BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. REMAJA
A. Pengertian
Menurut Sarwono (2006: 127) remaja atau pubertas merupakan masa
peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Sedangkan pengrtian
remaja (adolescent) menurut WHO merupakan penduduk berusia 10-19 tahun.
Masa remaja merupakan periode kritis yang diawali dengan masa akil
balik, bagi laki-laki maupu perempuan. Tetapi perlu strategis untuk diarahkan
dalam meningkatkan kepedulian dan kemampuan kesehatan reproduksi dan
perilaku hidup sehat. (Syamsu, 2002)
Remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)
terhadap orang tua kearah kemandirian (indenpedence), minat-minat seksual,
perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral
(Yusuf, 2002)
B. Tahapan pubertas
Masa Puber di bagi menjadi 3 Periode :
1. Masa pra pubertas
Peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Ciri-Cirinya : Anak tidak Suka diperlakukan kayak anak kecil lagi, anak mulai
bersikap kritis.
2. Masa Pubertas (usia 14-16 Tahun)
Merupakan masa remaja awal.
Ciri-cirinya : Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya,
memperhatikan penampilan, sikapnya tidak menentu/plin plan dan suka
berkelompok dengan teman sebaya.
3. Masa pubertas (17-18 tahun)
Peralihan masa pubertas ke masa adolescence (Kartini Kartono, 2006)
Perubahan Fisik Remaja Putri
5
6
a) Tanda kelamin primer yaitu mulai berfungsinya organ-organ genital yang
berhubungan langsung dengan organ seks pada wanita mengalami
menstruasi (menarche) yang diikuti kesiapan organ-organ reproduksi
untuk terjadinya kehamilan.
b) Tanda kelamin sekunder yaitu perubahan suara jadi merdu, kulit
bertambah bagus dan halus, panggul melebar, payudara membesar,
tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan, serta pertumbuhan rahim
dan vagina.
c) Tanda kelamin tertier
Tanda kelamin tertier adalah keadaan psikis yang berbeda antara laki-laki
dan perempuan. Pada perempuan apabila melihat darah keluar saat
menstruasi ketakutan, sering mengalami sakit perut sampai muntahmuntah dan pemalu.
C. Masalah Perilaku Seks pada remaja
Masalah perilaku lainnya adanya penyakit-penyakit perilaku antara lain
kehamilan yang tidak diinginkan, yang sering menjurus pada aborsi yang tidak
aman dan menimbulkan komplikasi. Kecelakaan PMS (penyakit menular seksual)
masalah emosi yang akan mempengaruhi kehidupan pribadi, keluarga, bangsa dan
negara. Aktifitas yang terjadi adalah hubungan seks sebelum nikah. Faktor utama
yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pra nikah :
a. Membaca buku porno dan menonton blue film ± 54,34 % (Jakarta), 49,2%
(Yogyakarta)
b. Pengaruh teman (kebutuhan biologis)
c. Kurang taat agama ± 20-50 % (Nina, 2006)
D. Kebutuhan Remaja
Menurut Syamsu (2002) menyatakan dorongan remaja untuk melakukan seks
datang dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks. Karena
meningkatnya minat terhadap seks remaja selalu berusaha mencari informasi
mengenai seks. Hanya sedikit yang diperoleh dari oang tua atau guru, oleh karena
itu mereka mencarai informasi-informasi dari teman, buku-buku atau dari media
elektronik yang semakin canggih. Remaja membutuhkan informasi yang benar
dan sehat tentang kesehatan reproduksi baik dari orang tua maupun dari sekolah
atau dari lingkungan sosial.
Hasil penelitian Syamsudin 2008, mengungkapkan bahwa 64% remaja
mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar
nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi
perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan
seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
(Nina, 2006
B. Kehamilan
1. Proses terjadinya kehamilan
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa di sebut konsepsi atau fertilisasi
dan membentuk zigot. Proses konsepsi berlangsung sebagai berikut :
a. Ovum (sel telur) yang di lepas saat ovulasi mengandung nutrisi. Pada ovum
dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma.
b. Ovum di sapu oleh fimbria tuba dan masuk ke pars ampularistuba. Ovum siap di
buahi jika ada sel sperma yang masuk melalui kanalis servikalis. Sperma akan
membuahi ovum dan kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dengan
membentuk zigot.
c. Proses nidasi atau implantasi, zigot mampu membelah dirinya bersamaan dengan
pembelahan inti. Hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus, kemudian
berimplantasi pada bagian fundus uteri. Terjadinya mendorong sel blastula
membentuk yolk salk dan plasenta. Zigot terus berkembang membentuk janin.
