MODUL PERKULIAHAN Psikologi Sosial 1 Hubungan Antar Pribadi Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 14 Kode MK Disusun Oleh 61017 Filino Firmansyah, M.Psi Abstract Kompetensi Materi tentang ketertarikan antarpribadi, factor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan antarpribadi, tipe cinta, pernikahan, perselingkuhan, tipe perselingkuhan. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai antarpribadi, factor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan antarpribadi, tipe cinta, pernikahan, perselingkuhan, tipe perselingkuhan. Hubungan Antar Pribadi Materi ini diambil dari tulisan Dian Wisnuwardhani (Sarlito dan Meinarno, 2009) mengenai hubungan antar pribadi. Dalam materi ini akan dibahas mengenai ketertarikan antarpribadi, factor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan antarpribadi, tipe cinta, pernikahan, perselingkuhan, tipe perselingkuhan. Hubungan Interpersonal Menurut Pearson (1983), manusia adalah makhluk sosial. Artinya, sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantugan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction. Interpersonal Attraction Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika kita berkenalan dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut; apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut ternyata kurang sesuai, sehingga kita lebih memiliih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali. Ingatlah bahwa konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal. ‘13 2 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Agar dapat memahami penilaian tersebut, marilah kita melihat table dimensi berikut : Tingkat Interaksi Strong Liking Kategori Evaluasi Teman (friend) Contoh Interaksi Menghabiskan waktu bersama, merencanakan pertemuan Mild Liking Neutral Mild Dislike Strong Dislike Teman dekat (close Menikmati interaksi saat acquaintance) bertemu Teman biasa (superficial Saling mengenal satu sama acquaintance) lain dan saling menyapa Pengganggu (annoying Memilih untuk menghindari acquaintance) interaksi Tidak diinginkan Menghindari kontak secara (undesirable) aktif Dari table di atas, dapat disimpulkan, bahwa terdapat lima tingkat interaksi, yaitu strong liking, mild liking, neutral, mild dislike, dan strong dislike. Sekarang bayangkan bahwa kita sedang berada dalam suatu kota yang asing, sayangnya, tidak ada satu orang pun yang kita kenal. Kemudian, apa yang akan kita lakukan? Kita mencoba untuk menghampiri sekumpulan orang tersebut dan mulai berkenalan. Setelah itu, kita berusaha untuk mengenali serta melakukan penilaian mana orang-orang yang sesuai dan tidak sesuai dengan kita. Proses inilah yang dinamakan dengan melakukan penilaian. Ketika kita menilai orang yang baru kita kenal dengan kategori evaluasi teman, tentu kita akan merasa senang untuk menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan bersama, bahkan merencanakan untuk dapat bertemu di lain waktu. Namun ketika kategori evaluasinya adalah pengganggu, saat ada pertemuan dalam satu ruangan yang sama, kita lebih memillih untuk menghindari interaksi dengan orang tersebut dengan melakukan kegiatan lain, misalnya pergi dari ruangan tersebut, pura-pura tidak melihat, ataupun mencari orang lian yang lebih cocok untuk diajak berbicara. Dalam melakukan hubungan interpersonal, faktor-faktor yang mempengaruhi suatu ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction) yaitu faktor internal, faktor eksternal dan interaksi. ‘13 3 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Faktor internal (Baron dan Byrne, 2008) Faktor internal-faktor dari dalam diri kita—meliputi dua hal, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi (need of affiliation) dan pengaruh perasaan. Interaksi antara satu ornag dengan orang lain bisa terjadi dimana saja, misalnya di rumah, sekolah, kantor pos, kantin, supermarket, lapangan, dan lain-lain. Namun, kebutuhan untuk saling berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita berbeda-beda satu sama lain. Kebutuhan untuk berinteraksi (Need for Affilation) Kita cenderung ingin berinteraksi dengan orang lain, namun di lain waktu, terkadang kita juga tidak ingin berinteraksi atau ingin sendiri. Menurut McClelland, kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan dimana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung dan konformitas. Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencapai kepuasaan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih bekerja sama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok. Pengaruh perasaan Sebuah penemuan menunjukkan bahwa orang asing akan lebih menyukai jika kita mengucapkan kalimat yang menyenangkan. Misalnya, “Kamu memiliki anjing yang bagus”, dibandingkan dengan mengucapkan kalimat negatif seperti “Di manakah kamu menemukan anjing yang buruk itu?” (Baron, Bryrne, 2008). Bayangkan, komunikasi tersebut terjadi pada kita, respons apakah yang akan kita berikan kepada orang tersebut? Contoh diatas menunjukkan bahwa jika kita membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya, maka interaksi akan lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat perasaannya negatif (kesal, marah), orang tersebut akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita. Marilah kita lihat contoh lain. Penelitian dari Bryne ‘13 4 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dkk (1975) dan Fraley & Aron (dalam Baron dan Byrne, 2006) menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial, humor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan menfasilitasi interaksi pertemanan. Humor yang menghasilkan tawa dapat membuat kita lebih mudah berinteraksi, sekalipun dengan orang yang belum dikenal. Apakah Anda ingat kalimat “tertawa itu sehat”?” Makna dari kalimat tersebut dapat diartikan bahwa dengan tertawa, perasaan kita akan senang, sehingga kita lebih dapat berpikir lebih sehat dan berperilaku lebih baik. Jadi, kita akan lebih dapat berpikir lebih sehat dan berperilaku lebik baik. Jadi kita akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain pada saat kondisi perasaan kita senang dibandingkan jika kondisi perasaan kita sedang negatif. Hal ini terjadi karena pada saat senang, kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi. b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah kedekatan (proximity) dan daya tarik fisik. Witing trisno jalaran soko kulino. Pernahkah Anda mendengar pepatah ini? Pepatah Jawa ini memberikan arti bahwa ketika sering bertemu dengan orang di sekitar kita, maka kita akan terbiasa melihat orang tersebut dan memungkinkan kita untuk menjadi lebih dekat serta kemudian saling jatuh cinta. Baron dan Bryne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama seperti di kantor dan di kelas, menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografis di antara mereka, semakin besar kemungkinan kedua orang tersebut untuk sering bertemu. Selanjutnya, pertemuan tersebut akan menghasilkan penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan di antara mereka. Hal ini disebut juga dengan more exposure effect, penelitian ini pertama kali dilakukan oleh Zajonc tahun 1968. Kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal (Miller & Perlman, 2009). ‘13 5 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daya tarik fisik Saat kita kecil, orang tua sering menasehati, “Janganlah menilai orang dari tampak luarnya saja, belum tentu orang tersebut seperti yang kita perkirakan”. Nasihat ini ditujukan agar kita jangan terburu-buru menilai orang dari tampilan luarnya dan kita harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang tersebut. Misalnya, seseorang mengenal seseorang lain yang berwajah tidak terlalu cakap, bahkan kalau dinilai menakutkan, pertama-tama reaksinya orang tersebut adalah takut dan hampir pasti menghindari interaksi. Akan tetapi orang baru tersebut kemudian menyapa terlebih dahulu dengan sopan dan ramah. Seiring dengan waktu berjalan, penilaiannya akan berubah terhadap orang tersebut. Pengalaman itu memberi pelajaran pada kita bahwa seperti apa pun orang yang baru kita kenal, secara fisik menarik ataupun tidak, jangan menilai terlalu cepat, orang tersebut mungkin saja berbeda dengan apa yang kita nilai sebelumnya. Jadi, “don’t judge a book by its cover”. Sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki-laki) dan lebih feminine (untuk perempuan) daripada orang yang tidak menarik (Dion & Dion, 1991; Hatfield & Sprecher; 1986a dalam Baron Byrne, 2008). Jadi, kita cenderung untuk memilih interaksi dengan orang yang menarik dibandingkan orang yang kurang menarik karena orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif. c. Faktor interaksi Pada faktor interaksi terdapat 2 hal, yaitu persamaan-persamaan (similaritydissimilarity) dan reciprocal liking). Persamaan perbedaan Bukankah sangat menyenangkan ketika kita mengetahui bahwa orang yang berada di samping kita ternyata memiliki kesamaan dalam hobi? Miller dan Perlman (2009) mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal usul, minat dan pengalaman yang sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka ‘13 6 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id saling menyukai. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasangan suami istri yang memiliki kepribadian yang hampir sama akan memiliki pernikahan yang lebih bahagia daripada pasangan suami istri yang memiliki kepribadian berbeda (Gaunt, 2006). Ternyata, perbedaan juga lebih menyenangkan daripada persamaan. Jones, menjelaskan bahwa kita merasa senang saat menemukan terdapat hal yang mirip dengan orang yang kita sukai, tetapi ternyata lebih menyenangkan saat kita mengetahui bahwa pandangan berbeda dengan yang kita miliki (Jones dalam Pines, 1999). Mengapa demikian? Hal ini terjadi ketika menyukai seseorang yang memiliki opini berbeda dengan kita, kita mengasumsikan bahwa orang tersebut menyukai kita apa adanya dan bukan karena opini kita. Keuntungan yang dapat diperoleh dari berinteraksi dengan orang yang memiliki sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal yang baru dan bernilai lebih (Kruglanski & Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999). Reciprocal liking Faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga tidak menyukai kita. Dengan kata lain, kita memberikan kembali (reciprocate) perasaan yang diberikan orang lain kepada kita (Dwyer, 2000). Ia juga menambahkan, pada dasarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri), membuat kita bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive reinforcement. Cinta “Jatuh cinta berjuta indahnya… Dipandang dibelai amboi rasanya… Jatuh cinta berjuta nikmatnya… Menangis tertawa karena jatuh cinta…” Bait lagu di atas diambil dari lagu Titiek Puspa yang menjelaskan bawah jatuh cinta memiliki makna yang berbeda-beda. Pertanyaannya , pernahkan anda merasa bahwa pacar anda begitu menyebalkan, tetapi juga begitu menyenangkan? Bayangkan, suatu hari anda pergi dengan pacar anda. Hari itu anda sedang berulang tahun, tetapi pacar anda ‘13 7 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seperti lupa akan hari ualng tahun anda. Padahal, anda begitu menunggu-nunggu saat dimana ia akan memberikan kejutan untuk anda, tetapi hingga sore, pacar anda tidak juga terihat akan memberikan kejutan. Anda marasa kesal dan kecewa, hingga akhirnya pacar anda pulang ke rumah., tak juga memberikan kado ataupun ucapan selamat darinya. Tibatiba, pukul delapan malam, Anda dikejutkan oleh suar yang sangat Anda kenal, suara sang pacar menyanyi happy birthday dengan diiringi alunan musi orkes jalanan. Langsung saja Anda melompat ke arah luar, tersenyum dengan gembira dan haru. Menurut Izard (dalam Strongman, 1998), cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Dalam teorinya, Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy) dan komitmen/keputusan (commitment/decision). - Hasrat Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan (keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens seperti melambung ke awan, mengagumi dan terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan sejahtera, ingin selalu bersama pasangan yang dicintai, memiliki energy yang besar untuk melalukan sesuatu demi pasangan mereka, merasakan adanya kesamaan dalam banyak hal, serta tentu saja merasa sangat berbahagia - Keintiman Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung, serta bisa berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat atau berbuat kesalahan. ‘13 8 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Komitmen Pada dimensi komitmen/keputusan, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna mencurahkan perhatian, melalukan sesuatu untuk mejaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya serta memperbaiki bila hubungan dalam keadaan kritis. Berikut ini adalah contoh penelitian yang dilakukan oleh Diana Rahmawati (Universitas Indonesia) dengan judul gambaran cinta istri yang menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, banyak sekali kita temui pasangan yang telah menikah, hidup terpisah satu sama lain dengan berbagai alasan. Adanua jarak fisik dengan pasangan, dianggap mempengaruhi komponen-komponen cinta pada pasangan bersangkutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran subjektif mengenai gambaran komponen-komponen cinta pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh, faktor-faktor yang membuat individu tetap bertahan dalam kondisi mengalami keterpisahan fisik dengan pasangannya, serta pola penyesuaian diri individu terhadap hal tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara melakukan wawancara secara mendalam terhadap subjek perempuan yang berusia 20-30 tahun, berada pada usia perkawinan di bawah 5 tahun, dan pasangan tinggal di luar kota. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bawha yang menjadi alasan bagi para istri untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan adalah kepindahan tempat tugas pasangan yang sejak awal perkawinan telah jauh. Selan itu, keharusan untuk menyelesaikan pendidikan S2 yang sedang dijalani, juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi kedua subjek untuk tidak segera mengikuti pasangan. Komponen keintiman pada saat jauh dari pasangan, tergambar melalui komunikasi antar semua subjek dengan pasangan masing-masing. Sarana komunikasi yang digunakan oleh semua subjek dapat mengutarakan masalah-masalah yang dihadapinya pada pasangan. Melalui komunikasi jarak jauh tersebut, masing-masing subjek juga dapat saling memberikan dukungan emosional dan penghargaan dengan pasangan. Adanya jarak fisik dengan pasangan menyebabkan frekuensi hubungan seks yang berkurang. Hal ini menimbulkan dorongandorongan seksual yang harus dialihkan. Cara yang dipilih oleh dua