naskah publikasi hubungan antara kepuasan seksual terhadap

advertisement
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL TERHADAP
PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI – ISTRI
Oleh :
NOVIKA SARI
HEPPY WAHYUNINGSIH
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JOGJAKARTA
2006
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL TERHADAP
PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI – ISTRI
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing
(Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si)
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL TERHADAP
PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI
NOVIKA SARI
HEPPY WAHYUNINGSIH
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara
kepuasan seksual terhadap perselingkuhan pada pasangan suami – istri. Dugaan
awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara
kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Semakin tinggi kepuasan seksual
maka semakin rendah perselingkuhan, semakin rendah kepuasan seksual maka
semakin tinggi perselingkuhan.
Subjek penelitian ini adalah pengunjung pria maupun wanita yang telah
menikah dengan pernikahan diatas atau sama dengan 5 tahun di Café Liquid dan
tempat umum Alun-alun Kidul. Adapun skala yang digunakan adalah ada dua
buah skala yang dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam penyusunan skala digunakan
skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban dengan
meniadakan jawaban tengah (ragu-ragu). Skala yang digunakan adalah skala
perselingkuhan dengan jumlah 21 aitem, mengacu pada aspek yang dikemukakan
oleh Jackson (2000) dan skala kepuasan seksual sebayak 20 aitem yang mengacu
pada aspek yang dikemukakan oleh Demon dan Byers (1999) dengan tambahan
teori yang mendukung aspek-aspek kepuasan seksual dari beberapa tokoh yaitu
Nugraha, Christopher dan Speacher.
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas program SPSS versi 10,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara
kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Korelasi product moment dari pearson
menunjukkan korelasi rxy = - 0,404 menunjukkan hubungan negatif dengan hasil
korelasi 0,002 (p < 0,01) artinya ada hubungan yang negatif antara kepuasan
seksual terhadap perselingkuhan. Semakin negatif kepuasan seksual maka
semakin tinggi perselingkuhan. Sebaliknya, semakin positif kepuasan seksual
maka semakin rendah perselingkuhan.
Kata kunci : kepuasan seksual, perselingkuhan
PENGANTAR
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Wantjik dalam
Walgito, 1984). Perkawinan merupakan suatu aktivitas dari suatu pasangan, maka
sudah selayaknya bahwa mereka pun mempunyai tujuan tertentu. Menjalankan
kehidupan perkawinan tidak hanya berjalan mulus, banyak permasalahan yang
terjadi antara pasangan suami – istri dikarenakan dua individu yang berbeda
antara pria dan wanita yang memiliki perbedaan emosional, karakteristik dan
sikap pribadi masing-masing. Keinginan untuk mencapai keutuhan rumah tangga
tetap dirasa perlu dipertahankan walaupun merasakan ada ketidakpuasan dalam
perkawinan. Menurut Nusya (2003) berdasarkan pendapat beberapa tokoh
kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh faktor dari dalam suami maupun istri,
berupa kemampuan suami atau istri berinteraksi, kemampuan memenuhi harapan
dan keinginan bagi pasangannya serta komitmen tentang tujuan yang ingin dicapai
dalam perkawinan. Menurut Sadarjoen (2005) faktor penyesuaian seksual
merupakan penyesuaian yang paling sulit dalam perkawinan dan sering menjadi
pemicu dari ketidakpuasan perkawinan. Apabila tidak tercapainya keselarasan
hubungan suami dan istri maka membuat salah satu pasangan atau keduanya
merasakan
ketidakpuasan
perselingkuhan.
dalam
perkawinan
dan
dapat
melakukan
Di Indonesia, data yang terakhir diperoleh dari Tobing (Yulianto, 2000)
menyatakan 65% pria dijakarta pernah menyeleweng, 50% dilakukan dengan PSK
(Pekerja Seks Komersial) dan 27,8% melakukan hubungan extramarital seks
dengan teman sekerja yang sudah menikah. Sementara itu Susanto (kompas,
10/8/04) menjelaskan, pihaknya membantu menangani sekitar 100 kasus
perselingkuhan yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta dari Januari hingga
Juli 2004. Sejak tahun 2000 hingga 2003, menangani 513 masalah hubungan
suami istri di antaranya, 251 kasus perselingkuhan, 155 kasus keluarga tidak
harmonis, 75 kasus komunikasi tidak efektif, dan 28 kasus perceraian. Sekitar
60% kasus yang masuk merupakan kasus perselingkuhan yang dilakukan suami
atau istri. Perselingkuhan terjadi bila suami menyimpan wanita idaman lain
(WIL), sedangkan istri memiliki pria idaman lain (PIL) yang kemudian
mendatangkan masalah dalam keluarga.
Layton-Tholl
(2000)
meneliti
mengenai
alasan-alasan
terjadinya
perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah. Menurut laytonTholl (2000) biasanya orang memakai alasan mengapa dirinya berselingkuh
adalah karena (1) merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan (2)
adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut (3) problem
pribadi di masa lalu (4) kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual
(5) sulit untuk menolak godaan (6) marah terhadap pasangan (7) tidak lagi bisa
mencintai pasangan (8) kecanduan alkohol atau pun obat-obatan (9) seringnya
hidup berpisah lokasi (10) dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu.
