
permintaan Pak Hariyanto selaku Direktur Utama dari PT.
Indomuda sendiri untuk dilakukan dirumahnya”.8
7
Wawancara Pribadi dengan Budi Sulistiono, Prapanca, 5 Mei 2014. Ruang Kerja Budi
Sulistiono, SBU I PT. ISI.
8
Wawancara Pribadi dengan Budi Sulistiono, Prapanca, 14 Maret 2014. Pukul 18:5819:20. Lokasi: Ruang Kerja Budi Sulistiono, SBU I PT. ISI.
85
Kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) dilaksanakan pada malam jum’at. Malam jum’at
pertama dilaksanakan di rumah Direktur PT. ISI (Indomuda Satria Internusa),
Ir. H. Purnama Jarkomi yang berlokasi di BSD, malam Jum’at berikutnya
dilaksanakan di rumah Direktur Utama PT. ISI (Indomuda Satria Internusa),
Ir. H. Haryanto yang berlokasi di Cilandak, kemudian pada malam jum’at
selanjutnya dilaksanakan di kantor PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) yang
berlokasi di Prapanca.
Mengenai waktu yang dilakukan selama bimbingan, sekitar 2 (dua)
jam. Hal ini berdasarkan dari hasil wawancara penulis dengan responden.
“Biasanya kegiatan bimbingan spiritual itu pada malam Jumat
dimulai pukul 22:00 s/d 00:00. Bisa juga lebih, tapi jarang sekali”.9
Adapun waktu atau durasi yang digunakan pada saat pelaksanaan
bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa), lebih kurang 2 sampai 3 jam. Sedangkan pada saat sefty tok
dilakukan hanya 5 atau sampai 7 menit. Sedangkan untuk bimbingan
kecerdasan spiritual untuk person (pribadi) tidak dijadwalkan, hanya sesuai
dengan jadwal yang ditentukan oleh pembimbing dan yang terbimbing.
Media ataupun alat bantu yang digunakan dalam proses bimbingan
kecerdasan spiritual bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)
adalah ayat-ayat Al-Quran dan Hadits. Selain itu, alat bantu pendukung lain
9
Wawancara Pribadi dengan Topan Efendi, Prapanca, 5 April 2014. Pukul 07:00-08:10.
Lokasi: Ruang Kerja Budi Sulistiono, SBU I PT. ISI.
86
yang sering digunakan adalah pengeras suara, laptop, proyektor, sound
system dan alat bantu lainnya.
Faktor pendukung dan penghambat dalam suatu kegiatan bimbingan
adalah suatu hal yang tidak bisa dinafikan, namun kesuksesan akan tercapai
apabila hambatan tersebut bisa diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Demikian juga dengan kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual yang
dilakukan di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), tidak lepas dari faktor
pendukung dan penghambat. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan para karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) yang mengikuti
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual, penulis menyimpulkan bahwa ada
beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat di dalam
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual bagi karyawan PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa).
a. Faktor pendukung
1) Sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis diketahui
terdapat sarana dan prasarana yang memadai juga merupakan suatu
lingkungan yang bersih dan rapi pada saat kegiatan bimbingan kecerdasan
spiritual dilaksanakan. Sarana dan prasarana tersebut antara lain
tersedianya ruang indoor yang dapat menampung semua peserta
terbimbing serta tersedianya konsumsi setelah peserta selesai mengikuti
87
kegiatan
bimbingan
kecerdasan
spiritual
tersebut.
Sebagaimana
pengakuan karyawan di bawah ini :
Faktor penunjangnya adalah karyawan/ jamaah diberikan fasilitas
seperti rumah untuk berzikir & karyawan/ jamaah disediakan
transportasi seperti mobil, motor & disediakan konsumsi bagi para
jamaah yang hadir.10
2) Team work
Tim kerja di sini adalah koordinator kegiatan bimbingan
kecerdasan spiritual dan Direktur. Koordinator di sini ditugaskan oleh
direktur Utama dan Direktur PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) untuk
menginformasikan kepada peserta terbimbing tentang tempat dan waktu
akan dilaksanakannya kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual.
Kerjasama yang baik di antara para karyawan dalam mengikuti
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual terjalin dengan baik. Mereka
menjaga solidaritas, kedisiplinan serta saling membantu dalam
membagikan konsumsi kepada peserta terbimbing yang hadir. Mereka
mempunyai semangat dan kemauan yang tinggi.
