Modul Psikologi Sosial I [TM15]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Sosial 1
Hubungan Antar Pribadi
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
14
Kode MK
Disusun Oleh
61017
Filino Firmansyah, M.Psi
Abstract
Kompetensi
Materi tentang ketertarikan antarpribadi,
factor-faktor yang mempengaruhi
ketertarikan antarpribadi, tipe cinta,
pernikahan, perselingkuhan, tipe
perselingkuhan.
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan kembali mengenai
antarpribadi, factor-faktor yang
mempengaruhi ketertarikan
antarpribadi, tipe cinta, pernikahan,
perselingkuhan, tipe perselingkuhan.
Hubungan Antar Pribadi
Materi ini diambil dari tulisan Dian Wisnuwardhani (Sarlito dan Meinarno,
2009) mengenai hubungan antar pribadi. Dalam materi ini akan dibahas mengenai
ketertarikan antarpribadi, factor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan antarpribadi,
tipe cinta, pernikahan, perselingkuhan, tipe perselingkuhan.
Hubungan Interpersonal
Menurut Pearson (1983), manusia adalah makhluk sosial. Artinya, sebagai
makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan
dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,
membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita melakukan
hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain. Hubungan
interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki
ketergantugan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan
menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan
interpersonal attraction.
Interpersonal Attraction
Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah
penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan
melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika kita
berkenalan dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang
tersebut; apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut
ternyata kurang sesuai, sehingga kita lebih memiliih untuk tidak melakukan interaksi sama
sekali. Ingatlah bahwa konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan
interpersonal.
‘13
2
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Agar dapat memahami penilaian tersebut, marilah kita melihat table dimensi
berikut :
Tingkat Interaksi
Strong Liking
Kategori Evaluasi
Teman (friend)
Contoh Interaksi
Menghabiskan waktu
bersama, merencanakan
pertemuan
Mild Liking
Neutral
Mild Dislike
Strong Dislike
Teman dekat (close
Menikmati interaksi saat
acquaintance)
bertemu
Teman biasa (superficial
Saling mengenal satu sama
acquaintance)
lain dan saling menyapa
Pengganggu (annoying
Memilih untuk menghindari
acquaintance)
interaksi
Tidak diinginkan
Menghindari kontak secara
(undesirable)
aktif
Dari table di atas, dapat disimpulkan, bahwa terdapat lima tingkat interaksi,
yaitu strong liking, mild liking, neutral, mild dislike, dan strong dislike. Sekarang bayangkan
bahwa kita sedang berada dalam suatu kota yang asing, sayangnya, tidak ada satu orang
pun yang kita kenal. Kemudian, apa yang akan kita lakukan? Kita mencoba untuk
menghampiri sekumpulan orang tersebut dan mulai berkenalan. Setelah itu, kita berusaha
untuk mengenali serta melakukan penilaian mana orang-orang yang sesuai dan tidak sesuai
dengan kita. Proses inilah yang dinamakan dengan melakukan penilaian. Ketika kita menilai
orang yang baru kita kenal dengan kategori evaluasi teman, tentu kita akan merasa senang
untuk menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan bersama, bahkan merencanakan
untuk dapat bertemu di lain waktu. Namun ketika kategori evaluasinya adalah pengganggu,
saat ada pertemuan dalam satu ruangan yang sama, kita lebih memillih untuk menghindari
interaksi dengan orang tersebut dengan melakukan kegiatan lain, misalnya pergi dari
ruangan tersebut, pura-pura tidak melihat, ataupun mencari orang lian yang lebih cocok
untuk diajak berbicara. Dalam melakukan hubungan interpersonal, faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction) yaitu faktor
internal, faktor eksternal dan interaksi.
‘13
3
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Faktor internal (Baron dan Byrne, 2008)
Faktor internal-faktor dari dalam diri kita—meliputi dua hal, yaitu kebutuhan untuk
berinteraksi (need of affiliation) dan pengaruh perasaan. Interaksi antara satu ornag
dengan orang lain bisa terjadi dimana saja, misalnya di rumah, sekolah, kantor pos,
kantin, supermarket, lapangan, dan lain-lain. Namun, kebutuhan untuk saling
berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita berbeda-beda satu sama lain.
