Majalah Ilmiah Sept 2012ref

advertisement
66 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
PERENCANAAN LABA DENGAN ANALISIS BREAK EVENT POINT (BEP) PADA
PERUSAHAAN TEMBAKAU PT.TESCO AMPENAN MATARAM
oleh :
I Made Murjana
Dosen PNS Dpk pada STIE AMM Mataram
Abstrak: Umumnya ukuran yang sering dipakai menilai sukses tidaknya suatu perusahaan adalah perolehan
labanya, sedangkan laba itu sendiri dipengaruhi faktor- faktor seperti : harga jual produksi, biaya dan volume
penjualan. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu di dalam perencanaan laba
hubungan antara biaya,volume, dan laba memegang peranan penting. Permasalahan dalam penelitian ini
adalah volume produksi dan biaya variable yang berfluktuasi yang mempengaruhi pendapatan, dan
perolehan laba yang cenderung turun juga. Tujuan penelitian untuk mengetahui volume penjualan PT.Tesco
Santosa selama lima tahun dan juga mengetahui capaian target laba yang direncanakan. Jenis penelitian
adalah deskriptif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat
kondisi yang ada pada perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dan dokumentasi,
sedangkan alat analisis digunakan break even point (BEP) dalam rupiah dan unit dan untuk menghitung
tingkat penjualan masing-masing produk digunakan produk mix dan sales mix . Hasil analisisnya diketahui
selama lima tahun volume penjualannya berada diatas BEP yaitu pada tahun 2007 sebesar Rp 181.960.275,3
dan 10.109 unit, tahun 2008, Rp140.786.335,9, dan 7821 unit, tahun 2009 Rp 280.998.630,5, dan 15.269
unit, tahun 2010 sebesar Rp 387.206.277,4, dan 17.424 unit, dan tahun 2011 break even point sebesar Rp
347.920.089, dan 13.926 unit, sedangkan untuk mencapai target laba sebesar 16%perusahaan hams mampu
menjual produk sebesar 21.246 unit,dan tingkat penjualan sebesar Rp 530.816.870,32.
Kata kunci: Perencanaan, Laba, Analisis Break Even Point
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi Indonesia yang
semakin
pesat
mengakibatkan
munculnya
permasalahaan-permasalahan
yang
semakin
kompleks pada dunia bisnis, seperti persaingan
dalam dunia usaha, perubahan harga barang,
perubahan teknologi, selera konsumen dan
sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
perusahaan membutuhkan seorang manajer yang
mampu merencanakan kegiatan perusahaan sesuai
dengan tujuan perusahaan , baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
Tujuan perusahaan umumnya adalah untuk
memperoleh keuntungan atau laba yang maksimum.
Laba merupakan selisih antara penghasilan
penjualan dengan semua biaya dalam periode
tertentu. Besar kecilnya laba yang akan dicapai oleh
perusahaan merupakan ukuran dari kesuksesan
manajer dalam mengelola perusahaan. Untuk itu
perusahaan harus mampu menjual produk yang
dihasilkan semaksimal mungkin, supaya perusahaan
memperoleh laba sesuai dengan target yang
diinginkan . Selain itu manajer harus pula
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
laba itu sendiri seperti : harga jual, biaya dan
volume penjualan. Ke tiga faktor tersebut saling
berkaitan karena biaya menentukan harga jual,
harga jual akan mempengaruhi volume penjualan,
volume penjualan akan mempengaruhi volume
produksi dan volume produksi akan mempengaruhi
biaya.
Analisis titik impas merupakan suatu cara yang
digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
mengetahui atau untuk merencanakan pada volume
produksi atau volume penjual berapa perusahaan
yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan
atau tidak menderita kerugian.
Perencanaan laba dalam jangka pendek
didasarkan pada hubungan biaya volume laba dalam
suatu periode dengan mendasarkan pada variabilitas
penghasilan penjualan maupun biaya terhadap
volume kegiatan sehingga dapat digunakan dengan
baik. Jadi perencanaan laba berhubungan dengan
perencanaan penghasilan penjualan dengan semua
biaya pada periode tertentu.
PT. Tesco Santosa merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak pada bidang industri
pengolahan tembakau iris susur dan perdagangan
antar pulau. Daerah pemasarannya meliputi
Samarinda, Pontianak, Pangkalan Bun, Sampit dan
Banjarmasin. Disamping itu perusahaan juga
menerima pesanan tembakau sesuai dengan
keinginan pelanggan.
