1. Direct Costing sebagai Alat Perencanaan Laba Perencanaan laba (profit planning) sering disebut anggaran perencanaan (planning budget) atau rencana operasi (plan of operation) adalah rencana dari manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi di masa yang akan datang untuk mencapai perusahaan dibagi kedalam dua jenis yaitu rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Direct costing bermanfaat dalam pembuatan rencana jangka pendek. Direct costing yang memisahkan biaya variabel dan tetap dalam laporan rugi laba sehingga akan diketahui kontribusi marjin dan pemisahaan biaya variabel dan tetap maka manajemen bisa direncanakan beberapa laba akan diperoleh bila penjualn berjumlah “X” unit dan beberapa penjualan terendah harus direalisir supaya perusahaan tidak menderita rugi (dalam bab lain akan dibahas tersendiri). Misalnya harga jual per unit produk perusahaan A Rp 1.000,00 biaya variabel per unit Rp 400,00 dan biaya tetap Rp 400.000,00 jumlah penjualan yang direncanakan (menurut anggaran) 1000 unit. Maka diketahui : Per unit Total Prosentase Penjualan (1000 unit) Rp. 1.000,00 Rp. 1.000.000,00 100 Biaya variabel Rp.400,00 Rp.400.000,00 40 Konstribusi marjin Rp. Rp.600.000,00 60 Biaya tetap Rp.450.000,00 45 Laba Rp.150.000,00 15 600,00 Dari perhitungan ini bisa direncanakan bahwa penjualan terendah perusahaan tidak menderita rugi. Sales = Biaya tetap + Biaya variabel + Laba Sales = 1000 x Biaya tetap = 450.000 Biaya variabel = 400 X X unit = 450.000 + 400 X + 0 1000 X – 400 X = 450.000 600 X = 450.000 X = 750 unit Penjualan terendah = 750 unit, untuk mengecek kebenaran kita kembalikan. 750 x 1000 = 450.000 + 300.000 + 0 750.000 = 750.000 Direct costing juga bermanfaat untu merencanakan perluasan daerah pemasaran dengan analisis kontribusi marjin. Contoh-contoh perusahaan masih mempunyai kapasitas menganggur dari mesinnya, dimana biaya tetap jumlahnya tidak berubah baik produksi penuh maupun kurang, misalnya : kapasitas produksi 100.000 unit kekuatan pasar 75.000 unit. Biaya variabel Rp. 600/unit. Biaya tetap Rp. 45.000,00 harga jual biasa = Rp. 1.000,00 tapi penjualan bisa diperluas dan volume akan bertambah menjadi 100.000 unit bila harga diturunkan menjadi Rp. 950/unit perencanaan itu akan dijalankan dengan melihat : Sebelum Perluasan Pasar Penjualan 75.000 @ Rp. 1.000 Sesudah Perluasan Pasar Rp. 75.000.000,00 Penjualan 100.000 @ Rp. 950 Rp. 95.000.000,00 Biaya Variabel Rp. 45.000.000,00 Rp. 60.000.000,00 Managerial Income Rp. 30.000.000,00 Rp. 35.000.000,00 Biaya Tetap Rp. 25.000.000,00 Rp. 25.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 Rp. 10.000.000,00 2. Direct Costing sebagai Petunjuk Penentuan Harga Jual Penentuan harga jual dalam pasaran bebas dengan persaingan sempurna dimana pembeli dan penjual sama-sama mempunyai kebebasan menentukan sikap (memilih barang, harga dan sebagainya), harga jual ditentukan oleh pasar (permintaan dan penawaran). Dalam keadaan seperti ini pada umumnya pasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Perusahaan-perusahaan yang menjual barangnya di pasar menamakan barangnya dengan nama yang berbeda-beda, harga yang berbeda-beda walaupun barangnya sama. 2. Perusahaan tidak bisa merubah harga tanpa akibat dalam persaingan. 