BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sintesis alkohol dari nasi limbah rumah makan Dalam kimia organik, istilah alkohol merupakan nama satuan golongan senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur C, H dan O dengan struktur yang khas. Bila ditinjau dari kemanfaatannya dalam sintesis senyawa organik, alkohol mempunyai peranan penting. Hal ini karena alkohol dapat dibuat menjadi berbagai senyawa organik yang termasuk golongan lain, misalnya alkil halida, aldehida, keton dan asam karboksilat. Disamping sebagai bahan dasar dalam sintesis, alkohol seringkali digunakan sebagai pelarut untuk melangsungkan sejumlah reaksi organik, misalnya metanol digunakan sebagai bahan anti pembekuan, etanol digunakan sebagai sumber panas karena mempunyai nyala yang jernih dan panas, dan lauril alkohol digunakan dalam pembuatan deterjen (Fatmawati: 2004) Alkohol juga dapat disintesis dari bahan pangan yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dengan proses hidrolisis dan fermentasi. salah satu bahan pangan yang bisa disintesis menjadi alkohol yakni limbah nasi rumah makan. Menurut (Muda: 2006) nasi adalah beras yang sudah dimasak (sudah ditanak). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia lain) yang telah direbus atau ditanak (Wifitri: 2011). Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna berasnya. Sedangkan ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa (1-2 %) dan hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Setiap hari tubuh kita terus menerus menerima asupan karbohidrat dari makanan yang kita makan, khususnya nasi. Nasi yang merupakan polisakarida merupakan makanan sumber karbohidrat, dalam hal ini adalah kelompok amilum. Amilum, atau bahasa sehari-harinya sehari harinya adalah pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian bijian (Fessenden & Fessenden: 1991) Amilum terdiri atas tas dua macam polisakarida yang kedua-duanya kedua duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira (kira 20-28%) dan 80% amilopektin. Amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya amilosa menyusun pati 17 – 21%, yang terdiri atas polimer linear dari α-D-glukosa glukosa yang dihubungkan secara -1,4’ (Fessenden & Fessenden. 1991) Gambar 1. Struktur amilosa (Sumber :Fessenden & Fessenden. 1991) Amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan α-(1,4) D-glukosa glukosa dan α-(1,6) α D-glukosa. Amilopektin tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti sep butanol (Nurdianti: 2007) Gambar 2. Struktur amilopektin (Sumber: Fessenden & Fessenden. 1991) Amilopektin merupakan suatu glukosa yang jauh lebih besar daripada amilosa, yakni mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul, seperti rantai dalam amilosa, rantai utama dari amilopektin mengandung 1,4’-α-D-glukosa. Tidak seperti amilosa, amilopektin bercabang sehingga terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan pada titik percabangan ialah ikatan 1,6’-α-glikosida (Fessenden & Fessenden. 1991) Nasi biasanya dibuat dengan beranekaragaman bentuk dan bermacam citarasa yang berbeda-beda. Namun tidak banyak yang bisa di gunakan atau dimaanfatkan jika nasi sudah menjadi limbah. Limbah nasi rumah makan yaitu nasi yang sudah mengalami pembusukan sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap (Anonim; 2008). Gambar 3. Nasi Berdasarkan uraian diatas nasi dapat diartikan sebagai beras yang sudah di masak. Sedangkan limbah nasi rumah makan adalah nasi yang sudah mengalami pembusukan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sehingga nasi tersebut tidak layak untuk dikonsumsi manusia. 2.2 Hidrolisis Menurut (Mulyono: 2006) bahwa hidrolisis adalah reaksi yang terjadi antara suatu senyawa dan air dengan membentuk reaksi kesetimbangan; selain bereaksi air juga berperan sebagai medium reaksi sedangkan senyawanya dapat berupa senyawa anorganik maupun senyawa organik. Sedangkan menurut (Dyah dan Wasir: 2011) bahwa hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dpengionan molekul air ataupun peruraian senyengan menggunakan air. Proses ini melibatkan awa yang lain. Hidrolisis diterapkan pada reaksi kimia yang berupa organik atau anorganik dimana air mempengaruhi dekomposisi ganda dengan campuran yang lain, hidrogen akan membentuk satu komponen dan hidroksil ke komponen yang lain. Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida. Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan reaksi yang terbentuk sebagai berikut. HCl (C6H10O5)n + nH2O Pati air n(C6H12O6) glukosa Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hidrolisis adalah suatu reaksi yang terjadi antara air dengan suatu senyawa (organik atau anorganik) dengan membentuk suatu reaksi kesetimbangan. 