GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN RIMA AMALINA RAHMAH Langgersari Elsari Novianti, S.Psi., M.Psi.1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Pada hubungan pacaran jarak jauh, seseorang membutuhkan komitmen agar dapat mempertahankan hubungannya. Komitmen dapat membuat seseorang merasa lebih terikat dengan pasangan sehingga tidak dengan mudah mengakhiri hubungan dan akan terus bersama dalam waktu yang panjang. Perselingkuhan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran komitmen pada emerging adult yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh dan pernah mengalami perselingkuhan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang dengan usia 18 hingga 25 tahun yang sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh dan pernah mengalami perselingkuhan saat menjalani hubungan tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience sampling. Pengambilan ¹Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang Membimbing data dilakukan dengan menggunakan dua alat ukur yaitu kuesioner Emerging Adulthood dan kuesioner Investment Model. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil bahwa seluruh responden sedang berada dalam masa emerging adulthood. Hasil penelitian menunjukkan 43,3% responden memiliki komitmen tinggi, 51,7% memiliki komitmen sedang, dan 5% memiliki komitmen rendah. Artinya, rata-rata responden cenderung bertahan dan meneruskan hubungan, tetapi mereka juga memiliki cukup kemungkinan untuk meninggalkan hubungannya. KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN Transisi dari periode remaja menuju periode dewasa dinamakan sebagai periode emerging adulthood, yang terjadi pada rentang usia 18 hingga 25 tahun. Periode ini ditandai dengan adanya perubahan dan eksplorasi, selain itu periode ini juga termasuk periode kritis yang tuntutannya harus segera diselesaikan (Arnett, 2004). Jika individu sudah masuk periode ini, namun ia tidak menyelesaikan tuntutan periode ini, maka ia akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan periode berikutnya, yaitu dewasa awal (Arnett, 2004). Salah satu cara bagi emerging adult untuk memenuhi tugas perkembangan eksplorasi percintaannya adalah dengan menjalin hubungan pacaran. Hubungan pacaran tidak selalu dilakukan secara berdekatan. Terdapat halhal yang membuat pasangan harus melangsungkan hubungan secara jarak jauh, misalnya menjalani pendidikan atau pekerjaan di lokasi yang jauh dari tempat 2 tinggal pasangan. Dalam menjalani suatu hubungan jarak jauh, kedua individu yang telah memutuskan untuk saling setia dan mempertahankan hubungan, agar tetap pada hubungannya walaupun harus menjalani hubungan jarak jauh, membutuhkan sebuah komitmen. Hubungan pacaran jarak jauh bukanlah hal yang mudah untuk dijalani karena hubungan ini lebih banyak beresiko mengalami beberapa masalah dikarenakan adanya perbedaan jarak (Guldner 2003), dimana individu tidak dapat mengawasi pasangan mereka setiap saat sehingga individu dapat mengembangkan bayangan bahwa pasangan mereka berselingkuh atau berbohong kepada mereka. Perselingkuhan termasuk hal yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan pacaran karena dapat menimbulkan pertengkaran bahkan sampai berakhirnya sebuah hubungan. Istilah perselingkuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah infidelity yang berarti adanya perasaan bahwa pasangan telah melanggar kepercayaan dan norma-norma dalam pacaran baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Penelitian ini hanya akan memfokuskan pada tipe emotional infidelity menurut Thompson (1984), dimana ketika seseorang sudah memiliki perasaan dan pergi bersama dengan orang lain selain pasangannya, hal tersebut dapat dikatakan sebagai selingkuh. Umumnya seseorang yang mengetahui pasangannya berselingkuh akan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya namun ada juga yang memilih untuk melanjutkan hubungan. Rusbult (1994) memberikan tiga determinan yang menentukan apakah seseorang terikat dengan hubungannya atau tidak yang dikenal dengan Investment Model. Determinan yang pertama adalah satisfaction 3 level, yaitu kepuasan individu terhadap hubungannya. Determinan kedua adalah quality of alternatives, yaitu perbandingan individu dengan alternatif (orang lain di luar hubungan) lebih menarik atau tidak dibandingkan pasangannya. Determinan yang ketiga adalah investment size, yaitu tergantung pada seberapa banyak individu memberikan investasi ke dalam hubungan mereka (uang, waktu, dan usaha). Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal-hal apa saja yang membuat individu tetap bertahan menjalani hubungan pacaran jarak jauh meskipun individu tersebut pernah mengalami perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangannya, peneliti melakukan wawancara kepada 5 responden yang terdiri dari 2 laki-laki dan 3 perempuan dengan memberikan sejumlah pertanyaan berdasarkan pada determinan yang membentuk komitmen, yakni satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size. Berdasarkan hasil data awal, didapatkan bahwa individu yang pernah mengalami perselingkuhan saat menjalani hubungan pacaran jarak jauh seluruhnya menampilkan perilaku berkomitmen yang berbeda-beda. Terdapat individu yang kurang puas dengan hubungan yang dijalaninya karena muncul perasaan ragu dan takut terhadap pasangannya sehingga membuat individu memikirkan kesempatan dan keuntungan yang tersedia di lingkungan luar seperti melampiaskan kesepian dengan menghabiskan waktu bersama teman perempuan dan laki-laki sehingga dapat mengurangi komitmen. Didapatkan juga 2 responden yang tetap mempertahankan