Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi

advertisement
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru Melalui
Penulisan Jurnal Reflektif Mengajar
Oleh: Dra. Hj. Intan Pulungan, M.Pd
ABSTRAK
Guru diwajibkan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan. Akan tetapi
banyak guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan ini. Tulisan singkat ini membahas tentang jurnal reflektif
mengajar dan manfaat membuat jurnal reflektif mengajar sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Kata Kunci: Pengembangan Keprofesian berkelanjutan, Jurnal, reflektif mengajar.
A.
Pendahuluan
Guru professional adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
guru. Oleh karena itu, seorang guru wajib secara teratur mereview dan mengevaluasi
pengetahuan dan keterampilan masing-masing dalam melaksanakan tugas pokok guru yaitu
merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran agar dia mampu mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan zaman terutama
dibidang pendidikan.
Sementara itu, mengembangkan keprofesionalan berkelanjutan bagi guru adalah wajib
sebagaimana telah diatur dalam Permenegpan dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan ini mengatur tentang Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang wajib dilaksanakan oleh guru sebagai salah satu
upaya pembinaan atas karir dan jabatan guru. Kewajiban untuk melaksanakan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan ini selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Nasional nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
1
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
Fungsional Guru dan Angka kredit yang mengatur tentang pelaksanaan Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan.
Kebijakan
pemerintah
terkait
dengan
pengembagnan
keprofesional guru ini bertujuan untuk meningkatkan kuatlitas atau mutu guru dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya yang nantinya diharapkan agar berdampak pada
layanan pendidikan yang berkualitas.
Permasalahan muncul terkait dengan upaya dalam mereview dan mengevaluasi pengetahuan
dan keterampilan mengajar yang dimiliki. Banyak guru yang tidak tahu bagaimana mereview
dan mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Kebanyakan guru
berpendapat bahwa upaya untuk mereview dan mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan
guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya adalah tanggung jawab dan tugas
Kepala Madrasah melalui supervisi akademik ataupun penilaian kinerja guru (PKG).
Kenyatannya, dengan alasan kesibukan dan sebagainya, banyak juga Kepala Madrasah yang
melakukan supervisi akademik dan PKG tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur.
Dari pengamatan dan pengalaman penulis sebagai widyaiswara, banyak kepala madrasah
yang melakukan supervisi akademik hanya sebatas melaksanakan dan mendapatkan hasil
supervisi, akan tetapi hasil pelaksanaan supervisi tersebut tidak dianalisis sebagai dasar untuk
menyusun rencana tindak lanjut. Padahal rencana tindak lanjut tersebut bermanfaat bagi guru
sebagai dasar untuk merencanakan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
Oleh karena itu, tulisan ini membahas manfaat jurnal reflektif mengajar bagi guru sebagai
alat untuk mereview dan mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan guru, serta manfaatnya
dalam merencanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang sesuai dengan
kebutuhan guru.
B.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Macam-macam Kegiatannya
Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitas guru. PKB dilaksanakan agar guru dapat memelihara, meningkatkan, dan
memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional. Pembelajaran yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik (Depdiknas, 2010).
2
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
