SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HUBUNGAN SEKSUAL PADA IBU HAMIL DI BALAI DESA SIDOMUKTI KEC. PLAOSAN, KAB. MAGETAN Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Kehamilan Disusun Oleh : 1. Alipfah Widiawati (P27824214018) 2. (P27824214033) Restu Novalinda KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANANKAMPUS MAGETAN MAGETAN 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Kebutuhan seksual pada ibu hamil Topik : Seksual pada ibu hamil Sasaran : Ibu-ibu hamil Tempat : Balai desa Sidomukti Kec. Plaosan Kab. Magetan Hari/tanggal : Sabtu, 18 April 2015 Waktu : 09.00-09.30 WIB A. Tujuan Intruksional Umum Setelah mengikuti penyuluhan tentang kebutuhan seksual pada ibu hamil selama 30 menit, diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami tentang seksual untuk ibu hamil. B. Tujuan Intruksional Khusus Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, ibu diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian seksual pada ibu hamil. 2. Menyebutkan waktu yang disarankan untuk membatasi hubungan seksual. 3. Menyebutkan posisi seksual untuk ibu hamil. 4. Menjelaskan rambu-rambu dalam menjalankan hubungan seksual pada saat hamil. 5. Memahami hubungan seksual pada ibu hamil. C. Sasaran Ibu ibu rumah tangga masyarakat sekitar serta ibu ibu yang bekerja di balai desa setempat. D. Materi 1. Pengertian seksual pada ibu hamil. 2. Waktu yang disarankan untuk membatasi hubungan seksual. 3. Posisi seksual untuk ibu hamil. 4. Rambu-rambu dalam menjalankan hubungan seksual pada saat hamil. 5. Pemahaman hubungan seksual pada ibu hamil. E. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi F. Media Leaflet hubungan seksual pada ibu hamil. G. Kegiatan penyuluhan No. Waktu Kegiatan penyuluh 1. Pembukaan : 3 menit Kegiatan peserta 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam. mengucap salam. 2. Memperkenalkan diri. 3. Menjelaskan 2. Mendengarkan. tujuan 3. Memperhatikan. penyuluhan. 4. Menyebutkan materi yang akan diberikan. 2. 15 menit Pelaksanaan : 1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan. seksual pada ibu hamil. 2. Menjelaskan waktu yang disarankan untuk membatasi melakukan hubungan seksual. 3. Menyebutkan rambu-rambu 3. dalam melakukan Bertanya dan menjawab hubungan pertanyaan yang diajukan. seksual. 4. Menjelaskan pemahaman hubungan seksualitas pada ibu hamil. 5. Memberi kesempatan peserta untuk bertanya. 3. 10 menit Evaluasi : 1. Menanyakan kepada peserta 1. Menjawab pertanyaan. tentang materi yang telah diberikan. 4. 2 menit Terminasi : 1. Memberikan kesimpulan 1. Mendengarkan. mengenai materi yang telah diberikan. 2. Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta. 3. Mengucapkan penutup. salam 3. Menjawab salam. MATERI SEKSUAL PADA IBU HAMIL A. Pengertian Menurut Sarwono (2005) bahwa hubungan seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku seksual bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Hubungan seksual selama masa kehamilan, pada umumnya diperbolehkan asalkan dilakukan dengan hati-hati. Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita hamil lebih sensitif, dan keintiman sudah bisa mereka rasakan lewat sentuhan atau sekedar bicara berdua dengan pasangan di tempat tidur sambil berpegangan tangan, meski begitu hubungan seks sama sekali tidak dilarang selama masa kehamilan. Hubungan seksual sebaiknya dilakukan setelah kehamilan 16 minggu serta 6 minggu sebelum dan 6 minggu setelah persalinan (Virgiawan, 2009). Menurut Suririnah (2005), menyebutkan bahwa hubungan seksual pada masa kehamilan berapapun sampai usia sembilan bulan tidak ada masalah kecuali jika ada alasan secara medis, atas saran dari dokter untuk tidak melakukan hubungan seksual ataupun jika ada penyulit. Indarti (2004) menambahkan bahwa hubungan seksual selama kehamilan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil terutama jika ibu mengalami penyakit jantung, hipertensi, plasenta previa, riwayat abortus berulang maupun alasan medis lain yang tidak dianjurkan oleh dokter. Sedangkan Winkjosastro (2005) menyebutkan hubungan kelamin ini tidak dilarang dalam masa kehamilan kecuali 6 minggu sebelum dan 6 minggu sesudah persalinan. B. Waktu yang disarankan untuk membatasi melakukan hubungan seksual a. Setiap kali terjadi perdarahan yang tidak diketahui sebabnya. b. Selama trimester pertama, bila wanita memiliki riwayat keguguran atau ancaman keguguran, atau menunjukkan tanda-tanda ancaman keguguran. c. Selama 8-12 minggu terakhir, bila wanita memiliki riwayat keguguran atau ancaman keguguran, atau menunjukkan tanda-tanda ancaman keguguran. C. Posisi seks selama kehamilan Menurut Suririnah (2006), menyebutkan variasi posisi seks yang dapat dilakukan selama kehamilan antara lain : a. Pasangan berbaring pada satu sisi, dimana pria berada di depan dengan posisi menyamping berhadapan dengan wanita. Posisi ini bisa mengurangi sebagian berat badannya sehingga tidak menekan rahim yang semakin besar. Manfaatkan ranjang sebagai penopang hubungan intim. b. Wanita berbaring di pinggir atau di kaki tempat tidur dengan kedua lutut di tekuk serta bokong dan kaki berada pada pinggir kasur. Kemudian pria dapat berlutut atau berdiri di hadapan wanita. Lakukanlah penetrasi dangkal agar tidak mengganggu janin. c. Berbaring saling menyamping satu arah atau biasa dikenal dengan posisi sendok. Ini merupakan posisi yang tepat untuk melakukan penetrasi dangkal. d. The woman on top position. Istri duduk di atas suami sementara suami duduk di kursi. Posisi ini sama sekali tidak membebani perut dan membuat pasangan dapat mengontrol kedalaman penetrasi. Dengan posisi duduk, pasangan tidak memberi beban pada rahim. Dapat juga posisi ini dilakukan dengan cara pria tidur terlentang dan wanita mengambil posisi diatas pria. Yang paling penting dari semua posisi seks selama kehamilan adalah jangan meletakkan berat badan suami ke perut istri yang hamil selama hubungan seksual dan batasilah tekanan di perut ibu hamil. D. Faktor- faktor yang mempengaruhi melakukan hubungan seks Menurut Eisenberg (2006), banyak sekali perubahan fisik dan psikilogis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu: a. Kondisi fisik 1) Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Haln itu akan menghilang di akhir trimester pertama. 