2.3 Uji Fehling Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B adalah larutan natrium kalium tatrat dan NaOH dalam air. Pereaksi fehling digunakan dengan mencampurkan fehling A dan Fehling B dengan campuran yang sama. Dalam pereaksi ini ion Cu²+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi Cu2O. Fehling B berfungsih mencegah Cu²+ mengendap (Anwar,dkk: 1996) Aldehid mereduksi larutan fehling menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna kuning atau merah. O R C + 2Cu2+ [tatrat] + 5 OHH O R C + Cu2O + 3H2O O- Uji fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Jika terdapat gula pereduksi, warna biru dari pereaksi fehling akan hilang dan endapan merah atau kuning dari Cu2O akan terbentuk 2.4 Fermentasi Istilah fermentasi berasal dari bahasa latin “Ferverve” yang berarti bergelembung. Penggelembungan ini diamati pada peragian ekstrak buah-buahan yang disebabkan keluarnya gelembung-gelembung karbon dioksida, reaksi anaerob dari gula yang terkandung didalam bahan-bahan yang diragikan. Proses fermentasi berlangsung dapat dilihat pada gambar 4 berikut. Gambar 4. Fermentasi sedang berlangsung Fermentasi merupakan proses produksi energi sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor electron eksternal (Eddy 2003 dalam Ikmawati 2011). Sedangkan menurut (Mulyono: 2006) bahwa, fermentasi adalah proses kimia yang berlangsung oleh adanya mikroorganisme yang mengkatalis reaksi. Dan menurut (Pradani dkk: 2009) bahwa fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan aktivitas agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis. Pada fermentasi yang normal akan terjadi konversi karbohidrat menjadi alkohol. Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan tersebut. Tetapi cara tersebut biasanya berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan mikroba yang tidak dikehendaki lebih cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan biasanya ditambahkan mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun starter (bahan yang telah mengalami fermentasi). Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae terjadi serangkaian reaksi yang bersifat merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energi serta serangkaian reaksi lain yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi. Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan fermentasi terhadapat makromolekul seperti karbohidrat, akan tetapi enzim yang disekresikan oleh mikroba tersebut mampu memutuskan ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi alkohol atau asam. Fermentasi alkohol dapat didefinisikan sebagai proses penguraian gula menjadi alkohol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah perubahan glukosa menjadi etanol oleh S. cereviseae. C6H12O6 S. cereviseae Glukosa enzim zimosa 2C2H5OH+ 2CO2 etanol Manusia memanfaatkan Saccharomyces cereviseae untuk melangsungkan fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung alkohol. Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alkohol dan gas CO2 secara cepat dan efisien (Sudarmadji K. 1989). Proses fermentasi secara umum bisa dilakukan dengan penambahan ragi. Ragi adalah kelompok jamur uniseluler berukuran lima hingga dua puluh mikron yang umum dipergunakan untuk fermentasi roti dan minuman beralkohol, lebih dari seribu spesies ragi telah teridentifikasi hingga saat ini dan yang paling umum dipergunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Gambar 5. Saccharomyces cerevisiae Hansen Saccharomyces cerevisiae adalah ragi dari famili saccharomycetaceae. Famili Saccharomycetaceae adalah famili ragi dari ordo saccharomycetales yang bereproduksi dengan pembentukan tunas. Saccharomyces cerevisiae telah lama dimanfaatkan dalam pembuatan roti dan minuman beralkohol. Ragi Saccharomyces cerevisiae diperoleh dari hasil isolasi mikroorganisme pada kulit anggur. Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh secara aerob pada substrat glukosa, maltose, laktosa dan selobiosa. Fruktosa dan galaktosa merupakan substrat terbaik untuk pertumbuhan ragi ini. Fermentasi alkohol dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah 1) Media. Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama glukosa dan pati dapat digunakan sebagai abstrak dalam prosess fermentasi alkoholik. 2) Suhu. Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan aktivitasinya adalah 25-35oC. Suhu memegang peranan penting, karena secara langsung dapat mempengaruhi aktivitas Saccharomyces cereviseae dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan. 3) Jenis mikroba. Mikroorganisme yang mampu menguraikan pati atau senyawasenyawa polisakarida menjadi alkohol adalah jenis khamir, dan yang paling banyak yaitu Saccharomyces cerevisiae. 4) Jenis mikroba. Mikroorganisme yang mampu menguraikan pati atau senyawasenyawa polisakarida menjadi alkohol adalah jenis khamir, dan yang paling banyak yaitu Saccharomyces cerevisiae. 5) Nutrisi. Saccharomyces cereviseae memerlukan karbon, sumber nitrogen, vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya. Vitamin yang dibutuhkan seperti biotin dan tiamin, sedangkan mineral yang diperlukan dalam pertumbuhannya seperti phospat, kalium, sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga. 6) pH. Substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat Saccharomyces cereviseae yaitu pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada kondisi pH 4 – 6. Menurut (Saroso: 1998) bahwa pertumbuhan khamir dapat berlangsung dengan baik pada pH 4-6, dimana kondisi ini sangat ideal untuk fermentasi alkoholik. 7) Oksigen. Fermentasi etanol berlangsung anaerobik, dalam kondisi tanpa oksigen tersebut ragi akan menggunakan glukosa sebagai sumber energinya dan membentuk etanol dan karbon dioksida sebagai metabolitnya. 8) Waktu fermentasi. Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya terlalu cepat Saccharomyces cereviseae masih dalam masa pertumbuhan sehingga alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama Saccharomyces cereviseae akan mati maka alkohol yang dihasilkan tidak maksimal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fermentasi adalah proses penguraian yang ditimbulkan oleh bakteri pada substrak organik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Pada umumnya proses penghasil alkohol secara fermentasi dilakukan oleh khamir genus (Saccharomyces, Saccharomycodes, Schizosacchoromyces, Kloeckera, Hansenula, dan lain-lain) tetapi yang umumnya digunakan ialah Saccharomyces cereviseae karena jenis ini berproduksi tinggi, toleran terhadap kadar alcohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan terhadap gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu (4-32)oC. Mikroorganisme lain yang dapat memfermentasi glukosa menjadi alkohol, misalnya Zymomonas sp. (penghasil tuak), bakteri Thermoanaerobium brockii dan jamur Rhizopus sp. (Buckle, 1987 dalam Ikmawati, 2011) Proses pertumbuhan mikroba sangat dinamik dan kinetikanya dapat digunakan untuk meramal produksi biomassa dalam suatu proses fermentasi. faktor utama yang dipengaruhi pertumbuhan dan perilaku mikroba dapat digolongkan dalam faktor intraseluler meliputi kondisi linkungan seperti pH, suhu, tekanan. Menurut (Hamdiyanti: 2006) proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang memiliki batas tertentu. Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digunakan dalam suatu kurva pertumbuhan. Pertumbuahan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap antara lain fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase kematian. Gambar 6. Pertumbuhan Mikroba Fase Lag/Adaptasi. Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase. Pada fase ini bakteri belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian sel bakteri mati, hingga hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup. Ukuran sel membesar yang disebabkan oleh adanya pemasukan air imbibisi ke dalam sel. Secara teoritis, keadaan laten atau lag dari populasi bakteri ini diakibatkan oleh pasokan metabolit yang tidak mencukupi, atau oleh tidak aktifnya suatu enzim hingga keseluruhan metabolisme terhambat. Ini disebabkan oleh keberadaan sel bakteri dalam lingkungan baru sehingga sel harus menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru tersebut. Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial. Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan a) Nutrien di dalam medium sudah berkurang. b) Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Fase Stationer. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia. Fase Kematian. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian. karena beberapa sebab yaitu. 1) Nutrien di dalam medium sudah habis. 2) Energi cadangan di dalam sel habis. Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba. 2.5 Alkohol Alkohol berasal dari bahasa arab yakni Al-kuhl (al kohl), artinya senyawa yang mudah menguap. Bahan organik ini adalah salah satu senyawa kimia tertua yang telah dikenal umat manusia. Alkohol berupa larutan jernih tak berwarna, beraroma khas, berwujud cair pada temperatur kamar dan mudah terbakar. Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hidroksil (-OH) dengan dua atom karbon (C). Jenis alkohol yang banyak digunakan adalah C2H5OH (etanol) dan C3H7OH (isopropil). Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol atau metil karbonil dengan rumus kimia C2H5OH, (Prihandana, 2007) Menurut (Sukarmin: 2004) mengatakan bahwa alkohol adalah senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi OH. Menurut (Mulyono: 2006) mengatakan bahwa alkohol adalah senyawa karbon yang mengandung gugus hidriksil (-OH) dengan rumus umum CnH2n+1-OH. Yang merupakan turunan (derivat) dari alkana. Dan menurut (Beddu: 2002) alkohol adalah gugus –OH yang terikat pada atom karbon alifatik. Berdasarkan strukturnya, alkohol dapat dibagi menjadi 3 golongan yang didasarkan pada atom karbon yang mengikat gugus hidriksil (-OH). 1) Alkohol primer (1o) adalah suatu alkohol dimana gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon primer, yaitu karbon yang mengikat suatu atom karbon yang lain. Contohnya: CH3-CH2-OH (etanol). 2) Alkohol sekunder (2o) adalah suatu alkohol dimana gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat 2 atom karbon yang lain. Contohnya: CH3-CH-OH (isopropil alkohol) CH3 3) alkohol tersier (3o) adalah Alkohol tersier (3o) adalah suatu alkohol dimana gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat tiga atom karbon yang lain. Contohnya: CH3 CH3-C-OH (2- metal-2-propanol) CH3 Berdasarkan penggolongan, alkohol juga memiliki sifat fisik dan sifat kimia. Adapun sifat fisik alkohol yaitu 1) bentuk dan wujud. Alkohol monohidroksil suku rendah (1- 4 atom C) berupa cairan sedangkan alkohol yang mengandung 12 atau lebih atom C berupa zat padat. 2) Warna dan bau. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna dan memiliki bau yang khas. 3) Titik didih. Titik didih alkohol sangat tinggi. Tingginya titik didih alkohol karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen. Semakin panjang rantai karbon, dan makin besar berat molekulnya, maka titik didih alkohol semakin tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pengaruh ruang dan ikatan hidrogen. Titik didih alkohol dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Titik didih alkohol No Alkohol T.d oC 1. CH3OH 64,5 2. CH3CH2OH 78,3 3. CH3CH2CH2OH 97,2 4. HOCH2CH2OH 197 (Sumber: Fessenden & Fessenden. 1991) Adapun sifat kimia Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara sesame alkohol maupun dengan air. Struktur ikatan hidrogennya adalah: Alkohol dengan alkohol: R O H H Alkohol dengan air: R Keterangan : O R O H O H R = ikatan karbon jenuh = ikatan hidrogen Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alkohol adalah senyawa karbon yang memiliki gugus hidroksil (-OH) dengan dua atau lebih atom karbon (C). Beberapa alkohol dapat diperoleh dari proses fermentasi. produksi etanol misalnya diperoleh dari dari kentang, beras atau sejenisnya. Etanol (CH3CH2OH), tidak berwarna, larut dalam air, kadang-kadang disebut alkohol padi-padian (grain) karena dapat diperoleh dengan cara fermentasi dari padi-padian. Sebenarnya, fermentasi dari semua bahan yang mengandung karbohidrat, seperti anggur, molase, dan kentang, juga padi, menghasilkan etanol. enzim Karbohidrat enzim C6H12O6 Glukosa 2CH3CH2OH Etanol Etanol dipakai untuk minuman dan gas alkohol yang dibuat secara fermentasi. Etanol yang dipakai sebagai pelarut di buat melalui reaksi hidrasi senyawa etilen, melalui persamaan reaksi. H+ CH2=CH2 + H2O CH3CH2OH Panas Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007) Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati,seperti ubi kayu, ubi jalar, nasi, jagung, dan sagu. Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan (Khairani: 2007). Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan lebih tinggi 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 92. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan. Zat aditif seperti metil tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak mengkomulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relative kompetibel dengan mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin: 2007). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan proses fermentasi dengan bahan baku nabati. Bioetanol diproses dari biomassa tumbuhan yang mengandung karbohidrat. Proses fermentasi melalui bantuan mikroorganisme yakni ragi (Saccromices). Penamaan bio adalah untuk membedakannya dari etanol yang diproses dari minyak bumi. Etanol termasuk satu jenis dari beberapa senyawa alkohol.