orang subjek, yaitu dengan berolahraga dan mencari aktivitas lain yang dapat mengalihkan pikiran dari soal seks. Sedangkan, salah satu subjek memilih bercanda dengan suami di telepon. Sejak awal ‘13 9 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id penikahan, setiap subjek membuat kesepakatan dengan suami masing untuk mementingkan keluarga di atas segalanya dan hal itu tetap dipertahankan meskipun mereka sedang menjalani hubungan jarak jauh. Gambaran komitmen terhadap pasangan juga terlihat dari keputusan masing-masing subjek untuk membatasi hubungan dan kontak fisik dengan lakilaki. Komitmen ini juga terlihat dari keinginan semua subjek untuk kembali berkumpul dengan pasangan. Alasan utama untuk melalukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen yang dibagi bersama pasangan. Pasangan memiliki hasrat untuk membagi dirinya dalam hubungan yang berlanjut dengan hangat (Turner & Helms, 1995). Pernikahan Pernahkan anda datang ke acara resepsi pernikahan? Tidak jarang kita melihat pesta pernikahan yang megah, diwarnai dengan bunga-bunga yang indah, makanan yang lezat, tamu-tama yang memenuhi pandangan mata, dan tentu saja pengantin yang berbahagia. Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antarpasangan dan dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami istri. Duvall & Miller (1985) menjelaskan bahwa penikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesama. Penelitian tentang pernikahan sudah banyak dilakukan di Indonesia, salah satu adalah penelitian yang dibuat oleh Dewi Latifah dengan judul Fungsi dan Dampak Persahabatan Lawan Jenis terhadap Kepuasaan Pernikahan Dewasa Muda dan Dewasa Madya. Dari hasil ini, diperoleh bahwa dalam kehidupan pernikahan mereka, subjek dapat menerima perubahan, mampu hidup dengan ha-hal yang tidak dapat mereka ubah, mampu menerima ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling membutuhkan serta menikmati kebersamaan (Latifah, 2005). Apakah yang membuat Emiy dan marion Grillot tetap menikah selama 58 tahun? Mungkin, ikatan yang diperkuat dengan adanya anak-anak –20 orang anak dan 77 cucu, seperti yang terlihat pada foto di rumah keluarga Grillor di Ohio (National Geograpic, 2006). Anak adalah salah satu faktor kepuasaan pernikahan. Seperti yang dikemukakan oleh Latifah, bahwa faktor-faktor yang mendukung kepuasan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi padangan, hubungan ‘13 10 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar (Latifah, 2005). Perselingkuhan Mengapa orang melakukan perselingkuhan? Terdapat banyak alasan bagi seseorang untuk dapat melakukan perselingkuhan. Misalnya, kurangnya perhatian istri terhadap suami merupakan alasan paling umum bagi suami untuk mecari perhatian dari wanita lain. Apalagi, jika istri terlalu sibuk bekerja, aktif dalam berbagai kegiatan di luar rumah, ditambah lagi dengan tugas istri dalam mengurus rumah tangga dan anak, sehingga waktu dan perhatian untuk mengurus suami menjadi berkurang (Hawari, 2004). Vaughan (2003) menyebutukan bahwa perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan primernya. Data yang diperoleh Hawari (2002) menyebutkan bahwa perselingkuhan yang terjadi di Jakarta, 90 persen dilakukan oleh suami dan 10 persen dilakukan oleh istri juga. Ia juga mengemukakan bahwa suami mulai berselingkuh ketika usianya diperkirakan 40 tahun. Penelitian mengenai perselingkuhan telah menjadi perhatian oleh bidang studi psikologi sosial pada tahun 2007. Penelitian tersebut dilakukan bersama mahasiswa dan dosen pembimbing. Salah satu hasil penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Cinthyadewi (2007), menunjukkan bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh suami merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi istri. Perselingkuhan tersebut terjadi karena faktor yang ada dalam diri subjek, seperti kurang perhatian atau tidak memenuhi harapan istri. Berikut adalah sejumlah alasan seseorang melakukan perselingkuhan, yaitu variasi seksual, untuk kesenangan, companionship dengan wanita lain, kepuasan akan tantangan, merasa tertarik kapada wanita yang lebih muda, memanfaatkan kesempatan yang ada, keinginan untuk melanggar sesuatu yang dilarang, kebosanan akan pernikahan, istri tidak lagi menarik secara fisik (tidak lagi memiliki daya tarik seksual), ingin menyakiti istri, istri menjadi gemuk, istri terfokus pada anak, danuntuk mendapatkan pengalaman romantic. Sedangkan menurut Then (1998), alasan yang sering digunakan untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian karena pernikahannya tidak bahagia ataupun untuk mendapatkan cinta. Selain itu, perbedaan kelas sosial, agama dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan perselingkuhan. Selain itu, ketidaksiapan dalam menerima perbedaan dan keunikan masingmasing. ‘13 11 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika ‘13 12 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id