Tema: Perselingkuhan - Gambaran sistem islam anti perselingkuhan Penyebab perselingkuhan Upaya mencegah perselingkuhan Benarkah poligami solusi perselingkuhan Tujuan: agar kita sbg pasangan dlm rumah tangga bisa menjaga keharmonisan, kewaspadaan jangan sampai terjatuh dalam perselingkuhan ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Fenomena perselingkuhan ini sudah bukan lagi merupakan gejala sosial, tapi sudah jadi gaya hidup. Karena saat ini bagi sebagian orang, perselingkuhan itu sudah dianggap sebagai sebuah gaya hidup. Kalau dulu, orang berselingkuh karena semata-mata cekcok suami istri yang kemudian mereka cari pelampiasan kepada orang lain, tapi saat ini ada sebuah fenomena baru bahwa yang berselingkuh bukan karena pasangannya tidak cantik/ganteng, tapi karena menarik aja baginya / sesuatu yang menantang baginya / memberikan sebuah pengalaman baru dalam hubungan / ingin merasa ternyata saya masih laku lho / bahkan nyari selingkuhannya juga bukan hanya yang lajang/janda, tapi juga suami/istri orang lain (yang disebut dengan pelakor) Angka perselingkuhan di seluruh dunia meningkat, di UK: 1 dari 5 orang dewasa di UK punya affair (hubungan di luar nikah), di USA: 14% perempuan di USA yang sudah menikah telah melakukan EMS (extra marital sex = hubungan seksual dengan orang selain pasangan) dan 23% laki-laki di USA mengaku punya selingkuhan, dan di Indonesia: lebih dari 25 ribu pasangan suami istri Indonesia berselingkuh. Padahal angka ini seperti gunung es (angka tersebut adalah yang ketahuan, padahal angka sebenarnya jauh lebih banyak daripada itu), karena siapa sih yang ngaku berselingkuh. Indikasi terjadi masalah di kehidupan rumah tangga dan masalah di masyarakat kita (karena lama-lama makin banyak orang yang memaklumi perselingkuhan/permisif, contoh: “pantesan dia selingkuh, bininya galak sih / suaminya gak kasih nafkah sih.”) Tidak ada asap kalau tidak ada api. Kenapa sampai terjadi perselingkuhan? Padahal umumnya orang gaada yang dari awal inginnya selingkuh, pasti inginnya samawa - Ketidakharmonisan Sudah kurang perhatian di usia pernikahan yang sudah tidak muda lagi. Kalo dulu pacaran / awal nikah, pasangan itu diperhatikan dan diistimewakan sekali, dipuji terus, dikasih hadiah. Tapi seiring berjalannya waktu, tidak sedikit pasangan suami istri yang tidak bisa menjaga kualitas hubungan mereka karena sudah sama-sama tahu kekurangan pasangannya dll. Selain itu, sering cekcok juga (akurnya jarang, ributnya sering) yang bukannya mencari solusi / jalan tengah / titik damai, malah saling menyalahkan, saling menjatuhkan, saling membongkar kekurangan satu sama lain. Yang ujung2nya adalah keinginan untuk melakukan perselingkuhan - Nafkah batin yang kurang terpenuhi Nafkah batin yang dimaksud adalah hubungan seksual suami istri (jima’) yang berkualitas, yang menjadi hak dan kewajiban pasangan suami istri untuk saling memenuhi nafkah batin bagi masing-masing pasangannya. Jadi saat ini banyak suami ataupun istri yang merasa kurang terpenuhi kebutuhan biologisnya karena kurang puas atas pelayanan pasangannya. Salah satu hal yang jadi penyebabnya adalah suami / istri yang terlalu sibuk mencari nafkah yang berangkat pagi pulang malam, sehingga saat pulang ke rumah udah capek, apalagi kalau ada lembur. Kemudian saat akhir pekan bukannya family time malah sibuk refreshing keluar rumah. Atau bisa jadi karena sudah tidak harmonis, sering rebut dll., orang kalau sudah berantem kan sudah nggak bergairah untuk hubungan biologis. - Ada pihak ketiga yang bisa hadir, atau memang sengaja dihadirkan Sengaja dihadirkan maksudnya adalah misal ketika kondisi rumah tangga sudah tidak harmonis dan nafkah batin yang kurang terpenuhi, tidak sedikit diantara suami / istri yang masih punya CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali / Cinta Lama Belum