2.1 Sikap Terhadap Makan Sehat

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sikap Terhadap Makan Sehat
2.1.1 Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pengetahuan, pendapat dan emosi yang bersangkutan
dengan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik, dan
sebagainya (Ajzen, 2005). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan
bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu, dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi perilaku (reaksi
tertutup) (Notoatmodjo, 2005).
Definisi lainnya sikap berasal dari kata latin “aptus” yang berarti dalam keadaan
sehat dan siap melakukan aksi dan tindakan, atau juga dapat dianalogikan dengan
keadaan seseorang gladiator dalam arena laga yang siap menghadapi singa sebagai lawan
lawannya dalam pertarungan (Sarwono & Meinarno, 2009). Secara harafiah, sikap adalah
sebagai kesiapan raga yang dapat diamati. Dalam Sarwono & Meinarno (2009), G.W.
Allport membuat batasan definisi sikap (attitude) yang merujuk kepada kesiapan mental.
Menurut Allport, sikap merupakan suatu di dalam diri seseorang, bersama dengan
pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap
berbagai objek dan situasi proses yang berlangsung.
Defininsi lainnya menurut Bohner dan Wanke (2010) sikap bisa diartikan sebagai
suatu proses rangkaian evaluasi seseorang terhadap suatu objek berdasarkan serangkaian
keyakinan atau diskriminasi seseorang terhadap suatu objek yang kongkrit maupun
abstrak. Menurut Ajzen (2005) sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh belief terkait
konsekuensi ketika perilaku itu ditampilkan (behavioral beliefs) yang berbaur dengan
evaluasi terhadap konsekuensi (outcome evaluation) tersebut.
Bohner dan Wanke (2010) menggolongkan definisi sikap ke dalam tiga kerangka
pemikiran.Pertama, sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan.Dalam
hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu adalah memihak maupun tidak
memihak. Kedua, sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap objek tertentu, ketiga,
sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling
berinteraksi satu sama lain.
Berdasarkan uraian diatas, makan dapat disimpulkan pengertian sikap yang
dipakai dalam penelitian ini. Sikap, adalah predisposisi dari perilaku individu dalam
merespon objek melalui proses evaluatif yang melibatkan komponen kognitif, afektif dan
konatif.
2.1.2 Komponen – Komponen Sikap
Bohner dan Wanke (2010) menjelaskan sikap memiliki tiga komponen-komponen
yang saling terkait dan memiliki peran penting untuk membentuk sikap yaitu :
1.
Kognisi (cognitive)
Komponen kognitif mencakup proses pemilahan informasi dan proses analisis dari suatu
objek dari lingkungan melalui panca indra, memprosesnya, mengenali yang
dipersepsikan, membandingkan dengan data yang telah dimiliki, mengklasifikasikan,
menyimpan dalam ingatan, serta menggunakannya dalam merespon rangsangan.
komponen kognitif dapat diartikan Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep
terhadap obyek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang
terhadap objek.
2.
Afeksi (affective)
Komponen afektif mencakup perasaan atau emosi individu terhadap suatu objek yang
dianggap menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui proses evaluasi yang
bersumber dari pengalaman individu. Komponen afektif berada dalam kehidupan
emosional atau evaluasi individu terhadap objek, artinya bagaimana penilaian
(terkandung didalamnya faktor emosi) individu tersebut terhadap objek.
3.
Konatif (conative)
Komponen yang menjelaskan mengenai kecenderungan tindakan individu terhadap objek
sikap yang berasal dari proses evaluasi dari afektif dan kognitif. Kecenderungan untuk
bertindak (tend to behave), komponen konatif artinya adalah merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Konatif adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude).Dalam menentukan sikap yang utuh ini pikiran, keyakinan dan emosi
memegang peran penting.Berdasarkan uraian diatas, sikap dapat disimpulkan sebagai
predisposisi dari perilaku untuk memberikan respon secara baik maupun tidak baik
terhadap objek, individu, institusi dan kejadian.Sikap sendiri terdiri dari tiga komponen
pembentuk yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
2.1.3 Fungsi Sikap
Dalam Sarwono dan Meinarno (2009), Baron, Byrne, dan Branscombe (2006)
menjelaskan bahwa ada lima fungsi sikap: 1) fungsi pengetahuan, 2)fungsi identitas,
3)fungsi harga diri, 4)fungsi pertahanan diri, 5)fungsi memotivasi kesan. Kelima fungsi
tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1.