Dari hasil observasi penulis, penulis melihat kemauan dan
semangat yang tinggi dari para karyawan pada saat mengikuti bimbingan
kecerdasan spiritual sangat antusias.
b. Faktor penghambat
1) Terbenturnya waktu bimbingan dengan jam kerja karyawan
10
Wawancara Pribadi dengan Mas Topan, Prapanca, 5 April 2014. Lokasi: Ruang
Meeting SBU 1 PT. ISI.
88
Pada saat-saat tertentu adakalanya sebagian karyawan yang
bertugas ke luar kota, sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan bimbingan
kecerdasan spiritual tersebut.
2) Kondisi fisik
Faktor kondisi fisik di sini hanya bersifat individu, hasil
wawancara yang penulis dapatkan, hanya beberapa responden yang
menganggap kondisi fisik yang lelah, ngantuk sebagai faktor penghambat
dalam mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual tersebut.
Namun
kebanyakan
dari
responden
mengatakan
bahwa
faktor
penghambat dalam mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual
tersebut tidak ada apabila ada kemauan dan semangat yang tinggi. Hal di
atas berdasarkan jawaban dari responden pada saat melakukan
wawancara, sebagaimana di bawah ini :
“Kalau faktor-faktor yang menghambat itu sebenarnya secara
pribadi itu, secara personal ya. Dalam artian kalau kita
membicarakan secara pribadi menghambat mungkin karena
kemauan pribadi masing-masing ada yang memang tertarik untuk
mau mengikuti ada yang memang ogah-ogahan atau cuman
sekedar enggaan atau sungkan karena yang lain ikut dia tidak ikut,
jadi ikut-ikutan aja. Terus, kalau faktor lain karena mungkin kita
sebagai karyawan ini kan memang sudah memaksimalkan aktivitas
kerja. Ya kurang lebih delapan jam kerja kita sudah beraktivitas
otomatis kan sedikit banyak merasa capek, ngantuk itu pasti ada.
Sementara kita melakukan zikir itu harus menunggu lama lagi jam
22.00 itu nahan kantuk akhirnya kebanyakan itu tadi, malas jadi
ngantuk. Disamping juga mungkin kalau yang tidak pas kondisi di
kantor faktor jarak. Kebanyakan kita kan sebagai karyawan banyak
89
rumahnya yang tidak satu daerah maksudnya tidak satu area tetap
pisah-pisah”.11
B. METODE DIREKTIF UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN
SPIRITUAL KARYAWAN PT. ISI
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan,
metode bimbingan kecerdasan spiritual yang pembimbing lakukan di PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa) menggunakan metode direktif yang dilakukan untuk
perorangan (individu) dan bimbingan kelompok pada saat-saat tertentu.
Sebagaimana hasil wawancara penulis :
“Sebetulnya (pengarahan, bimbingan) ini, apa yang kamu
sampaikan itu sudah kita lakukan, maupun bentuk perorangan ya,
kelompok maupun secara perusahaan. Tapi ini lebih kita titik
beratkan kepada pembinaan itu. Pembinaan dan hubungannya nanti
bisa kepada sumber daya manusia, bagaimana membuat orang atau
manajemen, namun orang-orang di sekitar kita itu memahami
tentang nilai-nilai ketuhanan dan dia bisa diimplementasikan pada
saat bekerja”.12
Dari hasil wawancara di atas penulis menemukan jawaban bahwa metode
yang dilakukan di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) bukan hanya metode
direktif saja tetapi meliputi metode bimbingan kelompok yang dilakukan pada
saat-saat tertentu. Hasil dari responden lain juga mengatakan :
“Dari sisi jiwa, dari sisi rohani itu dengan berzikir. Dengan metode
pengarahan atau mengarahkan mereka untuk berzikir. Bagaimana
caranya dengan zikir kan jiwa kita akan tenang otomatis dengan
jiwa kita tenang itu bekerja kita akan lebih nikmat, dalam bekerja
kita akan lebih gampang menyelesaikan masalah dan masalah itu
11
Wawancara Pribadi dengan Budi Sulistiono, Prapanca, 14 Maret 2014. Pukul 18:5819:20. Lokasi: Ruang Kerja Budi Sulistiono, SBU I PT. ISI.