Berdasarkan faktor-faktor perselingkuhan yang diuraikan di atas ternyata
kepuasan seksual merupakan salah satu alasan yang dipakai seseorang melakukan
perselingkuhan, karena dalam perkawinan meskipun seks merupakan aspek kecil
dari hubungan perkawinan namun merupakan hal yang terpenting dalam menjaga
keharmonisan perkawinan suami istri. Ketidakpuasan seksual di dalam
perkawinan yang berujung salah satu pasangan mencari kepuasan seksual di luar
atau berselingkuh dapat dikarenakan faktor-faktor di atas tidak terpenuhi. Selain
karena kurangnya komunikasi antara pasangan dalam pemuasan seksual yang
berdampak pada kesenjangan pada hubungan perkawinan yang membuat
pasangan tidak merasa nyaman dengan pasangannya sendiri, ada juga karena
kebosanan dan kurangnya tanggapan seksual dari pasangan yang berakibat adanya
aktivitas seks dengan perselingkuhan. (Kothari, 2001). Dalam Islam, Nabi SAW
memerintahkan muslim agar segera menikah, dan menikah merupakan kewajiban
(fardhu) sekalipun dia tidak mampu memperoleh nafkah hidup karena
dikhawatirkan bila tidak menikah, kebutuhan seksnya akan menjerumuskan
kedalam perzinahan (Rahman, 1992). Perzinahan atau zina yaitu mereka yang
melakukan hubungan kelamin diluar nikah apakah itu premarital (sebelum
menikah), extramarital atau post marital intercourse (perselingkuhan), selain itu
Allah SWT juga melarang perbuatan yang mendekati zina seperti pergaulan bebas
antara perempuan dan laki-laki. (Akbar, 1982). Selain karena ketidakpuasan
seksual dengan pasangan suami atau istri, naluri atau instink merupakan faktor
yang mendorong seseorang untuk melakukan selingkuh. Secara naluri atau instink
seseorang ada keinginan melakukan perselingkuhan, namun manusia mempunyai
batasan-batasan berupa norma-norma dan nilai-nilai, di mana perselingkuhan
merupakan suatu tindakan pelanggaran norma kesusilaan dapat pula disebut
sebagai penghancuran terhadap kehormatan diri dan keluarga.
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pengertian perselingkuhan
Selingkuh menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991) adalah tidak
berterus terang; tidak jujur; mencuri-curi; menyembunyikan sesuatu untuk
kepentingan dan kesenangan sendiri; curang; serong. Berselingkuh adalah
melakukan kecurangan, sedang perselingkuhan adalah perbuatan selingkuh.
Perselingkuhan merupakan hubungan antara pria dengan wanita di luar
perkawinan dengan melibatkan hubungan fisik maupun emosional antara
keduanya, yang mana di dalamnya termasuk saling ketertarikan, ketergantungan
dan saling memenuhi
Aspek – aspek perselingkuhan
Menurut Jackson (2000), perselingkuhan dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu :
a. perselingkuhan fisik (physical affair) perselingkuhan ini dalam bentuk kontak
seksual terbuka (overt sexual contact) dan kontak seksual tertutup (covert
seksual affair).
b. Perselingkuhan emosional (emotional affair)
Perselingkuhan ini tidak melibatkan hubungan seksual. Memberikan waktu,
materi dan energi emosional (perhatian, pengertian, dukungan, penghargaan,
penghormatan) kepada seseorang yang bukan pasangannya merupakan
pengingkaran atas janji perkawinan.
Faktor – faktor –penyebab perselingkuhan
Layton-Tholl
(2000)
meneliti
mengenai
alasan-alasan
terjadinya
perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah. Menurut LaytonTholl (2000) biasanya orang memakai alasan mengapa dirinya berselingkuh
adalah karena (1) merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan (2)
adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut (3) problem
pribadi di masa lalu (4) kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual
(5) sulit untuk menolak godaan (6) marah terhadap pasangan (7) tidak lagi bisa
mencintai pasangan (8) kecanduan alkohol atau pun obat-obatan (9) seringnya
hidup berpisah lokasi (10) dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu.
Freud mengatakan bahwa seks atau nafsu syahwat ialah kekuatan
pendorong manusia untuk hidup yang kuat. Naluri atau instink dimiliki oleh setiap
manusia, naluri dan instink untuk melakukan seks merupakan pendorong untuk
memuaskan kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi berupa seks (Akbar, 1982),
dengan adanya insting pendorong pemenuhan kebutuhan seks berupa libido
ditambah dengan adanya ketidakpuasan seksual yang dialami pasangan suami-istri
merupakan faktor pendorong terjadinya perselingkuhan (Hawari, 2002).
Dalam kasus perselingkuhan, biasanya terdapat sepuluh kebutuhan
emosional (Harley & Chalmers dalam Satiadarma, 2001) yaitu : (1) kebutuhan
akan pujian, (2) kebutuhan kasih sayang, (3) kebutuhan komunikasi, (4)
kebutuhan dukungan keluarga, (5) kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, (6)
dukungan keuangan, (7) kejujuran dan keterbukaan, (8) penampilan fisik, (9)
kebersamaan,
(10)
kebutuhan
seksual.
Kondisi
awal
yang
mendasari
perselingkuhan adalah prioritas kebutuhan suami dan istri berkebalikan satu sama
lain, jadi jika kesepuluh kebutuhan tersebut disusun menurut skala prioritas, maka
prioritas kebutuhan yang utama bagi suami menjadi prioritas kebutuhan terakhir
bagi istri, dan sebaliknya. Akibat selanjutnya adalah muncul kebutuhan yang tidak
terpenuhi (unmet needs), kebutuhan yang tidak terpenuhi inilah yang
menimbulkan kerentanan pada diri seseorang untuk tergugah melakukan
perselingkuhan.
Kinsey, et al (1998) mengemukakan bahwa indikasi perselingkuhan yang
dilakukan pria berbeda dengan yang wanita, di mana pria melakukan
perselingkuhan lebih mencari kebutuhan seksual tanpa melibatkan perasaan
sedangkan wanita melakukan perselingkuhan lebih dikarenakan kebutuhan akan
cinta dan kasih sayang.
