7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Ukuran yang sering dipakai untuk menilai sukses atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang dihasilkan perusahaan, maka untuk memenuhi target laba yang diinginkan pihak manajemen melakukan berbagai macam cara antara lain dengan analisa break even point. Break Even Point merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam mencari volume penjualan yang harus dicapai agar tidak mengalami rugi dan tidak berlaba. Untuk memahami lebih lanjut dikemukakan beberapa pengertian Break Even Point menurut para ahli : 1. Break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Mowen (2005:274) 2. Titik impas (break even point) adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih. Horngren (2003:75) 8 3. Break even Point adalah tingkat penjualan dimana laba sama dengan nol, atau total penjualan sama dengan total beban atau titik dimana total margin kontribusi sama dengan total beban tetap. Garrison (2006;355) 4. Titik impas (break even point) adalah suatu keadaan dimana perusahaan yang pendapatan penjualan nya sama dengan jumlah total biaya nya atau besarnya kontribusi margin sama dengan total biaya tetap, dengan kata lain perusahaan itu tidak untung dan tidak rugi. Bustami, (2006,208) Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even point adalah suatu cara atau alat atau tekhnik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi. Dalam analisa break even point dapat diketahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya variabel, biaya tetap serta laba dan rugi. Analisa ini juga mempelajari seberapa besar biaya dan volume penjualan akan berpengaruhi jika ada kenaikan atau perubahan dalam laba. B. Kegunaan Analisa Break Even Point Analisa break even point (BEP) merupakan suatu cara atau teknik untuk mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya yang terjadi dan laba perusahaan, dengan adanya informasi diatas maka teknik titik impas dapat digunakan untuk menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan untuk masa yang akan datang. 9 Adapun manfaat break even point menurut Carter (2005;270) adalah sebagai berikut : 1. Membantu memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah - masalah lain yang dihadapinya, misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya. 2. Membantu manajemen dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak serta memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan/ditutup Sedangkan manfaat Brek even point menurut Bustami (2006;208) adalah : 1. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. 2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu. 3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. 4. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan 5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan. 10 C. Efektifitas Menurut Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan efektivitas adalah sejauh mana mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat. Sedangkan Menurut Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa: Organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektivitas juga dapat diartikan seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa efektifitas merupakan sejauh mana hasil yang dicapai dan telah sesuai dengan yang diharapkan / ditetapkan. Dalam perencanaan laba perusahaan diharapkan analisa break even point dapat memberikan informasi yang dibutuhkan pihak manajemen perusahaan sehingga target laba yang direncanakan bisa tercapai secara maksimal. D. Asumsi Break Even Point Kesulitan dan kemudahan dalam penentuan titik break even point tergantung pada konsep – konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan. Dengan demikian semakin banyak asumsi yang digunakan (yang 11 pada umumnya tidak sesuai dengan kenyataan) maka akan banyak kelemahan yang terdapat pada analisa tersebut. Pada umumnya konsep atau asumsi dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut : Menurut carter ( 2006;98) penerapan brek even point didasarkan pada asumsi –asumsi berikut ini : 1. Biaya dikelompokan berdasarkan perilaku biaya dalam kaitannya dari volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 2. Harga jual persatuan produk adalah tetap pada berbagai tingkat kegiatan dalam periode yang bersangkutan hingga grafik total penerimaan (total revenue) berbentuk garis lurus. 3. Biaya Variabel per unit adalah tetap untuk tiap produk yang diproduksi, dijual pada periode yang bersangkutan 4. Total biaya tetap adalah konstan dalam batas kepastian tertentu dan dalam periode yang bersangkutan. 5. Bauran penjualan akan tetap konstan, efisiensi dan produktifitas tidak berubah 6. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan relatif konstan serta semua barang yang di produksi terjual pada periode yang bersangkutan. Sedangkan menurut Garrison (2006;350) Asumsi yang mendasari titik impas adalah : 12 1. Harga jual adalah konstan. Harga produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah 2. Biaya adalah linear dan dapat dengan mudah dibagi menjadi elemen variabel dan tetap. Elemen variabel adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan secara total dalam rentang yang relevan. 3. Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan. 4. Dalam perusahaan manufakrur, persedian tidak berubah dalam jumlah unit yang diproduksi sama dengan unit terjual. 1. Jenis biaya menurut tingkah laku Secara umum pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan. Menurut Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Horngren (2005;123) biaya dapat dibagi 3 golongan : a. Biaya Tetap b. Biaya Variabel c. Biaya Semi Variabel a. Biaya Tetap Biaya tetap (Fixed cost) adalah : Biaya yang dalam batas – batas kapasitas normal perusahaan secara total tidak berubah walau pun tingkat kegiatan / aktifitas perusahaan berubah. 13 Menurut Garrison (2006;262) Biaya tetap adalah biaya yang totalnya selalu konstan dalam rentang yag relevan, walau pun jumlah aktifitasnya meningkat. Biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang keluaran yang relevan. b. Penurunan biaya per unit jika volume bertambah dalam rentang keluaran yang relevan. c. Dapat dibebankan ke departemen – depertemen berdasarkan keputusan manajer atau menurut metode alokasi biaya. d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen eksklusif dari pada penyelia operasi Dapat kita lihat seperti gambar di bawah ini : Gambar 2.1 Grafik Biaya Tetap Rp 1.000 Biaya Tetap Kuantitas 100 200 300 Dalam grafik biaya tetap diatas digambarkan, berapa pun volume produksinya, apakah 0 unit atau 100 unit atau juga 200 unit 14 dan seterusnya, biaya tetap yang terjadi adalah konstan sebesar Rp. 10.000,b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang secara total ikut berubah proporsional searah dengan perubahan tingkat kegiatan atau aktifitas perusahaan. Menurut Garrison (2006;257) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah perubahannnya secara proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas. Jika tingkat aktifitasnya meningkat dua kali lipat, maka biaya variabelnya juga meningkat dua kali lipat. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya bervariasi sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan yang dilakukan perusahaan, biaya variabel langsung mempengaruhi hasil produksi seperti : Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya lainnya yang sejenis. Biaya variabel memiliki karekteristik sebagai berikut : a. Penurunan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan b. Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan. c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan mudah dan tetap. d. Dapat dikendalikan oleh seorang penyelia operasi. 15 Dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut : Gambar 2.2 Grafik Biaya Variabel Biaya Rp. Biaya Variabel 20.000 10.000 Kuantitas 100 200 Volume Produksi Dari grafik biaya diatas dapat dijelaskan bahwa pada tingkat kuantitas produksi 100 unit maka terdapat biaya variabel sebesar Rp. 10.000 dan pada kuantitas 200 unit maka biaya variabelnya sebesar Rp. 20.000. Artinya setiap perubahan volume produksi maka jumlah atau total biaya variabelnya juga akan berubah. Contoh biaya variabel antara lain : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, BOP variabel, dan lainnya. 16 c. Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel pada tingkat kapasitas tertentu tidak berubah karena adanya pertambahan kegiatan perusahaan, tetapi apabila telah melewati kapasitas tertentu ia akan berubah searah dengan perubahan kegiatan perusahaan. Biaya semi variabel meliputi : biaya pemeliharaan mesin, biaya listrik, biaya telepon, dan lain – lain. Gambar 2.3 Grafik Biaya Semi Variabel Biaya Rp. 50.000 100 Kuantitas Volume Produksi Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jika perusahaan memproduksi 1 unit sampai 100 unit biaya pemeliharaan mesin yang dikeluarkan sebesar Rp. 50.000,- dan untuk produksi diatas 100 unit maka biaya pemeliharaan mesinnya akan berubah sesuai dengan perubahan unit produksi. Jadi pada 17 volume produksi tertentu biaya yang dikeluarkan tetap dan berubah – ubah diatas volume kegiatan tertentu. 2. Teknik Pemisahan Biaya Semi Variabel Pemisahan biaya semi variabel diperlukan untuk merencanakan, menganalisa, mengendalikan, mengukur atau mengevaluasi biaya dalam berbagai tingkat kegiatan dan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan. Ada tiga metode untuk menentukan biaya tetap dan biaya variabel dari biaya semi variabel menurut Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial (Horngren, 2005:135) yaitu : a. Metode titik tertinggi – terendah ( High Low Point Method ) b. Metode Titik Sebar Statistik (The Statistical Scattergraph) c. Metode Kuadrat Terkecil ( Least - Squares Method ) a. Metode Titik Tertinggi – Terendah ( High Low Point Method ) Dalam metode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tesebut pada tingkat kegiatan terendah di masa lalu. Metode ini sering digunakan karena sederhana perhitungannya dan mudah digunakan. Selisih biaya yang dihitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut. Penyajian persamaan biaya sebagai berikut : Y=a+bx 18 Biaya volume tertinggi – Biaya volume terendah Biaya Variabel (b) = Volume tertinggi - volume terendah Biaya Tetap = Total Biaya – Biaya Variabel Dimana : Y = Jumlah biaya semi variable a = Biaya tetap per periode b = Biaya variabel per periode x = Kapasitas yang diharapkan