perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UNDP (2014) dalam laporan tahunannya Human Development Reports menyebutkan bahwa populasi penduduk dunia saat ini sebesar 7,612 milyar penduduk sedangkan pada tahun 1900 sendiri populasi dunia hanya sebesar 1,6 milyar penduduk (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat tersebut juga diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan GDP riil dunia yang meningkat 20-40 kali lipat (De Long, 1998). Sebaran populasi dan distribusi GDP dunia juga tidak merata dan hal ini diperparah dengan menurunnya kinerja lingkungan hidup seiring dengan meningkatnya populasi dan pertumbuhan ekonomi dunia. Tingginya tingkat pertumbuhan populasi dunia akan menyebabkan tingginya permintaan akan makanan, energi, air, dan berbagai sumber daya lainnya, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan tekanan dan ekspolitasi berlebih pada lingkungan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Thomas Malthus pada akhir abad ke-18 yang manyatakan bahwa pertumbuhan populasi akan selalu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sumber pemenuhan kebutuhan manusia. Dengan kata lain, pesatnya pertumbuhan populasi akan berakibat pada peningkatan pertumbuhan kegiatan ekonomi sehingga diperlukan sumber daya alam dan lingkungan sebagai penunjangnya. Di samping itu, sifat sumber daya alam dan lingkungan yang terbatas dan merupakan barang publik, maka jika penggunaannya tidak dengan bijak dan bertanggungjawab akan mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Kemudian, tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dunia juga tidak menjamin akan mengurangi tekanan pada lingkungan dan tidak menjamin pula akan adanya kelestarian lingkungan–terlebih untuk negara-negara berkembang seperti dijelaskan oleh Florina Bran dan Cristina Popa (2009) yang mana hubungan tersebut menjadi jauh lebih rumit mengingat ketergantungan sebagian besar penduduk terhadap sumber daya alam, sehingga mereka lebih banyak menderita akibat adanya degradasi lingkungan dan bencana alam yang ditimbulkan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara secara umum akan turut serta meningkatkan tingkat pembangunan manusianya (human development) dan dengan meningkatnya tingkat pembangunan manusia tersebut maka idealnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan juga akan turut meningkat. Namun di sisi lain, beberapa negara terkadang memilih pertumbuhan jangka pendek, hal ini ditandai dengan pesatnya industrialisasi di berbagai sektor dan konsekuensinya adalah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan jika tanpa tata kelola yang baik (Mukherjee dan Chakraborty, 2009). Hubungan antara pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan penurunan kinerja lingkungan memang seringkali diperdebatkan (Aguirre, 2000; Jost dan Gans, 2005). Sebagian berpendapat setuju, bahwa pertumbuhan populasi merupakan sebuah masalah mengingat keterbatasan bumi untuk menampung mereka. Sebagian lainnya berpendapat tidak, bahwa pertumbuhan populasi tidak selalu menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, hal ini dapat ditentukan oleh pola konsumsi dan teknologi produksi yang mereka gunakan. Jika mereka mengganti dengan karakter barang dan teknologi yang rendah tingkat polusinya (less polluting character) maka kualitas lingkungan dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 meningkat. Kemajuan teknologi juga dapat mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan per output unit barang yang dihasilkan. Pemahaman pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi, populasi, maupun pembangunan manusia terhadap kinerja lingkungan dapat dilihat melalui konsep Environmental Kuznets Curve (EKC). Hipotesis EKC ini meneliti hubungan U-terbalik (inverted u-shaped) antara pembangunan ekonomi dengan kinerja lingkungan (Kashyna, Olena, 2011). Menurut hipotesis ini, kinerja lingkungan pada tahap awal pembangunan akan memburuk, akan tetapi seiring dengan meningkatnya pembangunan ekonomi kinerja lingkungan akan turut meningkat. Bagaimana melihat dan memahami hubungan antara pertumbuhan ekonomi, populasi, maupun pembangunan manusia terhadap kinerja lingkungan di ASEAN?, terlebih dahulu hendaknya melihat gambaran tentang ASEAN. Kawasan ASEAN dikaruniai dengan melimpahnya sumber daya alam yang sangat berguna untuk menopang sistem-sistem kehidupan penting yang tidak hanya berguna bagi kawasan tersebut tetapi juga bagi dunia. Sumber daya alam tersebut selain dapat menyediakan sumber-sumber energi juga berperan penting dalam mendukung berbagai macam aktivitas ekonomi. Strategisnya lokasi ASEAN juga berdampak pada meningkatnya keuntungan ekonomi, khususnya melalui perdagangan dan pelayaran internasional. Namun, faktor geologis dan geografis dari ASEAN terkadang juga berdampak buruk karena daerah ASEAN sering terjadi bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir, letusan gunung berapi, kekeringan, kebakaran, dan tsunami. Selain itu, kondisi geofisika dan perubahan iklim juga menyebabkan berbagai masalah lingkungan baik yang dialami hanya oleh negara commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 tersebut sampai dengan berdampak hingga ke negara lain (transboundary environmental concerns) misalnya polusi udara dan polusi air. ASEAN memiliki berbagai macam ekosistem yang unik, seperti danau Toba, teluk Ha Long, dan sungai Mekong. ASEAN juga memiliki garis pantai yang sangat panjang yakni sebesar 173.000 kilometer dan dikelilingi oleh laut dan teluk besar seperti Laut Cina Selatan, Laut Andaman, dan teluk Thailand. Kemudian, mengingat kawasan ASEAN dilalui oleh khatulistiwa, maka ASEAN memiliki iklim yang hangat dan lembab sepanjang tahun. Selain itu, kekayaan laut, keanekaragaman biota laut, dan sumber daya mineral yang melimpah di kawasan ASEAN sangat mendukung aktivitas-aktivitas ekonomi penting seperti