Pada prinsipnya, PKB mencakup kegiatan perencanaan,pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi
yang
didesain
untuk
meningkatkan
karakteristik,
pengetahuan,
pemahaman,
dan
keterampilan. Dengan perencanaan dan refleksi pada pengalaman belajar guru dan/atau
praktisi pendidikan akan mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru
serta kemajuan karir guru dan/atau praktisi pendidikan.
Dalam konteks Indonesia, PKB adalah pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru untuk mencapai standar kompetensi profesi
dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesinya yang sekaligus
berimplikasi kepada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.
PKB mencakup tiga hal; yakni pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
1.
Pelaksanaan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar
memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan agar mampu
melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya dalam pembelajaran/pembimbingan termasuk
pelaksanaan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah. Kegiatan
pengembangan diri terdiri dari diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru untuk mencapai
dan/atau meningkatkan kompetensi profesi guru yang mencakup: kompetensi pedagogis,
kepribadian, sosial, dan profesional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan untuk mampu
melaksanakan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, program PKB
diorientasikan kepada kegiatan peningkatan kompetensi sesuai dengan tugas-tugas tambahan
tersebut (misalnya kompetensi bagi kepala sekolah, kepala laboratorium, kepala
perpustakaan, dsb).
Diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau latihan yang
bertujuan untuk mencapai standar kompetensi profesi yang ditetapkan dan/atau meningkatkan
keprofesian untuk memiliki kompetensi di atas standar kompetensi profesi dalam kurun
waktu tertentu. Sedangkan kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti
kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang bertujuan untuk mencapai standar
atau di atas standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan. Kegiatan kolektif guru
mencakup: (1) kegiatan lokakarya atau kegiatan kelompok guru (KKG, MGMP, KKKS,
3
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
MKKS, KKPS, dan MKPS); (2) pembahas atau peserta pada seminar, koloqium, diskusi
pannel atau bentuk pertemuan ilmiah yang lain; dan (3) kegiatan kolektif lain yang sesuai
dengan tugas dan kewajiban guru.
Kegiatan pengembangan diri yang mencakup diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru
tersebut harus mengutamakan kebutuhan guru untuk pencapaian standar dan/atau
peningkatan
kompetensi
profesi
khususnya
berkaitan
dengan
melaksanakan
layanan pembelajaran. Kebutuhan tersebut mencakup antara lain (1) kompetensi penyusunan
RPP, program kerja, perencanaan pendidikan, evaluasi, dll; (2) penguasaan materi dan
kurikulum; (3) penguasaan metode mengajar; (4) kompetensi melakukan evaluasi peserta
didik dan pembelajaran; (5) penguasaan teknologi informatika dan komputer (TIK); (6)
kompetensi inovasi dalam pembelajaran dan sistem pendidikan di Indonesia, dsb; (7)
kompetensi menghadapi tuntutan teori terkini; dan (8) kompetensi lain yang terkait dengan
pelaksanaan tugas tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
Gbr 1. Diklat Fungsional Guru IPA merupakan Pengembangan Diri
2.
Pelaksanaan Publikasi Ilmiah
4
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat
sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
madrasah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
Publikasi ilmiah mencakup 3 kelompok kegiatan, yaitu:
1. presentasi pada forum ilmiah; sebagai pemrasaran/nara sumber pada seminar,
lokakarya ilmiah, koloqium atau diskusi ilmiah;
2. publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan
formal. Publikasi ilmiah ini mencakup pembuatan:
o
karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di
sekolahnya yang:

diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk buku yang ber-ISBN dan
diedarkan secara nasional atau telah lulus dari penilaian ISBN,

diterbitkan/dipublikasikan
dalam
majalah/jurnal
ilmiah
tingkat
nasional yang terakreditasi, provinsi, dan tingkat kabupaten/kota,

o
diseminarkan di sekolah atau disimpan di perpustakaan.
tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada
satuan pendidikan yang dimuat di:

jurnal tingkat nasional yang terakreditasi;

jurnal tingkat nasional yang tidak terakreditasi/tingkat provinsi;

jurnal tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/-madrasah, dsb.
3. publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru. Publikasi ini
mencakup pembuatan:
o
o
buku pelajaran per tingkat atau buku pendidikan per judul yang :

lolos penilaian BSNP

dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN

dicetak oleh penerbit dan belum ber-ISBN
modul/diklat pembelajaran per semester yang digunakan di tingkat :

provinsi dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Provinsi;

kabupaten/kota
dengan
pengesahan
dari
Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota;

sekolah/madrasah setempat.
5
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
o
buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit yang ber-ISBN dan/atau
tidak ber-ISBN;
o
karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala sekolah/ madrasah tiap
karya;
o
3.
buku pedoman guru.
Pelaksanaan Karya inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru
sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
madrasah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni.
Karya inovatif ini mencakup:
1. penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks dan/atau sederhana;
2. penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni kategori kompleks dan/atau
sederhana;
3. pembuatan/pemodifikasian alat pelajaran/peraga/praktikum kategori kompleks dan/
4. atau sederhana;
5. penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun
provinsi (Depdiknas, 2010).
C.
Jurnal Reflektif Mengajar
Jurnal dalam segala bentuknya dapat didefinisikan sebagai alat unutk mencatat pikiran,
pengalaman harian ataupun sudut pandang sesorang (Hiemstra, 2001). Sedangkan kegaiatan
reflektif menurut Richards and Lockhart (1997) mengacu kepada kegiatan dimana guru atau
calon guru mengumpulkan data tentang kegiatan mengajar, prilaku mengajar, asumsi dan
kepercayaan guru tentang praktek mengajar kemudian data tersebut digunakan sebagai bahan
6
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
refleksi praktek mengajar guru. Secara sederhana, Jurnal refleksi mengajar dapat didefinisi
sebagai catatan guru terkait dengan hal-hal yang terjadi pada suatu proses pelaksanaan
pembelajaran. Catatan ini bisa berisi tentang kejadian, permasalahan ataupun hal-hal menarik
lainnya yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Richards dan Farrell
(2005), Jurnal mengajar adalah salah satu cara yang dapat ditempuh oleh seorang guru untuk
mengembangkan keprofesionalan berkelanjutannya. Bahkan menurut Scales (2011), jurnal
reflektif adalah salah satu metode refleksi diri yang paling banyak digunakan dapat berisikan
catatan refleksi dan evaluasi diri guru atau catatan-catatan tentang hal-hal yang menarik yang
terjadi didalam kelas. Untuk jurnal reflektif mengajar yang berisikan catatan tentang hal-hal
yang menarik yang terjadi didalam kelas, maka disarankan untuk menuliskannya didalam
jurnal secepatnya setelah kejadian itu terjadi, disaat kejadian itu masih segar didalam ingatan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar menulis jurnal reflektif mengajar ini dapat
memberikan manfaat dalam kegiatan pengembangan keprofesional berkelanjutan guru
(Richards dan farrel, 2006), yaitu:
1. Tentukan tujuan penulisan jurnal
2. Tentukan untuk siapa jurnal ditujukan
3. Sediakan waktu yang dibutuhkan untuk menulis jurnal
Menurut Hiemstra (2001) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam menulis jurnal
reflektif . Pertama, jurnal reflektif sebagai investasi dalam pengembangan diri melalui
kepekaan terhadap pola pikir dan perasaan.
D.
Memanfaatkan jurnal reflektif mengajar untuk kegiatan PKB
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, kebijakan Pemerintah telah mengatur dengan jelas
kegiatan-kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru untuk peningkatan
karir dan jabatannya. Pada bagian ini akan dibahas manfaat Jurnal refleksi mengajar untuk
kegiatan PKB guru.
Jurnal reflektif mengajar akan memberikan gambaran tentang perkembangan pengetahuan
dan keterampilan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian yang diakukan oleh