akan dijalankan b. Metode Titik Sebar Stastistik (The Statistical Scrattergraph) Metode ini merupakan bidang grafik untuk menempatkan data yang tersedia. Grafik yang disebut juga diagram pancar ini terdiri dari titik – titik, dimana setiap titik merupakan satu hasil perpaduan dua variabel yang berhubungan yaitu biaya semi variabel dan volume kegiatannya. Dari titik – titik sebar itu kita akan dapat menarik garis yang menunjukan antara kedua variabel tersebut, dari garis itu dapat terlihat mana yang biaya tetap dan mana biaya variabel. Metode ini dinilai lebih baik dari metode titik tertinggi dan terendah, namun kelemahan metode ini yang utama adalah penarikan garis biaya yang bersifat subjektif hingga setiap orang dapat mempunyai garis biaya 19 yang berbeda dari sumber data yang sama, akibatnya biaya yang dihasilkan berbeda. c. Metode Kudrat Terkecil ( Least – Squares Method ) Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi : Y=a+bx Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut : n∑xy - ∑x∑y b= ∑y - b∑x a= n∑x2 – (∑x)2 n Dimana : Y = Biaya Periodik X = Kegiatan Periodik n = Jumlah Sampel a = Biaya Tetap b = Biaya Variabel 3. Perhitungan Titik Break Even Point Untuk menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dalam praktek biasanya bukan merupakan masalah yang mudah, karena kedua biaya tersebut harus dipisah terlebih dahulu dari biaya semi variabel dengan berbagai metode tertentu. 20 Break even point dapat ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan persamaan (Linear) dan pendekatan grafik. a. Pendekatan Persamaan Analisa Brek even point didasarkan pada hubungan akuntansi berikut ini : Laba = Total penghasilan – ( total biaya variabel + total biaya tetap) Atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini : Y=cx–bx–a Dimana : Y = laba c = harga jual per satuan x = jumlah produk yang dijual b = biaya variabel per satuan a = biaya tetap Dari formula diatas maka akan dapat dirumuskan formula untuk menghitung Break Even Point adalah sebagai berikut : 1) Break Even Point dalam satuan Break Even Point (dalam satuan) A = C–B Dimana : A = Biaya Tetap B = Biaya Variabel per satuan C = Harga Jual per satuan Atau Biaya Tetap BEP (dalam satuan) = Harga Jual Persatuan – Biaya Variabel Persatuan 21 2) Break Even Point dalam rupiah penjualan Untuk menentukan pada tingkat break even point dapat pula ditentukan dengan rumus : Biaya Tetap Break Even Point (dalam rupiah penjualan) = Biaya Variabel 1– Penjualan Atau Biaya Tetap = Margin Income Ratio (MIR) Dimana : Biaya Variabel MIR = 1 – Hasil Penjualan Dari persamaan Y = cx – bx – a b. Pendekatan Grafik Penentuan Break even point (BEP) dapat juga dilakukan dengan pendekatan grafik, yaitu dengan cara menggambar garis penghasilan dan garis biaya. Dengan grafik break even point manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba selain dari itu dengan grafik break even point pihak manajemen juga akan mengetahui besarnya biaya yang tegolong biaya tetap dan biaya variabel, serta mengetahui tingkat atau volume penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang menimbulkan laba. 22 Break even point dalam grafik titik perpotongan antara garis biaya dengan garis penghasilan. Data yang diperlukan untuk membuat grafik break even point adalah ramalan penghasilan, biaya tetap dan biaya variabel. Untuk lebih jelasnya kita lihat grafik dibawah ini Gambar 2.4. Grafik Break Even Point RP Total Pendapatan x Total Biaya Laba BEP Biaya Variabel Rugi Biaya Tetap y = Kuantitas (unit) Garis input konvensional ini dibuat dengan langkah – langkah sebagai berikut : a) Membuat garis horizontal sebagai sumbu X yang menggambarkan penjualan dalam rupiah, jumlah unit atau persentase. b) Membuat garis vertikal sebagai sumbu Y yang menggambarkan volume penjualan dan biaya dalam rupiah. 23 c) Membuat garis biaya tetap, sejajar dengan sumbu X ini titik pada sumbu X membuat garis total biaya yang ditarik dari titik biaya tetap menuju titik pada sumbu Y ( pada sisi kanan). d) Membuat garis total penghasilan yang ditarik dari titik 0 (titik potong sumbu X dan sumbu Y) menuju titik sumbu Y (pada sisi kanan). e) Menentukan titik impas yang merupakan antara garis total garis biaya dan total penghasilan, yang pada contoh ini terletak pada penjualan . Daerah sebelah kiri titik impas merupakan daerah rugi, sedangkan daerah sebelah kanan titik impas merupakan daerah laba. 4. Perencanaan Laba Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal mungkin, dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba yang direncanakan, perusahaan perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui agar perusahaan bisa mengambil keputusan tentang perencanaan laba. Menurut Delmar, "Does Business Planning Facilitate the Development of New Ventures" Strategic Management Journal, (2003,1165-1185) perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat mengembangkan strategi rencana untuk aktivitas mencapai kerja tujuan organisasi itu, dan Perencanaan 24 merupakan proses terpenting dari fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan. Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba maka rumus yang dapat digunakan adalah: FC + Keuntungan Penjualan = Variabel Cost 1– Penjualan