Fungsi pengetahuan
Sikap membantu untuk memberikan interpretasi melalui stimulus baru yang
didasarkan oleh kebutuhan respon yang sesuai
2.
Fungsi identitas
Sikap tergambar melalui respon perilaku individu yang berdasarkan nilai-nilai
tertentu, Sehingga membentuk persona atau identitas yang akan diekspresikan
kepada lingkungan.
3.
Fungsi harga diri
Sikap memberikan pengaruh terhadap perilaku agar tetap mempertahankan
suatu keyakinan yang dimiliki individu, sehingga memberikan kesan kepada
harga diri individu untuk secara konsisten dipertahankan.
4.
Fungsi pertahanan diri
Sikap berfungsi untuk melindungi diri dari penilaian buruk tentang diri
individu, berdasarkan kesesuain ekspresi yang ditunjukan kepada lingkungan
untuk sesuai dengan norma atau nilai kelompok tertentu.
5.
Fungsi memotivasi kesan
Sikap berfungsi untuk memberikan kesan kepada lingkungan untuk
mengarahkan individu berprilaku.
2.1.4
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain
Sarwono dan Meinarno (2009) :
1.
Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
2.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang diangap penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafilisasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting tersebut.
3.
Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat.
4.
Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap.
5.
Lembaga Pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6.
Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung.Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung
juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat pro dan kontra, positif dan
negatif, setuju dan tidak-setuju terhadap pernyataan - pernyataan objek tertentu, dengan
menggunakan skala likert (Azwar, 2012).
2.1.5
Makanan Sehat
Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan zat gizi,
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang
cukup.Ragam pangan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi tiga fungsi makanan
(dikenal dengan istilah tri guna makanan), yaitu zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun
(protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Untuk dapat mencukupinya, pangan
yang dikonsumsi sehari-hari harus beraneka ragam karena konsumsi pangan yang
beraneka ragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada pangan lain sehingga
diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Pola makan seimbang adalah pangan yang
dikonsumsi harus memenuhi kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlah) dan terdiri dari
sumber karbohidrat (kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian), sumber protein
hewani dan nabati (pangan hewani dan kacang-kacangan), penambah citarasa atau pelarut
vitamin (minyak dan lemak tidak jenuh, buah biji berminyak, gula), serta sumber vitamin
dan mineral (Yen., 2009).
Makan sehat adalah pemilihan konsumsi makanan yang diatur sesuai dengan
kebutuhan tubuh (Persagi, 2009).Makan sehat dapat diartikan sebagai pengaturan pola
makan dengan teratur atau diet. Menurut kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga
2009 keluaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), diet memiliki arti sebagai
pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang dibatasi jumlahnya sesuai
proporsi kebutuhan tubuh dimodifikasi atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk
tujuan kesehatan (Persagi 2009) . Makanan sehat adalah makanan yang terdiri dari
berbagai macam sumber nutrisi dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga
memenuhi kebutuhan gizi untuk pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dalam proses
kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Yen, 2009). Makanan sehat memiliki
gizi yang seimbang, mengandung serat dan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu,
makanan sehat kaya akan unsur zat gizi seperti karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan
sedikit lemak tak jenuh (Wu,T., Gao,X., Chen,M.,& Van Dam,R.M 2009).