Maarof (2007) menunjukan bahwa 77% calon guru yang menulis jurnal reflektif mengajar
7
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
setelah selesai mengajar mengatakan bahwa jurnal reflekif sangat bermanfaat bagi mereka
dalam membantu mereka mengevaluasi meteode mengajar yang mereka lakukan, kekuatan
dan kelemahan mereka, kesadaran akan cara mengajar, masalah-masalah yang mereka
hadapi dalam mengajar, serta menbantu mereka untuk menentukan material dan alat yang
tepat untuk mengajar. Jika jurnal reflektif mengajar ini bermanfaat bagi calon guru, maka
tentunya juga akan bermanfaat bagi guru yang telah dalam masa tugas. Dengan kata lain,
guru dapat menggunakan jurnal relflektif mengajarnya sebagai dasar untuk mengukur tingkat
pengetahuan dan keterampilannya dalam mengajar sebagai bagian dari kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan guru.
1.
Jurnal Reflektif mengajar sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan
pengembangan diri.
Dengan mengevaluasi dan menganalisis jurnal refleksi mengajar, seorang guru dapat
memperoleh gambaran tentang kekuatan dan kelemahannya dalam mengajar. Kekuatan
adalah hal yang harus dipertahankan dan jika dapat dibagi dengan kolega guru sehingga dapat
menjadi contoh praktik yang baik bagi rekan guru dalam melaksanakan tugas. Kelemahan
adalah hal yang perlu ditingkatkan sehingga perlu dianalisa untuk menemukan akar
permasalahannya. Sehingga, hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk
merencanakan bentuk kegiatan pengembangan diri yang akan dilakukan yang sesuai dengan
tuntutan Permenegpan Nomor 16 tahun 2009. Sebagai contoh, dari hasil jurnal reflektif
mengajar, seorang guru mendapati bahwa selama mengajar ia tidak pernah menggunakan
teknologi informasi yang paling sederhana sekalipun yaitu Power point Presentation dan
Projector
dalam
mengajar.
Setelah
ia
melakukan
refleksi,
ia
mendapati
akar
permasalahannya adalah kurangnya ketermapilan guru tesebut dalam penguasaan teknologi
informasi. Dengan demikian, bentuk pengembangan diri yang dapat dilaksanakan oleh guru
tersebut adalah mengikuti pendidikan keterampilan komputer di tempat pelatihan komputer
atau secara berkelompok dengan guru yang juga tidak menguasai teknologi dan informasi
belajar kerterampilan mengoperasikan komputer dalam forum KKG atau MGMP.
Tidak hanya bermanfaat bagi guru, hasil analisis sepeti ini juga dapat digunakan oleh sekolah
sebagai dasar untuk menyusun program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan disekolah. Dengan demikian diharapkan program-program yang disusun oleh
8
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
sekolah untuk peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan terutama dalam
program pengembangan diri tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pendidik.
2.
Jurnal Reflektif mengajar sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan Publikasi
Ilmiah dan Karya Inovatif
Hasil evaluasi jurnal reflektif mengajar juga dapat dimanfaatkan untuk merencanakan
kegiatan pengambangan keprofesian berkelanjutan untuk kegiatan publikasi ilmiah dan karya
inovatif. Jurnal reflektif mengajar yang berisi tentang permasalahan-permasalahan yang
ditemui guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan sumber data yang sangat
bermanfaat dalam kegiatan publikasi ilmiah, misalnya penelitian tindakan kelas.
Sebagaimana di ungkapkan oleh Suhardjono (1999), Penelitian tindakan kelas haruslah
bersifat APIK, yaitu Asli, Perlu, Ilmiah dan Konsisten. Asli merupakan hasil karya guru itu
sendiri, tidak menjiplak hasil karya orang lain. Penelitian tindakan kelas perlu bagi guru
sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi guru didalam kelas. Jadi disinilah manfaat
jurnal reflektif mengajar guru sebagai dasar untuk menemukan permasalahan yang dihadapi
didalam kelas.
E.
Penutup
Menulis jurnal refleksi mengajar dapat memberikan manfaat bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Oleh karena itu, guru diharapkan
membiasakan diri dalam kegiatan menulis jurnal mengajar agar manfaat tersebut dapat
diperoleh.
F.
Daftar Pustaka
Depdiknas, 2010, Buku 1 Pedoman Pengelolaan PKB, Jakarta.
Ricards, J. & Farrel, M, 2006, Proffesional Development for Language Teachers: Strategies
for Teacher Learning, Cambridge University Press, New York, 2005.
9
http://sumut.kemenag.go.id/
25/02/2015
Scales, P, Dkk., 2011, Continuing Professional Development in the Lifelong Learning Sector.
Open University Press, New York.
Hiemstra, R. 2001, Use and Benefit of Jurnall Writing, New Direction of Adult and
ContinuingEducation.
Maarof, N., 2007. Telling her or his story Through Reflextive Journal, International
Education Journal.
10
Download