NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL TERHADAP PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI – ISTRI Oleh : NOVIKA SARI HEPPY WAHYUNINGSIH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA 2006 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL TERHADAP PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI – ISTRI Telah Disetujui Pada Tanggal _________________ Dosen Pembimbing (Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si) HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL TERHADAP PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI NOVIKA SARI HEPPY WAHYUNINGSIH INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan pada pasangan suami – istri. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Semakin tinggi kepuasan seksual maka semakin rendah perselingkuhan, semakin rendah kepuasan seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Subjek penelitian ini adalah pengunjung pria maupun wanita yang telah menikah dengan pernikahan diatas atau sama dengan 5 tahun di Café Liquid dan tempat umum Alun-alun Kidul. Adapun skala yang digunakan adalah ada dua buah skala yang dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam penyusunan skala digunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban dengan meniadakan jawaban tengah (ragu-ragu). Skala yang digunakan adalah skala perselingkuhan dengan jumlah 21 aitem, mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Jackson (2000) dan skala kepuasan seksual sebayak 20 aitem yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Demon dan Byers (1999) dengan tambahan teori yang mendukung aspek-aspek kepuasan seksual dari beberapa tokoh yaitu Nugraha, Christopher dan Speacher. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 10,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Korelasi product moment dari pearson menunjukkan korelasi rxy = - 0,404 menunjukkan hubungan negatif dengan hasil korelasi 0,002 (p < 0,01) artinya ada hubungan yang negatif antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Semakin negatif kepuasan seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Sebaliknya, semakin positif kepuasan seksual maka semakin rendah perselingkuhan. Kata kunci : kepuasan seksual, perselingkuhan PENGANTAR Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Wantjik dalam Walgito, 1984). Perkawinan merupakan suatu aktivitas dari suatu pasangan, maka sudah selayaknya bahwa mereka pun mempunyai tujuan tertentu. Menjalankan kehidupan perkawinan tidak hanya berjalan mulus, banyak permasalahan yang terjadi antara pasangan suami – istri dikarenakan dua individu yang berbeda antara pria dan wanita yang memiliki perbedaan emosional, karakteristik dan sikap pribadi masing-masing. Keinginan untuk mencapai keutuhan rumah tangga tetap dirasa perlu dipertahankan walaupun merasakan ada ketidakpuasan dalam perkawinan. Menurut Nusya (2003) berdasarkan pendapat beberapa tokoh kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh faktor dari dalam suami maupun istri, berupa kemampuan suami atau istri berinteraksi, kemampuan memenuhi harapan dan keinginan bagi pasangannya serta komitmen tentang tujuan yang ingin dicapai dalam perkawinan. Menurut Sadarjoen (2005) faktor penyesuaian seksual merupakan penyesuaian yang paling sulit dalam perkawinan dan sering menjadi pemicu dari ketidakpuasan perkawinan. Apabila tidak tercapainya keselarasan hubungan suami dan istri maka membuat salah satu pasangan atau keduanya merasakan ketidakpuasan perselingkuhan. dalam perkawinan dan dapat melakukan Di Indonesia, data yang terakhir diperoleh dari Tobing (Yulianto, 2000) menyatakan 65% pria dijakarta pernah menyeleweng, 50% dilakukan dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) dan 27,8% melakukan hubungan extramarital seks dengan teman sekerja yang sudah menikah. Sementara itu Susanto (kompas, 10/8/04) menjelaskan, pihaknya membantu menangani sekitar 100 kasus perselingkuhan yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta dari Januari hingga Juli 2004. Sejak tahun 2000 hingga 2003, menangani 513 masalah hubungan suami istri di antaranya, 251 kasus perselingkuhan, 155 kasus keluarga tidak harmonis, 75 kasus komunikasi tidak efektif, dan 28 kasus perceraian. Sekitar 60% kasus yang masuk merupakan kasus perselingkuhan yang dilakukan suami atau istri. Perselingkuhan terjadi bila suami menyimpan wanita idaman lain (WIL), sedangkan istri memiliki pria idaman lain (PIL) yang kemudian mendatangkan masalah dalam keluarga. Layton-Tholl (2000) meneliti mengenai alasan-alasan terjadinya perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah. Menurut laytonTholl (2000) biasanya orang memakai alasan mengapa dirinya berselingkuh adalah karena (1) merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan (2) adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut (3) problem pribadi di masa lalu (4) kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual (5) sulit untuk menolak godaan (6) marah terhadap pasangan (7) tidak lagi bisa mencintai pasangan (8) kecanduan alkohol atau pun obat-obatan (9) seringnya hidup berpisah lokasi (10) dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu. Berdasarkan faktor-faktor perselingkuhan yang diuraikan di atas ternyata kepuasan seksual merupakan salah satu alasan yang dipakai seseorang melakukan perselingkuhan, karena dalam perkawinan meskipun seks merupakan aspek kecil dari