Kebutuhan untuk berinteraksi (Need for Affilation)
Kita cenderung ingin berinteraksi dengan orang lain, namun di lain waktu,
terkadang kita juga tidak ingin berinteraksi atau ingin sendiri. Menurut
McClelland, kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan dimana seseorang
berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam
kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas bersama
keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling
mendukung dan konformitas. Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi, berusaha mencapai kepuasaan terhadap kebutuhan ini, agar
disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih
bekerja sama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan
kelompok.
Pengaruh perasaan
Sebuah penemuan menunjukkan bahwa orang asing akan lebih menyukai
jika kita mengucapkan kalimat yang menyenangkan. Misalnya, “Kamu
memiliki anjing yang bagus”, dibandingkan dengan mengucapkan kalimat
negatif seperti “Di manakah kamu menemukan anjing yang buruk itu?”
(Baron, Bryrne, 2008). Bayangkan, komunikasi tersebut terjadi pada kita,
respons apakah yang akan kita berikan kepada orang tersebut?
Contoh diatas menunjukkan bahwa jika kita membuat orang lain senang saat
kita bertemu dengannya, maka interaksi akan lebih mudah terjalin.
Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat
perasaannya negatif (kesal, marah), orang tersebut akan lebih sulit untuk
berinteraksi dengan kita. Marilah kita lihat contoh lain. Penelitian dari Bryne
‘13
4
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dkk (1975) dan Fraley & Aron (dalam Baron dan Byrne, 2006) menunjukkan
bahwa dalam berbagai situasi sosial, humor digunakan secara umum untuk
mencairkan suasana dan menfasilitasi interaksi pertemanan. Humor yang
menghasilkan tawa dapat membuat kita lebih mudah berinteraksi, sekalipun
dengan orang yang belum dikenal. Apakah Anda ingat kalimat “tertawa itu
sehat”?” Makna dari kalimat tersebut dapat diartikan bahwa dengan tertawa,
perasaan kita akan senang, sehingga kita lebih dapat berpikir lebih sehat dan
berperilaku lebih baik. Jadi, kita akan lebih dapat berpikir lebih sehat dan
berperilaku lebik baik. Jadi kita akan lebih mudah berinteraksi dengan orang
lain pada saat kondisi perasaan kita senang dibandingkan jika kondisi
perasaan kita sedang negatif. Hal ini terjadi karena pada saat senang, kita
lebih terbuka untuk melakukan komunikasi.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal
adalah kedekatan (proximity) dan daya tarik fisik.
Witing trisno jalaran soko kulino. Pernahkah Anda mendengar pepatah ini? Pepatah
Jawa ini memberikan arti bahwa ketika sering bertemu dengan orang di sekitar kita,
maka kita akan terbiasa melihat orang tersebut dan memungkinkan kita untuk
menjadi lebih dekat serta kemudian saling jatuh cinta. Baron dan Bryne (2008)
menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua orang yang tinggal dalam satu
lingkungan yang sama seperti di kantor dan di kelas, menunjukkan bahwa semakin
dekat jarak geografis di antara mereka, semakin besar kemungkinan kedua orang
tersebut untuk sering bertemu. Selanjutnya, pertemuan tersebut akan menghasilkan
penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan di antara mereka. Hal
ini disebut juga dengan more exposure effect, penelitian ini pertama kali dilakukan
oleh Zajonc tahun 1968. Kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa kita
kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal (Miller & Perlman,
2009).