Kelar) dengan mantannya saat dulu pacaran. Apalagi zaman medsos ini, kita bisa dengan mudahnya mencari akses untuk berinteraksi dengan seseorang, tinggal disearch aja namanya di facebook, twitter, Instagram, kemudian difollow dan japri. Pertama di dunia maya interaksinya tapi lama kelamaan bisa di dunia nyata. Pertama hanya basa basi tapi lama kelamaan bisa konsultasi/curhat termasuk curhat mengenai masalah rumah tangga. Atau bisa juga lewat teman kerja, yang karena sering bertemu bahkan waktu yang dihabiskan bersama teman kerja lebih banyak daripada waktu yang dihabiskan bersama pasangan. Yang pertama interaksinya masalah kerja, tapi karena makin akrab jadi nggak sadar curhat (terutama bagi pihak istri). Apalagi ketika teman kerja tsb mendengarkan curhatannya pasti yang curhat tersebut akan senang karena ada yang perhatian. Cekcok itu hal biasa, bahkan rumah tangga Nabi pun pernah ada masalah rumah tangga, contoh: Haditsul ifki (fitnah yang menimpa Ibunda Aisyah RA), ashabul nuzul turunnya surat at tahrim (Allah mengingatkan Rasulullah yang bersumpah untuk tidak minum madu untuk menyenangkan istri Beliau). Apalagi kita yang bukan Nabi. Jadi masalah ini itu lumrah terjadi, namun mengapa perselingkuhan ini semakin marak di tengah kita? Jawabannya adalah karena sistem/pranata sosial yang ada saat ini membuka peluang terjadinya extra marital relationship (hubungan2 diluar pernikahan), yaitu kehidupan yang sudah sangat-sangat liberal / serba bebas. Ambil contoh sederhana: Berapa banyak saat ini perempuan yang bekerja di luar rumah? Sangat banyak. Padahal ketika mereka bekerja di luar rumah, mereka berinteraksi dengan laki-laki lain (teman kerja, atasan, bawahan, relasi bisnis, dll) di perjalanan, di kantor, pabrik, sekolah, kampus, dll, bahkan karena sudah akrab sampai makan siang bareng, dll. Ini salah satu bentuk kehidupan yang liberal, yang dimana laki-laki dan perempuan bisa ketemu dalam waktu hampir 24 jam (hampir kapanpun). Karena dalam kehidupan Islam tidaklah begitu, melainkan hubungan laki dan perempuan ada batas-batas yang haram dilanggar. Dalam kehidupan saat ini juga tidak ada hukum yang bisa memberikan sanksi kepada seseorang yang berselingkuh. Apa di Indonesia ada orang yang dipenjara karena berselingkuh? Kan tidak ada. Hal ini membuat tidak ada orang yang kapok / jera untuk berselingkuh. Padahal dalam sebuah hadits, Rasulullah telah mewanti-wanti kepada kita bahwa misi terbesar setan adalah ketika ia bisa menceraikan pasangan suami istri. Misi setan tersebut disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan Muslim (No. 2813) dari jalur Jabir bin Abdillah. Nabi SAW bersabda bahwa sesungguhnya iblis itu meletakkan singgasananya di atas lautan lalu mengutus bala tentaranya ke seluruh penjuru dunia. Yang paling besar fitnahnya kepada manusia maka dialah yang paling dekat kedudukannya dengan iblis. Masih dalam hadis itu, disebutkan bahwa ada setan yang datang menemui iblis untuk menyampaikan laporan tentang apa yang baru saja dia lakukan kepada manusia. Setan tersebut mengatakan, dia senantiasa bersama si Fulan untuk menggodanya sampai melakukan banyak dosa. Lalu iblis pun berkata, "Demi Allah, engkau belum melakukan apa-apa". Kemudian datang lagi tentara iblis yang menyampaikan laporan bahwa dia telah membuat pasangan suami-istri bercerai. "Saya tidak meninggalkan pasangan suami-istri kecuali telah aku pisahkan mereka," kata setan tersebut. Mendengar itu, iblis pun mengungkapkan, "Kau adalah sebaik-baiknya tentara"..”