Pengertian kepuasan seksual
Hubungan seksual merupakan bersatunya alat genital pria dan wantia,
yaitu masuknya alat genital pria (penis) ke dalam vagina wanita. Namun
sebenarnya dalam hubungan seksual ini bukanlah semata-mata bertemunya secara
keadaan fisiologik antara seorang pria dengan seorang wanita, tetapi juga
bertemunya keadaan psikologik dari kedua individu itu.semua curahan hatinya,
curahan perasaannya dinyatakan pada waktu hubungan seksual tersebut (Walgito,
1984)
Demon dan Byers (1999) menyatakan kepuasan seksual adalah suatu
bentuk kedekatan seksual yang dirasakan oleh pasangan suami istri dalam wilayah
interpersonal, yaitu dalam kualitas komunikasi seksual, penyingkapan hubungan
seksual dan keseimbangan hubungan seksual. kepuasan seksual merupakan suatu
bentuk perasaan yang dirasakan oleh pasangan atas kualitas hubungan seksual
mereka yang dapat berupa sentuhan fisik dan psikis.
Aspek – aspek kepuasan seksual
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh kepuasan
seksual, berikut merupakan pendapat dari beberapa tokoh mengenai aspek-aspek
kepuasan seksual:
1. Komunikasi yaitu terkait dengan komunikasi seksual. Adapun bentuk
komunikasi yang dibangun sebagai bentuk komunikasi seksual adalah (a)
Komunikasi mengenai hubungan seksual yang memuaskan. (b) Komunikasi
mengenai teknik seks. (c) Komunikasi tentang variasi dan titik sensitif seksual
masing-masing pasangan.
2. Penyingkapan seksual (sexual disclosure), aspek ini meliputi (a) Aspek afeksi
(b) frekuensi aktivitas seksual
3. Keseimbangan kedudukan seksual, kedudukan yang sejajar dalam meminta
dan menolak hubungan seks.
Hubungan antara perselingkuhan dengan kepuasan seksual pada
pasangan suami - istri
Fenomena perselingkuhan sebenarnya bukan hal baru dalam wacana
kehidupan perkawinan, bahkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir di
Jogjakarta ditemukan sekitar 60%
merupakan kasus perselingkuhan yang
dilakukan suami atau istri. Daniel (2003) mengungkapkan bahwa pasangan
selingkuh dirasa mampu meningkatkan libido seks dengan kenikmatan yang luar
biasa meskipun sebelumnya mereka telah melakukan hubungan seksual dengan
psangan suami atau istri mereka, namun menjalin hubungan seksual di luar dirasa
lebih hebat kerana keberanian untuk melakukan variasi seksual yang ekstrim
dapat dilakukan dengan pasangan selingkuh, sementara hal itu tidak dapat
dilakukan pada pasangan sendiri yang mungkin dapat menyakiti pasangan
tersebut. Khotari (2001) mengatakan selain karena kurangnya komunikasi antara
pasangan dalam pemuasan seksual yang berdampak pada kesenjangan pada
hubungan perkawinan yang membuat pasangan tidak merasa nyaman dengan
pasangannya sendiri, ada juga karena kebosanan dan kurangnya tanggapan
seksual
dari
perselingkuhan.
pasangan
yang
berakibat
adanya
aktivitas
seks
dengan
Manusia mempunyai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi, Maslow
mengklasifikasikan beberapa kebutuhan yang ada pada manusia yang bersifat
hirarkhis yang mana kebutuhan tersebut harus terpenuhi yaitu (a) kebutuhan
fisiologik atau kebutuhan dasar (makan, minum, oksigen, seks), (b) kebutuhan
keamanan, (c) kebutuhan kemasyarakatan (disayangi, menyayangi, diterima), (d)
kebutuhan akan harga diri, (e) kebutuhan akan aktualisasi diri). Kebutuhankebutuhan yang berkaitan dengan fisiologik merupakan kebutuhan yang paling
kuat dan kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi (kebutuhan
makan, minum, udara dan seks), dalam hal ini pemenuhan tersebut dilakukan
dengan perkawinan yang diharapkan dapat memenuhi kepuasan seksual individu
tersebut.
Freud mengatakan bahwa seks atau nafsu syahwat ialah kekuatan
pendorong manusia untuk hidup yang kuat. Naluri atau instink dimiliki oleh setiap
manusia, naluri dan instink untuk melakukan seks merupakan pendorong untuk
memuaskan kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi berupa seks (Akbar, 1982),
dengan adanya insting pendorong pemenuhan kebutuhan seks berupa libido
ditambah dengan adanya ketidakpuasan seksual yang dialami pasangan suami-istri
merupakan faktor pendorong terjadinya perselingkuhan (Hawari, 2002).
Perselingkuhan merupakan bentuk hubungan pribadi diluar nikah, di mana
ada unsur ketertarikan baik secara fisik maupun emosional kepada pasangan yang
bukan pasangan nikahnya kemudian ada kebutuhan saling ketergantungan sebagai
karena telah menemukan kenyamanan dan rasa sayang lalu kemudian ada
keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan baik secara emosional bahkan
sampai ketahap hubungan seksual, meskipun perselingkuhan tidak berarti
melakukan hubungan seksual namun ketertarikan secara emosional yang membuat
seseorang yang berselingkuh membagi konsentrasinya kepada lebih dari satu
pasangannya. Keinginan orang untuk melakukan selingkuh salah satunya mencari
kepuasan seksual diluar karena pasangan menikahnya kurang memberi kepuasan
seksual atau ingin mencari variasi seksual yang tidak didapat dari pasangan
menikahnya.
Bahasan di atas yang menjelaskan tentang hubungan seksual dengan
perselingkuhan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat berkaitan
erat meskipun hubungan seks dalam suatu perkawinan merupakan salah atau
aspek kecil dari perkawinan namun sangatlah penting, di dalam perkawinan seks
tidak semata-mata untuk meneruskan keturunan saja namun lebih dari itu seks
merupakan bentuk ungkapan perasaan secara emosional terhadap pasangan yang
mana pada saat berhubungan seksual pasangan dapat mencurahkan kasih sayang
dan komunikasi terbuka
antara pasangan yang dapat melanggengkan ikatan
perkawinan, apabila seks yang dilakukan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan
biologis tanpa mampu memberikan kepuasan emosional dan variasi seksual maka
salah satu atau keduanya mencari kepuasan seksual diluar perkawinan dengan
perselingkuhan. Menurut McKinney, et al (1998) Bagi pria, perselingkuhan
dilakukan karena keinginan untuk mencari kepuasan seksual dan sedikit yang
melibatkan perasaan, namun bagi wanita perselingkuhan banyak melibatkan
emosional dan kebutuhan mencari kasih sayang.