‘13
5
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daya tarik fisik
Saat kita kecil, orang tua sering menasehati, “Janganlah menilai orang dari
tampak luarnya saja, belum tentu orang tersebut seperti yang kita
perkirakan”. Nasihat ini ditujukan agar kita jangan terburu-buru menilai orang
dari tampilan luarnya dan kita harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan
orang tersebut. Misalnya, seseorang mengenal seseorang lain yang berwajah
tidak terlalu cakap, bahkan kalau dinilai menakutkan, pertama-tama reaksinya
orang tersebut adalah takut dan hampir pasti menghindari interaksi. Akan
tetapi orang baru tersebut kemudian menyapa terlebih dahulu dengan sopan
dan ramah. Seiring dengan waktu berjalan, penilaiannya akan berubah
terhadap orang tersebut. Pengalaman itu memberi pelajaran pada kita bahwa
seperti apa pun orang yang baru kita kenal, secara fisik menarik ataupun
tidak, jangan menilai terlalu cepat, orang tersebut mungkin saja berbeda
dengan apa yang kita nilai sebelumnya. Jadi, “don’t judge a book by its
cover”. Sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa
sebagian besar orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik
menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi,
mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki-laki) dan lebih
feminine (untuk perempuan) daripada orang yang tidak menarik (Dion & Dion,
1991; Hatfield & Sprecher; 1986a dalam Baron Byrne, 2008). Jadi, kita
cenderung untuk memilih interaksi dengan orang yang menarik dibandingkan
orang yang kurang menarik karena orang yang menarik memiliki karakteristik
lebih positif.
c. Faktor interaksi
Pada faktor interaksi terdapat 2 hal, yaitu persamaan-persamaan (similaritydissimilarity) dan reciprocal liking).
Persamaan perbedaan
Bukankah sangat menyenangkan ketika kita mengetahui bahwa orang yang
berada di samping kita ternyata memiliki kesamaan dalam hobi? Miller dan
Perlman (2009) mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita
menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal usul, minat
dan pengalaman yang sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka
‘13
6
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
saling menyukai. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasangan suami
istri yang memiliki kepribadian yang hampir sama akan memiliki pernikahan
yang lebih bahagia daripada pasangan suami istri yang memiliki kepribadian
berbeda (Gaunt, 2006). Ternyata, perbedaan juga lebih menyenangkan
daripada persamaan. Jones, menjelaskan bahwa kita merasa senang saat
menemukan terdapat hal yang mirip dengan orang yang kita sukai, tetapi
ternyata lebih menyenangkan saat kita mengetahui bahwa pandangan
berbeda dengan yang kita miliki (Jones dalam Pines, 1999). Mengapa
demikian? Hal ini terjadi ketika menyukai seseorang yang memiliki opini
berbeda dengan kita, kita mengasumsikan bahwa orang tersebut menyukai
kita apa adanya dan bukan karena opini kita. Keuntungan yang dapat
diperoleh dari berinteraksi dengan orang yang memiliki sikap berbeda adalah
kita lebih dapat belajar hal yang baru dan bernilai lebih (Kruglanski &
Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999).
Reciprocal liking
Faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain
adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita
menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga
tidak menyukai kita. Dengan kata lain, kita memberikan kembali (reciprocate)
perasaan yang diberikan orang lain kepada kita (Dwyer, 2000). Ia juga
menambahkan, pada dasarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut
dapat meningkatkan self esteem (harga diri), membuat kita bernilai, dan
akhirnya mendapatkan positive reinforcement.
Cinta
“Jatuh cinta berjuta indahnya… Dipandang dibelai amboi rasanya… Jatuh cinta
berjuta nikmatnya… Menangis tertawa karena jatuh cinta…”
Bait lagu di atas diambil dari lagu Titiek Puspa yang menjelaskan bawah jatuh
cinta memiliki makna yang berbeda-beda. Pertanyaannya , pernahkan anda merasa bahwa
pacar anda begitu menyebalkan, tetapi juga begitu menyenangkan? Bayangkan, suatu hari
anda pergi dengan pacar anda. Hari itu anda sedang berulang tahun, tetapi pacar anda
‘13
7
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seperti lupa akan hari ualng tahun anda. Padahal, anda begitu menunggu-nunggu saat
dimana ia akan memberikan kejutan untuk anda, tetapi hingga sore, pacar anda tidak juga
terihat akan memberikan kejutan. Anda marasa kesal dan kecewa, hingga akhirnya pacar
anda pulang ke rumah., tak juga memberikan kado ataupun ucapan selamat darinya. Tibatiba, pukul delapan malam, Anda dikejutkan oleh suar yang sangat Anda kenal, suara sang
pacar menyanyi happy birthday dengan diiringi alunan musi orkes jalanan. Langsung saja
Anda melompat ke arah luar, tersenyum dengan gembira dan haru. Menurut Izard (dalam
Strongman, 1998), cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan
maupun yang menyakitkan.
