A.m : Tatap muka 11 ANALISIS BIAYA, VOLUME DAN LABA 4.2.1 Uraian dan Contoh Pada bagian yang membahas direct costing telah dibicarakan secara singkat manfaat metode tersebut, salah satu manfaat adalah penggunaannya dalam perencanaan laba. Bagi manajemen sangat penting merencanakan sebelum opersai dimulai atau sebelum laba direalisir mengetahui seberapa besar laba akan diperoleh apabila volume penjualan sebesar “X” unit, berapa volume penjualan paling sedikit harus dicapai supaya perusahaan tidak menderita rugi, berapa batas hasil penjualan merupakan pertanda perusahaan bisa meneruskan atau tidak usahanya. Dalam bagian ini dibahas semua hal yang berhubungan dengan analisis volume biaya dan laba. Break Even Point = BEP Analisis volume, biaya dan laba yang pertama kita bahas adalah break even point (BEP) . break even point adalah suatu keadaan dimana jumlah penjualan sama dengan jumlah biaya atau keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi atau laba perusahaan sama dengan nol. Keadaan ini penting diketahui perusahaan (manajemen). Karena dengan mengetahui batas tersebut manajemen bisa mengambil sikap tentang kebijaksanaan pemasaran. Harga dan sebagainya dan bisa merencanakan laba yang akan diperoleh. Break even point juga bisa dicari dengan pendekatan persamaan atau pendekatan grafik. Pendekatan persamaan : Ada dua bentuk pendekatan persamaan a) Persamaan biasa b) Metode kontribusi marjin a) Persamaan biasa Break even point dengan pendekatan persamaan bisa dapat dicari dengan menentukan laba sama dengan menentukan laba sama dengan nol. Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap) = Laba Karena laba dalam BEP sama dengan nol maka persamaan tersebut menjadi : Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap) = 0 Atau PENJUALAN BEP = BIAYA VARIABEL + BIAYA TETAP + 0 Contoh Seorang pengusaha akan menjual mainan anak-anak dengan harga jual Rp 250,00 sebuah, biaya variabel tiap buah mainan Rp 150,00 yaitu berupa karton dan kertas warna Rp 100,00 per buah mainan serta upah yang mengerjakan setiap mainan Rp 50,00 sedangbiaya tetap yaitu terdiri dari penunggu stand di pasar malam dan sewa tenda sehari Rp 7.500,00. Dengan data tersebut bisa dihitung break even point dan volume penjualan mainan anakanak tersebut sebagai berikut: karena volume penjualan tidak diketahui, diumpamakan “X” maka BEP : 250 X = 150 X + 7.500 250 X - 150 X = 7.500 100 X = 7.500 X = 75 Jadi volume terendah yang harus dicapai setiap hari agar perusahaan tidak menderita rugi adalah 75 unit (75 buah mainan) atau 75 × Rp 250,00 Rp 18.750,00. Kita coba untuk mengetes hasil tersebut dengan mengembalikan pada persamaannya. Rp 250,00 × 75 = Rp 150,00 × 75 + Rp 7.500,00 Rp 18.750,00 = Rp 11.250,00 + Rp 7.500,00 Dengan penjualan sebesar Rp 18.750,00 tiap hari maka perusahaan tidak mendapat laba dan tidak menderita rugi atau pengusaha mainan anak-anak tersebut dalam bentuk Break Even Point dalam penjualan 75 unit mainan tiap hari dengan Rp 18.750,00 bisa ditutup biaya variabel 75 × Rp 250,00 = Rp 11.250,00 dan biaya tetap Rp 7.500,00. b) Metode kontribusi marjin Break even point