BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sintesis alkohol dari nasi limbah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sintesis alkohol dari nasi limbah rumah makan
Dalam kimia organik, istilah alkohol merupakan nama satuan golongan senyawa
organik yang tersusun dari unsur-unsur C, H dan O dengan struktur yang khas. Bila ditinjau
dari kemanfaatannya dalam sintesis senyawa organik, alkohol mempunyai peranan penting.
Hal ini karena alkohol dapat dibuat menjadi berbagai senyawa organik yang termasuk
golongan lain, misalnya alkil halida, aldehida, keton dan asam karboksilat. Disamping
sebagai bahan dasar dalam sintesis, alkohol seringkali digunakan sebagai pelarut untuk
melangsungkan sejumlah reaksi organik, misalnya metanol digunakan sebagai bahan anti
pembekuan, etanol digunakan sebagai sumber panas karena mempunyai nyala yang jernih
dan panas, dan lauril alkohol digunakan dalam pembuatan deterjen (Fatmawati: 2004)
Alkohol juga dapat disintesis dari bahan pangan yang memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi dengan proses hidrolisis dan fermentasi. salah satu bahan pangan
yang bisa disintesis menjadi alkohol yakni limbah nasi rumah makan.
Menurut (Muda: 2006) nasi adalah beras yang sudah dimasak (sudah ditanak).
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia
lain) yang telah direbus atau ditanak (Wifitri: 2011).
Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih.
Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna
berasnya. Sedangkan ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa (1-2 %) dan
hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Setiap hari tubuh kita
terus menerus menerima asupan karbohidrat dari makanan yang kita makan, khususnya nasi.
Nasi yang merupakan polisakarida merupakan makanan sumber karbohidrat, dalam hal ini
adalah kelompok amilum. Amilum, atau bahasa sehari-harinya
sehari harinya adalah pati terdapat pada
umbi, daun, batang dan biji-bijian
bijian (Fessenden & Fessenden: 1991)
Amilum terdiri atas
tas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
kedua duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (kira-kira
(kira
20-28%) dan 80% amilopektin. Amilosa merupakan
komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya amilosa
menyusun pati 17 – 21%, yang terdiri atas polimer linear dari α-D-glukosa
glukosa yang dihubungkan
secara -1,4’ (Fessenden & Fessenden. 1991)
Gambar 1. Struktur amilosa
(Sumber :Fessenden & Fessenden. 1991)
Amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai rantai cabang, terdiri dari
satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan α-(1,4) D-glukosa
glukosa dan α-(1,6)
α
D-glukosa.
Amilopektin tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti
sep
butanol
(Nurdianti: 2007)
Gambar 2. Struktur amilopektin
(Sumber: Fessenden & Fessenden. 1991)
Amilopektin merupakan suatu glukosa yang jauh lebih besar daripada amilosa, yakni
mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul, seperti rantai dalam amilosa, rantai
utama dari amilopektin mengandung 1,4’-α-D-glukosa. Tidak seperti amilosa, amilopektin
bercabang sehingga terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan
pada titik percabangan ialah ikatan 1,6’-α-glikosida (Fessenden & Fessenden. 1991)
Nasi biasanya dibuat dengan beranekaragaman bentuk dan bermacam citarasa yang
berbeda-beda. Namun tidak banyak yang bisa di gunakan atau dimaanfatkan jika nasi sudah
menjadi limbah. Limbah nasi rumah makan yaitu nasi yang sudah mengalami pembusukan
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap (Anonim; 2008).
Gambar 3. Nasi
Berdasarkan uraian diatas nasi dapat diartikan sebagai beras yang sudah di masak.
Sedangkan limbah nasi rumah makan adalah nasi yang sudah mengalami pembusukan dan
menimbulkan bau yang tidak sedap. Sehingga nasi tersebut tidak layak untuk dikonsumsi
manusia.
2.2 Hidrolisis
Menurut (Mulyono: 2006) bahwa hidrolisis adalah reaksi yang terjadi antara suatu
senyawa dan air dengan membentuk reaksi kesetimbangan; selain bereaksi air juga berperan
sebagai medium reaksi sedangkan senyawanya dapat berupa senyawa anorganik maupun
senyawa organik. Sedangkan menurut (Dyah dan Wasir: 2011) bahwa hidrolisis adalah reaksi
kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga
dekomposisi suatu larutan dpengionan molekul air ataupun peruraian senyengan
menggunakan air. Proses ini melibatkan awa yang lain.
Hidrolisis diterapkan pada reaksi kimia yang berupa organik atau anorganik dimana
air mempengaruhi dekomposisi ganda dengan campuran yang lain, hidrogen akan
membentuk satu komponen dan hidroksil ke komponen yang lain.
Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk
memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan
katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis tersebut
berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan
asam klorida.
Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan reaksi yang
terbentuk sebagai berikut.
HCl
(C6H10O5)n + nH2O
Pati
air
n(C6H12O6)
glukosa
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hidrolisis adalah suatu reaksi
yang terjadi antara air dengan suatu senyawa (organik atau anorganik) dengan membentuk
suatu reaksi kesetimbangan.
2.3 Uji Fehling
Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Pereaksi ini
dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi juga dapat
direduksi oleh reduktor lain. Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling
B adalah larutan natrium kalium tatrat dan NaOH dalam air. Pereaksi fehling digunakan
dengan mencampurkan fehling A dan Fehling B dengan campuran yang sama. Dalam
pereaksi ini ion Cu²+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
menjadi Cu2O. Fehling B berfungsih mencegah Cu²+ mengendap (Anwar,dkk: 1996)
Aldehid mereduksi larutan fehling menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna
kuning atau merah.
O
R
C + 2Cu2+ [tatrat] + 5 OHH
O
R
C + Cu2O + 3H2O
O-
Uji fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi.
Jika terdapat gula pereduksi, warna biru dari pereaksi fehling akan hilang dan endapan merah
atau kuning dari Cu2O akan terbentuk
2.4 Fermentasi
Istilah fermentasi berasal dari bahasa latin “Ferverve” yang berarti bergelembung.
Penggelembungan ini diamati pada peragian ekstrak buah-buahan yang disebabkan keluarnya
gelembung-gelembung karbon dioksida, reaksi anaerob dari gula yang terkandung didalam
bahan-bahan yang diragikan. Proses fermentasi berlangsung dapat dilihat pada gambar 4
berikut.
Gambar 4. Fermentasi sedang berlangsung
Fermentasi merupakan proses produksi energi sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor electron eksternal (Eddy 2003 dalam Ikmawati
2011). Sedangkan menurut (Mulyono: 2006) bahwa, fermentasi adalah proses kimia yang
berlangsung oleh adanya mikroorganisme yang mengkatalis reaksi. Dan menurut (Pradani
dkk: 2009) bahwa fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan struktur kimia dari
bahan-bahan organik dengan memanfaatkan aktivitas agen-agen biologis terutama enzim
sebagai biokatalis.
Pada fermentasi yang normal akan terjadi konversi karbohidrat menjadi alkohol.
Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan tersebut. Tetapi cara
tersebut biasanya berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan
mikroba yang tidak dikehendaki lebih cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan
biasanya ditambahkan mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun starter (bahan
yang telah mengalami fermentasi).
Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae terjadi serangkaian reaksi yang
bersifat merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energi serta serangkaian reaksi
lain yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi.
Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan fermentasi
terhadapat makromolekul seperti karbohidrat, akan tetapi enzim yang disekresikan oleh
mikroba tersebut mampu memutuskan ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi
alkohol atau asam.
Fermentasi alkohol dapat didefinisikan sebagai proses penguraian gula menjadi
alkohol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba.
Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah perubahan glukosa menjadi etanol
oleh S. cereviseae.
C6H12O6 S. cereviseae
Glukosa enzim zimosa
2C2H5OH+ 2CO2
etanol
Manusia memanfaatkan Saccharomyces cereviseae untuk melangsungkan fermentasi,
baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung alkohol. Jenis mikroba ini
mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alkohol dan gas CO2 secara cepat
dan efisien (Sudarmadji K. 1989).
Proses fermentasi secara umum bisa dilakukan dengan penambahan ragi. Ragi adalah
kelompok jamur uniseluler berukuran lima hingga dua puluh mikron yang umum
dipergunakan untuk fermentasi roti dan minuman beralkohol, lebih dari seribu spesies ragi
telah teridentifikasi hingga saat ini dan yang paling umum dipergunakan adalah
Saccharomyces cerevisiae.
Gambar 5. Saccharomyces cerevisiae Hansen
Saccharomyces cerevisiae adalah ragi dari famili saccharomycetaceae. Famili
Saccharomycetaceae adalah famili ragi dari ordo saccharomycetales yang bereproduksi
dengan pembentukan tunas. Saccharomyces cerevisiae telah lama dimanfaatkan dalam
pembuatan roti dan minuman beralkohol. Ragi Saccharomyces cerevisiae diperoleh dari hasil
isolasi mikroorganisme pada kulit anggur. Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh secara
aerob pada substrat glukosa, maltose, laktosa dan selobiosa. Fruktosa dan galaktosa
merupakan substrat terbaik untuk pertumbuhan ragi ini.
Fermentasi alkohol dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah
1) Media. Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama
glukosa dan pati dapat digunakan sebagai abstrak dalam prosess fermentasi alkoholik.
2) Suhu. Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan aktivitasinya
adalah 25-35oC. Suhu memegang peranan penting, karena secara langsung dapat
mempengaruhi aktivitas Saccharomyces cereviseae dan secara tidak langsung akan
mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan.
