BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sikap Terhadap Makan Sehat 2.1.1 Sikap (Attitude) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pengetahuan, pendapat dan emosi yang bersangkutan dengan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik, dan sebagainya (Ajzen, 2005). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi perilaku (reaksi tertutup) (Notoatmodjo, 2005). Definisi lainnya sikap berasal dari kata latin “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksi dan tindakan, atau juga dapat dianalogikan dengan keadaan seseorang gladiator dalam arena laga yang siap menghadapi singa sebagai lawan lawannya dalam pertarungan (Sarwono & Meinarno, 2009). Secara harafiah, sikap adalah sebagai kesiapan raga yang dapat diamati. Dalam Sarwono & Meinarno (2009), G.W. Allport membuat batasan definisi sikap (attitude) yang merujuk kepada kesiapan mental. Menurut Allport, sikap merupakan suatu di dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi proses yang berlangsung. Defininsi lainnya menurut Bohner dan Wanke (2010) sikap bisa diartikan sebagai suatu proses rangkaian evaluasi seseorang terhadap suatu objek berdasarkan serangkaian keyakinan atau diskriminasi seseorang terhadap suatu objek yang kongkrit maupun abstrak. Menurut Ajzen (2005) sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh belief terkait konsekuensi ketika perilaku itu ditampilkan (behavioral beliefs) yang berbaur dengan evaluasi terhadap konsekuensi (outcome evaluation) tersebut. Bohner dan Wanke (2010) menggolongkan definisi sikap ke dalam tiga kerangka pemikiran.Pertama, sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan.Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu adalah memihak maupun tidak memihak. Kedua, sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap objek tertentu, ketiga, sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan uraian diatas, makan dapat disimpulkan pengertian sikap yang dipakai dalam penelitian ini. Sikap, adalah predisposisi dari perilaku individu dalam merespon objek melalui proses evaluatif yang melibatkan komponen kognitif, afektif dan konatif. 2.1.2 Komponen – Komponen Sikap Bohner dan Wanke (2010) menjelaskan sikap memiliki tiga komponen-komponen yang saling terkait dan memiliki peran penting untuk membentuk sikap yaitu : 1. Kognisi (cognitive) Komponen kognitif mencakup proses pemilahan informasi dan proses analisis dari suatu objek dari lingkungan melalui panca indra, memprosesnya, mengenali yang dipersepsikan, membandingkan dengan data yang telah dimiliki, mengklasifikasikan, menyimpan dalam ingatan, serta menggunakannya dalam merespon rangsangan. komponen kognitif dapat diartikan Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap obyek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. 2. Afeksi (affective) Komponen afektif mencakup perasaan atau emosi individu terhadap suatu objek yang dianggap menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui proses evaluasi yang bersumber dari pengalaman individu. Komponen afektif berada dalam kehidupan emosional atau evaluasi individu terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) individu tersebut terhadap objek. 3. Konatif (conative) Komponen yang menjelaskan mengenai kecenderungan tindakan individu terhadap objek sikap yang berasal dari proses evaluasi dari afektif dan kognitif. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), komponen konatif artinya adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Konatif adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).Dalam menentukan sikap yang utuh ini pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran penting.Berdasarkan uraian diatas, sikap dapat disimpulkan sebagai predisposisi dari perilaku untuk memberikan respon secara baik maupun tidak baik terhadap objek, individu, institusi dan kejadian.Sikap sendiri terdiri dari tiga komponen pembentuk yaitu kognitif, afektif, dan konatif. 2.1.3 Fungsi Sikap Dalam Sarwono dan Meinarno (2009), Baron, Byrne, dan Branscombe (2006) menjelaskan bahwa ada lima fungsi sikap: 1) fungsi pengetahuan, 2)fungsi identitas, 3)fungsi harga diri, 4)fungsi pertahanan diri, 5)fungsi memotivasi kesan. Kelima fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Fungsi pengetahuan Sikap membantu untuk memberikan interpretasi melalui stimulus baru yang didasarkan oleh kebutuhan respon yang sesuai 2. Fungsi identitas Sikap tergambar melalui respon perilaku individu yang berdasarkan nilai-nilai tertentu, Sehingga membentuk persona atau identitas yang akan diekspresikan kepada lingkungan. 