Perusahaan tembakau PT. Tesco Santosa dalam
kegiatan usahanya menghasilkan 4 (empat) jenis
produk meliputi.
_____________________________________
Volume 6, No. 5, September 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 67
………...…………………………………………….…………………………………………………
Tabel 1. Jenis Produksi Perusahaan Tembakau
PT.Tesco Santosa di Ampenan Periode
2007-2011
produksi dan volume penjualan pada posisi titik
impas(break event) .
TINJAUAN TEORITIS
a.
Sumber : PT. Tesco Santosa
Dari tabel diatas terlihat produksi yang
dihasilkan selama periode 2007-2011 mengalami
fluktuasi.
Berfluktuasinya
jumlah
produksi
disebabkan oleh naik turunnya tingkat permintaan
akan produk tembakau. Kenaikan permintaan
tembakau khususnya tembakau kepiting dan dua
kepiting selama lima tahun disebabkan oleh kualitas
tembakau
berasal dari tembakau terbaik dan
aromanya lebih harum dari tembakau-tembakau
produksi lainnya.
Untuk membuat produk hingga menjadi barang
yang siap dipasarkan, perusahaan mengeluarkan
biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, biaya transportasi, dan biaya-biaya lainnya.
Adapun rincian biaya tersebut adalah seperti table 2 .
Tabel 2. Data Penjualan, Biaya Operasional, Laba
Dan Persentase Laba Dari Penjualan
Nerusahan Tembakau PT.Tesco Santosa
Periode 2007-2011 (dalam Rp)
Sumber : Data Primer Diolah
Dari table ini terlihat laba yang diperoleh
berfluktuasi, dimana tahun 2007 dan tahun 2008
laba perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp
66.291.722 dan Rp 66.951.422 kemudian pada tahun
2009, 2010 dan 2011 laba mulai menurun masingmasing sebesar Rp 65.359.911, Rp 59.480.644, Rp
41.398.470 hal ini disebabkan adanya perubahan
jumlah produksi, harga jual per unit dan jumlah
biaya yang dikeluarkan
meningkat. Melihat
prosentase laba yang diperoleh tahun 2007 sampai
2011 berfluktuasi, maka perusahaan pada tahun
2012 hanya menargetkan laba sebesar 16 % dari
total penjualan .
Tujuan Penelitian ini adalah Untuk memperoleh
informasi tentang tingkat effisiensi perusahaan,
terutama dalam realisasi anggaran ( budget) yang
akan disusun dalam rangka perencanaan laba
terutama yang berkaitan dengan berapa volume
Pengertian Break Even Point
Menurut Soehardi Sigit dalam bukunya analisa
Break Even Point (2002: 1), mengartikan break even
point adalah suatu keadaan yang apabila perhitungan
rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu
kegiatan
usaha tertentu
perusahaan
tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
Pendapatnya didukung pula oleh R. A Supriyono
(1996 : 332), bahwa break even point adalah suatu
keadaan perusahaan dimana jumlah total biaya sama
dengan total pendapatan ,atau suatu keadaan
perusahaan dimana rugi labanya sebesar nol.
Sedangkan T. Hani Handoko ( 1997 : 394 ),
dan Bambang Riyanto ( 1998 : 359 ), lebih
menekankan
Break even point merupakan
hubungan biaya, volume dan laba.
b.
Manfaat dan KelemahanAnalisa Break Even
Poin
Soehardi Sigit ( 2002 : 2 ), mengatakan manfaat
dari analisa break even point adalah :“ Sebagai dasar
atau landasan merencanakan, mengendalikan
kegiatan operasi yang sedang berjalan, disamping
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
harga jual,
dan sebagai pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh
seorang manajer “.
Disamping bermanfaat sebagai alat dalam
pengambilan keputusan tetapi tidak dipungkiri pula
bahwa analisis ini juga mempunyai beberapa
kelemahan, Lukman Syamsudin (2001 : 105 ) : yaitu
(1)Asumsi tentang linearity.Pada umumnya harga
jual per unit maupun variable operating cost per unit
tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume
penjualan. Dengan kata lain tingkat penjualan yang
melewati suatu titik tertentu hanya akan dapat
dicapai dengan jalan menurunnya harga jual per
unit. (2). Klasifikasi biaya adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi
variable cost di mana biaya ini tetap sampai pada
tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah.(3).