HIPOTESIS
Ada hubungan negatif antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan.
Semakin tinggi kepuasan seksual, maka semakin rendah perselingkuhan,
sebaliknya
semakin
rendah
kepuasan
seksual,
maka
semakin
tinggi
perselingkuhan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menyertakan beberapa variabel antara lain: (1) Variabel
tergantung (dependent) berupa perselingkuhan. (2) Variabel bebas (independent)
yaitu kepuasan seksual. Subjek penelitian yang akan diambil adalah pasangan baik
suami maupun istri yang telah menikah selama lebih dari atau sama dengan 5
tahun, dengan ciri-ciri bersikap ramah pada lawan jenis, bahasa non verbal atau
bahasa tubuh yang menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.
Penelitian dilakukan di Cafe Liquid yang berada di Jalan Gejayan 24
Yogyakarta. Peneliti mengambil tempat penelitian di Cafe Liquid Karena
dianggap dapat mewakili populasi dari subjek penelitian yaitu pria atau wanita
yang sudah menikah dengan ciri-ciri seperti diatas. Pemilihan tempat Alun-alun
kidul sebagai tempat kedua penelitian karena tempat tersebut dapat mewakili
populasi dari subjek penelitian. Pengunjung yang datang dari segala kalangan dan
kebanyakan keluarga, muda mudi, dan keluarga, diantara pengunjung tersebut
terdapat subjek penelitian yang dimaksud.
Pengujian alat ukur yang dibuat dimulai dari pengujian preliminary. Uji
coba dilakukan pada alat ukur untuk mengetahui apakah aitem yang dibuat dapat
dipahami oleh sampel penelitian dan untuk mengetahui berapa waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi skala. Pengujian ini dilakukan pada tiga orang subjek
sebanyak yaitu dua wanita dan satu pria yang berada di Mall Malioboro. Try out
yang digunakan adalah try out terpakai yaitu try out yang dilakukan untuk
mengetahui reliabilitas dan validitas alat ukur dan data yang dihasilkan dari try
out dapat diambil sebagai data langsung.
Skala perselingkuhan dan skala kepuasan seksual ini disusun dengan
menggunakan model skala empat yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu
SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Subjek diperkenankan untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban
yang paling sesuai dengan keadaan dirinya.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif
dengan metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik uji korelasi
Product-Moment Pearson, untuk mengetahui hubungan antara perselingkuhan
sebagai variabel tergantung dengan kepuasan seksual sebagai variabel bebas,
dengan alat bantu yang digunakan untuk analisis adalah program komputer SPSS
versi 10.0 for windows.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Subjek dalam peneltian ini digolongkan kedalam tiga kategori. Kategori
digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan keadaan subjek pada saat data
empiris telah diperoleh yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori ini berdasarkan
sebaran hipotetik ( X max – X min) sehingga diperoleh perkiraan besarnya
standar hipotetik skor empiris yang berada pada suatu deviasi standar di atas mean
hiptetik dikategorikan tinggi, sementara untuk satu deviasi standar di bawah mean
hipotetik dikategorikan rendah. Untuk mengetahui gambaran tentang data
penelitian, secara singkat dapat dilihat dalam tabel deskripsi data penelitian yang
berisi masing-masing variabel untuk skala perselingkuhan dan kepuasan sekual
dapat dilihat pada tabel berikut.
Variabel
Perselingkuhan
Kepuasan seksual
Tabel 9
Deskripsi data penelitian
Skor X yang dimungkinkan
(hipotetik)
X
X
Mean
SD
min max
21
84
52.5
10.5
20
80
50
10
Skor X yang diperoleh
(empirik)
X
X
Mean
SD
min max
21
67
47.26 11.11
49
79
63.36
6.87
Skor hipotetik variabel perselingkuhan memiliki jarak sebaran 63 (84-21 =
63). Dengan demikian satuan standar deviasi bernilai 63/6 = 10,5 dan mean
bernilai (84 + 21)/2 = 52,5. Kategori skor subjek pada variabel perselingkuhan
berdasarkan kategori yang telah dibuat dapat dilihat pada tabel berikut.
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Tabel
Kategorisasi skala perselingkuhan
Skor
Jumlah
X = 63
6
42 = X < 63
28
X < 42
16
Prosentase
12%
56%
32%
Berdasarkan skor variabel perselingkuhan yang diperoleh subjek penelitian
data diketahui bahwa 12 % (6 orang) memperoleh skor tinggi, 56 % (28 orang)
memperoleh skor sedang dan
32 % (16 orang) memperoleh skor rendah.
Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek
penelitian yang melakukan perselingkuhan berjumlah sedang dan cenderung
sedikit.
Skor hipotetik variabel kepuasan seksual memiliki jarak sebaran 60 (80 –
20 = 60). Dengan demikian standar deviasi bernilai 60/6 = 10 dan mean (80 +
20)/2 = 50. kategori skor subjek pada variabel kepuasan seksual dapat dilihat pada
dilihat pada tabel berikut.
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Tabel
Kategorisasi skala kepuasan seksual
Skor
Jumlah
X = 60
30
40 = X < 60
20
X < 40
-
Prosentase
60 %
40 %
-
Berdasarkan kategori skor variabel kepuasan seksual yang diperoleh.
Dapat diketahui bahwa 60 % (30 orang) memperoleh skor tinggi dan 40 % (20
orang) memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kepuasan seksual yang
tinggi.