bisa juga dicari dengan pendekatan Marginal Income (Contrubution Margin) Kontribusi Marjin = Penjualan – Biaya Varibel. Dalam contoh di atas Contribution margin per unit = Rp 250,00 – Rp 150,00 = Rp 100,00 Break even point per unit BIAYA TETAP + LABA YANG DIINGINKAN KONTRIBUSI MARJIN RP = 7.500 + 0 100 = 75 atau break even point dalam rupiah π΅πππ¦π π‘ππ‘ππ + πΏπππ π¦πππ ππππππππππ = ππππ‘ππππ’π π ππππππ % = = 7.500+0 100 250 7.500 0,40 = 18.750 atau = π΅πππ¦π π‘ππ‘ππ πππππ – π΅πππ¦π ππππππππ πππππ π΅πππ¦π π‘ππ‘ππ = πππππ πππππ =1= − π΅πππ¦π ππππππππ πππππ π΅π BT = Biaya tetap BV = Biaya variabel P = Penjualan π΅π π BEP = 7.500 1− 150 250 7.500 = 1−0,60 = 7.500 0,40 = 18.750 Pendekatan Grafik Break even juga bisa dicari dengan pendekatan grafik. Pertama grafik biaya variabel, grafik biaya tetap dan grafik penjualan harus diketahui lebih dahulu. Kemudian menjadikan satu wadah untuk menemukan grafik break even point (titik BEP). Untuk contoh ambil dat-data dalam contoh sebelumnya. Penjualan biaya (Rp) (Rp) (Rp) biaya 12.500 7.500 7.500 4.500 7.500 3.800 5.000 1.500 2.500 0 unit 10 20 30 0 unit 10 20 30 0 50 Gambar 3.2 Grafik Biaya Tetap dan Variabel unit 10 20 30 50 Keterangan Gambar 3.1 Biaya variabel naik proporsional dengan kenaikan unit dalam unit 10 biaya variabel Rp 1.500,00, 20 unit biaya variabel Rp 3.000,00 dan seterusnya. Biaya tetap jumlahnya tetap Rp 7.500,00, walaupun unit berubah-ubah. Penjualan sifatnya juga proporsional dengan unit yang dijual, unit yang dijual 10 unit penjualan Rp 2.500,00; penjualan 20 unit hasil penjualan Rp 5.000,00 dan seterusnya langkah berikutnya. Menjadikan grafik biaya variabel dan tetap menjadi satu grafik biaya yaitu menambahkan antara garis biaya variabel dan tetap hal ini bisa dilakukan biaya variabel lebih dahulu (dimulai dari nol) atau biaya variabel setelah biaya tetap. Biaya (Rp) Biaya (Rp) 15.000 15.000 10.000 7.500 7.500 3.000 10.000 7.500 1.500 0 unit 10 20 0 50 unit 20 50 Gambar 3.2 Grafik Biaya Tetap dan Variabel Keterangan Gambar 3.2 - Pada waktu produk di jual 20 unit biaya variabel Rp 3.000,00 dan biaya tetap Rp 7.500,00 atau biaya total = Rp 10.500,00 - Pada waktu produk di jual 60 unit biaya variabel Rp 9.000,00 biaya tetap Rp 7.500,00 atau biaya total Rp 16.500,00 dan seterusnya. Tahap berikutnya menjadikan satu ketiga elemen break even point tersebut yaitu biaya variabel, biaya tetap dan penjualan dan akan bisa diketahui break even pointnya. Cara menggambar grafik break even point ada dua cara: 1. Biaya variabel dari titik nol dan biaya tetap dari Rp 7.500,00 2. Biaya variabel dari atas biaya tetap (Rp 7.500,00) Biaya penjualan (Rp) 18750 18.7500 7500 7.500 3000 1500 unit 0 75 unit 0 Grafik BEP cara I 75 Grafik BEP cara II Gambar 3.3 Pada tahap terakhir akan diketahui sekaligus break even point dalam unit dan dalam rupiah penjualan yaitu pada waktu penjualan Rp 18.750,00 terjadi break even point atau pada waktu penjualan berjumlah 75 unit. Unsur-unsur yang ada dalam grafik bersebut adalah: Biaya Penjualan (Rp) 25.000 22.500 18.750 15.000 12.500 11.250 7.500 5.000 2.500 1.500 0 Gambar 3.4 Grafik Break