12
Wawancara Pribadi dengan Nelson, Prapanca, 19 Maret 2014. Pukul 10:12-11:22.
Lokasi: Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
90
akan selesai dengan sendirinya sebelum kita menyelesaikan
masalah itu”.13
Jawaban dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa bimbingan
kecerdasan spiritual yang dilakukan di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)
meliputi pengetahuan agama hingga pada pengarahan kepada zikir (makrifat).
Secara umum, metode direktif adalah salah satu metode yang digunakan
bagi karyawan yang mengalami kesulitan dalam memahami dan memecahkan
masalahnya. Pengarahan yang diberikan pembimbing ialah memberikan secara
langsung jawaban-jawaban terhadap faktor-faktor yang dianggap menjadi
timbulnya masalah pada karyawan tersebut. Kemudian pembimbing membantu
mengarahkan karyawan kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bersifat
bermanfaat sesuai dengan kemampuan terbimbingnya.
Untuk mengetahui kenapa metode pengarahan zikir yang dilakukan
pembimbing di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), dapat dipahami dari hasil
wawancara penulis dengan responden.
“Dengan zikir kita merasa dekat dengan sang pencipta dan selalu
dalam lindungan serta pengawasan-Nya, serta rukiyah dapat
menetralisir penyakit-penyakit hati”.14
Selain di atas, ada juga yang mengatakan :
“Sejauh ini metode zikir itu kita ambil atau lakukan karena memang
lebih efektif menenangkan jiwa, mencerdaskan otak juga. Disamping
itu juga mencerdaskan religi kita, mengasah untuk lebih cerdas”.15
13
Wawancara Pribadi dengan Sugiharto, Cinangka, Sawangan, 16 Maret 2014. Pukul
19:20-20:16. Lokasi: di Rumah Kediaman Bapak Sugiharto (Wismamas Blok E- 1 No.18).
14
Wawancara Pribadi dengan Jubad, Prapanca, 19 April 2014. Pukul 12:28-13:25.
Lokasi: Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
91
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa metode pengarahan zikir ini
sudah efektif diterapkan bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa),
karena di sini mereka bisa mengungkapkan semua keluhan atau masalah yang
dihadapi serta mendapatkan solusi yang bersifat spiritual.
Dalam menyampaikan materi di berbagai kegiatan keagamaan atau
aktivitas agama banyak metode yang digunakan oleh para da’i dan pembimbing.
Namun, adakalanya metode tersebut sesuai dan tidak sesuai, selain itu ada juga
metode yang bersifat umum untuk seluruh sasaran dan ada juga yang bersifat
khusus untuk individu atau kelompok. Metode yang dipilih untuk menyampaikan
pesan seputar kecerdasan spiritual sangat berdampak apabila metode yang
digunakan sesuai dengan harapan atau keinginan khalayak sasaran.
Metode direktif yang diterapkan disini memang bukan sepenuhnya
menggunakan metode direktif adakalanya pembimbing juga menggunakan
metode yang lain seperti bimbingan kelompok. Namun, dipenghujung kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual metode yang tidak pernah luput dari kegiatan ini
adalah metode direktif. Metode direktif dilakukan pada saat zikir dan ruqyah16
akan dilaksanakan. Pada saat kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual tersebut
berlangsung, seorang pembimbing mengarahkan kliennya untuk bisa beraudiensi
dengan Allah melalui zikir. Di sini, seorang pembimbing hanya mengarahkan
tidak memaksa agar kliennya bisa beraudiensi dengan Allah, karena tugas
15
Wawancara Pribadi dengan Budi Sulistiono, Prapanca, 14 Maret 2014. Pukul 18:5819:20. Lokasi: Ruang Kerja Budi Sulistiono, SBU I PT. ISI.
16
Ruqyah: azimat, tangkal, penangkal dari gangguan Jin.
92
pembimbing hanya sampai di situ. Tetapi bagi klien yang belum bisa beruadiensi
dengan Allah melalui zikir, maka pembimbingpun akan memberi arahan kepada
klien, terkait tips atau cara apa yang harus dilakukan, sehingga klien tersebut tetap
mau, mampu berusaha agar bisa beraudiensi dengan Allah hingga pada akhirnya
dia tahu siapa dirinya dan Tuhannya, sebagaiaman yang sering dijelaskan Ustadz :
“Siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya”.