Jangka waktu penggunaan terbatas, kelemahan
analisis dari break even point ini adalah jangka
waktu penerapannya terbatas, biasanya hanya
dipergunakan dalam pembuatan proyeksi operasi
perusahaan selama setahun.
c.
Asumsi-asumsi dalam Analisis Break
Point
Ada beberapa asumsi-asumsi dasar
mendasari penggunaan analisis break even
sebagai alat pengambil keputusan ( Soehardi
2002 : 3 ) adalah sebagai berikut :
Even
yang
point
Sigit,
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 5, September 2012
68 Media Bina Ilmiah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bahwa biaya-biaya yang yang terjadi di dalam
perusahaan dapat diidentifikasikan (ditetapkan)
sebagai biaya variabel, dan sebagai biaya tetap.
Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai
biaya variabel ataukah sebagai biaya tetap harus
tegas di masukan ke dalam salah satu
“Variabel” atau “tetap”..
Bahwa biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak
mengalami perubahan meskipun volume
produksi atau volume kegiatan berubah.
Bahwa biaya variabel itu berubah dimana jika
kegiatan produksi berubah, biaya variabel itu
berubah proposional dalam jumlah seluruhnya,
sehingga biaya per unit akan tetap sama.
Bahwa harga jual per unit akan tetap saja,
berapapun banyaknya unit produksi.yang di
1.
jual. Harga jual per unit tidak akan turun
meskipun pembeli membeli banyak. Juga
sebaliknya harga jual per unit tidak akan naik
meskipun pembeli membeli hanya sedikit.
Bahwa perusahaan menjual atau memproduksi
hanya satu jenis barang. Jika temyata
memproduksi/menjual lebih dari satu jenis
produk, maka produk-produk itu harus
dianggap sebagai satu jenis produk dengan
kombinasi (mix) yang selalu tetap.
Bahwa ada sinkronisasi di dalam perusahaan
yang bersangkutan antara produksi dan
penjualan; barang yang diproduksi itu terjual
dalam periode bersangkutan. Jadi tidak ada sisa
produk atau persediaan akhir periode (ataupun
pada awal periode). Jika biasanya terdapat
persediaan akhir, maka persediaan itu dianggap
telah dijual. Jadi perhitungan break evennya
tidak mengakui adanya barang persediaan.
d.
Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya
(Mulyadi, 1993 : 8-10), memberikan pengertian
tentang biaya bahwa dalam arti luas, biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi ataupun yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Sedang Dalam arti sempit, biaya adalah sebagai
pengorbanan
kansumber
ekonomi
untuk
memperoleh aktiva yang disebut dengan harga
pokok.
Dari definisi diatas dapat dikatakan biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalan satuan uang untuk memperoleh aktiva.
Selanjutnya biaya dapat digolongkan berdasarkan
perilakunya, menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Biaya tetap adalah suatu biaya yang selama satu
periode kerja adalah tetap jumlahnya dan tidak
mengalami perubahan dan tidak terpengaruh
oleh naiknya volume produksi sampai batas
tertentu.
ISSN No. 1978-3787
2.
3.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya
berubah secara proporsional dengan tingkat
produksi perusahaan, semakin besar produk
yang dihasilkan semakin besar pula biaya yang
dikeluarkan begitu juga sebaliknya.
Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang
mempunyai sifat tetap dan variabel, biaya ini
bervariasi dengan volume produksi dan proposi
yang tidak sebanding (tidak proposional).
Dalam hubungannya dengan analisa break even
point, maka biaya setengah berubah (semi
variabel cost) harus dipastikan seluruhnya
menjadi biaya tetap atau biaya variable,
sedangkan untuk jenis-jenis biaya yang sudah
jelas pemisahannya tidak menjadi persoalan.
e.
Pengertian dan Manfaaat Perencanaan Laba
Matz Usry, mengartikan perencanaan laba
merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan
dengan cermat dimana implikasi keuangannya
dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugilaba, neraca, kas, dan modal kerja untuk jangka
panjang dan jangka pendek.
Dalam menetapkan sasaran laba, pihak
manajemen harus mempertimbangkan faktor-faktor
berikut (Matz Usry, 1990 :4) :
1. Laba atau rugi yang dialami dari volume
penjualan tertentu.