3. Fungsi harga diri Sikap memberikan pengaruh terhadap perilaku agar tetap mempertahankan suatu keyakinan yang dimiliki individu, sehingga memberikan kesan kepada harga diri individu untuk secara konsisten dipertahankan. 4. Fungsi pertahanan diri Sikap berfungsi untuk melindungi diri dari penilaian buruk tentang diri individu, berdasarkan kesesuain ekspresi yang ditunjukan kepada lingkungan untuk sesuai dengan norma atau nilai kelompok tertentu. 5. Fungsi memotivasi kesan Sikap berfungsi untuk memberikan kesan kepada lingkungan untuk mengarahkan individu berprilaku. 2.1.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain Sarwono dan Meinarno (2009) : 1. Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang diangap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafilisasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting tersebut. 3. Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat. 4. Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap. 5. Lembaga Pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak-setuju terhadap pernyataan - pernyataan objek tertentu, dengan menggunakan skala likert (Azwar, 2012). 2.1.5 Makanan Sehat Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup.Ragam pangan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi tiga fungsi makanan (dikenal dengan istilah tri guna makanan), yaitu zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Untuk dapat mencukupinya, pangan yang dikonsumsi sehari-hari harus beraneka ragam karena konsumsi pangan yang beraneka ragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada pangan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Pola makan seimbang adalah pangan yang dikonsumsi harus memenuhi kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlah) dan terdiri dari sumber karbohidrat (kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian), sumber protein hewani dan nabati (pangan hewani dan kacang-kacangan), penambah citarasa atau pelarut vitamin (minyak dan lemak tidak jenuh, buah biji berminyak, gula), serta sumber vitamin dan mineral (Yen., 2009). Makan sehat adalah pemilihan konsumsi makanan yang diatur sesuai dengan kebutuhan tubuh (Persagi, 2009).Makan sehat dapat diartikan sebagai pengaturan pola makan dengan teratur atau diet. Menurut kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga 2009 keluaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang dibatasi jumlahnya sesuai proporsi kebutuhan tubuh dimodifikasi atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan kesehatan (Persagi 2009) . Makanan sehat adalah makanan yang terdiri dari berbagai macam sumber nutrisi dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi untuk pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dalam proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Yen, 2009). Makanan sehat memiliki gizi yang seimbang, mengandung serat dan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, makanan sehat kaya akan unsur zat gizi seperti karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan sedikit lemak tak jenuh (Wu,T., Gao,X., Chen,M.,& Van Dam,R.M 2009). Secara lebih rinci, Yen (2009) membagi konsumsi makanan sehat dapat didapatkan melalui makanan “empat sehat dan lima sempurna”.Pertama, karbohidrat sebagai makanan pokok.Misalnya nasi, jagung, roti, singkong, dan sagu.Karbohidrat sangat diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi atau tenaga.Dari sumber tenaga ini tubuh dapat memenuhi kebutuhannya dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan.Agar tubuh bertenaga, setiap hari dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat yang cukup, yang bisa diambil dari nasi, roti, jagung, singkong, maupun sagu.Kedua, protein, yang sering dijumpai pada lauk.Lauk banyak mengandung protein dan lemak yang digunakan untuk membangun tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak. Yang termasuk dalam lauk pauk adalah daging, ikan, ayam, telur, tempe, tahu, dan lain-lain.Selanjutnya, serat atau mineral.Sayur banyak mengandung serat dan mineral.Mineral