. Maka kita harus senantiasa waspada terhadap serangan pasukan-pasukan iblis yang masuk dalam kehidupan rumah tangga kita. Solusinya tentu adalah kita kembali kepada Islam. Karena tidak ada yang bisa memberikan kita kebaikan di dunia apalagi di akhirat kelak termasuk dalam rumah tangga kita, selain Islam. Allah berfirman, “"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Q.S. Thaha : 123). Berikut adalah tuntunan Islam bagi setiap pasangan suami istri agar bisa mencegah terjadinya perselingkuhan: 1. Suami harus ingat bahwa ia adalah pemimpin bagi istri, dan suami wajib memuliakan istri. “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya.” (HR. Tirmidzi : 1082). Begitupun sebaliknya, istri juga harus ingat bahwa suami adalah pemimpinnya, dan diantara pahala yang paling besar adalah berbakti pada suami. Nabi saw berpesan kepada para wanita bahwa,” “Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907). 2. Suami dan istri harus sama-sama berperan dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan biologis dengan baik. Jadi tidak hanya istri yang wajib melayani kebutuhan biologis sang suami, tetapi suami juga wajib melayani kebutuhan biologis sang istri. “Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” [QS. Al-Baqarah : 228]. 3. Jika ada persoalan, sampaikan dengan baik-baik. Termasuk dalam kondisi kesehatan fisik maupun psikologis yang dikhawatirkan mengganggu pemenuhan kebutuhan biologis tersebut, supaya segera terobati / dapat dikonsultasikan dengan ahli kesehatan / ustadz. 4. Harus ada kehidupan Islam yang mengatur kehidupan laki-laki dan perempuan. Jangan sampai laki-laki dan perempuan bebas berinteraksi dalam kehidupan umum tanpa ada batas dan tidak peduli itu termasuk khalwat ataukah tidak. 5. Harus ada sanksi / hukuman yang berlaku pada orang-orang yang melakukan tindakan asusila. "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keju. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra : 32). Bahkan seseorang yang ketahuan berkhalwat pun bisa dijatuhi hukuman sesuai ijtihad dari sang hakim dalam sistem Islam. Apalagi untuk yang berzina, Islam sudah jelas memutuskan bentuk hukumannya seperti apa, yaitu cambuk 100x bagi yang belum menikah (Q.S. An-Nuur : 2), dan rajam bagi yang sudah menikah (HR. Muslim no. 1696) dan prosesi hukumannya itu disaksikan oleh orang banyak. Hukuman ini bertujuan sebagai Jawabir (pengampunan dosa bagi sang pelaku sehingga sang pelaku tidak diberikan siksa di akhirat kelak yang tentunya jauh lebih berat daripada di dunia) dan Zawajir (memberikan peringatan / efek jera bagi masyarakat agar mereka berpikir 1000 kali sebelum tergoda untuk melakukan perbuatan serupa, sehingga meminimalisir perbuatan tersebut untuk terulang kembali). Baru kemarin coba cari data perselingkuhan, ternyata nemu angka yang memprihatinkan. Di UK (United Kingdom), 1 dari 5 orang dewasa mengaku punya affair (hubungan dengan selain pasangan) (https://yougov.co.uk/topics/lifestyle/articlesreports/2015/05/27/one-five-british-adults-admit-affair). Kemudian di USA, 14% perempuan dan 23% laki-laki mengaku pernah melakukan extramarital sex (hubungan seksual dengan selain pasangan). Itu di negara liberal. Bagaimana dengan di Indonesia? Awalnya saya kira kasus ini jarang. Tapi ternyata angkanya juga sangat banyak. Menurut data dari litbang kemenag, sebanyak 25.340 pasutri berselingkuh (https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/16/01/08/o0mosd394-lebih-dari-25-ribu-pasutri-di-indonesia-selingkuh). Padahal kita tahu sendiri, angka-angka yang berkaitan dengan gejala sosial itu biasanya bak gunung es (yang terlihat cuma di puncaknya, padahal jauh lebih banyak yang nggak kelihatan). Tentu kita heran sebagai seorang muslim. Karena setiap orang dalam pernikahannya kan pasti berharap kehidupan rumah tangganya samawa. Tetapi kenapa kok sampai banyak terjadi kehinaan seperti itu? Kebanyakan dari kita pasti menjawab bahwa penyebabnya adalah karena pribadi masingmasing orangnya yang kurang bisa menjaga kekuatan iman dan taqwanya. Itu benar sekali, tapi itu jawaban klasik, yang setiap dari kita pasti tahu akan hal itu, dan pasti udah selalu diingatkan tiap