2. Volume penjualan yang harus dicapai untuk
menutup seluruh biaya yang terpakai, untuk
menghasilkan laba yang memadai agar dapat
membayar dividen bagi saham preferen dan
saham biasa, dan untuk menahan sisa laba yang
cukup guna memenuhi kebutuhan perusahaan
perusahaan di masa depan.
3. Titik impas / pulang-pokok ( break even point ).
4. Volume penjualan yang dapat dihasilkan oleh
kapasitas operasi pada saat ini.
5. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk
mencapai sasaran laba
6. Hasil pengembalian (return) atas modal yang
digunakan.
Selanjutnya kembali menurut Matz Usry
(1998:6), mengatakan Perencanaan laba sangat
bermanfaat karena :
1. Memberikan pendekatan yang terarah dalam
pemecahan permasalahan.
2. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini
mengadalcan penelaahan terhadap masalah
yang dihadapinya dan menanamkan kebiasaan
pada organisasi untuk mengadakan telaah yang
seksama sebelum mengambil suatu keputusan.
3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah
pada pencapaian laba, dan mendorong
timbulnya
perilaku
yang sadar
akan
penghematan biaya dan pemanfaatan sumber
daya secara maksimum.
_____________________________________
Volume 6, No. 5, September 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 69
………...…………………………………………….…………………………………………………
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Merangsang peran serta dan mengkoordinasi
rencana operasi berbagai segmen dari
keseluruhan organisasi manajemen sehingga
keputusan akhir dan rencana yang saling terkait
(kontinjen) dapat menggambarkan keseluruhan
organisasi dalam bentuk rencana yang terpadu
dan menyeluruh ( komprehensif ).
Menawarkan kesempatan untuk menilai secara
sistematik setiap segi atau aspek organisasi
maupun untuk memeriksa serta memperbaharui
kebijakan da pedoman dasar secara berkala.
Mengkoordinasi serta mempertemukan serta
upaya perusahaan ke dalam suatu prosedur
perencanaan anggaran yang terarah, karena
inilah satu-satunya cara yang paling cepat
mengungkapkan
kelemahan
kegiatan
manajemen.
Mengarahkan penggunaan modal dan daya
upaya
pada
kegiatan
yang
paling
menguntungkan.
Mendorong standar prestasi yang tinggi dengan
merangsang kegairahan untuk bersaing,
menanamkan hasrat untuk mencapai tujuan, dan
menumbuhkan minat untuk melaksanakan
kegiatan secara lebih efektif.
Berperan sebagai tolok ukur atau standar untuk
mengukur hasil kegiatan dan menilai
kebijaksanaan manajemen dan tingkat dari
setiap pelaksana.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
bersifat deskriptif
yaitu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa
membuat
suatu
perbandingan,atau
menghubungkan dengan variabel yang lain
(Sugiyono, 2008: 11).
Penelitian dilakukan pada PT. Tesco Santosa,
Ampenan Mataram Propinsi NTB. Dengan beberapa
pertimbangan : belum pernah diadakan penelitian
yang berkaitan dengan masalah Break Even Point
disamping juga adanya kesediaan pihak manajemen
perusahaan untuk memberikan data dan informasi
yang diperlukan.
Metode pengumpulan data adalah metode kasus
yang memusatkan pada masalah break even point
sebagai perencanaan laba yang diinginkan oleh
perusahaan tembakau PT. Tesco Santosa di
Ampenan. Teknik Pengumpulan Data yang
digunakan (1)wawancara (interveaw) secara
langsung untuk memperoleh data berupa jenis
produk yang dihasilkan,biaya yang dikeluarkan dan
spesifikasi
masing-masing
produk
yang
dihasikan.(2) Dokumentasi dengan menyalin atau
mencatat data-data yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Data tersebut baik berupa laporan
harga pokok produksi, harga pokok penjualan, biaya
variabel per unit dan biaya tetap.
Jenis Data
yang digunakan adalah data
kuantitatif ( dikuantum) dan data kualitatif yang
tidak berbentuk angka, melainkan berupa kata-kata
atau keterangan, diantaranya : profil perusahaan dan
lokasi perusahaan dan data kuantitatif yang
berbentuk angka-angka .