hubungan perkawinan namun merupakan hal yang terpenting dalam menjaga keharmonisan perkawinan suami istri. Ketidakpuasan seksual di dalam perkawinan yang berujung salah satu pasangan mencari kepuasan seksual di luar atau berselingkuh dapat dikarenakan faktor-faktor di atas tidak terpenuhi. Selain karena kurangnya komunikasi antara pasangan dalam pemuasan seksual yang berdampak pada kesenjangan pada hubungan perkawinan yang membuat pasangan tidak merasa nyaman dengan pasangannya sendiri, ada juga karena kebosanan dan kurangnya tanggapan seksual dari pasangan yang berakibat adanya aktivitas seks dengan perselingkuhan. (Kothari, 2001). Dalam Islam, Nabi SAW memerintahkan muslim agar segera menikah, dan menikah merupakan kewajiban (fardhu) sekalipun dia tidak mampu memperoleh nafkah hidup karena dikhawatirkan bila tidak menikah, kebutuhan seksnya akan menjerumuskan kedalam perzinahan (Rahman, 1992). Perzinahan atau zina yaitu mereka yang melakukan hubungan kelamin diluar nikah apakah itu premarital (sebelum menikah), extramarital atau post marital intercourse (perselingkuhan), selain itu Allah SWT juga melarang perbuatan yang mendekati zina seperti pergaulan bebas antara perempuan dan laki-laki. (Akbar, 1982). Selain karena ketidakpuasan seksual dengan pasangan suami atau istri, naluri atau instink merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan selingkuh. Secara naluri atau instink seseorang ada keinginan melakukan perselingkuhan, namun manusia mempunyai batasan-batasan berupa norma-norma dan nilai-nilai, di mana perselingkuhan merupakan suatu tindakan pelanggaran norma kesusilaan dapat pula disebut sebagai penghancuran terhadap kehormatan diri dan keluarga. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Pengertian perselingkuhan Selingkuh menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991) adalah tidak berterus terang; tidak jujur; mencuri-curi; menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan dan kesenangan sendiri; curang; serong. Berselingkuh adalah melakukan kecurangan, sedang perselingkuhan adalah perbuatan selingkuh. Perselingkuhan merupakan hubungan antara pria dengan wanita di luar perkawinan dengan melibatkan hubungan fisik maupun emosional antara keduanya, yang mana di dalamnya termasuk saling ketertarikan, ketergantungan dan saling memenuhi Aspek – aspek perselingkuhan Menurut Jackson (2000), perselingkuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : a. perselingkuhan fisik (physical affair) perselingkuhan ini dalam bentuk kontak seksual terbuka (overt sexual contact) dan kontak seksual tertutup (covert seksual affair). b. Perselingkuhan emosional (emotional affair) Perselingkuhan ini tidak melibatkan hubungan seksual. Memberikan waktu, materi dan energi emosional (perhatian, pengertian, dukungan, penghargaan, penghormatan) kepada seseorang yang bukan pasangannya merupakan pengingkaran atas janji perkawinan. Faktor – faktor –penyebab perselingkuhan Layton-Tholl (2000) meneliti mengenai alasan-alasan terjadinya perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah. Menurut LaytonTholl (2000) biasanya orang memakai alasan mengapa dirinya berselingkuh adalah karena (1) merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan (2) adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut (3) problem pribadi di masa lalu (4) kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual (5) sulit untuk menolak godaan (6) marah terhadap pasangan (7) tidak lagi bisa mencintai pasangan (8) kecanduan alkohol atau pun obat-obatan (9) seringnya hidup berpisah lokasi (10) dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu. Freud mengatakan bahwa seks atau nafsu syahwat ialah kekuatan pendorong manusia untuk hidup yang kuat. Naluri atau instink dimiliki oleh setiap manusia, naluri dan instink untuk melakukan seks merupakan pendorong untuk memuaskan kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi berupa seks (Akbar, 1982), dengan adanya insting pendorong pemenuhan kebutuhan seks berupa libido ditambah dengan adanya ketidakpuasan seksual yang dialami pasangan suami-istri merupakan faktor pendorong terjadinya perselingkuhan (Hawari, 2002). Dalam kasus perselingkuhan, biasanya terdapat sepuluh kebutuhan emosional (Harley & Chalmers dalam Satiadarma, 2001) yaitu : (1) kebutuhan akan pujian, (2) kebutuhan kasih sayang, (3) kebutuhan komunikasi, (4) kebutuhan dukungan keluarga, (5) kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, (6) dukungan keuangan, (7) kejujuran dan keterbukaan, (8) penampilan fisik, (9) kebersamaan, (10) kebutuhan seksual. Kondisi awal yang mendasari perselingkuhan adalah prioritas kebutuhan suami dan istri berkebalikan satu sama lain, jadi jika kesepuluh kebutuhan tersebut disusun menurut skala prioritas, maka prioritas kebutuhan yang utama bagi suami menjadi prioritas kebutuhan terakhir bagi istri, dan sebaliknya. Akibat selanjutnya adalah muncul kebutuhan yang tidak terpenuhi (unmet needs), kebutuhan yang tidak terpenuhi inilah yang menimbulkan kerentanan pada diri seseorang untuk tergugah melakukan perselingkuhan. Kinsey, et al (1998) mengemukakan bahwa indikasi perselingkuhan yang dilakukan pria berbeda dengan yang wanita, di mana pria melakukan perselingkuhan lebih mencari kebutuhan seksual tanpa melibatkan perasaan sedangkan wanita melakukan perselingkuhan lebih dikarenakan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Pengertian kepuasan seksual