Secara lebih rinci, Yen (2009) membagi konsumsi makanan sehat dapat
didapatkan melalui makanan “empat sehat dan lima sempurna”.Pertama, karbohidrat
sebagai makanan pokok.Misalnya nasi, jagung, roti, singkong, dan sagu.Karbohidrat
sangat diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi atau tenaga.Dari sumber tenaga ini
tubuh dapat memenuhi kebutuhannya dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan.Agar
tubuh bertenaga, setiap hari dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat yang cukup, yang bisa
diambil dari nasi, roti, jagung, singkong, maupun sagu.Kedua, protein, yang sering
dijumpai pada lauk.Lauk banyak mengandung protein dan lemak yang digunakan untuk
membangun tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak. Yang termasuk dalam lauk pauk
adalah daging, ikan, ayam, telur, tempe, tahu, dan lain-lain.Selanjutnya, serat atau
mineral.Sayur banyak mengandung serat dan mineral.Mineral ini dibutuhkan oleh tubuh
untuk menjaga tubuh dan tidak mudah terserang penyakit.Unsur yang keempat dalam
“empat sehat lima sempurna” adalah vitamin, yang banyak terdapat dalam buah.Buah
diperlukan untuk asupan vitamin A, B, C. Vitamin sendiri adalah senyawa organik yang
diperlukan oleh tubuh kita untuk mengatur metabolisme tubuh agar tetap sehat dan
membantu memperbaiki sel-sel kulit mati. Terakhir, unsur kelima yang dianggap sebagai
penyempurna dalam konsep “empat sehat lima sempurna” adalah susu. Susu diperlukan
bagi kebutuhan kalsium pada tubuh, untuk memberikan penguatan tulang agar tidak
terkena pengeroposan tulang.
Gambar 1 Piramida Makanan
Sumber : Departemen Kesehatan RI Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2003
Piramida makanan adalah sebagai gambaran atau ilustrasi dari pedoman gizi
seimbang.Ilustrasi ini di disain untuk menggambarkan variasi, proporsi dan seimbang,
ukuran dari tiap bagian menunjukan jumlah porsi perhari yang dianjurkan.Piramida
makanan membantu kita dalam menyusun hidangan untuk makanan sehari-hari dengan
kebutuhan dari setiap kelompok makanan (Depkes, 2003).
2.1.6
Zat Gizi Seimbang
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh dalam melakukan
aktivitas fisik. Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen otot yang
diperlukan untuk melakukan aktifitas fisik, dan bentuk glikogen hati diperlukan untuk
memelihara kadar gula darah. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah
Nasi, mie, sagu, gandum, ubi, dan singkong.Untuk melakukan aktivitas fisik secara
teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian karbohidrat sebesar
275 gram/hari.
b. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat hubungannya
dengan proses-proses kehidupan.Fungsi protein untuk tubuh adalah sebagai zat
pembangun, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, menggantikan sel mati, pertahanan
tubuh, salah satu sumber utama energi. Bahan makanan yang mengandung protein
adalah daging, ayam, telur, ikan, udang, kerang, susu. Untuk melakukan aktivitas
fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian protein
sebesar 150 gram/hari.
c. Lemak tidak jenuh
Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur karbon,
Hidrogen, dan Oksigen. Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai cadangan energi
dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat tertentu, Bantalan
organ-organ tertentu, melarutkan vitamin dan melindungi tubuh dari hawa dingin.
Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan
pengkonsumsian lemak sebesar 25 gram/hari.
d. Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan harus
didatangkan dari luar, karena tidak dapat di sintesa Dalam tubuh.Terdapat dua jenis
vitamin, yaitu, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan vitamin yang larut
dalam air (C, B1, B2, Asam nicotinat, Pyridoxin, Biotin, B5, Folacin,
Cyanocobalamine).Bahan makan yang mengandung vitamin adalah sayur-sayuran
dan buah-buahan.Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur sebesar 250
gram/hari.
e. Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk memperlancar zat gizi,
mengatur keseimbangan, dan mengatur suhu tubuh.Untuk memenuhi fungsi diatas,
manusia membutuhkan sekurang-kurangnya dua liter atau delapan gelas setiap
harinya.
Konsep “empat sehat lima sempurna” diatas setidaknya menjelaskan bahwa gizi
seimbang dapat dicapai melalui konsumsi dengan jumlah porsi yang cukup asupan
yang mencakup karbohidrat, protein, lemak tidak jenuh, mineral/serat dan vitamin.