3) Jenis mikroba. Mikroorganisme yang mampu menguraikan pati atau senyawasenyawa polisakarida menjadi alkohol adalah jenis khamir, dan yang paling banyak
yaitu Saccharomyces cerevisiae.
4) Jenis mikroba. Mikroorganisme yang mampu menguraikan pati atau senyawasenyawa polisakarida menjadi alkohol adalah jenis khamir, dan yang paling banyak
yaitu Saccharomyces cerevisiae.
5) Nutrisi. Saccharomyces cereviseae memerlukan karbon, sumber nitrogen, vitamin dan
mineral dalam pertumbuhannya. Vitamin yang dibutuhkan seperti biotin dan tiamin,
sedangkan mineral yang diperlukan dalam pertumbuhannya seperti phospat, kalium,
sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga.
6) pH. Substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat Saccharomyces cereviseae
yaitu pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada kondisi pH 4 – 6.
Menurut (Saroso: 1998) bahwa pertumbuhan khamir dapat berlangsung dengan baik
pada pH 4-6, dimana kondisi ini sangat ideal untuk fermentasi alkoholik.
7) Oksigen. Fermentasi etanol berlangsung anaerobik, dalam kondisi tanpa oksigen
tersebut ragi akan menggunakan glukosa sebagai sumber energinya dan membentuk
etanol dan karbon dioksida sebagai metabolitnya.
8) Waktu fermentasi. Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya
terlalu cepat Saccharomyces cereviseae masih dalam masa pertumbuhan sehingga
alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama Saccharomyces
cereviseae akan mati maka alkohol yang dihasilkan tidak maksimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fermentasi adalah proses penguraian
yang ditimbulkan oleh bakteri pada substrak organik dalam kondisi aerob maupun anaerob.
Pada umumnya proses penghasil alkohol secara fermentasi dilakukan oleh khamir
genus (Saccharomyces, Saccharomycodes, Schizosacchoromyces, Kloeckera, Hansenula, dan
lain-lain) tetapi yang umumnya digunakan ialah Saccharomyces cereviseae karena jenis ini
berproduksi tinggi, toleran terhadap kadar alcohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan
terhadap gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu (4-32)oC.
Mikroorganisme lain yang dapat memfermentasi glukosa menjadi alkohol, misalnya
Zymomonas sp. (penghasil tuak), bakteri Thermoanaerobium brockii dan jamur Rhizopus sp.
(Buckle, 1987 dalam Ikmawati, 2011)
Proses pertumbuhan mikroba sangat dinamik dan kinetikanya dapat digunakan untuk
meramal produksi biomassa dalam suatu proses fermentasi. faktor utama yang dipengaruhi
pertumbuhan dan perilaku mikroba dapat digolongkan dalam faktor intraseluler meliputi
kondisi linkungan seperti pH, suhu, tekanan.
Menurut (Hamdiyanti: 2006) proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang
memiliki batas tertentu. Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digunakan dalam suatu
kurva pertumbuhan. Pertumbuahan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap antara lain
fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase kematian.
Gambar 6. Pertumbuhan Mikroba
Fase Lag/Adaptasi. Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase. Pada
fase ini bakteri belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian sel bakteri mati, hingga
hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup. Ukuran sel membesar yang disebabkan oleh
adanya pemasukan air imbibisi ke dalam sel. Secara teoritis, keadaan laten atau lag dari
populasi bakteri ini diakibatkan oleh pasokan metabolit yang tidak mencukupi, atau oleh
tidak aktifnya suatu enzim hingga keseluruhan metabolisme terhambat. Ini disebabkan oleh
keberadaan sel bakteri dalam lingkungan baru sehingga sel harus menyesuaikan diri dalam
lingkungan yang baru tersebut.
Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial. Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan
konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi
oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan
termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih
banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan
lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan
a) Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
b) Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan
mikroba.
Fase Stationer. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama
dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap
membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel
kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase
logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin,
radiasi, dan bahan-bahan kimia.
Fase Kematian. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian. karena
beberapa sebab yaitu.
1) Nutrien di dalam medium sudah habis.
2) Energi cadangan di dalam sel habis. Kecepatan kematian bergantung pada kondisi
nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.
2.5 Alkohol
Alkohol berasal dari bahasa arab yakni Al-kuhl (al kohl), artinya senyawa yang
mudah menguap. Bahan organik ini adalah salah satu senyawa kimia tertua yang telah
dikenal umat manusia. Alkohol berupa larutan jernih tak berwarna, beraroma khas, berwujud
cair pada temperatur kamar dan mudah terbakar.