2. Menurut Sarwono (2007), tanda-tanda kehamilan sebagai berikut:
A. Tanda-tanda pasti kehamilan
Gerakan janin yang dapat dilihat/dirasa/diraba, juga bagian-bagian janin
1. Denyut jantung janin : didengar dengan stetoskop monoral, laennec
2. Dicatat dan didengar alat Doppler
8
3. Dilihat pada Ultrasonografi (USG): Terlihat tulang-tulang janin dalam foto
Roentgen
B. Tanda-tanda presumptive (tidak pasti kehamilan) :
1. Amenorhea (tidak dapat haid)
2. Mual dan muntah :
Biasanya terjadi pada bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan
pertama, sering terjadi di pagi hari sehingga disebut morning sickness, bila
mual dan muntah berlebihan/terlalu sering disebut hiperemesis gravidarum
3. Mengidam :
1. Sering meminta makanan maupun minuman tertentu terutama pada bulanbulan triwulan pertama
2. Tidak tahan suatu bau-bauan
3. Pingsan
4. Tidak ada selera makan (anoreksia) terutama pada triwulan pertama
5. Lelah (Fatique)
6. Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim
7. Konstipasi karena tonus-tonus otot usus menurun oleh pengaruh
hormone steroid
8. Pigmentasi kulit karena pengaruh hormone kortikosteroid plasenta
Chloasma gravidarum, areola mammae yang melebar dan menghitam, leher
ada hiperpigmentasi dan dinding perut (linea nigra/gricea)
(Pemekaran vena varises) pada kaki, betis dan vulva biasanya pada
triwulan akhir
9
C. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1. Perut membesar :
Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk besar dan konsistensi
dari rahim
2. Tanda Hegar :
Di temukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya uterus segmen
bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain
3. Tanda Chadwick
Adanya perubahan warna pada servik dan vagina menjadi kebiru-biruan
4. Tanda Piscaseck
Adanya tempat yang kosong pada rongga uterus karena embrio biasanya
terletak di sebelah atas, dengan bimanual akan terasa benjolan yang
asimetris
5. Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (Braxton hicks)
6. Teraba Ballotement (lentingan)
7. Reaksi kehamilan positif
C. Kehamilan usia dini
Kehamilan usia dini adalah kehamilan pada usia remaja, antara 13 – 19 tahun.
Faktor yang mempengaruhi kehamilan di usia dini
•
Usia saat menikah
•
Tingkat pendidikan
•
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
•
Status pekerjaan
•
Dorongan suami
•
Sumber informasi tentang kehamilan serta penggunaan alat kontrasepsi
(Handayani,2005)
10
Risiko kehamilan dini
1. Risiko fisik
a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak sengaja.
Misalnya : karena terkejut, cemas, stress, tetapi ada juga keguguran yang
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan
akibat efek samping yang serius, seperti tingginya angka kematian dan infeksi
alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan
b. Persalinan prematur
Berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan prematuritas terjadi
karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap
dalam suatu proses kehamilan.
Berat badan lahir rendah (BBLR)
Juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun
c. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda di sebabkan kurang pengetahuan
akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda
e. Keracunan kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk preeklampsia atau
eklampsia.
f. Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena pendarahan dan
infeksi.
11
2. Risiko psikologis
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan
tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Kalau mereka menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah
yang penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung
jawab sebagai orang tua. Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan,
akan sangat dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman seperti di hantui
rasa malu yang terus-menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau
tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan
tersebut akan menjadi gangguan kejiwaan.
3. Risiko sosial
Berhenti atau putus sekolah atas kemauan sendiri di karenakan rasa malu
atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain di keluarkan dari sekolah. Hingga saat
ini masih banyak sekolah yang tidak mau mentolerir siswi yang hamil. Risiko
sosial lain : menjadi objek gosip. Kehilangan masa remaja yang seharusnya di
nikmati, dan terkena cap buruk karena melahirkan anak di luar nikah. Di
indonesia, kelahiran anak di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua
maupun anak yang di lahirkan.
Abortus secara medis dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Abortus spontaneus adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor
alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono menyebutkan macam-macam
aborsi spontan:
a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus inkopletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan
plasenta
12
c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam
hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat
hormonal dan anti pasmodica
d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e. Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana
penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi
genital.
Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia
muda (satu sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit
antara lain: demam; panas tinggi; ginjal TBC, Sipilis atau karena
kesalahan genetik. Pada aborsi sepontan tidak jarang janin keluar dalam
keadaan utuh.
2. Abortus provokatus (indoset abortion) adalah aborsi yang disengaja baik
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua:
a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter
atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan
membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis,
sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin
sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.
Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang 13
tidak
diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak
mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO).
4. Risiko Ekonomi
a. Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak butuh biaya yang
besar.
b. Bila kehamilan di akhiri (aborsi)
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil.