Uji Asumsi
Sebelum dilakukan analisis data penelitian atau uji hipotetis maka terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan uji linieritas. Uji
normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan
terhadap nilai korelasi dengan maksud supaya kesimpulan yang ditarik tidak
menyimpang dari dari kebenaran yang seharusnya (Hadi, 2000).
a. Uji
normalitas. Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk menguji
apakah setiap variabel terdistribusi secara normal. Uji ini menggunakan teknik
one sample Kolmogorov-Smirnov test. Test ini dapat dikatakan normal jika p >
0,05.
Variabel skala kepuasan seksual nilai Z sebesar 0, 971 dengan p = 0,302 (p >
0,05 ). Hasil tersebut menunjukkan sebaran skor kepuasan seksual termasuk
kategori normal.
Variabel skala perselingkuhan nilai Z sebesar 0,509 dengan p = 0,958 (p >
0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran skor perselingkuhan termasuk
dalam kategori normal.
b. Uji linieritas. Uji linieritas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah hubungan antara kepuasan seksual terdapat perselingkuhan, sehingga
dapat diketahui apakah product moment bisa digunakan atau tidak. Variabel
kepuasan seksual terhadap perselingkuhan menunjukkan F = 12, 993 dengan p
= 0,001 (p<0,01) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
kepuasan seksual terhadap perselingkuhan adalah linier.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menyatakan ada hubungan antara
perselingkuhan dengan kepuasan seksual. Analisis ini menggunakan korelasi
product moment Karl-Pearson. Analisis yang dilakukan dengan bantuan program
SPSS 10.00 for windows diperoleh koefisien rxy = - 0, 404 dengan p = 0,002 (p <
0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan. Semakin negatif
kepuasan seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Sebaliknya, semakin
positif kepuasan seksual maka semakin rendah perselingkuhan.
2. Uji Tambahan
Uji tambahan merupakan uji korelasi yang lebih spesifik pada setiap aspek
pada variabel perselingkuhan dan kepuasan seksual untuk melihat hubungan antar
setiap aspek pada variabel perselingkuhan dan kepuasan seksual. Analisis ini
menggunakan korelasi product moment Karl-Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar aspek dalam setiap
variabel yaitu komunikasi dengan perselingkuhan memiliki koefisien rxy = - 0, 366
dengan p = 0,004 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
negatif yang sangat signifikan antara komunikasi dengan perselingkuhan.
Hubungan penyingkapan seksual dengan perselingkuhan memiliki koefisien rxy =
- 0, 556 dengan p = 0,000 menunjukkan ada hubungan yang negatif yang sangat
signifikan antara penyikapan seksual dengan perselingkuhan. Hubungan antara
keseimbangan kedudukan seksual dengan perselingkuhan memiliki koefisien rxy
= 0,002 dengan p = 0,493 menunjukkan tidak ada hubungan yang positif antara
keseimbangan kedudukan seksual dengan perselingkuhan. Hubungan antara
kepuasan seksual dengan perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = -0,330
dengan p = 0,010 menunjukkan ada hubungan yang negatif antara kepuasan
seksual dengan perselingkuhan fisik. Hubungan antara kepuasan seksual dengan
perselingkuhan emosional memiliki koefisien rxy = - 0, 429 dengan p = 0,001
menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan
seksual dengan perselingkuhan emosional. Hubungan antara komunikasi dengan
perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = - 0, 316 dengan p = 0,013
menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara komunikasi dengan
perselingkuhan
fisik.
Hubungan
antara
penyingkapan
seksual
dengan
perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = - 0, 481 dengan p = 0,000
menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara penyingkapan
seksual dengan perselingkuhan fisik. Hubungan antara keseimbangan dengan
perselingkuhan fisik memiliki koefisien rxy = 0,071 dengan p = 0,311
menunjukkan tidak ada hubungan yang antara keseimbangan seksual dengan
perselingkuhan fisik. Hubungan antara komunikasi dengan perselingkuhan
emosional memiliki koefisien rxy = - 0, 370 dengan p = 0,004 menunjukkan ada
hubungan
negatif
yang
sangat
signifikan
antara
komunikasi
dengan
perselingkuhan emosional. Hubungan antara penyingkapan seksual dengan
perselingkuhan emosional memiliki koefisien rxy = - 0,562 dengan p = 0,000
menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara penyingkapan
seksual dengan perselingkuhan emosional. Hubungan antara keseimbangan
seksual dengan perselingkuhan emosional memiliki koefisien rxy = - 0,066
dengan p = 0,324 menunjukkan tidak ada hubungan negatif antara keseimbangan
seksual dengan perselingkuhan emosional.
Hubungan antar aspek dalam variabel kepuasan seksual dengan
perselingkuhan mengatakan bahwa adanya korelasi antara komunikasi dan
penyikapan seksual dengan perselingkuhan baik itu perselingkuhan fisik maupun
perselingkuhan emosional, namun tidak terdapat hubungan antara keseimbangan
seksual dengan perselingkuhan baik perselingkuhan fisik maupun perselingkuhan
emosional.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara kepuasan seksual terhadap
perselingkuhan, secara empirik hipotesis dapat dibuktikan dengan rxy = - 0,404
menunjukkan hubungan negatif dengan hasil korelasi 0,002 (p < 0,01). Semakin
rendah kepuasan seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Sebaliknya,
semakin tinggi kepuasan seksual maka semakin rendah perselingkuhan.
Melihat hasil yang didapat dari hubungan antar aspek dalam variabel
kepuasan seksual terhadap perselingkuhan mengatakan bahwa adanya korelasi
antara komunikasi dan penyingkapan seksual terhadap perselingkuhan baik itu
perselingkuhan fisik maupun perselingkuhan emosional namun tidak terdapat
hubungan
antara
perselingkuhan
keseimbangan
fisik
maupun
seksual
terhadap
perselingkuhan
perselingkuhan
emosional.