Dengan efektifnya kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual bagi
karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual, maka memberikan beberapa hasil dan manfaat. Secara
umum dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan.
“Ya manfaatnya sangat banyak ya. Terutama kita kan mengalami
perubahan hidup atau perilaku dan kita sudah merasa dekat dengan
Tuhan gitu. Jadi setiap aktivitas kita itu tidak ada yang
mengendalikan kita kecuali yang punya hidup. Jadi kita merasa
nyaman dan merasa enak, tidak merasa mengeluh lagi, atau merasa
susah lagi. Kita sudah mensyukuri hidup ini sekalipun gaji kita kecil
sudah kita syukuri, karena ini rizki yang diberikan sama Allah. Jadi
merasa nyaman tentunya”.17
Hal lain diungkapkan oleh Sugiharto :
“Sangat banyak. Yang pertama dari sisi pengetahuan syariat. Ilmuilmu syariat itu kan sangat luas, sangat luas. Sedangkan pengetahuan
kita pribadi kan sangat sedikit. Itu yang pertama dari sisi syariat kita
sangat banyak mendapat tambahan ilmu. Kemudian dari sisi
spiritual, kejiwaan, ruhani itu jadi kita lebih tenang. Kita lebih jadi
nyaman dalam bekerja.
Secara fisik otomatis dengan jiwa kita itu tenang otomatis fisik kita
juga akan lebih sehat”.18
17
Wawancara Pribadi dengan Nelson, Prapanca, 19 Maret 2014. Pukul 10:12-11:22.
Lokasi: Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
18
Wawancara Pribadi dengan Sugiharto, Cinangka, Sawangan, 16 Maret 2014. Pukul
19:20-20:16. Lokasi: di Rumah Kediaman Bapak Sugiharto (Wismamas Blok E- 1 No.18).
93
Para karyawan merasakan banyak manfaat yang mereka dapatkan setelah
mengikuti kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual tersebut, sebagaimana dari
hasil wawancara penulis di atas dapat disimpulkan diantaranya :
1. Kesehatan secara fisik
2. Merasa tenang dan nyaman secara rohani
3. Perubahan perilaku menjadi lebih baik19
4. Menambah ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu
umum20
5. Menambah produktivitas kerja
6. Menambah etos kerja
7. Menambah peningkatan dalam hal ibadah kepada Allah
8. Merasa selalu diawasi Allah, dan merasa dekat dengan Allah
19
Wawancara Pribadi dengan Nelson, Prapanca, 19 Maret 2014. Pukul 10:12-11:22.
Lokasi: Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
20
Wawancara Pribadi dengan Budi Sulistiono, Prapanca, 14 Maret 2014. Pukul 18:5819:20. Lokasi: Ruang Kerja Budi Sulistiono, SBU I PT. ISI.
94
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan mengenai
analisis metode direktif bagi karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)untuk
meningkatkan kecerdasan spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), Jl.
Prapanca Raya Blok: P. I No. 116 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, diperoleh
fakta mengenai metode direktif yang diterapkan bagi karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa):
1. Munculnya metode direktif yang diterapkan di PT. ISI (Indomuda
Satria Internusa) karena tidak terbatasnya waktu dan tempat bagi
karyawan PT. ISI (Indomuda Satri Internusa) pada saat bimbingan
kecerdasan spiritual.
2. Karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)merasa terbukadalam
menyampaikan masalah dan keluhan yang mereka hadapi, baik
masalah pekerjaan maupun masalah yang lain, karena para karyawan
dihadapkan langsung (face to face) dengan pembimbing spiritual yang
ditugaskan di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), yang menggunakan
metode direktif sebagai metode utamanya.
3. Metodedirektif dapat menanggulangi permasalahan perbedaan latar
belakang karyawan yang cukup variatif. Hal ini disebabkan oleh
peluang yang diberikan pada metode direktif ini untuk menyampaikan
95
pertanyaan sesuai dengan kebutuhan karyawan itu sendiri. yang
diterapkan di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) para karyawan
merasa tidak jenuh (membosankan) pada saat bimbingan dilakukan,
karena metode ini diterapkan dengan santai tapi masuk akal. Dengan
adanya metode ini merekamerasa lebih enjoy dalam menerima ilmu
pengetahuan agama yang disampaikan.