Untuk menganalisis dan menyelesaikan
permasalahan diatas ,maka pendekatan yang
digunakan adalah analisis break even Point, dimana
perhitungan break even point berdasarkan atas dasar
unit dan rupiah sebagai berikut (Munawir, 2002:
186):
1
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Deskripsi Data
Sebelum menentukan tingkat break even point
yang terjadi, maka terlebih dahulu akan diuraikan
data-data yang menunjang yang diperlukan seperti :
biaya variabel, biaya tetap dan data penjualan
perusahaan dari tahun 2007-2011.
Tabel 3. Biaya variabel perusahaan tembakau PT.
Tesco Santosa di Ampenan Periode 20072011 (dalam Rupiah).
Sumber : Data Primer Diolah
Dari Tabel ini menunjukkan biaya variabel
yang dikeluarkan fluktuasi seperti biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya bahan penolong, pita
cukai, dan biaya angkut. Besar kecilnya jumlah bahan
baku yang diproduksi oleh PT. Tesco Santosa
tergantung dari seberapa banyak pesanan yang
dipesan oleh pelanggan.
Tabel 4. Biaya Tetap Perusahaan Tembakau PT.
Tesco Santosa di Ampenan Periode 20072011 (dalam rupiah).
Sumber : Data Primer Diolah
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 5, September 2012
70 Media Bina Ilmiah
Komponen-komponen biaya pada Tabel 4
merupakan biaya tetap, Jumlah biaya tetap yang
dikeluarkan perusahaan selama lima tahun terakhir
mengalami Peningkatan terutama pengalokasian
dana pada gaji karyawan, premi asuransi, sisanya
untuk sewa gedung, listrik, telepon dan lain-lain.
b.
Analisa Break Even Point
Untuk menghitung break even point pada
perusahaan tembakau PT. Tesco Santosa, maka
dibawah ini ditampilkan data penjualan, biaya tetap
dan biaya variabel
ISSN No. 1978-3787
• Tahun 2008 :
79.359.723
% . 140.786.339
113.248.885
259.560.000
79.359.723
7.821 &'
18.000 7.853,60
• Tahun 2009
105.157.134
285.134.955
455.652.000
1
Tabel 5. Penjualan, Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Pada Perusahaan Tembakau PT. Tesco
Santosa di Ampenan Periode 2007-2011
(dalam rupiah).
105.157.134
18.403 11.515,95
15.269 &'
• Tahun 2010
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 5 jumlah penjualan rata-rata
per unit yang dilakukan oleh perusahaan dari tahun
2007 dan 2008 sama sebesar Rp 18.000 untuk tahun
2009 sampai dengan tahun 2011 masing-masing
sebesar Rp 18.403, Rp 22.222,dan Rp 24.984. Untuk
biaya variabel per unit dari tahun 2007-2011
berfluktuasi yaitu masing-masing sebesar Rp
8.898,84; Rp 7.853,59; Rp 11.515,95; Rp 14.915,74;
Rp 13.382,35.
Nilai break even point yang dicapai oleh
perusahaan PT. Tesco Santosa tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011 baik dalam rupiah atau unit bisa
dilihat pada perhitungan di bawah ini :
• Tahun 2007 :
1
92.005.593
154.181.960
1
313.066.00
. 181.960.275,3
92.005.593
10.109 18.000 8.898,84
127.304.557
. 387.206.277,4
381.335.839
1
568.121.040
127.304.557
22.222 14.915,74
17.424 &'
• Tahun 2011
161.561.599
. 347.2920.089
234.110.891
1
437.070.960
161.561.599
24.984 13.382,35
13,926 &'
Jadi break even point PT. Tesco Santosa selalu
berubah-ubah baik dalam rupiah maupun dalam
unit, Perubahan ini disebabkan oleh adanya
perubahan-perubahan yang terjadi baik pada biaya
tetap, biaya variabel, harga jual per unit dan jumlah
produksi yang semuanya mempengaruhi titik break
even point.
c.
Produk Mix dan Sales Mix
Produk mix dan sales mix digunakan untuk
membandingkan tingkat penjualan dan unit yang
dihasilkan dari ke empat merk produk yang
diproduksi. Produk mix digunakan untuk mencari
break even point dalam unit sedangkan sales mix
digunakan untuk break even point dalam rupiah.
Berdasarkan Tabel 6 sales mix menunjukkan
bahwa break even point pada masing-masing merk
tembakau PT. Tesco Santosa pada tahun 2007
sampai dengan tahun 2011 mengalami fluktuasi .
Naik turunnya break even point selama lima tahun
itu disebabkan oleh besar kecilnya penjualan yang
dicapai pada masing-masing merk tembakau.
