BAB IV KESIMPULAN Proses sekuritisasi dilakukan

advertisement
BAB IV
KESIMPULAN
Proses sekuritisasi dilakukan oleh Singapura, yakni dengan membentuk isu polusi asap
sebagai ancaman terhadap keamanan, mengeluarkan speech act dan menunjukkan aksi politik
pada momen dan konteks yang sesuai, memposisikan diri sebagai aktor yang melakukan
sekuritisasi dengan pendekatan ketimuran sehingga berhasil mendapatkan perhatian dari rezim
ASEAN dan negara lain, serta menjaga hubungan baik dengan negara lain di ASEAN.
Sayangnya, ekspektasi untuk menjadikan isu ini sebagai isu keamanan kawasan harus pupus
saat berhadapan dengan nilai dan prinsip yang ada di ASEAN (ASEAN value). Singapura
memilih untuk tidak melangkahi nilai tersebut agar menjaga eksistensinya di kawasan.
ASEAN value yang sangat kental dengan nilai ketimuran ini masih dipegang erat oleh
negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Nilai-nilai tersebut ada di dalam delapan elemen
dalam ‘ASEAN Way’, yakni kedaulatan yang adil bagi setiap negara sehingga tidak ada turut
campur ASEAN di dalamnya, tidak ada penggunaan senjata dan terdapat mekanisme
perdamaian dalam penyelesaian konflik, non-interferensi dan non-intervensi, tidak adanya
keterlibatan pada konflik bilateral antar anggota ASEAN, diplomasi yang tenang (quiet
diplomacy), serta saling menghormati dan menoleransi.
Hingga kini, Singapura menjadi negara yang memegang erat nilai tersebut dan belum
berani melakukan tindakan kontroversial dan konfrontatif, seperti halnya yang dilakukan oleh
Amerika Serikat paska 9/11 terhadap isu terorisme. Oleh karena itu, Singapura hanya berhasil
sampai pada tahap politisasi isu lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan dimasukkannya isu
lingkungan dalam agenda politik biasa di kawasan, yakni dalam AATHP, bukan agenda
keamanan lingkungan kawasan yang harus segera diatasi. Tidak adanya ‘gebrakan’ tindakan
dari Singapura ini tidak cukup membuat isu ini menjadi prioritas keamanan di kawasan.
Prioritas kawasan ini tentunya juga mempertimbangkan adanya perbedaan konsepsi
mengenai lingkungan oleh negara-negara di Asia Tenggara. Perbedaan pandangan mengenai
keamanan lingkungan ini ditunjukkan dengan sikapnya dalam menempatkan isu lingkungan
pada prioritas agenda politik dan keamanan. Di Singapura, kelangkaan air dan polusi terhadap
udara merupakan bagian dari kemanan non-tradisional, yang merupakan prioritas dari
keamanan nasionalnya. Namun bagi negara lain yang masih berkembang, prioritas agenda
politik masih terpusat pada ekonomi pembangunan dan isu-isu tradisional seperti konflik
domestic dan sengketa wilayah. Gap ini yang membuat isu polusi asap tak kunjung ada pada
titik temu bagi negara-negara di Asia Tenggara.
38
Selain itu, upaya Singapura dalam melakukan sekuritisasi isu polusi asap ini
menunjukkan bahwa isu-isu yang terkait dengan keamanan manusia (human security)
menempati posisi yang penting dalam agenda politik negara-negara maju. Berbeda dengan
negara berkembang yang masih fokus pada isu ekonomi dan pembangunan, negara maju sudah
memikirkan unsur yang sangat kosmopolitan, yakni bahwa permasalahan lingkungan dapat
mengancam tidak hanya eksistensi negara, namun juga eksistensi manusia.
Banyaknya gerakan-gerakan sosial yang fokus pada isu lingkungan menunjukkan
adanya perhatian dari agensi dalam negara terhadap masa depan dunia. Dukungan dari
pemerintah dalam isu ini menjadikan perhatian terhadap perlindungan manusia semakin tinggi.
Bukan hanya manusia, namun juga unsur-unsur terkecil yang ada di dunia. Apabila hal ini
dilakukan secara masif oleh semua negara, maka keamanan terhadap individu dan kelestarian
makhluk hidup dapat membuat dunia, setidaknya, dapat berumur sedikit lebih panjang.
39
Download