4. Metode direktif yang digunakan pembimbing bisa digunakan sebagai
salah satu upaya untuk selalu mengingatkan para karyawan PT. ISI
(Indomuda Satria Internusa)tentang bagaimana bekerja itu sematamata bukan hanya mencari nafkah, tetapi merupakan pengabdian
kepada nusa, bangsa dan terutama kepada Tuhan yang Maha Esa.
Berdasarkan hal itu mereka bekerja secara baik, loyal, bukan hanya
loyal kepada perusahaan, tapi loyal juga kepada diri mereka sendiri
dan terutama kepada Tuhan.
Selanjutnya, bagaimana respon karyawan PT. ISI (Indomuda Satria
Internusa)terhadap metode direktif yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Mayoritas karyawan PT. ISI(Indomuda Satria Internusa)menjawab
“sangat bagus, sangat baik”. Artinya, respon karyawan PT.
ISI(Indomuda
Satria
Internusa)terhadap
metode
direktif
yang
diterapkan sangatlah postif. Namun, sebagian lain memberikan respon
yang baik, karena mereka merasa metode ini efektif dalam
menyampaikan
bimbingan
kecerdasan
spiritual.
Merekajuga
96
menganggap metode ini merupakan hal yang baru mereka temui di
beberapa perusahaan yang mereka pernah bekerja di dalamnya.
2. Pengaruh yang dirasakan oleh karyawan saat mengikuti kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual melalui metode direktif,di antaranya
adalah hati yang tenang, perubahan perilaku, jasmani yang sehat dan
merasa nyaman dalam bekerja.
B. SARAN
Dari hasil penelitian yang berjudul “Analisis Metode Direktif Bagi
Karyawan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa) Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spiritual”, maka saran-saran pun ingin penulis sampaikan
kepadasegenap pengurus perusahaan PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)agar
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual ini tetap harus ditekankan bagi para
karyawan, agar kinerja dan produktivitas kerja mereka semakin bertambah dan
lebih bagus, sehingga dengan berlanjutnya kegiatan bimbingan kecerdasan
spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa)dapat memberikan banyak manfaat
dan hasil positif, baik kepada perusahaan, begitu juga kepada para karyawan.
Selanjutnya, untuk pembimbing agar lebih meningkatkan serta
mengingatkan para karyawan agar selalu mengikuti kegiatan bimbingan
kecerdasan spiritual di PT. ISI (Indomuda Satria Internusa), karena kegiatan
bimbingan spiritual ini bukan seperti kegiatan bimbingan lain pada umumnya.
Kegiatanbimbingan kecerdasan spiritual ini bertujuan untuk mengingatkan para
karyawan untuk jujur dalam bekerja, semangat, rajin dan ikhlas. Selain itu,
kegiatan bimbingan kecerdasan spiritual ini memperkenalkan dan mengajak para
97
karyawan untuk mengenal Allah melalui tahapan syariat, tarikat, hakikat, makrifat
hingga pada puncaknya, yaitu bertauhid atau mentauhidkan Allah Swt, baik dalam
bekerja maupun aktivitas lainnya.
98
DAFTAR PUSTAKA
BUKU, SKRIPSI :
Abudin, H. Nata. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, cet ke-9.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Bulan Bintang.
B., Purwakania Hasan, Aliah. 2008. Psikologi Perkembangan Islami Menyingkap
Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran Hingga Pascakematian.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Daradjat, Zakiah. 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta: Bulan Bintang.
Hamdani, Bakrah M. Adz-Dzaky. 2002. Konseling dan Psikoterapi Islam
(Penerapan Metode Sufistik). Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Hanafi, A. 1983. Filsafat Skolastik. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Husman, Husaini. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Jalil, Abdul, M. EI,. Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas
Kewirausahaan. Yogyakarta: LkiS Cemerlang.
Joko, P. Subagyo. 2006. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kutha, Nyoman, Ratna. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu
Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lutfi, M,. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Maulana, Achmad dkk,. 2009. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.
Mappiare, Andi A.T,. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Madjid, Nurcholish et. al,. 2005. Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern:
Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani.
Jakarta : PT Mediacita.
Munir, Samsul, Amin. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: PT.
Perpustakaan Nasional.
99
Murtadho, H. Hadi,. 2011. Tiga Guru Sufi Tanah Jawa (Wejangan-Wejangan
Ruhani Abuya Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh
Muslih Mranggen). Yogyakarta PT. LkiS Printing cemerlang, cet-ke I.