(Perhitungan sales mix bisa dilihat pada lampiran 2).
_____________________________________
Volume 6, No. 5, September 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 71
………...…………………………………………….…………………………………………………
Tabel 6. Sales mix pada perusahaan tembakau
PT. Tesco Santosa tahun 20072011(dalam Rp)
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 7. Produk Mix Pada Perusahaan Tembakau
PT. Tesco Santosa tahun 2007-2011
(dalam unit).
Jadi agar perusahaan mencapai laba sebesar 16
% dalam periode 2009, maka penjualan yang harus
dicapai sebesar Rp 530.816.870,32. Setelah
diketahui besarnya nilai penjualan, maka dapat
dihitung tingkat penjualan untuk masing-masing
jenis merk tembakau, yaitu :
Tembakau cap lombok = penjualan cap lombok –
total penjualan x laba penjualan
= 4.320.000 – 437.070.960 x 530.816.870,32
= Rp. 5.246.582,57
Tembakau cap kepiting = penjualan cap lombok –
total penjualan x laba penjualan
= 209.349.000 – 437.070.960 x 530.816.870,32
= 254.251.577,33
Tembakau cap kepiting = penjualan cap lombok –
total penjualan x laba penjualan
=181.395.720 – 437.070.960 x 530.816.870,32
Tembakau cap bawang = 42.006.240 - 437.070.960
x 530.816.870,32
Total Rp = 530.816.870,32
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 7 produk mix menunjukkan
break even point tembakau harus dijual dimana
terlihat semua unit produk yang dijual berfluktuasi
(Perhitungan produk mix bisa dilihat pada lampiran
2).
d.
Analisa Break Even Point Untuk Mencapai
Tingkat Laba
Setelah diketahui nilai break even point
perusahaan selama lima tahun, maka peneliti dapat
menggunakan data tersebut sebagai dasar
perhitungan untuk merencanakan tingkat penjualan
atau tingkat produksi serta laba yang ingin dicapai
pada periode berikutnya.
Untuk tahun 2012 manajer menargetkan laba
atau keuntungan sebesar 16% dari total penjualan,
juga mengasumsikan bahwa harga jualnya tetap dan
kontribusi rasio sama dengan tahun sebelumnya
yaitu 2011, maka volume penjualannya yang harus
dicapai PT.Tesco Santosa untuk mencapai laba
sebesar itu adalah sebagai berikut :
Perhitungan break even point sebagai
perencanaan laba sebesar 16 % dari total penjualan,
adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
( ) * &+'
1
161.561.599 ( 16%
. 530.816.870,32
234.110.891
1
437.070.960
Dengan diketahui penjualan yang harus dicapai
PT. Tesco Santosa untuk memperoleh laba sebesar
16 % maka dapat diketahui pula berapa unit yang
harus dijual.
Berikut ini perhitungan penjualan dalam
unit untuk memperoleh laba sebesar 16 % dengan
rumus sebagai berikut:
161.561.599 ( 16% % 24.984
24.984 ( 13.382,35
21.246 &'
Jumlah unit yang harus dijual oleh perusahaan
tembakau PT.Tesco Santosa jika ingin memperoleh
laba sebesar 16 % adalah 21.246 unit.
Berikut ini jumlah unit yang harus dijual
oleh masing-masing produk (produk mix) adalah
sebagai berikut :
-' + .-.' + .-.' = 5.246.582,57 – 24.984unit
= 210 unit
-' + '* + '* = 254.251.577,33 – 24.984
= 10.817,75
-' +& '* +& '* = 220.302.690,39 – 24.984
= 8.817,75
-' + /* + /* = 51.016.020,03 – 24.984.
= 20.41,95
Total = 21.246 unit
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 5, September 2012
72 Media Bina Ilmiah
e. Interpretasi :
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai
break even point PT. Tesco Santosa. Adapun
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah biaya tetap, biaya variabel, penjualan,
serta laba yang direncanakan, maka berdasarkan
analisis data yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
break even point yang dicapai berubah-ubah,
misalnya pada tahun 2007 break even point yang
dicapai adalah sebesar Rp 181.960.275,3 dalam unit
adalah sebesar 10.109 unit, pada tahun 2008 BEP
penjualan sebesar Rp140.786.335,9 dalam unit
sebesar 7821 unit, tahun 2009 sebesar Rp
280.998.630,5 dalam unit 15.269 unit, pada tahun
2010 sebesar Rp 387.206.277,4 dalam unit 17.424
unit, pada tahun 2011 sebesar Rp 347.920.089 dan
dalam unit 13.926 unit. Ini semua menunjukkan
bahwa PT.Tesco Santosa bisa memperoleh
keuntungan dari jumlah produksi yang dijual
maupun tingkat penjualan yang diterima karena
masih terdapat selisih lebih yang diperoleh dari
jumlah yang dikeluarkan untuk menutup biaya tetap.