ini dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga tubuh dan tidak mudah terserang penyakit.Unsur yang keempat dalam “empat sehat lima sempurna” adalah vitamin, yang banyak terdapat dalam buah.Buah diperlukan untuk asupan vitamin A, B, C. Vitamin sendiri adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh kita untuk mengatur metabolisme tubuh agar tetap sehat dan membantu memperbaiki sel-sel kulit mati. Terakhir, unsur kelima yang dianggap sebagai penyempurna dalam konsep “empat sehat lima sempurna” adalah susu. Susu diperlukan bagi kebutuhan kalsium pada tubuh, untuk memberikan penguatan tulang agar tidak terkena pengeroposan tulang. Gambar 1 Piramida Makanan Sumber : Departemen Kesehatan RI Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2003 Piramida makanan adalah sebagai gambaran atau ilustrasi dari pedoman gizi seimbang.Ilustrasi ini di disain untuk menggambarkan variasi, proporsi dan seimbang, ukuran dari tiap bagian menunjukan jumlah porsi perhari yang dianjurkan.Piramida makanan membantu kita dalam menyusun hidangan untuk makanan sehari-hari dengan kebutuhan dari setiap kelompok makanan (Depkes, 2003). 2.1.6 Zat Gizi Seimbang a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen otot yang diperlukan untuk melakukan aktifitas fisik, dan bentuk glikogen hati diperlukan untuk memelihara kadar gula darah. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah Nasi, mie, sagu, gandum, ubi, dan singkong.Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian karbohidrat sebesar 275 gram/hari. b. Protein Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan.Fungsi protein untuk tubuh adalah sebagai zat pembangun, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, menggantikan sel mati, pertahanan tubuh, salah satu sumber utama energi. Bahan makanan yang mengandung protein adalah daging, ayam, telur, ikan, udang, kerang, susu. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian protein sebesar 150 gram/hari. c. Lemak tidak jenuh Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur karbon, Hidrogen, dan Oksigen. Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat tertentu, Bantalan organ-organ tertentu, melarutkan vitamin dan melindungi tubuh dari hawa dingin. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian lemak sebesar 25 gram/hari. d. Vitamin Vitamin merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat di sintesa Dalam tubuh.Terdapat dua jenis vitamin, yaitu, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam air (C, B1, B2, Asam nicotinat, Pyridoxin, Biotin, B5, Folacin, Cyanocobalamine).Bahan makan yang mengandung vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur sebesar 250 gram/hari. e. Mineral Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk memperlancar zat gizi, mengatur keseimbangan, dan mengatur suhu tubuh.Untuk memenuhi fungsi diatas, manusia membutuhkan sekurang-kurangnya dua liter atau delapan gelas setiap harinya. Konsep “empat sehat lima sempurna” diatas setidaknya menjelaskan bahwa gizi seimbang dapat dicapai melalui konsumsi dengan jumlah porsi yang cukup asupan yang mencakup karbohidrat, protein, lemak tidak jenuh, mineral/serat dan vitamin. Pola makan seimbang harus memilah makanan yang baik untuk dikonsumsi serta makanan yang tidak baik dikonsumsi, seperti makanan yang mengandung tinggi glukosa, kalori dengan jumlah yang berlebih dan tinggi kolestrol (Yen, 2009). Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa makan sehat adalah konsumsi makanan dengan nutrisi yang seimbang atau jumlah yang cukup setiap harinya, yang terdiri dari buah, sayur-sayuran, karbohidrat kompleks, lemak tidak jenuh dan protein. Selain mengkonsumsi gizi seimbang, pola makan seimbang harus memiliah makanan yang tidak dikonsumsi, seperti makanan dengan kadar glukosa, kalori, dan kolesterol yang tinggi seperti makanan cepat saji, keripik, permen, dan makanan dengan kadar gula yang tinggi seperti makanan penutup. 