hubungan, dimana mereka merasa puas dan bahagia dengan hubungannya, tidak tertarik dengan alternatif di luar hubungan, dan 4 mereka merasa telah memberikan banyak investasi untuk hubungannya. Hal ini membuat mereka tetap mempertahankan hubungan. Mengingat bahwa percintaan merupakan hal yang penting bagi emerging adult, dimana pada tahap ini mereka mulai membuat komitmen dengan cara membangun hubungan pacaran dengan orang lain (Arnett, 2004). Seseorang dapat berhasil dalam menjalin hubungan pacaran dikarenakan adanya kemauan pasangan untuk mengikat diri dalam sebuah komitmen. Apabila dalam menjalin hubungan tersebut, individu mengetahui pasangannya berselingkuh, umumnya individu itu akan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya. Namun, peneliti menemukan kondisi yang berbeda dari hal tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran komitmen pada individu yang berada pada periode emerging adulthood yang tetap mempertahankan hubungan sekalipun ia pernah mengalami perselingkuhan. METODA Partisipan Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling yang didasarkan pada kesediaan responden untuk mengikuti penelitian ini (Shaughnessy et al, 2015). Subjek penelitian ini adalah individu dalam periode emerging adulthood yang sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh, pernah mengalami perselingkuhan, dan tetap mempertahankan hubungannya tersebut. Jumlah sampel yang didapatkan adalah sebanyak 60 responden. 5 Pengukuran Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua buah kuesioner, yaitu kuesioner Emerging Adulthood dan Investment Model. Kuesioner Emerging Adulthood yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang diadaptasi dari alat ukur Yolanda (2014). Kuesioner ini dibuat berdasarkan teori Arnett (2004) untuk menjaring sampel mana saja yang termasuk ke dalam emerging adulthood. Sedangkan kuesioner Investment Model diadaptasi dari alat ukur Ikhsan Faebba (2013) berdasarkan teori Rusbult yang mencakup 3 determinan pembentuk komitmen, yaitu satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size. Kuesioner ini diberikan kepada responden melalui email, kemudian mereka diminta untuk mengisi dan mengirimkan kembali hasil kuesionernya ke email peneliti. HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai komitmen, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang memiliki komitmen tinggi (43,3%), responden yang memiliki komitmen sedang (51,7%), dan responden yang memiliki komitmen rendah (5%). 2. Rata-rata komitmen responden yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh dan pernah mengalami perselingkuhan adalah sedang. Hal ini berarti mereka memiliki kecenderungan untuk bertahan dengan relasi berpacaran mereka tetapi juga memiliki cukup kemungkinan untuk berakhir. 6 3. Berdasarkan pada determinan pembentuk komitmen, dapat dilihat bahwa kebutuhan yang mereka dapatkan dari relasi berpacaran masih belum banyak terpenuhi tetapi sudah cukup memenuhi harapan dan kepuasan yang mereka inginkan. Selain itu mereka mulai melihat pilihan-pilihan lain di luar relasinya yang lebih memberikan keuntungan, namun belum cukup kuat untuk membuat responden meninggalkan relasinya. Mereka juga merasa investasi yang telah mereka berikan sudah cukup berarti sehingga cukup mengikat dengan hubungannya. Hal ini sesuai dengan teori Rusbult, dimana kejadian perselingkuhan yang pernah dialami responden termasuk ke dalam cost atau pengalaman yang tidak menyenangkan bagi responden sehingga tentu saja hal ini dapat mempengaruhi komitmen. Berdasarkan kondisi tersebut, berarti bisa saja responden meninggalkan relasi berpacarannya jika mereka menemukan orang lain atau relasi sosial lainnya yang bisa memberikan mereka kepuasan melebihi apa yang mereka dapatkan sekarang atau jika kepuasan yang mereka dapatkan tersebut tidak dijaga. Namun yang perlu dikembangkan lagi untuk meningkatkan komitmen responden adalah bagaimana responden dapat saling terbuka dengan pasangan, menyampaikan hal-hal yang mereka rasakan kepada pasangan ketika mereka merasa adanya keraguan pada relasi berpacarannya. Hal ini dapat dikembangkan dengan cara melakukan diskusi-diskusi antara responden dengan pasangannya. 7 DAFTAR PUSTAKA Pustaka dari Buku : Arnett, Jeffrey. 2004. Emerging Adulthood: The Winding Road From the Late Teens Through the Twenties. New York: Oxford University Press, Inc. Hamptom, JR.P.(2004). The Effect of Communication On Satisfaction In Long Distance and Proximal Relationship of College Students. Psychology Loyola University N.O. Piercy, Fred. P., Hertlein, Katherine M. & Wetchler, Joseph L. 2011. Handbook of the Clinical Treatment of Infidelity. New York; The Haworth Press, Inc. Rusbult, C.E., Drigotas, S. M., & Verette, J. (1994) The Investment Model : An Interdependence Analysis of Commitment Process and Relationship Maintance Phenomena. Intimate Relationship, 6th. New York: McGrawHill. Pustaka dari Jurnal : A.K, Khairatunnisa. 2013. Gambaran Coping Stress Pada Wanita Dewasa Awal Sebagai Korban Perselingkuhan Saat Berpacaran. Universitas Padjadjaran. Guldner, G.T & Swensen, C.H. 1995. Time Spent Together and Relationship Quality: Long-Distance Relationship as a Test Case. Journal of Social and Personal Relationship 8 Ramadhan Faebba, Ikhsan. 2013. Gambaran Komitmen Berpacaran Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Rentang Usia 2023 Tahun. Universitas Padjadjaran. Pustaka dari Internet : Yahoo. 2011. The Five Biggest Problems with Long Distance Relationship. USA. Diunduh dari https://screen.yahoo.com/five-biggest-problems-long- distance-080000234.html pada 1 November 2014 pukul 19.35 WIB. . 9