PT. Tesco Santosa pada tahun 2012 menargetkan
laba sebesar 16 % dari total penjualan ,maka
perusahaan harus mampu menjual produk sebesar
21.246 unit dengan penjualan dalam rupiah sebesar
Rp 530.816.870,32
PENUTUP
a.
Simpulan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Selama lima tahun terakhir ini volume
penjualan
PT. Tesco Santosa mengalami
fluktuasi yang disebabkan oleh adanya
penurunan dan kenaikan pembelian biaya bahan
baku yang digunakan, walaupun volume
penjualan mengalami fluktuasi perusahaan
berada diatas break even point dan masih bisa
memperoleh keuntungan dari jumlah yang
diproduksi.
2. Pada tahun 2012
PT. Tesco Santosa
menargetkan laba sebesar 16 % dari total
penjualan tahun sebelumnya. Untuk mencapai
laba sebesar itu harus mampu memperoleh
penjualan sebesar Rp 530.816.870,32 dan unit
yang harus dijual sebesar 21.246 unit.
b.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat
diberikan beberapa saran-saran untuk perbaikan
kedepan sebagai berikut: Khususnya kepada pihak
perusahaan, untuk dapat mempertahankan dan
meningkatkan penjualan maka harus tetap
ISSN No. 1978-3787
mempertahankan kualitas tembakau, mengadakan
promosi yang lebih baik lagi kepada konsumen,
memberikan potongan harga, menekan harga yang
tidak berhubungan erat dengan proses produksi
sehingga hasil penjualan yang diperoleh dapat
berada diatas break even point
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, Gunawan. 1995. Anggaran Perusahaan
2. Edisi 1. BPFE : Yogyakarta.
Ahmad, Kamaruddin. 2005. Dasar-dasar Konsep
Biaya dan Pengambilan Keputusan.
PT.Raja Grafmdo Persada : Jakarta.
Alwi, Syafaruddin. 1994. Alat-alat Analisis Dalam
Pembelanjaan. Edisi Revisi. Andi Offset
: Yogyakarta.
Anonim. 2006. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi.
FE: Unram.
Djarwanto. 2004. Pokok-pokok Analisa Laporan
Keuangan. Edisi 2. BPFE : Yogyakarta.
Handoko, Hani. T. 1997. Manajemen. BPFE:
Yogyakarta.
Harapan, Syafri, Sofyan. 1998. Analisa kritis Atas
Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Matz, Usry. 1990. Akuntansi Biaya, Perencanaan
dan Pengendalian. Jilid 2. Erlangga :
Jakarta.
Mulyadi.
1993. Akuntansi
Yogyakarta.
Biaya.
YKPN:
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan.
Liberty : Yogyakarta
Riyanto,
Bambang.
1997.
Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan. BPFE :
Yogyakarta.
Rizal , Yus, 2004. Penerapan Analisa Titik Impas
dalam
Hubungannya
dengan
Perencanaan Volume Penjualan pada
PT. Nafo Banyuwangi. Universitas
Mataram
Sigit, Soehardi. 2002. Analisa Break Even Point.
BPFE : Yogyakarta. Sugiyono. 2008.
Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta :
Bandung.
_____________________________________
Volume 6, No. 5, September 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 73
………...…………………………………………….…………………………………………………
Suhartini, 2004. Analisa Break Even Point untuk
Perencanaan Laba pada Perusahaan
Sabut KelapaKUB "Sumber Rezeki" di
Desa
Bagik
Papan
Kecamatan
Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur,
Universitas Mataram.
Supriyono, R, A. 1996. Akuntansi Biaya. Edisi 2
.BPFE : Yogyakarta.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan, Teori,
Konsep dan Aplikasi. Ekonisia FE UII :
Yogyakarta.
Syamsudin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan
Perusahaan. PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta.
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 5, September 2012
Download