2) Keletihan biasanya terjadi pada bulan keempat, dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan pasangan anda. 3) Perubahan bentuk fisik tubuh, perut buncit, kaki bengkak dan wajah sembab. Bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak nyaman karena terhalang dengan perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat pasangannya menjadi tidak bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa besar itu indah. 4) Menyempitnya genital dapat menyebabkan seks kurang memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya. 5) Kebocoran kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena adanya rangsangan seksual payudara. 6) Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu sempit. Tetapai dapat membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi. 7) Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadangkadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua. (Eisenberg, 2006). b. Kodisi Psikologis 1) Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan rahim. 2) Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature. 3) Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual. 4) Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka. 5) Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karenawanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi). 6) Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. 7) Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam. 8) Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature (Eisenberg, 2006). E. Komplikasi hubungan seksual pada kehamilan Wanita yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dan masturbasi sampai mencapai orgasme terutama selama 3-4 bulan pertama, karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih hebat. Selain itu, prostaglandin yang ada di dalam sperma dapat menimbulkan kekejangan otot rahim sehingga menyebabkan keguguran (Pangkahila, 2002). Menurut Westheimer (2005), ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus kehamilan sebagai berikut; a. Placenta Previa karena dapat mengganggu plasenta dan potensial menimbulkan pendarahan dan kehaliran premature. Jika posisi plasenta tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan dilahirkan dengan operasi caesar. b. Afasemen dan dilatasi pada serviks. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa serviks yang mengalami efasmen atau dilatasi dalam awal kehamilan, memiliki resiko besar melahirkan bayi premature. Walaupun kebanyakan peneliti tidak meyakinkan, penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi, pecahnya kantong amnion. Jika dokter melarang anda berhubungan seks, diskusikan semua faktor diatas dan tanyakan apakah boleh berhubungan seks menggunakan kondom. c. Serviks lemah, berarti serviks tidak cukup kuat Manahan kehamilan hingga saat persalinan tiba. Wanita yang telah di diagnosa memiliki kandungan yang lemah membutuhkan operasi yang disebut stitch. Walaupun tidak ada bukti ilmiah bahwa hubungan seks bisa membahayakan, kebanyakan dokter sepakat untuk membatasi hubungan seks jika terdapat jahitan pada rahim. d. Perdarahan, khususnya jika kehamilan anda belum memasuki minggu ke 37 dari kehamilan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk puasa dari hubungan seks hingga perdarahan berhenti. Jika pendarahan terjadi lagi dan khususnya setelah hubungan seks, dokter akan menyarankan anda untuk sama sekali tidak berhubungan seks. e. Cairan amniotic bocor atau ketuban pecah, kaena hubungan seks pada kondisi ini menambah resiko infeksi. Selain itu pasangan suami istri juga tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus-kasus kehamilan seperti : riwayat kelahiran premature, keluar cairan dari vagina yang tidak diketahuinya penyebabnya, suami atau istri yang menderita penyakit menular, pasangan menemukan posisi hubungan seksual yang nyaman, nyeri saat hubungan seksual, janin multiple (Suririnah, 2004). EVALUASI Evaluasi dilakukan secara lisan 1. : Menyebutkan pengertian hubungan seksual Jawab: segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. 2. Menyebutkan waktu disarankan untuk membatasi berhubungan Jawab : a. Setiap kali terjadi perdarahan yang tidak diketahui sebabnya. b. Selama trimester pertama, bila wanita memiliki riwayat keguguran atau ancaman keguguran, atau menunjukkan tanda-tanda ancaman keguguran. c. Selama 8-12 minggu terakhir, bila wanita memiliki riwayat keguguran atau ancaman keguguran, atau menunjukkan tanda-tanda ancaman keguguran. 3. Menyebutkan posisi hubungan seks selama hamil Jawab : a. Pasangan berbaring pada satu sisi. b. Wanita berbaring di pinggir atau di kaki tempat tidur dengan kedua lutut di tekuk serta bokong dan kaki berada pada pinggir kasur. c. Berbaring saling menyamping satu arah atau biasa dikenal dengan posisi sendok. d. The woman on top position. Istri duduk di atas suami sementara suami duduk di kursi.