Dalam teorinya, Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi,
yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy) dan komitmen/keputusan
(commitment/decision).
-
Hasrat
Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan
(keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada
jenis cinta ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu
memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata
secara intens seperti melambung ke awan, mengagumi dan terpesona dengan
pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan sejahtera, ingin selalu
bersama pasangan yang dicintai, memiliki energy yang besar untuk melalukan
sesuatu demi pasangan mereka, merasakan adanya kesamaan dalam banyak
hal, serta tentu saja merasa sangat berbahagia
-
Keintiman
Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan
yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai
keintiman emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan saling
mendukung, serta bisa berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka
mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak
sependapat atau berbuat kesalahan.
‘13
8
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
-
Komitmen
Pada dimensi komitmen/keputusan, seseorang berkeputusan untuk tetap
bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna
mencurahkan perhatian, melalukan sesuatu untuk mejaga suatu hubungan tetap
langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya serta memperbaiki bila
hubungan dalam keadaan kritis.
Berikut ini adalah contoh penelitian yang dilakukan oleh Diana Rahmawati
(Universitas Indonesia) dengan judul gambaran cinta istri yang menjalani hubungan jarak
jauh dengan pasangan.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, banyak sekali kita temui pasangan
yang telah menikah, hidup terpisah satu sama lain dengan berbagai alasan. Adanua jarak
fisik dengan pasangan, dianggap mempengaruhi komponen-komponen cinta pada
pasangan bersangkutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
subjektif mengenai gambaran komponen-komponen cinta pada pasangan yang menjalani
hubungan jarak jauh, faktor-faktor yang membuat individu tetap bertahan dalam kondisi
mengalami keterpisahan fisik dengan pasangannya, serta pola penyesuaian diri individu
terhadap hal tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara
melakukan wawancara secara mendalam terhadap subjek perempuan yang berusia 20-30
tahun, berada pada usia perkawinan di bawah 5 tahun, dan pasangan tinggal di luar kota.
Berdasarkan penelitian ini, diketahui bawha yang menjadi alasan bagi para istri untuk
menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan adalah kepindahan tempat tugas
pasangan yang sejak awal perkawinan telah jauh. Selan itu, keharusan untuk
menyelesaikan pendidikan S2 yang sedang dijalani, juga menjadi pertimbangan tersendiri
bagi kedua subjek untuk tidak segera mengikuti pasangan. Komponen keintiman pada saat
jauh dari pasangan, tergambar melalui komunikasi antar semua subjek dengan pasangan
masing-masing. Sarana komunikasi yang digunakan oleh semua subjek dapat
mengutarakan masalah-masalah yang dihadapinya pada pasangan. Melalui komunikasi
jarak jauh tersebut, masing-masing subjek juga dapat saling memberikan dukungan
emosional dan penghargaan dengan pasangan. Adanya jarak fisik dengan pasangan
menyebabkan frekuensi hubungan seks yang berkurang. Hal ini menimbulkan dorongandorongan seksual yang harus dialihkan. Cara yang dipilih oleh dua orang subjek, yaitu
dengan berolahraga dan mencari aktivitas lain yang dapat mengalihkan pikiran dari soal
seks. Sedangkan, salah satu subjek memilih bercanda dengan suami di telepon. Sejak awal
‘13
9
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
penikahan, setiap subjek membuat kesepakatan dengan suami masing untuk mementingkan
keluarga di atas segalanya dan hal itu tetap dipertahankan meskipun mereka sedang
menjalani hubungan jarak jauh. Gambaran komitmen terhadap pasangan juga terlihat dari
keputusan masing-masing subjek untuk membatasi hubungan dan kontak fisik dengan lakilaki. Komitmen ini juga terlihat dari keinginan semua subjek untuk kembali berkumpul
dengan pasangan.
Alasan utama untuk melalukan pernikahan adalah adanya cinta dan
komitmen yang dibagi bersama pasangan. Pasangan memiliki hasrat untuk membagi dirinya
dalam hubungan yang berlanjut dengan hangat (Turner & Helms, 1995).