Hal
baik
tersebut
membuktikan bahwa kepuasan seksual berupa komunikasi dan penyikapan
seksual penting dalam menjalin hubungan antara suami-istri untuk menghindari
dari perselingkuhan. Demon & Byers (1999) menyatakan kepuasan seksual adalah
suatu bentuk kedekatan seksual yang dirasakan oleh pasangan suami istri dalam
wilayah interpersonal, yaitu dalam kualitas komunikasi seksual, penyingkapan
hubungan seksual dan keseimbangan hubungan seksual. Metts dan Cupach (Byers
& Demmons, 1999) memandang kualitas komunikasi seksual sering dianggap
sebagai kepuasan dalam komunikasi seksual. Nugraha (2004) menyatakan bahwa
penting dalam hubungan seks adalah perasaan mencintai pasangannya dan dicintai
oleh pasangannya karena perasaan ini akan membuat hubungan seks yang
dilakukan atas dasar suka bukan karena terpaksa. Meskipun keseimbangan dalam
hubunganseksual tidak memiliki korelasi dengan perselingkuhan secara langsung
namun tetap perlu diperhatikan karena sikap saling menghargai dan memiliki
kedudukan yang sejajar dalam berhubungan seksual antara suami istri membuat
komunikasi dan penyikapan seksual menjadi lebih sempurna. Master, dkk (1999)
menambahkan bahwa kemampuan untuk menolak dan meminta hubungan seks
dengan pasangan merupakan salah satu bentuk keseimbangan yang baik antar
pasangan yang dapat meningkatkan kepuasan seksual.
Hasil penelitian ini melihat bahwa kepuasan seksual dengan mean empirik
63,36 dan mean hipotetik 50. Selain itu prosentase subjek tentang kepuasan
seksual sebanyak 60 % (30 orang) memperoleh skor tinggi dan 40 % (20 orang)
memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kepuasan seksual yang tinggi.
Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perselingkuhan
dengan mean empirik 47.26 dan mean hipotetik 52.5. Selain itu prosentase subjek
yang memiliki persepsi sebanyak 12 % (6 orang) memperoleh skor tinggi, 56 %
(28 orang) memperoleh skor sedang dan 32 % (16 orang) memperoleh skor
rendah. Hal ini berarti perselingkuhan mendapat perhatian yang kurang banyak
dari subjek penelitian meskipun dari prosentase yang dihasilkan bervariasi namun
dominan skor yang diperoleh subjek adalah sedang dan cenderung sedikit.
Dikatakan bahwa dalam perkawinan, seks merupakan aspek kecil dalam
hubungan perkawinan namun hal tersebut penting untuk mempertahankan
keharmonisan dalam rumah tangga dan keluhan yang banyak terjadi adalah
ketidakpuasan seksual terhadap pasangannya karena adanya kesenjangan
komunikasi sehingga dapat menimbulkan kebosanan atau kurang tanggapan
seksual serta masalah-masalah lain yang muncul ketika berhubungan seksual tidak
dikomunikasikan menjadikan tidak mencapai kepuasan seksual akibatnya
pasangan tersebut mencari kenikmatan lain di luar atau dengan perselingkuhan
(Khotari, 2001). Selain karena ketidakpuasan perkawinan dan mencari variasi
hubungan seksual dengan pasangan suami atau istri, perselingkuhan didukung
oleh libido atau energi penggerak insting berupa mencari kegairahan seksual
dikarenakan suami atau istri tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan libido
suami atau istri, sehingga untuk mengatasi kondisi ini suami atau istri melibatkan
orang ketiga yang berpeluang terjadinya perselingkuhan (Hawari, 2002). LaytonTholl (2000) mengatakan pentingnya pemenuhan kebutuhan biologis dalam
pasangan pernikahan dalam hal ini hubungan seksual yang baik dapat menjaga
pernikahan untuk setia pada pasangan.
Perselingkuhan merupakan bentuk hubungan pribadi di luar nikah, di
mana ada unsur ketertarikan baik secara fisik maupun emosional kepada pasangan
yang bukan pasangan nikahnya kemudian ada kebutuhan saling ketergantungan
sebagai karena telah menemukan kenyamanan dan rasa sayang lalu kemudian ada
keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan baik secara emosional bahkan
sampai ke tahap hubungan seksual, meskipun perselingkuhan tidak berarti
melakukan hubungan seksual namun ketertarikan secara emosional yang membuat
seseorang yang berselingkuh membagi konsentrasinya kepada lebih dari satu
pasangannya. Keinginan orang untuk melakukan selingkuh salah satunya mencari
kepuasan seksual di luar karena pasangan menikahnya kurang memberi kepuasan
seksual atau ingin mencari variasi seksual yang tidak didapat dari pasangan
menikahnya. Menurut Layton Tholl (2000) perselingkuhan dalam perkawinan,
dimungkinkan karena ketidakmampuan dalam menciptakan kepuasan hubungan
emosional dengan pasangan dalam waktu yang lama dan kebutuhan variasi
seksual.
Berdasarkan hasil penelitian yang mengatakan bahwa perselingkuhan yang
terjadi lebih banyak pada perselingkuhan emosional yaitu sebesar 0,001 bila
dibandingkan dengan perselingkuhan fisik sebesar 0,010 yang mana diketahui
bahwa perselingkuhan yang terjadi lebih banyak melibatkan emosional meskipun
secara fisik tetap mempengaruhi. Baik pria maupun wanita dalam melakukan
perselingkuhan tetap melibatkan secara fisik maupun emosional meskipun
menurut McKinney, et al (1998) bagi pria, perselingkuhan dilakukan karena
keinginan untuk mencari kepuasan seksual dan sedikit yang melibatkan perasaan,
namun bagi wanita perselingkuhan banyak melibatkan emosional dan kebutuhan
mencari kasih sayang, namun perselingkuhan secara fisik tetap melibatkan
emosional demikian pula sebaliknya, artinya hubungan fisik maupun emosional
saling mempengaruhi bagi pria maupun wanita.