3. Perusahaan baru sukar memasuki/memperoleh bagian pasar. Cara yang sering berhasil dalam merebut bagian yang lebih besar dari pasar dengan menentukan harga yang relatif lebih rendah dengan produk yang berkualifikasi sama dengan produk lain. Informasi kontribusi marjin dan direct costing sangat membantu dalam menentukan harga jual yang kompetitif, karena kontribusi marjin menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan dari biaya variabel (yang umumnya out of pocket cost). Bisa diperhitungkan dengan mengalikan kontribusi marjin/unit kali jumlah penjualan. Sedang biaya tetap akan tetap jumlahnya. Oleh karena itu tertutup tidaknya tergantung jumlah contribution margin yang didapat, selisih antara kontribusi marjin dan biaya tetap merupakan laba. Sebagai contoh lihat di atas (pada direct costing sebagai alat perencanaan laba), dengan contoh tersebut bisa ditentukan bahwa harga jual Rp. 950 lebih tepat (menguntungkan) bila dipakai dalam full costing akan sulit menentukan dengan tepat hal semacam ini. 3. Direct Costinguntuk Pengambilan Keputusan Manajemen Seringkali manajemen dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan. Banyak pengambilan keputusan mengenai masalah semacam ini bisa dipecahkan dengan pertolongan analisis kontribusi marjin atau direct costing. Seperti masalah memasuki pasar-pasar baru, perluasan usaha, memenuhi atau tidak pesanan khusus, membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu. Semua ini bisa dibantu oleh analisis kontribusi marjin atau direct costing. Contoh : Perusahaan mempunyai kapasitas normal mesin 1.000 unit masih dipakai 750 unit, harga jual di pasaran umum 1 unit seharga Rp. 1.000,00. Sebuah pabarik memesan 200 unit dengan harga Rp. 700,00 (di bawah harga pasar dan di bawah biaya produksi bila dihitung dengan full costing) pesanan ini tidak akan merusak harga pasar di pasaran umum). Baiay variabel per unit Rp. 500,00. Biaya tetap per unit Rp. 300,00 atau total Rp. 300.000,00 diterima atau tidak pesanan tersebut. Dengan direct costing bisa dianalisis sebagai berikut : Penjualan 750 x Rp. 1.000 Sebelum Ada Pesanan Rp. 750.000,00 Sesudah Ada Pesanan Penjualan (750 x Rp. 1.000) + (200 x Rp. 700) Biaya Variabel 750 x Rp. 500 Biaya Variabel 950 x Rp. 500 Rp. 890.000,00 Rp. 375.000,00 Rp. 475.000,00 Kontribusi Marjin Rp. 375.000,00 Rp. 415.000,00 Biaya Tetap Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00 Laba Rp. 75.000,00 Rp. 115.000,00 ANALISISBIAYA,VOLUME DAN LABA 4.2.1 Uraian dan Contoh Pada bagian yang membahas direct costing telah dibicarakan secara singkat manfaat metode tersebut,salah satu manfaat adalah penggunaannya dalam perencahaanlaba. Bagi manajemen sangat penting merencanakan sebelum operasi dimulai atau sebelum laba direalisir mengetahui seberapa besar laba akan diperoleh apabila volume penjualan sebesar "X" unit, berapa volume penjualan paling sedikit harus dicapai supaya perusahaan tidak nrenderita rugi, berapa batas hasil penjualan merupakan pertanda perusahaan bisa meneruskan atau tidak usahanya, dalam bagian ini dibahas semua hal yang berhubungan dengan analisis volume biaya dan laba. Break Even Point Analisis volume,biaya dan laba yang pertaraa kita bahas adalahbreak even point (BEP). Brekeven point adalah suatu keadaan dimana jumlah penjualan sa ma dengan jumlah biaya atau keadaan dimana perusahaan tidak me mperoleh laba dan tidak menderita rugi atau laba perusahaan sama dengan nol.Keadaan, ini penting diketahui perusahaan (Manajemen). Karena dengan mengetahui batas tersebut manajemen bisa mengambil sikap tentang kebijaksanaan pemasaran, harga dan sebagainya dan bisa merencanakan laba yang akan diperoleh. Break even point bisa dicari dengan pendekatan persamaan atau pendekatan grafik. Pendekatanpersamaan: Ada dua bentuk pendekatan persamaan a) Persamaan biasa b) Metode kontribusi marjin a) Persamaan Biasa Break ev en point den gan pendekatan p ers amaan bis a dap at dicari dengan raenencukan laba sama dengan no1. Penjualan - (Biaya Variabel + Biaya tetap) = Laba Karena laba dalam BEP sama dengan nol maka persamaan tersebut menjadi: Penjualan - (Biaya Variabel + Biaya Tetap) = 0 atau PENJUALAN BEP = BIAYA VARIABEL + BIAYA TETAP + U Contoh Seorang pengusaha