Pernikahan
Pernahkan anda datang ke acara resepsi pernikahan? Tidak jarang kita
melihat pesta pernikahan yang megah, diwarnai dengan bunga-bunga yang indah, makanan
yang lezat, tamu-tama yang memenuhi pandangan mata, dan tentu saja pengantin yang
berbahagia. Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antarpasangan dan dengan
mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah
resmi menjadi suami istri. Duvall & Miller (1985) menjelaskan bahwa penikahan adalah
hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk melegalkan
hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di
antara sesama.
Penelitian tentang pernikahan sudah banyak dilakukan di Indonesia, salah
satu adalah penelitian yang dibuat oleh Dewi Latifah dengan judul Fungsi dan Dampak
Persahabatan Lawan Jenis terhadap Kepuasaan Pernikahan Dewasa Muda dan Dewasa
Madya. Dari hasil ini, diperoleh bahwa dalam kehidupan pernikahan mereka, subjek dapat
menerima perubahan, mampu hidup dengan ha-hal yang tidak dapat mereka ubah, mampu
menerima ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling
membutuhkan serta menikmati kebersamaan (Latifah, 2005). Apakah yang membuat Emiy
dan marion Grillot tetap menikah selama 58 tahun? Mungkin, ikatan yang diperkuat dengan
adanya anak-anak –20 orang anak dan 77 cucu, seperti yang terlihat pada foto di rumah
keluarga Grillor di Ohio (National Geograpic, 2006). Anak adalah salah satu faktor
kepuasaan pernikahan. Seperti yang dikemukakan oleh Latifah, bahwa faktor-faktor yang
mendukung kepuasan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi
perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi padangan, hubungan
‘13
10
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak,
keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar (Latifah, 2005).
Perselingkuhan
Mengapa orang melakukan perselingkuhan? Terdapat banyak alasan bagi
seseorang untuk dapat melakukan perselingkuhan. Misalnya, kurangnya perhatian istri
terhadap suami merupakan alasan paling umum bagi suami untuk mecari perhatian dari
wanita lain. Apalagi, jika istri terlalu sibuk bekerja, aktif dalam berbagai kegiatan di luar
rumah, ditambah lagi dengan tugas istri dalam mengurus rumah tangga dan anak, sehingga
waktu dan perhatian untuk mengurus suami menjadi berkurang (Hawari, 2004). Vaughan
(2003) menyebutukan bahwa perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain
yang bukan merupakan pasangan primernya. Data yang diperoleh Hawari (2002)
menyebutkan bahwa perselingkuhan yang terjadi di Jakarta, 90 persen dilakukan oleh suami
dan 10 persen dilakukan oleh istri juga. Ia juga mengemukakan bahwa suami mulai
berselingkuh ketika usianya diperkirakan 40 tahun. Penelitian mengenai perselingkuhan
telah menjadi perhatian oleh bidang studi psikologi sosial pada tahun 2007. Penelitian
tersebut dilakukan bersama mahasiswa dan dosen pembimbing. Salah satu hasil penelitian
tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Cinthyadewi (2007), menunjukkan bahwa
perselingkuhan yang dilakukan oleh suami merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi
istri. Perselingkuhan tersebut terjadi karena faktor yang ada dalam diri subjek, seperti
kurang perhatian atau tidak memenuhi harapan istri. Berikut adalah sejumlah alasan
seseorang melakukan perselingkuhan, yaitu variasi seksual, untuk kesenangan,
companionship dengan wanita lain, kepuasan akan tantangan, merasa tertarik kapada
wanita yang lebih muda, memanfaatkan kesempatan yang ada, keinginan untuk melanggar
sesuatu yang dilarang, kebosanan akan pernikahan, istri tidak lagi menarik secara fisik
(tidak lagi memiliki daya tarik seksual), ingin menyakiti istri, istri menjadi gemuk, istri terfokus
pada anak, danuntuk mendapatkan pengalaman romantic. Sedangkan menurut Then
(1998), alasan yang sering digunakan untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai
pelarian karena pernikahannya tidak bahagia ataupun untuk mendapatkan cinta. Selain itu,
perbedaan kelas sosial, agama dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan
perselingkuhan. Selain itu, ketidaksiapan dalam menerima perbedaan dan keunikan masingmasing.
‘13
11
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
‘13
12
Psikologi Sosial 1
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download