Ceria.bkkbn.go.id
5. Solusi Kehamilan Usia dini
Hamil usia dini di luar nikah selalu dilematis, menikah belum siap tetapi
dibiarkan membuat aib keluarga. Untuk mengurangi praktik aborsi, perlu
dibangun sarana penampungan dan pendampingan bagi remaja-remaja putri yang
hamil di luar nikah. Mereka adalah "korban" yang perlu ditolong, bukan diadili
dan dijauhi sama halnya korban narkoba yang semestinya ditolong melalui
rehabilitasi, bukan dijebloskan ke penjara. Dengan cara demikian, mereka mampu
menerima
dan
memelihara
kehamilannya
sambil
terus
secara
intensif
mendapatkan konseling dan terapi sampai akhirnya bayinya lahir, dan si ibu bisa
meneruskan kehidupannya.
Langkah preventif seperti pendidikan seks yang bukan sekadar informasi
medis biologis, melainkan penumbuhan sikap moral dan kedewasaan berpikir,
perlu diintensifkan. Sarana-sarana bagi aktivitas remaja seperti olah raga dan
kesenian perlu ditingkatkan.
Sekolah-sekolah perlu lebih sering membuka diskusi-diskusi dengan tematema yang menyentuh dunia remaja sehingga mampu membuka wawasan dan
membuat pilihan terbaik untuk dirinya sendiri, bukan ceramah-ceramah penuh
nasehat belaka atau les pelajaran setiap sore.
Para orangta pun perlu belajar psikologi remaja bahwa mereka bukan lagi
anak kecil yang penurut seperti yang dibayangkannya, mereka sedang mengalami
perubahan perilaku. (Subiyanto, 2005)
14
D. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pengumuman, pengamatan, dan
eksperimen/metode ilmiah. Pengetahuan juga dapat diturunkan secara logika,
tradisional, otoritatif, atau ilmiah. (Wikipedia Indonesia, 2006)
Dari asal kata ”tahu” berarti mengerti sesudah melihat (menyaksikan,
mengalami, atau diajari). Pengetahuan dalam kamus umum bahasa Indonesia
diartikan sebagai hal mengetahui sesuatu, segala apa yang diketahui/akan
diketahui berkenaan dengan sesuatu hal (Poerwadarminta, 2003).
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan,
pendengaran,
penciuman,
rasa,
dan
raba.
Sebagian
besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
2. Manfaat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003)
3. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif terdiri dari 6
tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu:
1). Tahu (Know)
Tahu Diartikan sebagai peningkatan suatu materi yang telah dipelajari
15
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tinggkat ini adalah mengingat
kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari seluruhan bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu” ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyabutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2). Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari .
3). Aplikasi (Aplikasion)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sesungguhnya). Aplikasi disini
diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip
dalam situasi yang lain.
4). Analisis (Analysis)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek
keadaan komponen-komponen tapi masih di dalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunakan tanda kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
a. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
16
b. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan
atau menggunakan kriteria yang telah ada.
4. Parameter Tingkat Pengetahuan
a. Baik
: 76-100%
b. Cukup
: 56-75%
c. Kurang
: <56% (Arikunto, 2006)
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3
faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok
sebagai berikut:
1) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang
terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.
2) Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial
ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia.
3) Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat
perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami,
orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
a. Pendidikan
Tingkat pendididkan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan
tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang
akan datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin
akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu yang berpendidikan tentu
akan banyak memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di
masa lalu.
17
b. Paparan media
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima masyarakat, Sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media masa (TV, radio, majalah, dan lain-lainnya akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dibanding dengan orang yang
tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media masa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ekonomi dapat mempengaruhi kebutuhan seseorang tentang
berbagai hal.
d. Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya.
Misalnya sering mengikuti kegiatan-kegiatan mendidik misalnya seminar,
organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari
berbagai kegiatan tersebut informasi tentang sesuatu hal diperoleh.
Adanya pengetahuan tentang sesuatu hal akan menyebabkan timbulnya
suatu respon baik positif maupun negatif pada seseorang sehingga akan
membuat ia bersikap dan berperilaku demi kesehatan (Walgito, 1997)
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena dari
pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan.
18
e. Hubungan sosial
Manusia adalah makluk sosial dimana didalam kehidupan salimg
berinteraksi antara satu dengan yang lain, individu yang dapat berinteraksi
secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor
hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.
(Rahman, 2003).
19
Kerangka Teori
Predisposing factor
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
-
Enabling Factor
Umur
Status Sosial ekonomi
Pendidikan
Sumber Daya Masyarakat
Reinforcing Factor
Orang Tua
Tokoh Masyarakat
Kehamilan usia dini
(Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007)
Keterangan :
: Di teliti
: Tidak di teliti
20
Kerangka Konsep
Pengetahuan
Kehamilan Usia Dini
Download