Pola makan seimbang harus memilah makanan yang baik untuk dikonsumsi serta
makanan yang tidak baik dikonsumsi, seperti makanan yang mengandung tinggi
glukosa, kalori dengan jumlah yang berlebih dan tinggi kolestrol (Yen, 2009).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa makan sehat adalah
konsumsi makanan dengan nutrisi yang seimbang atau jumlah yang cukup setiap
harinya, yang terdiri dari buah, sayur-sayuran, karbohidrat kompleks, lemak tidak
jenuh dan protein. Selain mengkonsumsi gizi seimbang, pola makan seimbang harus
memiliah makanan yang tidak dikonsumsi, seperti makanan dengan kadar glukosa,
kalori, dan kolesterol yang tinggi seperti makanan cepat saji, keripik, permen, dan
makanan dengan kadar gula yang tinggi seperti makanan penutup.
2.1.7
Sikap Terhadap Makan Sehat
Berdasarkan elaborasi dari pengertian sikap Bohner dan Wanke (2010) dan
pengertian makan sehat menurut yang telah diuraikan sebelumnya, maka sikap terhadap
makan sehat dapat diartikan sebagai suatu proses evaluatif yang melibatkan komponen
kognitif, afektif dan konatif seseorang terhadap pengaturan konsumsi makanan dengan
nutrisi seimbang.
Bohner dan Wanke (2010) menjelaskan sikap memiliki tiga komponen-komponen
yang saling terkait dalam membentuk perilaku. Maka dapat dikatakan sikap terhadap
makan sehat dapat dijelaskan melalui tiga komponen tersebut :
1.
Kognitif . Komponen kognitif mencakup proses
pemilahan informasi dan proses analisis individu terhadap makanan yang
seharusnya dikonsumsi setiap harinya sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh
yang seimbang. Selain itu komponen ini juga mencakup proses informasi dan
analisis terhadap kombinasi makanan yang mengandung unsur buah, sayursayuran, karbohidrat kompleks, protein, dan lemak tidak jenuh, serta mineral
setiap harinya berdasarkan pertimbangan hitungan hasil yang akan diperoleh
atau sebab akibat yang akan didapati ketika memberikan respon terhadap
konsumsi makanan dengan nutrisi seimbang.
2.
Afektif. Komponen afektif mencakup perasaan atau emosi
individu terhadap makanan dengan nutrisi seimbang sesuai dengan kebutuhan
tubuh yang terdiri dari unsur-unsur buah, sayur-sayuran, karbohidrat
kompleks, protein, dan lemak tidak jenuh. Komponen afektif sikap terhadap
perilaku makan sehat juga mencakup proses evaluasi atas makanan yang
dianggap menyenangkan atau tidak menyenangkan oleh individu berdasarkan
pengalaman.
3.
Konatif. Komponen konatif menjelaskan proses pemilihan
makanan yang seharusnya dikonsumsi sesuai kebutuhan nutrisi seimbang
sesuai dengan kebutuhan tubuh yang mencakup unsur-unsur buah, sayursayuran, karbohidrat kompleks, protein, dan lemak tidak jenuh setiap harinya.
Komponen ini menjelaskan mengenai respon atau tindakan individu terhadap
makan sehat yang berasal dari proses evaluasi dari afektif dan kognitif.
2.2 Dewasa Awal
Masa dewasa awal juga dikenal sebagai emerging adulthood, yakni suatu tahapan
transisi antara remaja akhir ke dewasa. Pada fase perkembangan ini individu mengalami
eksplorasi dengan melakukan eksperimen terhadap pekerjaan dan seseorang yang akan
menjadi role model mereka dalam kehidupan (Arnett dalam Santrock, 2013). Tahapan ini
terjadi dalam rentang usia antara 18-25 tahun. Arnett mendefinisikan bahwa pada tahapan
ini individu mengalami proses pencarian jati diri berbagai arah kehidupan seperti
pekerjaan dan pandangaan terhadap dunia. Arnett merumuskan emerging adulthood
sebagai konsep tahap perkembangan yang jelas, yang memiliki karakteristik perubahan
dan eksplorasi dari arah hidup.
Arnett (2012) merumuskan lima karakteristik dari emerging adulthood:

Eksplorasi identitas, khususnya pada cinta dan
pekerjaan.Tahap emerging adulthood adalah masa dimana perubahan identitas
terjadi pada banyak individu.