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hidroksil (-OH) dengan dua atom
karbon (C). Jenis alkohol yang banyak digunakan adalah C2H5OH (etanol) dan C3H7OH
(isopropil). Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol
atau metil karbonil dengan rumus kimia C2H5OH, (Prihandana, 2007)
Menurut (Sukarmin: 2004) mengatakan bahwa alkohol adalah senyawa karbon yang
memiliki gugus fungsi OH. Menurut (Mulyono: 2006) mengatakan bahwa alkohol adalah
senyawa karbon yang mengandung gugus hidriksil (-OH) dengan rumus umum CnH2n+1-OH.
Yang merupakan turunan (derivat) dari alkana. Dan menurut (Beddu: 2002) alkohol adalah
gugus –OH yang terikat pada atom karbon alifatik.
Berdasarkan strukturnya, alkohol dapat dibagi menjadi 3 golongan yang didasarkan
pada atom karbon yang mengikat gugus hidriksil (-OH).
1) Alkohol primer (1o) adalah suatu alkohol dimana gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom
karbon primer, yaitu karbon yang mengikat suatu atom karbon yang lain. Contohnya:
CH3-CH2-OH (etanol).
2) Alkohol sekunder (2o) adalah suatu alkohol dimana gugus hidroksil (-OH) terikat pada
atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat 2 atom karbon yang lain.
Contohnya: CH3-CH-OH (isopropil alkohol)
CH3
3) alkohol tersier (3o) adalah Alkohol tersier (3o) adalah suatu alkohol dimana gugus
hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat tiga
atom karbon yang lain.
Contohnya:
CH3
CH3-C-OH (2- metal-2-propanol)
CH3
Berdasarkan penggolongan, alkohol juga memiliki sifat fisik dan sifat kimia. Adapun sifat
fisik alkohol yaitu
1)
bentuk dan wujud. Alkohol monohidroksil suku rendah (1- 4 atom C) berupa cairan
sedangkan alkohol yang mengandung 12 atau lebih atom C berupa zat padat.
2)
Warna dan bau. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
3)
Titik didih. Titik didih alkohol sangat tinggi. Tingginya titik didih alkohol karena
alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen. Semakin panjang rantai karbon, dan makin
besar berat molekulnya, maka titik didih alkohol semakin tinggi. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya pengaruh ruang dan ikatan hidrogen. Titik didih alkohol dapat dilihat pada
tabel 1 berikut.
Tabel 1. Titik didih alkohol
No
Alkohol
T.d oC
1. CH3OH
64,5
2. CH3CH2OH
78,3
3. CH3CH2CH2OH
97,2
4. HOCH2CH2OH
197
(Sumber: Fessenden & Fessenden. 1991)
Adapun sifat kimia Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara sesame alkohol
maupun dengan air. Struktur ikatan hidrogennya adalah:
Alkohol dengan alkohol: R O
H
H
Alkohol dengan air: R
Keterangan :
O
R
O
H O
H
R
= ikatan karbon jenuh
= ikatan hidrogen
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alkohol adalah senyawa karbon yang
memiliki gugus hidroksil (-OH) dengan dua atau lebih atom karbon (C).
Beberapa alkohol dapat diperoleh dari proses fermentasi. produksi etanol misalnya
diperoleh dari dari kentang, beras atau sejenisnya. Etanol (CH3CH2OH), tidak berwarna, larut
dalam air, kadang-kadang disebut alkohol padi-padian (grain) karena dapat diperoleh dengan
cara fermentasi dari padi-padian. Sebenarnya, fermentasi dari semua bahan yang
mengandung karbohidrat, seperti anggur, molase, dan kentang, juga padi, menghasilkan
etanol.
enzim
Karbohidrat
enzim
C6H12O6
Glukosa
2CH3CH2OH
Etanol
Etanol dipakai untuk minuman dan gas alkohol yang dibuat secara fermentasi. Etanol yang
dipakai sebagai pelarut di buat melalui reaksi hidrasi senyawa etilen, melalui persamaan
reaksi.
H+
CH2=CH2 + H2O
CH3CH2OH
Panas
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007)
Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan
pangan yang mengandung pati,seperti ubi kayu, ubi jalar, nasi, jagung, dan sagu. Bioetanol
secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran bahan
bakar untuk kendaraan (Khairani: 2007).
Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan lebih
tinggi 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 92. Hal ini
menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk
memperbesar nilai oktan. Zat aditif seperti metil tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif
tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan
bakar yang tidak mengkomulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relative kompetibel dengan
mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang
sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin: 2007).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bioetanol adalah etanol yang diproduksi
dengan proses fermentasi dengan bahan baku nabati. Bioetanol diproses dari biomassa
tumbuhan yang mengandung karbohidrat. Proses fermentasi melalui bantuan mikroorganisme
yakni ragi (Saccromices). Penamaan bio adalah untuk membedakannya dari etanol yang
diproses dari minyak bumi. Etanol termasuk satu jenis dari beberapa senyawa alkohol.
Download