Hubungan seksual merupakan bersatunya alat genital pria dan wantia, yaitu masuknya alat genital pria (penis) ke dalam vagina wanita. Namun sebenarnya dalam hubungan seksual ini bukanlah semata-mata bertemunya secara keadaan fisiologik antara seorang pria dengan seorang wanita, tetapi juga bertemunya keadaan psikologik dari kedua individu itu.semua curahan hatinya, curahan perasaannya dinyatakan pada waktu hubungan seksual tersebut (Walgito, 1984) Demon dan Byers (1999) menyatakan kepuasan seksual adalah suatu bentuk kedekatan seksual yang dirasakan oleh pasangan suami istri dalam wilayah interpersonal, yaitu dalam kualitas komunikasi seksual, penyingkapan hubungan seksual dan keseimbangan hubungan seksual. kepuasan seksual merupakan suatu bentuk perasaan yang dirasakan oleh pasangan atas kualitas hubungan seksual mereka yang dapat berupa sentuhan fisik dan psikis. Aspek – aspek kepuasan seksual Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh kepuasan seksual, berikut merupakan pendapat dari beberapa tokoh mengenai aspek-aspek kepuasan seksual: 1. Komunikasi yaitu terkait dengan komunikasi seksual. Adapun bentuk komunikasi yang dibangun sebagai bentuk komunikasi seksual adalah (a) Komunikasi mengenai hubungan seksual yang memuaskan. (b) Komunikasi mengenai teknik seks. (c) Komunikasi tentang variasi dan titik sensitif seksual masing-masing pasangan. 2. Penyingkapan seksual (sexual disclosure), aspek ini meliputi (a) Aspek afeksi (b) frekuensi aktivitas seksual 3. Keseimbangan kedudukan seksual, kedudukan yang sejajar dalam meminta dan menolak hubungan seks. Hubungan antara perselingkuhan dengan kepuasan seksual pada pasangan suami - istri Fenomena perselingkuhan sebenarnya bukan hal baru dalam wacana kehidupan perkawinan, bahkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir di Jogjakarta ditemukan sekitar 60% merupakan kasus perselingkuhan yang dilakukan suami atau istri. Daniel (2003) mengungkapkan bahwa pasangan selingkuh dirasa mampu meningkatkan libido seks dengan kenikmatan yang luar biasa meskipun sebelumnya mereka telah melakukan hubungan seksual dengan psangan suami atau istri mereka, namun menjalin hubungan seksual di luar dirasa lebih hebat kerana keberanian untuk melakukan variasi seksual yang ekstrim dapat dilakukan dengan pasangan selingkuh, sementara hal itu tidak dapat dilakukan pada pasangan sendiri yang mungkin dapat menyakiti pasangan tersebut. Khotari (2001) mengatakan selain karena kurangnya komunikasi antara pasangan dalam pemuasan seksual yang berdampak pada kesenjangan pada hubungan perkawinan yang membuat pasangan tidak merasa nyaman dengan pasangannya sendiri, ada juga karena kebosanan dan kurangnya tanggapan seksual dari perselingkuhan. pasangan yang berakibat adanya aktivitas seks dengan Manusia mempunyai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi, Maslow mengklasifikasikan beberapa kebutuhan yang ada pada manusia yang bersifat hirarkhis yang mana kebutuhan tersebut harus terpenuhi yaitu (a) kebutuhan fisiologik atau kebutuhan dasar (makan, minum, oksigen, seks), (b) kebutuhan keamanan, (c) kebutuhan kemasyarakatan (disayangi, menyayangi, diterima), (d) kebutuhan akan harga diri, (e) kebutuhan akan aktualisasi diri). Kebutuhankebutuhan yang berkaitan dengan fisiologik merupakan kebutuhan yang paling kuat dan kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi (kebutuhan makan, minum, udara dan seks), dalam hal ini pemenuhan tersebut dilakukan dengan perkawinan yang diharapkan dapat memenuhi kepuasan seksual individu tersebut. Freud mengatakan bahwa seks atau nafsu syahwat ialah kekuatan pendorong manusia untuk hidup yang kuat. Naluri atau instink dimiliki oleh setiap manusia, naluri dan instink untuk melakukan seks merupakan pendorong untuk memuaskan kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi berupa seks (Akbar, 1982), dengan adanya insting pendorong pemenuhan kebutuhan seks berupa libido ditambah dengan adanya ketidakpuasan seksual yang dialami pasangan suami-istri merupakan faktor pendorong terjadinya perselingkuhan (Hawari, 2002). Perselingkuhan merupakan bentuk hubungan pribadi diluar nikah, di mana ada unsur ketertarikan baik secara fisik maupun emosional kepada pasangan yang bukan pasangan nikahnya kemudian ada kebutuhan saling ketergantungan sebagai karena telah menemukan kenyamanan dan rasa sayang lalu kemudian ada keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan baik secara emosional bahkan sampai ketahap hubungan seksual, meskipun perselingkuhan tidak berarti melakukan hubungan seksual namun ketertarikan secara emosional yang membuat seseorang yang berselingkuh membagi konsentrasinya kepada lebih dari satu pasangannya. Keinginan orang untuk melakukan selingkuh salah satunya mencari kepuasan seksual diluar karena pasangan menikahnya kurang memberi kepuasan seksual atau ingin mencari variasi seksual yang tidak didapat dari pasangan menikahnya. Bahasan di atas yang menjelaskan tentang hubungan seksual dengan perselingkuhan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat berkaitan erat meskipun hubungan seks dalam suatu perkawinan merupakan salah atau aspek kecil dari perkawinan namun sangatlah penting, di dalam perkawinan seks tidak semata-mata untuk meneruskan keturunan saja namun lebih dari itu seks merupakan bentuk ungkapan perasaan secara emosional terhadap pasangan yang mana pada saat berhubungan seksual pasangan dapat mencurahkan