akan menjual mainan anak-anak dengan harga jual Rp250,00 sebuah, biaya variabel tiap buah mainan Rp150,00 yaitu berupa karton dan kertas warna Rp100,00 per buah mainan serta upah yang mengerjakan setiap mainan Rp50,00 sedang biaya tetap yaitu terdiri dari penunggu scand di pasar malam dan sewa tenda sehari Rp7.5OO,OO. Dengan data tersebut bisa dihitung break even point dan volume penjualan mainan anak-anak tersebut sebagai berikut: Karena volume penjualan tidak diketahui, diumpamakan "X" maka BEP : 250 X =150 X + 7.500 250 X - 150 X = 7.500 100 X = 7.500 X = 75 Jadi volume terendah yang harus dicapai setiap hari agar perusahaantidak menderita rugi adalah 75 unit (75 buah mainan) atau 75 x Rp250,00 =Rp18.750,00. Kita coba untuk mengetes hasil tersebut dengan mengembalikan pada persamaannya. Rp250,00 x 75 = Rp150,00 x 75 + Rp7.500,00 Rp18.750,00 = Rp11.250,00 + Rp7.500,00 Dengan penjualan sebesar Rp18.750,00 tiap hari maka perusahaan tidak mendapat laba dan tidak menderita rugi atau pengusaha mainan anak-anak tersebut dalam bentuk Break Even Point dalam penjualan 75 unit mainan tiap hari dengan Rp18.750,00 bisa ditutup biaya variabel 75 x Rp 250,00 = Rp11.250,00 dan, biaya tetap Rp7.500,00 b) Metode kontribusi marjin Break even point bisa juga dicari dongan pendekatan Marginal Income (Contribution Margin). Kontribusi Marjin = Penjualan - Biaya variabel. Dalam contoh di atas contribution margin per unit = Rp250,00 Rp150,00 = Rp100,00 Break even point per unit BIAYA TETAP + LABA YANG DIINGINKAN KONTRIBUSI MARJIN = 7.500 + 0 100 = 75 Atau Break even point dalam rupiah Rp = Biaya trtap + Laba yang diinginkan Kontribusi marjin % = 7.500 + U 100 250 = 7.500 0.40 = 18.750 Atau = Biaya tetap Sales – Biaya variabel Sales = Biaya tetap Sales – Biaya variabel Sales Sales = BT BT = Biaya tetap BV = Biaya variabel BV P = Penjualan BEP1 =- 7.500 p 500 1– = 250 7500 7.500 = Pendekatan Grafik 1 – 0,60 = 18.750 0,40 Break even juga bisa dicari dengan pendekatan grafik. Pertama grafik biaya variabel, grafik biaya tetap dan grafik penjualan harus diketahui lebih dahulu. Kemudian menjadikan satu wadah untuk menemukan grafik break even point (titik BSP). Untuk contoh ambil data-data dalam contoh Biaya sebelumnya. (Rp) Biaya Penjualan (Rp) (Rp) 12.500 7.500 7.500 7.500 5.000 4.500 3.800 1.500 0 unit unit 10 20 30 Grafik Biaya Variabel 0 10 20 30 50 Grafik Biaya Tetap 2.000 0 unit 10 20 30 50 Grafik Penjualan Keterangan Gambar 3.1 Biaya variabel naik proporsional dengan kenaikan unit dalam unit 10 biaya variabel Rp1.500,00, 20 unit biaya variabel Rp3.000,00 dan seterusnya. Biaya tetap jumlahnya tetap Rp7.50O,00, walaupun unit berubah-ubah. Penjualan sifatnya juga proporsional dengan unit yang dijual, unit yang dijual 10 unit penjualan Rp2.500,00; penjualan 20 unit hasil penjualan Rp5.000,00 dan seterusnya langkah berikutnya. Menjadikan grafik biaya variabel dan tetap, menjadi satu grafik biaya yaitu menambahkan antara garis biaya variabel dan tetap hal ini bisa dilakukan biaya variabel lebih dahulu (dimulai dari nol) atau biaya variabel dimulai setelah biaya tetap. Gambar 3.2 Grafik Biaya Tetap dan Variabel Keterangan Gambar 3.2 - Padawaktuproduk di jual 20 unit biaya variableRp3.000,00 dan biaya tetap Rp7.500,00 atau biaya total = Rp10.500,00. - Pada waktu produk dijual 60 unit biaya variabel Rp9.000,00 biaya tetap Rp7.500,00 atau biaya total Rp16.500,00dan seterusnya. Tahap berikutnya menjadikan satu ketiga elemen break even point tersebut yaitu biaya variabel, biaya tetap dan penjualan dan akan bisa diketahui break even pointnya. Cara menggambar, grafik break even point ada dua cara: 1. Biaya variabel dari titik nol dan biaya tetap dari Rp7.500,00 2. Biaya variabel dari atas biaya tetap (Rp7.500,00) Grafik BEP cara I Grafik BEP cara II Ganbar 3.3 Pada tahap terakhir akan diketahui sekaligus break even point dalam unit dan dalam rupiah penjualan yaitu pada waktu penjualan Rp18.75O,OO terjadi break even point atau pada waktu penjualan berjumlah 75 unit. Unsur-unsur yang ada dalam grafik tersebut adalah: Gambar 3.4 Grafik Break Even Point menyeluruh Dari grafik tersebut bisa diketahui misalnya penjualan 60 unit dengan ditarik garis 50 unit maka tampak hasil penjualan hanya Rp12.500, biaya. variabel Rp7.5OO, biaya tetap Rp7.500, Biaya total Rp15.000 rugi Rp2.500, ada penurunan volume penjualan, begitu sebaliknya makin luas daerah laba makin menguntungkan. Laba yang diinginkan perusahaan Dengan analisis break even point perusahaan juga bisa merencanakan penjualan harus dicapai agar perusahaan mendapat Laba sejumlah yang diinginkan bisa dicapai dengan mencantumkan (menambahkan) Labayang diinginkan tersebut pada biaya dalam rumus break even point. Contoh 1 Pengusaha mainan anak-anak dalam contoh sebelumnya mengiginkan laba sebesar Rp 2.500 /hari. X = Jumlah penjualan yang harus direalisir Sales = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba yang diinginkan 250 X = 150 X + 7.5O0 + 2.500 250 X = 150 X = 10.000 100 X = 10.000 X = 100 Jumlah penjualan yang harus direalisir untuk mendapatkan Laba Rp2.500,00 adalah 100 unit. Tes Kebenaran RP % Penjualan 100 x 250 25.000 100 Biaya variabel 100 x 150 15.000 60 Kontribusi marjin 10.000 40 Biaya tetap 7.500 30 Laba 2.500 10 Atau kita masukkan ke Contribution Margin. dalam rumus BEP dengan memakai Unit yang harus terjual = Biaya tetap + Laba Kontribusi marjin per unit = 7.500 + 2.500 100 = 10.000 100 = 100 unit Atau Penjualan yang harus direalisir =Biaya tetap + Laba BV 1– P = 7.500 + 2.500 0,04 = Rp 25.000 Contoh 2 Perusahaan "Fitra" Laporan Rugi – laba Penjualan Rp 10.000.000,00 Biaya total Biaya variabel Rp 7.000.000,00 Biaya tetap Rp 5.000.000,00 Rugi Rp 12.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Catatan Perbandingan biaya variabel dengan penjualan selalu sama yaitu: 7.000.000 atau 10.000.000 70 100 Diminta : a) Apabila biaya tetap naik sebesar Rp 2.000.000,00 berupa penjualan harus direalisir supaya perusahaan bisa break even? b) Dengan biaya tetap seperti a dan perusahaan menginginkan labaRp1.000.000,00 berapa penjualan harus direalisir? Jawab a) X = Jumlah rupiah dalam break even point X = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba yang diinginkan X = 7.000.000 X + (5.000.000 + 2.000.000) + 0 10.000.000 X – 0,70 X = 7.000.000 X 0,30 X = 7.000.000 X = Rp 23.333.333,00 Tes Penjualan Rp 23.333.333,00 Biaya variabel (0,70 x 23.333.333,00) Rp 16.333.333,00 Kontribusi marjin = Rp 7.000.000,00 Biaya tetap = Rp 7.000.000,00 0 b) Jumlah rupiah harus direalisir = BT + Laba BV 1– P = 7.000.000 + 1.000.000 70 1– 100 = 8.000.000 0,30 = Rp 26.666.666,00 Tes Penjualan Biaya variabel 0,70 x 26.666.666,00 Rp 26.666.666,00 = Rp 18.666.666,00 Rp 8.000.000,00 Biaya tetap Rp 7.000.000,00 Laba Rp 1.000.000,00 Anggapan-anggapan yang Mendasari Analsis Break Even Point Analisis break even point tidak bisa diterapkan dalam semua kondisi untuk mengetrapkan break even point. Ada satu set anggapan yang mendasari perhitungan tersebet. Anggapan itu antara lain : 1) Tingkah laku biaya dan pendapatan ditentukan pada batas yang telahdi budgetkan (direncanakan). 2) Semua biaya bisa dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel. 3) Biaya tetap akan tetap jumlahnya pada kapasitas yang telahdibudgetkan (direncanakan). 4) Biaya variabel naik/turun secara dengannaik/turunnya penjualan. 5) Harga jual tidak berubah. 6) Biaya-biaya tidak berubah. 7) Produktivitas dan efisiensi tidak berubah. proporsional sesuai