Dalam kasus perselingkuhan, biasanya terdapat sepuluh kebutuhan
emosional (Harley & Chalmers dalam Satiadarma, 2001) yaitu : (1) kebutuhan
akan pujian, (2) kebutuhan kasih sayang, (3) kebutuhan komunikasi, (4)
kebutuhan dukungan keluarga, (5) kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, (6)
dukungan keuangan, (7) kejujuran dan keterbukaan, (8) penampilan fisik, (9)
kebersamaan,
(10)
kebutuhan
seksual.
Kondisi
awal
yang
mendasari
perselingkuhan adalah prioritas kebutuhan suami dan istri berkebalikan satu sama
lain, jadi jika kesepuluh kebutuhan tersebut disusun menurut skala prioritas, maka
prioritas kebutuhan yang utama bagi suami menjadi prioritas kebutuhan terakhir
bagi istri, dan sebaliknya. Akibat selanjutnya adalah muncul kebutuhan yang tidak
terpenuhi (unmet needs), kebutuhan yang tidak terpenuhi inilah yang
menimbulkan kerentanan pada diri seseorang untuk tergugah melakukan
perselingkuhan.
Penelitian lain yang sejenis adalah penelitian Nusya (2003) tentang
hubungan antara hubungan kepuasan perkawinan dengan intensi melakukan
selingkuh pada suami mengatakan bahwa ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kepuasan perkawinan dengan intensi melakukan selingkuh pada
suami. Penelitian lain adalah penelitian dari Valentina (2001) tentang hubungan
antara kebahagiaan perkawinan dan persepsi terhadap perselingkuhan mengatakan
ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kebahagiaan perkawinan dan
persepsi terhadap perselingkuhan. Penelitian tersebut sangat mendukung hasil dari
penelitian ini bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan
seksual terhadap perselingkuhan pada pasangan suami istri.
Hasil penelitian ini juga dapat melihat kontribusi variabel kepuasan
seksual terhadap perselingkuhan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,163. dalam
hal ini menunjukkan bahwa kepuasan seksual memberikan sumbangan efektif
sebesar 16,3 % terhadap perselingkuhan, sisanya 83,7 % adalah faktor lain.
Kelemahan penelitian ini berupa penentuan subjek penelitian di mana
subjek penelitian haruslah orang yang benar-benar melakukan selingkuh,
meskipun pemilihan tempat penelitian seperti kafe dan tempat keramaian dirasa
mampu menemukan orang-orang yang pernah berselingkuh namun kenyataan di
lapangan terdapat kesulitan untuk mengetahui apakah subjek penelitian jujur dan
terbuka akan kondisi dirinya bahwa mereka pernah berselingkuh atau tidak. Hal
yang terjadi di lapangan subjek penelitian kurang terbuka dalam menjawab
pernyataan pada aitem-aitem yang disediakan, hal tersebut diketahui dari sebelum
pengisian angket atau setelah pengisian angket, terkadang saat mengisi angket
subjek mengaku tidak pernah melakukan selingkuh namun setelah berbicara
panjang dengan subjek, subjek mengaku pernah berselingkuh dan ada juga subjek
yang mengatakan ingin mencari selingkuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena
masalah yang diungkap merupakan masalah sensitif dan privacy sehingga
keterbukaan atau kejujuran dari beberapa subjek penelitian yang diragukan. Lebih
mencari penyebab terjadinya perselingkuhan, bahwa perselingkuhan terjadi tidak
hanya dikarenakan mencari kepuasan seksual. Pemilihan kata dan tata bahasa
yang digunakan pada skala perselingkuhan maupun kepuasan seksual dapat
menimbulkan banyak interpretasi, sehingga peneliti lebih kritis dalam pemilihan
aitem yang mewakili aspek yang tepat untuk mengungkap hal yang akan diungkap
dan pembuatan aitem juga perlu memperhatikan tata bahasa yang tidak
menimbulkan penafsiran ganda.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kepuasan seksual
terhadap perselingkuhan pada suami-istri, artinya semakin tinggi kepuasan seksual
maka semakin rendah perselingkuhan, sebaliknya semakin rendah kepuasan
seksual maka semakin tinggi perselingkuhan. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian antara kepuasan seksual dengan perselingkuhan, diterima.
Sumbangan variabel kepuasan seksual terhadap perselingkuhan adalah 16,3%. Hal
ini menunjukkan ada faktor penentu lainnya selain kepuasan seksual.
B.
1.
Saran-saran
Untuk pasangan suami-istri
Melihat hasil penelitian bahwa kepuasan seksual yang sebagian besar
positif dan perselingkuhan yang sedang dan cenderung rendah, pasangan suami –
istri disarankan untuk lebih memperhatikan masalah kepuasan seksual dalam
berhubungan seks meskipun kepuasan seksual bukan merupakan faktor yang besar
mempengaruhi pasangan untuk melakukan perselingkuhan. Kepuasan seksual
didapat dengan adanya komunikasi, keterbukaan maupun keseimbangan dalam
hubungan seks dengan pasangan.
2.
Untuk calon pasangan suami-istri
Penelitian ini juga bermanfaat penting bagi calon-calon pasangan yang akan
menjalankan kehidupan rumah tangga untuk lebih memperhatikan keinginan
bersama, dan memahami perbedaan karakter dari masing-masing individu untuk
lebih dapat terbuka dan menjaga komunikasi karena menjaga perkawinan harus
dimulai dari niat yang kuat untuk saling setia dan menghargai pasangan.
3.