kasih sayang dan komunikasi terbuka antara pasangan yang dapat melanggengkan ikatan perkawinan, apabila seks yang dilakukan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan biologis tanpa mampu memberikan kepuasan emosional dan variasi seksual maka salah satu atau keduanya mencari kepuasan seksual diluar perkawinan dengan perselingkuhan. Menurut McKinney, et al (1998) Bagi pria, perselingkuhan dilakukan karena keinginan untuk mencari kepuasan seksual dan sedikit yang melibatkan perasaan, namun bagi wanita perselingkuhan banyak melibatkan emosional dan kebutuhan mencari kasih sayang. HIPOTESIS Ada hubungan negatif antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Semakin tinggi kepuasan seksual, maka semakin rendah perselingkuhan, sebaliknya semakin rendah kepuasan seksual, maka semakin tinggi perselingkuhan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menyertakan beberapa variabel antara lain: (1) Variabel tergantung (dependent) berupa perselingkuhan. (2) Variabel bebas (independent) yaitu kepuasan seksual. Subjek penelitian yang akan diambil adalah pasangan baik suami maupun istri yang telah menikah selama lebih dari atau sama dengan 5 tahun, dengan ciri-ciri bersikap ramah pada lawan jenis, bahasa non verbal atau bahasa tubuh yang menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis. Penelitian dilakukan di Cafe Liquid yang berada di Jalan Gejayan 24 Yogyakarta. Peneliti mengambil tempat penelitian di Cafe Liquid Karena dianggap dapat mewakili populasi dari subjek penelitian yaitu pria atau wanita yang sudah menikah dengan ciri-ciri seperti diatas. Pemilihan tempat Alun-alun kidul sebagai tempat kedua penelitian karena tempat tersebut dapat mewakili populasi dari subjek penelitian. Pengunjung yang datang dari segala kalangan dan kebanyakan keluarga, muda mudi, dan keluarga, diantara pengunjung tersebut terdapat subjek penelitian yang dimaksud. Pengujian alat ukur yang dibuat dimulai dari pengujian preliminary. Uji coba dilakukan pada alat ukur untuk mengetahui apakah aitem yang dibuat dapat dipahami oleh sampel penelitian dan untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengisi skala. Pengujian ini dilakukan pada tiga orang subjek sebanyak yaitu dua wanita dan satu pria yang berada di Mall Malioboro. Try out yang digunakan adalah try out terpakai yaitu try out yang dilakukan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas alat ukur dan data yang dihasilkan dari try out dapat diambil sebagai data langsung. Skala perselingkuhan dan skala kepuasan seksual ini disusun dengan menggunakan model skala empat yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Subjek diperkenankan untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dengan metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik uji korelasi Product-Moment Pearson, untuk mengetahui hubungan antara perselingkuhan sebagai variabel tergantung dengan kepuasan seksual sebagai variabel bebas, dengan alat bantu yang digunakan untuk analisis adalah program komputer SPSS versi 10.0 for windows. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek dalam peneltian ini digolongkan kedalam tiga kategori. Kategori digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan keadaan subjek pada saat data empiris telah diperoleh yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori ini berdasarkan sebaran hipotetik ( X max – X min) sehingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik skor empiris yang berada pada suatu deviasi standar di atas mean hiptetik dikategorikan tinggi, sementara untuk satu deviasi standar di bawah mean hipotetik dikategorikan rendah. Untuk mengetahui gambaran tentang data penelitian, secara singkat dapat dilihat dalam tabel deskripsi data penelitian yang berisi masing-masing variabel untuk skala perselingkuhan dan kepuasan sekual dapat dilihat pada tabel berikut. Variabel Perselingkuhan Kepuasan seksual Tabel 9 Deskripsi data penelitian Skor X yang dimungkinkan (hipotetik) X X Mean SD min max 21 84 52.5 10.5 20 80 50 10 Skor X yang diperoleh (empirik) X X Mean SD min max 21 67 47.26 11.11 49 79 63.36 6.87 Skor hipotetik variabel perselingkuhan memiliki jarak sebaran 63 (84-21 = 63). Dengan demikian satuan standar deviasi bernilai 63/6 = 10,5 dan mean bernilai (84 + 21)/2 = 52,5. Kategori skor subjek pada variabel perselingkuhan berdasarkan kategori yang telah dibuat dapat dilihat pada tabel berikut. Kategori Tinggi Sedang Rendah Tabel Kategorisasi skala perselingkuhan Skor Jumlah X = 63 6 42 = X < 63 28 X < 42 16 Prosentase 12% 56% 32% Berdasarkan skor variabel perselingkuhan yang diperoleh subjek penelitian data diketahui bahwa 12 % (6 orang) memperoleh skor tinggi, 56 % (28 orang) memperoleh skor sedang dan 32 % (16 orang) memperoleh skor rendah. Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian yang melakukan perselingkuhan berjumlah sedang dan cenderung sedikit. Skor hipotetik variabel kepuasan seksual memiliki jarak sebaran 60 (80 – 20 = 60). Dengan demikian standar deviasi bernilai 60/6 = 10 dan mean (80 + 20)/2 = 50. kategori skor subjek pada variabel kepuasan seksual dapat dilihat pada dilihat pada tabel berikut. Kategori Tinggi Sedang Rendah Tabel Kategorisasi skala kepuasan seksual Skor Jumlah X = 60 30 40 = X < 60 20 X < 40 - Prosentase 60 % 40 % - Berdasarkan kategori skor variabel kepuasan seksual yang diperoleh. Dapat diketahui bahwa 60 % (30 orang) memperoleh skor tinggi dan 40 % (20 orang) memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kepuasan seksual yang tinggi. Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisis data penelitian atau uji hipotetis maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan terhadap nilai korelasi dengan maksud supaya kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari dari kebenaran yang seharusnya (Hadi, 2000). a. Uji normalitas. Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk menguji apakah setiap variabel terdistribusi secara normal. Uji ini menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test. Test ini dapat dikatakan normal jika p > 0,05. Variabel skala kepuasan seksual nilai Z sebesar 0, 971 dengan p = 0,302 (p > 0,05 ). Hasil tersebut menunjukkan sebaran skor kepuasan seksual termasuk kategori normal. Variabel skala perselingkuhan nilai Z sebesar 0,509 dengan p = 0,958 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran skor perselingkuhan termasuk dalam kategori normal. b. Uji linieritas. Uji linieritas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara kepuasan seksual terdapat perselingkuhan, sehingga dapat diketahui apakah product moment bisa digunakan atau tidak. Variabel kepuasan seksual terhadap perselingkuhan menunjukkan F = 12, 993 dengan p = 0,001 (p<0,01) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan adalah linier. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menyatakan ada hubungan antara perselingkuhan dengan kepuasan seksual. Analisis ini menggunakan korelasi product moment Karl-Pearson. Analisis yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 10.00 for windows diperoleh koefisien rxy = - 0, 404 dengan p = 0,002 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Semakin negatif kepuasan seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Sebaliknya, semakin positif kepuasan seksual maka semakin rendah perselingkuhan. 2. Uji Tambahan Uji tambahan merupakan uji korelasi yang lebih spesifik pada setiap aspek pada variabel perselingkuhan dan kepuasan seksual untuk melihat hubungan antar setiap aspek pada variabel perselingkuhan dan kepuasan seksual. Analisis ini menggunakan korelasi product moment Karl-Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar aspek dalam setiap variabel yaitu komunikasi dengan perselingkuhan memiliki koefisien rxy = - 0, 366 dengan p = 0,004 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara komunikasi dengan perselingkuhan. Hubungan penyingkapan seksual dengan perselingkuhan memiliki koefisien rxy = - 0, 556 dengan p = 0,000 menunjukkan ada hubungan yang negatif yang sangat signifikan antara penyikapan seksual dengan perselingkuhan. Hubungan antara keseimbangan kedudukan seksual dengan perselingkuhan memiliki koefisien rxy = 0,002 dengan p = 0,493 menunjukkan tidak ada hubungan yang positif antara keseimbangan kedudukan seksual dengan perselingkuhan. Hubungan antara kepuasan seksual dengan perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = -0,330 dengan p = 0,010 menunjukkan ada hubungan yang negatif antara kepuasan seksual dengan perselingkuhan fisik. Hubungan antara kepuasan seksual dengan perselingkuhan emosional memiliki koefisien rxy = - 0, 429 dengan p = 0,001 menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan seksual dengan perselingkuhan emosional. Hubungan antara komunikasi dengan perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = - 0, 316 dengan p = 0,013 menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara komunikasi dengan perselingkuhan fisik. Hubungan antara penyingkapan seksual dengan perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = - 0, 481 dengan p = 0,000 menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara penyingkapan seksual dengan perselingkuhan fisik. Hubungan antara keseimbangan dengan perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = 0,071 dengan p = 0,311 menunjukkan tidak ada hubungan yang antara keseimbangan seksual dengan perselingkuhan fisik. Hubungan antara komunikasi dengan perselingkuhan emosional memiliki koefisien rxy = - 0, 370 dengan p = 0,004 menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara komunikasi dengan perselingkuhan emosional. Hubungan antara penyingkapan seksual dengan perselingkuhan emosional memiliki koefisien rxy = - 0,562 dengan p = 0,000 menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara penyingkapan seksual dengan perselingkuhan emosional. Hubungan antara keseimbangan seksual dengan perselingkuhan emosional memiliki koefisien rxy = - 0,066 dengan p = 0,324 menunjukkan tidak ada hubungan negatif antara keseimbangan seksual dengan perselingkuhan emosional. Hubungan antar aspek dalam variabel kepuasan seksual dengan perselingkuhan mengatakan bahwa adanya korelasi antara komunikasi dan penyikapan seksual dengan perselingkuhan baik itu perselingkuhan fisik maupun perselingkuhan emosional, namun tidak terdapat hubungan antara keseimbangan seksual dengan perselingkuhan baik perselingkuhan fisik maupun perselingkuhan emosional. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan, secara empirik hipotesis dapat dibuktikan dengan rxy = - 0,404 menunjukkan hubungan negatif dengan hasil korelasi 0,002 (p < 0,01). Semakin rendah kepuasan seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Sebaliknya, semakin tinggi kepuasan seksual maka semakin rendah perselingkuhan. Melihat hasil yang didapat dari hubungan antar aspek dalam variabel kepuasan seksual terhadap perselingkuhan mengatakan bahwa adanya korelasi antara komunikasi dan penyingkapan seksual terhadap perselingkuhan baik itu perselingkuhan fisik maupun perselingkuhan emosional namun tidak terdapat hubungan antara perselingkuhan keseimbangan fisik maupun seksual terhadap perselingkuhan perselingkuhan emosional. Hal baik tersebut membuktikan bahwa kepuasan seksual berupa komunikasi dan penyikapan seksual penting dalam menjalin hubungan antara suami-istri untuk menghindari dari perselingkuhan. Demon & Byers (1999) menyatakan kepuasan seksual adalah suatu bentuk kedekatan seksual yang dirasakan oleh pasangan suami istri dalam wilayah interpersonal, yaitu dalam kualitas komunikasi seksual, penyingkapan hubungan seksual dan keseimbangan hubungan seksual. Metts dan Cupach (Byers & Demmons, 1999) memandang kualitas komunikasi seksual sering dianggap sebagai kepuasan dalam komunikasi seksual. Nugraha (2004) menyatakan bahwa penting dalam hubungan seks adalah perasaan mencintai pasangannya dan dicintai oleh pasangannya karena perasaan ini akan membuat hubungan seks yang dilakukan atas dasar suka bukan karena terpaksa. Meskipun keseimbangan dalam hubunganseksual tidak memiliki korelasi dengan perselingkuhan secara langsung namun tetap perlu diperhatikan karena sikap saling menghargai dan memiliki kedudukan yang sejajar dalam berhubungan seksual antara suami istri membuat komunikasi dan penyikapan seksual menjadi lebih sempurna. Master, dkk (1999) menambahkan bahwa kemampuan untuk menolak dan meminta hubungan seks dengan pasangan merupakan salah satu bentuk keseimbangan yang baik antar pasangan yang dapat meningkatkan kepuasan seksual. Hasil penelitian ini melihat bahwa kepuasan seksual dengan mean empirik 63,36 dan mean hipotetik 50. Selain itu prosentase subjek tentang kepuasan seksual sebanyak 60 % (30 orang) memperoleh skor tinggi dan 40 % (20 orang) memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kepuasan seksual yang tinggi. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perselingkuhan dengan mean empirik 47.26 dan mean hipotetik 52.5. Selain itu prosentase subjek yang memiliki persepsi sebanyak 12 % (6 orang) memperoleh skor tinggi, 56 % (28 orang) memperoleh skor sedang dan 32 % (16 orang) memperoleh skor rendah. Hal ini berarti perselingkuhan mendapat perhatian yang kurang banyak dari subjek penelitian meskipun dari prosentase yang dihasilkan bervariasi namun dominan skor yang diperoleh subjek adalah sedang dan cenderung sedikit. Dikatakan bahwa dalam perkawinan, seks merupakan aspek kecil dalam hubungan perkawinan namun hal tersebut penting untuk mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga dan keluhan yang banyak terjadi adalah ketidakpuasan seksual terhadap pasangannya karena adanya kesenjangan komunikasi sehingga dapat menimbulkan kebosanan atau kurang tanggapan seksual serta masalah-masalah lain yang muncul ketika berhubungan seksual tidak dikomunikasikan menjadikan tidak mencapai kepuasan seksual akibatnya pasangan tersebut mencari kenikmatan lain di luar atau dengan perselingkuhan (Khotari, 2001). Selain karena ketidakpuasan perkawinan dan mencari variasi hubungan seksual dengan pasangan suami atau istri, perselingkuhan didukung oleh libido atau energi penggerak insting berupa mencari kegairahan seksual dikarenakan suami atau istri tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan libido suami atau istri, sehingga untuk mengatasi kondisi ini suami atau istri melibatkan orang ketiga yang berpeluang terjadinya perselingkuhan (Hawari, 2002). LaytonTholl (2000) mengatakan pentingnya pemenuhan kebutuhan biologis dalam pasangan pernikahan dalam hal ini hubungan seksual yang baik dapat menjaga pernikahan untuk setia pada pasangan. Perselingkuhan merupakan bentuk hubungan pribadi di luar nikah, di mana ada unsur ketertarikan baik secara fisik maupun emosional kepada pasangan yang bukan pasangan nikahnya kemudian ada kebutuhan saling ketergantungan sebagai karena telah menemukan kenyamanan dan rasa sayang lalu kemudian ada keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan baik secara emosional bahkan sampai ke tahap hubungan seksual, meskipun perselingkuhan tidak berarti melakukan hubungan seksual namun ketertarikan secara emosional yang membuat seseorang yang berselingkuh membagi konsentrasinya kepada lebih dari satu pasangannya. Keinginan orang untuk melakukan selingkuh salah satunya mencari kepuasan seksual di luar karena pasangan menikahnya kurang memberi kepuasan seksual atau ingin mencari variasi seksual yang tidak didapat dari pasangan menikahnya. Menurut Layton Tholl (2000) perselingkuhan dalam perkawinan, dimungkinkan karena ketidakmampuan dalam menciptakan kepuasan hubungan emosional dengan pasangan dalam waktu yang lama dan kebutuhan variasi seksual. Berdasarkan hasil penelitian yang mengatakan bahwa perselingkuhan yang terjadi lebih banyak pada perselingkuhan emosional yaitu sebesar 0,001 bila dibandingkan dengan perselingkuhan fisik sebesar 0,010 yang mana diketahui bahwa perselingkuhan yang terjadi lebih banyak melibatkan emosional meskipun secara fisik tetap mempengaruhi. Baik pria maupun wanita dalam melakukan perselingkuhan tetap melibatkan secara fisik maupun emosional meskipun menurut McKinney, et al (1998) bagi pria, perselingkuhan dilakukan karena keinginan untuk mencari kepuasan seksual dan sedikit yang melibatkan perasaan, namun bagi wanita