jumatan (bagi yang laki-laki). Memang benar bahwa Islam mengajarkan bahwa kita sendiri lah yang harusnya menjadi kendali atas diri kita. Namun Islam juga mensyariatkan aturan-aturan untuk menjaga ketaqwaan setiap individu melalui ketaqwaan 3 pilar, yaitu pilar keluarga, masyarakat dan negara. Dimana aturan-aturan tersebut begitu komprehensif sehingga membentuk sebuah sistem. Begitu pula cara Islam memandang sebuah problematika, yakni dengan cara pandang sistemik, cara pandang yang luas dan efektif. Kembali ke bahasan penyebab. Jadi selain karena ketaqwaan individu yang kurang, banyaknya kasus perselingkuhan yang terjadi adalah buah dari sistem sosial yang mewarnai kehidupan kita saat ini, yaitu liberalisme. Sistem sosial liberalisme inilah yang menjadikan seseorang bebas melakukan apapun selama tidak mengganggu hak orang lain dalam kehidupan sosialnya. Ambil satu contoh sederhana saja. Saat ini, berapa banyak perempuan yang bekerja di luar rumah? Kita bisa lihat sendiri, sangatlah banyak. Padahal ketika seorang perempuan (apalagi yang sudah bersuami) bekerja di luar rumah, sangat mungkin bahkan hampir bisa dipastikan ia berinteraksi dengan laki-laki lain yang bukan mahramnya. Entah rekan kerja, atasan, bawahan, relasi bisnis, siapapun itu. Bayangkan (misal) waktu kerjanya 5 hari dalam seminggu, dari pagi hingga petang, ketemunya dengan rekan kerja satu sekolah / kampus / perusahaan dll. Mungkin kalau masih baru belum dekat. Tapi lama-kelamaan (setahun, 5 tahun, 10 tahun) bisa jadi makin akrab. Yang awalnya kalau interaksi hanya untuk keperluan kerja, lama-kelamaan karena sudah akrab, interaksinya melebar kemana-mana hingga masuk masalah pribadi. Kemudian dari asyiknya bahas masalah pribadi, si perempuan tsb. nggak sadar curcol (curhat kecolongan) masalah rumah tangganya. Naudzubillah min dzalik. Karena Islam melarang kita untuk membocorkan aib rumah tangga kita kecuali untuk menemukan solusi, itupun hanya kepada orang tertentu yang paham dan amanah (semisal dokter atau ustadz). Tapi masalahnya ketika yang dicurhati itu laki-laki yang kurang baik, ya dia layani curhatan tersebut. Tentu si perempuan yang curhat akan senang karena ada yang menaruh perhatian kepadanya, apalagi jika kondisi bahtera rumahtangganya sedang retak karena banyak cekcok namun suka saling menyalahkan satu sama lain. "Ah masa' segitunya sih, biasa aja kali." Justru karena biasa itulah yang membuat saya khawatir. Diantara kita pasti ada yang pernah tahu sebuah pepatah jawa yang mengatakan "Witing Tresno Jalaran Soko Kulino", yang berarti "Cinta itu tumbuh karena terbiasa.". Kita sendiri bisa merasakan sendiri kok (terutama untuk laki-laki karena saya laki-laki), ketika kita berinteraksi dengan lawan jenis secara intens bahkan sampai terselip guyonan dll., maka sedikit banyak akan timbul perasaan. Tidak hanya interaksi tulisan/lisan, tapi juga interaksi pandangan. Ya memang itulah fitrah kita, sebagaimana yang telah termaktub dalam Surat Ali 'Imran ayat 14. Maka dari itu Allah sebagai pencipta manusia yang pasti Maha Tahu karakteristik ciptaanNya, menurunkan seperangkat aturan untuk mengatur kita dalam menyalurkan fitrah yang kita punya secara benar. Kemudian jika kita amati dalam Surat Al-Isra' ayat 32, Allah tidak hanya melarang kita untuk berzina akan tetapi juga melarang kita untuk mendekati zina. Maka dari itu bisa kita pahami bahwa Islam ini melalui seperangkat aturannya akan menutup rapat-rapat pintu / celah yang menjadi wasilah seseorang melakukan zina. Diantara aturan yang berkaitan adalah: - Menerapkan sistem ekonomi Islam secara lengkap mulai dari aspek kepemilikan hingga kebijakan moneter dan fiskal Islam, yang akan menghasilkan kesejahteraan dan keadilan ekonomi. Sehingga tidak ada cerita sebuah keluarga kesusahan dalam mencari penghidupan, yang menjadikan pihak istri terpaksa