Untuk peneliti selanjutnya
a. Untuk peneliti selanjutnya, dengan melihat hasil penelitian dari sumbangan
kepuasan seksual terhadap perselingkuhan sebesar 16,3 % maka disarankan
untuk lebih menggali faktor-faktor lain yang mempengaruhi perselingkuhan.
b. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif, berdasarkan fakta dilapangan
peneliti kesulitan mengetahui keterbukaan dan kejujuran subjek penelitian
dalam menjawab, sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian secara kualitatif karena diperlukan pendekatan yang
lama untuk memahami karakter subjek penelitian agar kejujuran dan
keterbukaan dari subjek penelitian dapat memberikan kontribusi yang tepat
bagi hasil penelitian.
c. Dalam hal pembuatan alat ukur, sebaiknya peneliti lebih mencermati aspek
yang akan diungkap sehingga dalam operasionalnya aspek tersebut dapat
mengungkap sesuai dengan apa yang ingin diungkap, selain itu lebih
diperhatikan pemilihan kata dan tata bahasa sehingga subjek penelitian
mampu memahami maksud dari pernyataan dan tidak menimbulkan
interpretasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. 1982. Seksualita Ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Azwar,S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Buetel, M.E, dkk (2002) Sexual Activity, Seksual and Partnership Satisfaction In
Aging Men-result from a German Representative Community Study.
Andrologia, 34,22-28.
Byers, E.A & Demmons. S. 1999. Sexual Satisfaction and Seksual SelfDisclosure Within Dating Relationship. The Journal of sex reaserch, 36,
(May),180-189.
Christopher,S.F & Sprecher, S.2000. Sexuality in Marriage, Dating and Other
Relationship : A Decade Review. Journal of Marriage and The Familiy,
62, 999-1017.
Daniel, R. 2003. Selingkuh”Budaya”Eksekutif Muda?. Jakarta: P.T. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hadi, S. 2000. Statistika. Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Hadi, S. 2000. Metodologi Research jilid 2. Yogyakarta: Andi offset.
Hall, C.S & Lindzey, G. 1993. Teori-teori Psikodinamik (Klinis) Psikologi
Kepribadian 1. Yogyakarta : Kanisius.
Hawari, D. 2002. Love Affair (Perselingkuhan) Prevensi dan Solusi. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jackson, Tim. 2000.When a Spouse in Unfaithful.USA: RBC Ministeries-Grand
Rapids. http://www.gospelcom.net/rbc/ds/cboo1/cboo1 html#intro.
Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita (jilid 2) Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan
Nenek. Bandung : CV. Mandar Maju.
McKinney, et al. 1998. Beliefs about The Outcomes of Extramarital Sexual
Relationships as a Function of The Gender of The Cheating Spouse.
http://www.findarticles.com 10/02/05.
Kompas, 2004. Perselingkuhan Makin Marak, Anak-anak Jadi Korban. Surat
Kabar Kompas 10 Agustus 2004.
--------, 2004. Seksologi: Kalau Selingkuh. Surat Kabar Kompas 13 April 2005
Kothari, P. 2001. Common Sexual Problems and Solution. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Layton-Tholl, D. 2000. Extarmarital Affairs : What is The Allure? Article : Posted
in The America On Line Extramarital Affairs Forum.
http://www.members.aol.com/affair.html / 24/10/05.
Male Emporium. April 2005. Hasil dan Analisa Seks Poling ”Seks Kilat”.
http//www.cyberman.cbn.net.id, 51, 15/04/05.
Nusya, Z.S. 2003. Hubungan Antara Kepuasan Perkawinan Dengan Intensi
Melakukan Selingkuh Pada Suami. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Nugraha,
B.D.
2004.
Seks
Kunci
http://www.pdpersi.co.id. 23/09/05.
Keharmonisan
Keluarga.
Pikiran Rakyat, 2004. Mulanya Biasa Saja Selanjutnya… .Surat Kabar Pikiran
Rakyat 24 Maret 2004.
Prakoso, D dan Murtika, I. 1987. Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia.
Jakarta: PT. Bina Aksara.
Primidawati, A. 2005. Naskah Kualitas Komunikasi Dengan Intensi
Perselingkuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Pudibudojo, dkk. 2001 Hubungan Antara Depresi Postpartum Dengan Kepuasan
Seksual pada Ibu Primipara. Anima Indonesia Psychology Journal . Vol
16.No.3, 23-34,300-314.
Rahman, A. 1992. Perkawinan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadardjoen, S.S. 2005. Konflik Marital Pemahaman, Konseptual, Aktual &
Alternative Solusinya. Bandung : Refika aditama.
Satiadarma, M.P. 2001. Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta : Pustaka Populer
Obor.
Shehan, C.L. (2002) Marriage & Families second edition. The University of
Florida. 176-180.
Sprecher, S. 1998. Social Exchange Theories and Sexuality. Journal of Sex
Research, 35(1). 32-43.
Waage, J.K. 1997. Parental Investment - Minding the kids or keeping control? In:
P.A. Gowaty, ed. Feminism and Evolutionary Biology: Boundaries,
Intersections and Frontiers. Chapman & Hall, pp. 527-553.
http://www.brown.edu/Departments/EEB/waage/abstracts.htm
… … … 2002. Sexual Satisfaction in Premarital Relationship ; Journal of Sex
Research. (39. 190- 196).
Walgito, B. 1984. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada.
Widjaja H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.
Wiederman, M.W. 1997. Extramarital Sex : Prevalence and Correlates in a
National Survey. Journal of Sex Research. http://www.findarticles.com
10/02/05.
Valentine, T.B. 2002. Hubungan Kebahagiaan dan Persepsi terhadap
Perselingkuhan pada Suami Istri Sub Etnis Batak Toba. Skripsi (tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Yulianto,B.S. 2000. Perselingkuhan: Dapatkah Ditiadakan?. Anima Indonesian
Psychology Journal. Vol 15. No.4. 368-379.
Yurni. 2003. Hubungan Perilaku Mendengar dan Kepuasan Seksual dengan
Kepuasan Perkawinan. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada.
CURRICULUM VITAE
Nama
: Novika Sari
Nomor Mahasiswa
: 01 320 199
Alamat
: Jl. Adisucipto Komp. BTN Teluk Mulus Blok
O.12 Sungai Raya Pontianak Kalimantan Barat
Download