Ketidakstabilan, dimana pada tahapan ini sering terjadi
ketidakstabilan dalam masalah percintaan, pekerjaan dan edukasi

Fokus diri, mereka dalam tahapan sudah mempunyai fokus
diri terhadap kepatuhan sosial, membatasi komitment dengan orang lain untuk
mandiri dalam menjalankan kehidupan mereka.

Perasaan diantara (feeling in-between). Mereka dalam
tahapan ini merasa bukan lagi remaja namun juga belum seorang dewasa
sepenuhnya.

Usia dengan penuh kemungkinan. Tahapan ini dijelaskan
oleh Arnett (2012) sebagai tahapan bagi seseorang yang ingin mentransformasi
hidupnya.Ada dua cara emerging adulthood dalam merubah hidupnya :
a.
Optimis terhadap masa depan mereka, merupakan suatu
kesempatan untuk membuat suatu perubahan mereka kepada arah kehidupan
mereka yang lebih positif.
b.
Kemunculan kedewasaan dikarenakan fase kesulitan pada
proses
perkembangan seseorang dan fase dewasa memberikan
kesempatan untuk memetakan kehidupan mereka ke arah yang lebih positif.
Fase emerging adulthood memiliki aspek terpenting mengenai peningkatan
kemampuan diri atau improvement abillity skill untuk mengarahkan kepada kehidupan
yang lebih positif setelah mengalami fase adolecence(Burt & Paysnick, 2011; Masten,
2013; Masten & Tellegen, 2012).Tahapan ini individu memiliki konsep pemikiran kritis
untuk tidak selalu ditentukan oleh lingkungan dalam menentukan pilihan kehidupannya
(cote & bynner, 2008).
2.3
Kerangka Berpikir
Masalah obesitas salah satunya disebabkan oleh konsumsi makanan yang
mengandung lemak tinggi serta pengaturan pola makan yang tidak seimbang (Yen,
2009). Kebutuhan mengkonsumsi makanan adalah kebutuhan primer bagi penopang
kehidupan manusia dalam menjalani aktivitas. Oleh karena itu upaya pencegahan yang
paling sederhana dalam masalah obesitas melalui pengaturan pola makan yang seimbang
sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh atau perilaku makan sehat. Perilaku makan sehat
salah satunya akan terjadi apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap hal
tersebut Ajzen (2005). Sikap menurut Bohner dan Wanke (2010) terbentuk atas dasar tiga
komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Maka sikap terhadaap makan
sehat tentu terbentuk dari ketiga komponen tersebut yang akan menjadi predisposisi dari
prilaku makan sehat. Penelitian sebelumnya menemukan terdapat perbedan antara lakilaki dengan perempuan dalam perilaku memilih konsumsi makanan yang berserat
(Dynesen, dkk, 2003). Artinya, dapat dikembangkan dugaan sementara yang akan
menarik untuk diteliti lebih lanjut, yakni bahwa akan ada perbedaan pula dalam sikap
terhadap makan sehat antara laki-laki dan perempuan.
Mahasiswa, jika dilihat dari usianya termasuk dalam tahapan remaja dewasa awal
(18-25 tahun). Menurut Arnett (dalam Santrock, 2013) masa ini adalah masa yang
penting untuk menjadi fondasi bagaimana keadaan fisik seseorang dimasa depan. Oleh
karena itu, penelitian ini memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian, khususnya
mahasiswa BINUS University, karena BINUS University adalah salah satu universitas
besar di Jakarta. Menurut Riskesdas 2013, Jakarta memiliki proporsi aktifitas fisik yang
tergolong paling rendah dibanding daerah lain(44,2%); dan kurangnya aktifitas fisik
biasanya dikaitkan dengan resiko terjadinya berbagai macam penyakit. Atas dasar
dinamika tersebut, maka penelitian ini ingin melihat apakah ada perbedaan sikap
mahasiswa BINUS University terhadap makan sehat ditinjau dari jenis kelamin.
Obesitas
Binus
Jakarta
University
Sikap makan sehat
Perilaku
makan sehat
Afektif
Kognitif
konatif
Laki-laki
Perempuan
Download