eksplorasi minya, perikanan, dan pariwisata (Asean, 2009). Dalam hal demografi, penduduk ASEAN sangatlah padat di mana pada pertengahan tahun 1980 jumlah penduduknya hanya sekitar 355 juta dan kemudian pada tahun 2013 naik hampir dua kali lipat menjadi sebesar 625 juta dengan tingkat kepadatan sebesar 141 orang per kilometer persegi. Kepadatan penduduk sangatlah tinggi di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Manila dengan tingkat kepadatan sebesar 10.000 orang per kilometer persegi. Hal tersebut terjadi akibat adanya peningkatan urbanisasi dari desa ke kota yang cepat dan ketersediaan lapangan pekerjaan di kota-kota besar. Selanjutnya dalam hal pembangunan manusia, dua dari sepuluh negara ASEAN, yakni Singapura dan Brunei Darussalam termasuk negara dengan kategori Indeks Pembangunan Manusia yang sangat tinggi (masing-masing berada di peringkat sembilan dan tiga puluh) dan hanya Myanmar yang masuk dalam kategori rendah, sementara sisanya masingmasing masuk kategori tinggi ialah Malaysia dan Thailand dan menengah adalah Indonesia, Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Laos. Lebih jauhnya menurut UNDP dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 Human Development Report (2013), kemajuan pembangunan manusia di Indonesia dan Thailand bahkan di negara lain di Asia Pasifik (termasuk ASEAN) dan Asia Timur telah membuat sebuah peristiwa bersejarah dimana ratusan juta orang terbebas dari jurang kemiskinan dan miliaran orang lainnya berpindah menjadi kelas menengah. Kemudian, masih dalam laporan yang sama, diprediksikan pada tahun 2030 leboh dari 80% kelas menengah dunia akan berada di bagian bumi sebelah selatan. Kawasan Asia-Pasifik akan menjadi rumah baru bagi sekitar dua pertiga penduduk dunia, dengan miliaran orang yang semakin terdidik, saling terkait dalam urusan sosial dan hubungan internasional, dan meningkatnya tingkat pendapatan meskipun nilainya lebih rendah daripada kelas menengah di bumi belahan bagian utara. Pembangunan ekonomi merupakan sebuah kunci untuk mencapai berbagai macam tujuan terutama untuk tujuan sosial dan lingkungan. Misalnya, pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan peningkatan kesehatan dan pendidikan dan dapat pula meningkatkan standar hidup masyarakat. Peningkatan standar hidup dapat menyebabkan masyarakat untuk lebih memperhatikan lingkungan dengan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam dan meningkatnya kemampuan dan kesadaran akan pentingnya lingkungan sebagai penunjang kehidupan. Pertumbuhan ekonomi di ASEAN hampir 90% ditopang oleh sektor industri dan jasajasa, sementara sektor pertanian merupakan sektor yang menyediakan lapangan kerja terbesar bagi sebagian besar penduduk ASEAN. Rata-rata GDP per kapita ASEAN terus mengalami penginkatan yang cukup signifikan dari sebesar 1.955 USD pada tahun 2006 menjadi 3.832 USD pada tahun 2013. Singapura dan Brunei Darussalam merupakan negara dengan GDP per kapita terbesar di ASEAN dengan nilai masing-masing sebesar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 55.182 USD dan 39.679. Peningkatan kontribusi sektor industri dan jasa di ASEAN diharapkan dapat sedikit mengurangi tekanan pada lingkungan karena sektor tersebut terutaman sektor jasa tidak bergantung pada lingkungan secara langsung dan peningkatan sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, peningkatan populasi, dan banyaknya ketimpangan sosial antarnegara ASEAN berdampak pada peningkatan tekanan pada sumber daya alam dan memberikan berbagai macam masalah lingkungan seperti polusi tanah, air, dan udara, degradasi lingkungan perkotaan, polusi asal lintas negara, dan menipisnya sumber daya alam. Hal tersebut juga turut serta dalam menyebabkan peningkatan konsumsi sumber daya dan penggunaan limbah, sehingga pembangunan yang dilakukan tidaklah berkelanjutan (unsustainable development). Oleh karena itu, meski sumber daya alamnya sangatlah melimpah, ASEAN juga menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara kelestarian lingkungan dengan pembangunan ekonomi. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruhpertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, dan populasi terhadap kinerja lingkungan di negara-negara ASEAN. Peneliti mengambil judul penelitian “AnalisisPengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, dan Populasi terhadap Kinerja Lingkungan di Negara-negara ASEAN tahun 20012012”. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah yang akan dikaji adalah: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 1. Bagaimanakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, dan populasi terhadap kinerja lingkungan di negara-negara ASEAN tahun 2001-2012? 2. Apakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, dan populasi terhadap kinerja lingkungan di negara-negara ASEAN tahun 2001-2012 mendukung hipotesis Environmental Kuznets Curve? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, dan populasi terhadap kinerja lingkungan di negara-negara ASEAN tahun 2001-2012. 2. Untuk mengetahui apakah hipotesis Environmental Kuznets Curve mendukung hubungan antara pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, dan populasi terhadap kinerja lingkungan di negara-negara ASEAN tahun 2001-2012. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk dipertimbangkan oleh pemerintah di negara-negara ASEAN tentang kinerja lingkungan di masingmasing negara. 2. Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 a. Sebagai bahan referensi tentang kinerja lingkungan di negara-negara ASEAN untuk dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan penelitian-penelitian selanjutnya. b. Sebagai bahan bacaan bagi para akademisi maupun pembaca umum yang ingin mengetahui tentang hubungan antara antara pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, dan populasi terhadap kinerja lingkungan di negaranegara ASEAN commit to user