Rama, Tri K,. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.
Safuri, Rafy. 2009. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta:
Rajawali Pers.
Supriatna, Maman. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi:
Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta: Rajawali
Press.
Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Syaodin, Nana, Sukmadinata. 2007. Bimbingan & Konseling Praktek. Bandung:
Maestro, 2007.
Skripsi Arie Mutya Wulan sari (0052019823). 2008. Pelaksanaan Bimbingan
Islam dalam Mengembangkan kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di
Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang.
Wibowo, Istiqomah, Dipl, Soc. Plan dkk,. 2011. Psikologi Komunitas. UI Depok:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
(LPSP3), Cet ke-1.
Wojowasito, S – Poerwadarminta, W.J.S,. Kamus Lengkap Inggeris- Indonesia316 hal Indonesia- Inggeris – 332 hal. Bandung: Penerbit Hasta.
Tumanggor, Rusmin. 2005. Agama di Kawasan Industri. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
MEDIA MASSA (INTERNET) :
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalampenelitian-kualitatif.html. Dikutip pada hari Selasa, 21 Januari 2014,
pukul: 20:29.
http://8tunas8.wordpress.com/2011/07/23/metode-penelitian-triangulasi/
pada hari Selasa, 21 Januari 2014, pukul: 20:08
Dikutip
http://www.spiritual-astrology-reading.com. Dikutip pada hari Selasa, 26 Maret
2014, Pukul : 00:29
100
http://www.gelombangotak.com/manfaat- kecerdasan- spiritual (SQ).htm. Dikutip
pada hari Selasa, 26 Maret 2014, Pukul : 00:44.
http://www.indomuda.co.id/. Dikutip pada 12 Februari 2014.
PT. Indomuda Satria Internusa, Profil PT. ISI, (Jakarta Selatan: 2014).
WAWANCARA :
Hasil observasi Penulis (Prapanca: 2014).
Wawancara Pribadi dengan Bapak Purnama, Prapanca, 12 Februari 2014. Lokasi:
di Ruang Meeting SBU I PT. ISI.
Wawancara Pribadi dengan Topan, Prapanca, 5 April 2014. Pukul 07:00-08:10.
Lokasi: Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
Wawancara Pribadi dengan Budi Sulistiono (selaku koordinator kegiatan
bimbingan kecerdasan spiritual PT. ISI), Prapanca, 5 Mei 2014. Ruang
Kerja Budi Sulistiono, SBU I PT. ISI.
Wawancara pribadi dengan Pak Setia Budi (Sekretaris PT. ISI), Jakarta, 12
Februari 2014.
Wawancara pribadi dengan Pak Ustadz Hamim (Pembimbing Kecerdasan
Spiritual di PT. ISI), Jakarta, 16 Maret 2014.
Wawancara Pribadi dengan Sugiharto, Prapanca, 5 Mei 2014. Lokasi: di Ruang
Kerja Sugiharto.
Wawancara Pribadi dengan Nelson, Prapanca, 19 Maret 2014. Pukul 10:12-11:22.
Lokasi: Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
Wawancara Pribadi dengan Jubad, Prapanca, 19 April 2014. Pukul 12:28-13:25.
Lokasi: Ruang Meeting, SBU III PT. ISI.
101
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Publikasi PT. ISI melalui media online.
a. Web
-
http://www.indomuda.co.id/
https://foursquare.com/v/pt-indomuda-satriainternusa/4d8960b999c2a1cdd6c27ad7
b. Facebook
-
https://www.facebook.com/pages/PT-INDOMUDA-SATRIAINTERNUSA/117240784973262
PT. INDOMUDA
SATRIA
INTERNUSA
Perusahaan
Facebook © 2014 · Bahasa Indonesia
102
c. Twitter
- https://twitter.com/indomp
Indo Muda Project
@indomp
bogor·indomp.com
Tweets
Following
Followers
1
159
12
Tweets
Indo Muda Project‫@‏‬indomp13 Apr 2010
103
2. Dokumentasi ruangan bimbingan kecerdasan spiritual bagi
karyawan PT. I.
104
105
3. Dokumentasi konsultasi salah satu karyawan PT. ISI dengan
pembimbing spiritual di PT. ISI.
106
4. Dokumentasi kegiatan bimbingan kecerdasan spirtual bagi
karyawan PT. ISI.
Download