Even Point menyeluruh Dari grafik tersebut bisa diketahui misalnya penjualan 60 unit dengan ditarik garis 50 unit maka tampak hasil penjualan hanya Rp 12.500, biaya variabel Rp 7.500, biaya tetap Rp 7.500, biaya total Rp 15.000 rugi Rp 2.500, ada penurunan volume penjualan, begitu sebaliknya makin luas daerah laba makin menguntungkan. Laba yang diinginkan perusahaan Dengan analisis break even point perusahaan juga bisa merencanakan berapa penjualan harus dicapai agar perusahaan mendapat laba sejumlah yang diinginkan bisa dicapai dengan mencantumkan (menambahkan) laba yang diinginkan tersbut pada biaya dalam rumus break even point. Contoh 1 Pengusaha mainan anak-anak dalam contoh sebelumnya menginginkan laba sebesar Rp 2.500/hari. Jumlah penjualan yang harus direalisir untuk mendapatkan laba Rp 2.500,00 adalah 100 unit. Tes Kebenaran Rp % Penjualan 100 × 250 25.000 100 Biaya variabel 100 × 150 15.000 60 Kontribusi marjin 10.000 40 7.500 30 Biaya tetap Laba 2.500 10 Atau kita memasukkan ke dalam rumus BEP dengan memakai Contribution Margin. π΅πππ¦π π‘ππ‘ππ+πΏπππ Unit yang harus terjual = πΎπππ‘ππππ’π π ππππππ πππ π’πππ‘ = = 7.500+2.500 100 10.000 100 = 100 unit Atau Penjualan yang harus direalisir = = π΅πππ¦π π‘ππ‘ππ+πΏπππ 1− π΅π π 7.500+2.500 0,40 = Rp 25.000 Contoh 2 Perusahaan “Fitra” Laporan Rugi – Laba Penjualan Rp 10.000.000,00 Biaya total Biaya variabel Rp 7.000.000,00 Biaya tetap Rp 5.000.000,00 Rugi Rp 12.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Cacatan Perbandingan biaya variabel dengan penjualan selalu sama yaitu : 7.000.000 10.000.000 atau 70 100 Diminta : a) Apabila biaya tetap naik sebesar Rp 2.000.000,00 berupa penjualan harus direalisir supaya perusahaan bisa break even? b) Dengan biaya tetap seperti a dan perusahaan menginginkan laba Rp 1.000.000,00 berapa penjualan harus direalisir? Jawab a) X = Jumlah rupiah dalam break even point X = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba yang diinginkan 7.000.000 X = 10.000.000 X + (5.000.000 + 2.000.000) +0 X – 0,70 X = 7.000.000 0,30 X = 7.000.000 X = Rp 23.333.333,00 Tes Penjualan Rp 23.333.333,00 biaya variabel (0,70 × 23.333.333,00) Rp 16.333.333,00 kontribusi marjin Rp 7.000.000,00 biaya tetap Rp 7.000.000,00 0 b) Jumlah rupiah yang harus direalisir = = = π΅π+πΏπππ 1− π΅π π 7.000.000+1.000.000 1− 70 100 8.000.000 0,30 = Rp 26.666.666,00 Tes Penjualan Biaya variabel 0,70 × 26.666.666,00 Rp 26.666.666,00 = Rp 18.666.666,00 Rp 8.000.000,00 Biaya tetap Rp 7.000.000,00 Laba Rp 1.000.000,00 Anggaran-anggaran yang Mendasari Analisis Break Even Point Analisis break even point tidak bisa diterapkan dalam semua kondisi untuk mengetrapkan break even point. Ada satu set anggapan yang mendasari perhitungan tersebut. Anggapan itu antara lain. 1. Tingkah laku biaya dan pendapat ditentukan pada batas yang telah di budgetkan (direncanakan). 2. Semua biaya bisa dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel. 3. Biaya tetap akan tetap jumlahnya pada kapasitas yang telah dibudgetkan (direncanakan). 4. Biaya variabel naik/turun secara proposional sesuai dengan naik/turunnya penjualan.