membantu mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. - Mengatur ranah pekerjaan yang boleh dimasuki oleh perempuan beserta aturan infishal di dalamnya untuk meminimalisir interaksi laki-laki dan perempuan. Karena Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja (hukumnya mubah). Maka silakan saja jika ada perempuan yang ingin bekerja, asal tidak mengganggu tugas pokoknya yaitu menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. - Setiap warga harus menggunakan pakaian yang menutup aurat dalam kehidupan publik. Serta menutup akses terhadap setiap bentuk media yang mempertontonkan aurat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu fitrah setiap manusia adalah tertarik kepada lawan jenis, dan fitrah ini akan semakin membara ketika ada rangsangan dari luar. Selain masalah aurat, tidak lupa juga edukasi dan aturan yang mengatur mengenai pelarangan tabarruj dan khalwat serta perintah menundukkan pandangan (ghadhul bashar). - Menerapkan sistem pendidikan Islam secara intensif, untuk menanamkan akidah Islam dan kepribadian Islam pada setiap warga sejak usia dini, beserta ilmu kehidupan yang diperlukan sehingga saat memasuki usia baligh sudah siap secara akidah, spiritual, kedewasaan dan materi untuk menikah. Sistem pendidikan ini telah terbukti di masa kejayaan Islam dimana banyak sekali menelurkan ilmuwan, ulama ataupun pemimpin kelas dunia saat usia 20-an bahkan sebelum usia 20. Sangat berbeda dengan sistem pendidikan saat ini yang menghasilkan generasi yang labil, khawatir masa depan, belum siap nikah (yang akhirnya menyebabkan banyak yang terjerumus dalam maksiat), awam masalah Islam (sehingga kabur akan visi hidup, bahkan bisa mudah teracuni oleh pemikiran asing yang bertentangan dengan Islam), dan lain-lain. - Masih berkaitan dengan poin sebelumnya. Ketika terbentuk individu yang shalih dan matang tersebut, maka terbentuklah sebuah keluarga yang kokoh. Memang pasti akan ada cekcok, tapi karena pondasi keluarga adalah akidah Islam dan individu di dalamnya telah memahami peran masing-masing serta memahami bahwa hubungan suami dan istri adalah hubungan persahabatan. Maka masalah yang terjadi akan relatif mudah diselesaikan. Ketika keluarga sudah samawa, akan relatif mudah untuk mendidik anak menjadi pribadi yang shalih dan mushlih. Itu adalah contoh bagaimana Islam memberikan seperangkat sistem yang berbentuk preventif untuk mencegah perselingkuhan (termasuk zina). Setelah penerapan aturan yang bisa mencegah itu, Islam juga memberikan sistem sanksi yang berbentuk kuratif. Jika ada yang masih saja berani berzina (padahal sudah disediakan dan dipermudah penyaluran yang halal) akan dihukum cambuk 100x bagi yang belum menikah (Q.S. An-Nuur : 2) dan dihukum rajam bagi yang sudah menikah (HR. Muslim no. 1696) dan prosesi hukumannya harus disaksikan oleh orang banyak. Penerapan sistem sanksi seperti ini dalam Islam memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai Jawabir (pengampunan dosa bagi sang pelaku sehingga sang pelaku tidak diberikan siksa di akhirat kelak yang tentunya jauh lebih berat daripada di dunia) dan Zawajir (memberikan peringatan / efek jera bagi masyarakat agar mereka berpikir 1 juta kali sebelum tergoda untuk melakukan perbuatan serupa, sehingga meminimalisir perbuatan tersebut untuk terulang kembali dalam kehidupan masyarakat). Dan kesemua fungsi preventif dan kuratif ini hanya bisa terlaksana secara optimal oleh sebuah negara. Karena kita bicara sistem kehidupan, yang pasti memerlukan seperangkat institusi sebagai instrumen pelaksana dan penjaganya. Wallahu a'lam. Sekadar mencontohkan bahwa Islam punya solusi tuntas terhadap sebuah persoalan. Bisa dicari sendiri untuk persoalan lainnya, pasti akan ketemu solusinya kalau meliriknya ke Islam. “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. AnNahl : 89).