perselingkuhan banyak melibatkan emosional dan kebutuhan mencari kasih sayang, namun perselingkuhan secara fisik tetap melibatkan emosional demikian pula sebaliknya, artinya hubungan fisik maupun emosional saling mempengaruhi bagi pria maupun wanita. Dalam kasus perselingkuhan, biasanya terdapat sepuluh kebutuhan emosional (Harley & Chalmers dalam Satiadarma, 2001) yaitu : (1) kebutuhan akan pujian, (2) kebutuhan kasih sayang, (3) kebutuhan komunikasi, (4) kebutuhan dukungan keluarga, (5) kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, (6) dukungan keuangan, (7) kejujuran dan keterbukaan, (8) penampilan fisik, (9) kebersamaan, (10) kebutuhan seksual. Kondisi awal yang mendasari perselingkuhan adalah prioritas kebutuhan suami dan istri berkebalikan satu sama lain, jadi jika kesepuluh kebutuhan tersebut disusun menurut skala prioritas, maka prioritas kebutuhan yang utama bagi suami menjadi prioritas kebutuhan terakhir bagi istri, dan sebaliknya. Akibat selanjutnya adalah muncul kebutuhan yang tidak terpenuhi (unmet needs), kebutuhan yang tidak terpenuhi inilah yang menimbulkan kerentanan pada diri seseorang untuk tergugah melakukan perselingkuhan. Penelitian lain yang sejenis adalah penelitian Nusya (2003) tentang hubungan antara hubungan kepuasan perkawinan dengan intensi melakukan selingkuh pada suami mengatakan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan perkawinan dengan intensi melakukan selingkuh pada suami. Penelitian lain adalah penelitian dari Valentina (2001) tentang hubungan antara kebahagiaan perkawinan dan persepsi terhadap perselingkuhan mengatakan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kebahagiaan perkawinan dan persepsi terhadap perselingkuhan. Penelitian tersebut sangat mendukung hasil dari penelitian ini bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan pada pasangan suami istri. Hasil penelitian ini juga dapat melihat kontribusi variabel kepuasan seksual terhadap perselingkuhan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,163. dalam hal ini menunjukkan bahwa kepuasan seksual memberikan sumbangan efektif sebesar 16,3 % terhadap perselingkuhan, sisanya 83,7 % adalah faktor lain. Kelemahan penelitian ini berupa penentuan subjek penelitian di mana subjek penelitian haruslah orang yang benar-benar melakukan selingkuh, meskipun pemilihan tempat penelitian seperti kafe dan tempat keramaian dirasa mampu menemukan orang-orang yang pernah berselingkuh namun kenyataan di lapangan terdapat kesulitan untuk mengetahui apakah subjek penelitian jujur dan terbuka akan kondisi dirinya bahwa mereka pernah berselingkuh atau tidak. Hal yang terjadi di lapangan subjek penelitian kurang terbuka dalam menjawab pernyataan pada aitem-aitem yang disediakan, hal tersebut diketahui dari sebelum pengisian angket atau setelah pengisian angket, terkadang saat mengisi angket subjek mengaku tidak pernah melakukan selingkuh namun setelah berbicara panjang dengan subjek, subjek mengaku pernah berselingkuh dan ada juga subjek yang mengatakan ingin mencari selingkuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena masalah yang diungkap merupakan masalah sensitif dan privacy sehingga keterbukaan atau kejujuran dari beberapa subjek penelitian yang diragukan. Lebih mencari penyebab terjadinya perselingkuhan, bahwa perselingkuhan terjadi tidak hanya dikarenakan mencari kepuasan seksual. Pemilihan kata dan tata bahasa yang digunakan pada skala perselingkuhan maupun kepuasan seksual dapat menimbulkan banyak interpretasi, sehingga peneliti lebih kritis dalam pemilihan aitem yang mewakili aspek yang tepat untuk mengungkap hal yang akan diungkap dan pembuatan aitem juga perlu memperhatikan tata bahasa yang tidak menimbulkan penafsiran ganda. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan pada suami-istri, artinya semakin tinggi kepuasan seksual maka semakin rendah perselingkuhan, sebaliknya semakin rendah kepuasan seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian antara kepuasan seksual dengan perselingkuhan, diterima. Sumbangan variabel kepuasan seksual terhadap perselingkuhan adalah 16,3%. Hal ini menunjukkan ada faktor penentu lainnya selain kepuasan seksual. B. 1. Saran-saran Untuk pasangan suami-istri Melihat hasil penelitian bahwa kepuasan seksual yang sebagian besar positif dan perselingkuhan yang sedang dan cenderung rendah, pasangan suami – istri disarankan untuk lebih memperhatikan masalah kepuasan seksual dalam berhubungan seks meskipun kepuasan seksual bukan merupakan faktor yang besar mempengaruhi pasangan untuk melakukan perselingkuhan. Kepuasan seksual didapat dengan adanya komunikasi, keterbukaan maupun keseimbangan dalam hubungan seks dengan pasangan. 2. Untuk calon pasangan suami-istri Penelitian ini juga bermanfaat penting bagi calon-calon pasangan yang akan menjalankan kehidupan rumah tangga untuk lebih memperhatikan keinginan bersama, dan memahami perbedaan karakter dari masing-masing individu untuk lebih dapat terbuka dan menjaga komunikasi karena menjaga perkawinan harus dimulai dari niat yang kuat untuk saling setia dan menghargai pasangan. 3. Untuk peneliti selanjutnya a. Untuk peneliti selanjutnya, dengan melihat hasil penelitian dari sumbangan kepuasan seksual terhadap perselingkuhan sebesar 16,3 % maka disarankan untuk lebih menggali faktor-faktor lain yang mempengaruhi perselingkuhan. b. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif, berdasarkan fakta dilapangan peneliti kesulitan mengetahui keterbukaan dan kejujuran subjek penelitian dalam menjawab, sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian secara kualitatif karena diperlukan pendekatan yang lama untuk memahami karakter subjek penelitian agar kejujuran dan keterbukaan dari subjek penelitian dapat memberikan kontribusi yang tepat bagi hasil penelitian. c. Dalam hal pembuatan alat ukur, sebaiknya peneliti lebih mencermati aspek yang akan diungkap sehingga dalam operasionalnya aspek tersebut dapat mengungkap sesuai dengan apa yang ingin diungkap, selain itu lebih diperhatikan pemilihan kata dan tata bahasa sehingga subjek penelitian mampu memahami maksud dari pernyataan dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Akbar, A. 1982. Seksualita Ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia. Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Azwar,S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Buetel, M.E, dkk (2002) Sexual Activity, Seksual and Partnership Satisfaction In Aging Men-result from a German Representative Community Study. Andrologia, 34,22-28. Byers, E.A & Demmons. S. 1999. Sexual Satisfaction and Seksual SelfDisclosure Within Dating Relationship. The Journal of sex reaserch, 36, (May),180-189. Christopher,S.F & Sprecher, S.2000. Sexuality in Marriage, Dating and Other Relationship : A Decade Review. Journal of Marriage and The Familiy, 62, 999-1017. Daniel, R. 2003. Selingkuh”Budaya”Eksekutif Muda?. Jakarta: P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hadi, S. 2000. Statistika. Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Hadi, S. 2000. Metodologi Research jilid 2. Yogyakarta: Andi offset. Hall, C.S & Lindzey, G. 1993. Teori-teori Psikodinamik (Klinis) Psikologi Kepribadian 1. Yogyakarta : Kanisius. Hawari, D. 2002. Love Affair (Perselingkuhan) Prevensi dan Solusi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jackson, Tim. 2000.When a Spouse in Unfaithful.USA: RBC Ministeries-Grand Rapids. http://www.gospelcom.net/rbc/ds/cboo1/cboo1 html#intro. Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita (jilid 2) Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung : CV. Mandar Maju. McKinney, et al. 1998. Beliefs about The Outcomes of Extramarital Sexual Relationships as a Function of The Gender of The Cheating Spouse. http://www.findarticles.com 10/02/05. Kompas, 2004. Perselingkuhan Makin Marak, Anak-anak Jadi Korban. Surat Kabar Kompas 10 Agustus 2004. --------, 2004. Seksologi: Kalau Selingkuh. Surat Kabar Kompas 13 April 2005 Kothari, P. 2001. Common Sexual Problems and Solution. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Layton-Tholl, D. 2000. Extarmarital Affairs : What is The Allure? Article : Posted in The America On Line Extramarital Affairs Forum. http://www.members.aol.com/affair.html / 24/10/05. Male Emporium. April 2005. Hasil dan Analisa Seks Poling ”Seks Kilat”. http//www.cyberman.cbn.net.id, 51, 15/04/05. Nusya, Z.S. 2003. Hubungan Antara Kepuasan Perkawinan Dengan Intensi Melakukan Selingkuh Pada Suami. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Nugraha, B.D. 2004. Seks Kunci http://www.pdpersi.co.id. 23/09/05. Keharmonisan Keluarga. Pikiran Rakyat, 2004. Mulanya Biasa Saja Selanjutnya… .Surat Kabar Pikiran Rakyat 24 Maret 2004. Prakoso, D dan Murtika, I. 1987. Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara. Primidawati, A. 2005. Naskah Kualitas Komunikasi Dengan Intensi Perselingkuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Pudibudojo, dkk. 2001 Hubungan Antara Depresi Postpartum Dengan Kepuasan Seksual pada Ibu Primipara. Anima Indonesia Psychology Journal . Vol 16.No.3, 23-34,300-314. Rahman, A. 1992. Perkawinan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Rineka Cipta. Sadardjoen, S.S. 2005. Konflik Marital Pemahaman, Konseptual, Aktual & Alternative Solusinya. Bandung : Refika aditama. Satiadarma, M.P. 2001. Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta : Pustaka Populer Obor. Shehan, C.L. (2002) Marriage & Families second edition. The University of Florida. 176-180. Sprecher, S. 1998. Social Exchange Theories and Sexuality. Journal of Sex Research, 35(1). 32-43. Waage, J.K. 1997. Parental Investment - Minding the kids or keeping control? In: P.A. Gowaty, ed. Feminism and Evolutionary Biology: Boundaries, Intersections and Frontiers. Chapman & Hall, pp. 527-553. http://www.brown.edu/Departments/EEB/waage/abstracts.htm … … … 2002. Sexual Satisfaction in Premarital Relationship ; Journal of Sex Research. (39. 190- 196). Walgito, B. 1984. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Widjaja H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Wiederman, M.W. 1997. Extramarital Sex : Prevalence and Correlates in a National Survey. Journal of Sex Research. http://www.findarticles.com 10/02/05. Valentine, T.B. 2002. Hubungan Kebahagiaan dan Persepsi terhadap Perselingkuhan pada Suami Istri Sub Etnis Batak Toba. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yulianto,B.S. 2000. Perselingkuhan: Dapatkah Ditiadakan?. Anima Indonesian Psychology Journal. Vol 15. No.4. 368-379. Yurni. 2003. Hubungan Perilaku Mendengar dan Kepuasan Seksual dengan Kepuasan Perkawinan. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. CURRICULUM VITAE Nama : Novika Sari Nomor Mahasiswa : 01 320 199 Alamat : Jl. Adisucipto Komp. BTN Teluk Mulus Blok O.12 Sungai Raya Pontianak Kalimantan Barat