2.1.7 Sikap Terhadap Makan Sehat Berdasarkan elaborasi dari pengertian sikap Bohner dan Wanke (2010) dan pengertian makan sehat menurut yang telah diuraikan sebelumnya, maka sikap terhadap makan sehat dapat diartikan sebagai suatu proses evaluatif yang melibatkan komponen kognitif, afektif dan konatif seseorang terhadap pengaturan konsumsi makanan dengan nutrisi seimbang. Bohner dan Wanke (2010) menjelaskan sikap memiliki tiga komponen-komponen yang saling terkait dalam membentuk perilaku. Maka dapat dikatakan sikap terhadap makan sehat dapat dijelaskan melalui tiga komponen tersebut : 1. Kognitif . Komponen kognitif mencakup proses pemilahan informasi dan proses analisis individu terhadap makanan yang seharusnya dikonsumsi setiap harinya sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh yang seimbang. Selain itu komponen ini juga mencakup proses informasi dan analisis terhadap kombinasi makanan yang mengandung unsur buah, sayursayuran, karbohidrat kompleks, protein, dan lemak tidak jenuh, serta mineral setiap harinya berdasarkan pertimbangan hitungan hasil yang akan diperoleh atau sebab akibat yang akan didapati ketika memberikan respon terhadap konsumsi makanan dengan nutrisi seimbang. 2. Afektif. Komponen afektif mencakup perasaan atau emosi individu terhadap makanan dengan nutrisi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh yang terdiri dari unsur-unsur buah, sayur-sayuran, karbohidrat kompleks, protein, dan lemak tidak jenuh. Komponen afektif sikap terhadap perilaku makan sehat juga mencakup proses evaluasi atas makanan yang dianggap menyenangkan atau tidak menyenangkan oleh individu berdasarkan pengalaman. 3. Konatif. Komponen konatif menjelaskan proses pemilihan makanan yang seharusnya dikonsumsi sesuai kebutuhan nutrisi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh yang mencakup unsur-unsur buah, sayursayuran, karbohidrat kompleks, protein, dan lemak tidak jenuh setiap harinya. Komponen ini menjelaskan mengenai respon atau tindakan individu terhadap makan sehat yang berasal dari proses evaluasi dari afektif dan kognitif. 2.2 Dewasa Awal Masa dewasa awal juga dikenal sebagai emerging adulthood, yakni suatu tahapan transisi antara remaja akhir ke dewasa. Pada fase perkembangan ini individu mengalami eksplorasi dengan melakukan eksperimen terhadap pekerjaan dan seseorang yang akan menjadi role model mereka dalam kehidupan (Arnett dalam Santrock, 2013). Tahapan ini terjadi dalam rentang usia antara 18-25 tahun. Arnett mendefinisikan bahwa pada tahapan ini individu mengalami proses pencarian jati diri berbagai arah kehidupan seperti pekerjaan dan pandangaan terhadap dunia. Arnett merumuskan emerging adulthood sebagai konsep tahap perkembangan yang jelas, yang memiliki karakteristik perubahan dan eksplorasi dari arah hidup. Arnett (2012) merumuskan lima karakteristik dari emerging adulthood: Eksplorasi identitas, khususnya pada cinta dan pekerjaan.Tahap emerging adulthood adalah masa dimana perubahan identitas terjadi pada banyak individu. Ketidakstabilan, dimana pada tahapan ini sering terjadi ketidakstabilan dalam masalah percintaan, pekerjaan dan edukasi Fokus diri, mereka dalam tahapan sudah mempunyai fokus diri terhadap kepatuhan sosial, membatasi komitment dengan orang lain untuk mandiri dalam menjalankan kehidupan mereka. Perasaan diantara (feeling in-between). Mereka dalam tahapan ini merasa bukan lagi remaja namun juga belum seorang dewasa sepenuhnya. Usia dengan penuh kemungkinan. Tahapan ini dijelaskan oleh Arnett (2012) sebagai tahapan bagi seseorang yang ingin mentransformasi hidupnya.Ada dua cara emerging adulthood dalam merubah hidupnya : a. Optimis terhadap masa depan mereka, merupakan suatu kesempatan untuk membuat suatu perubahan mereka kepada arah kehidupan mereka yang lebih positif. b. Kemunculan kedewasaan dikarenakan fase kesulitan pada proses perkembangan seseorang dan fase dewasa memberikan kesempatan untuk memetakan kehidupan mereka ke arah yang lebih positif. Fase emerging adulthood memiliki aspek terpenting mengenai peningkatan kemampuan diri atau improvement abillity skill untuk mengarahkan kepada kehidupan yang lebih positif setelah mengalami fase adolecence(Burt & Paysnick, 2011; Masten, 2013; Masten & Tellegen, 2012).Tahapan ini individu memiliki konsep pemikiran kritis untuk tidak selalu ditentukan oleh lingkungan dalam menentukan pilihan kehidupannya (cote & bynner, 2008). 2.3 Kerangka Berpikir Masalah obesitas salah satunya disebabkan oleh konsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi serta pengaturan pola makan yang tidak seimbang (Yen, 2009). Kebutuhan mengkonsumsi makanan adalah kebutuhan primer bagi penopang kehidupan manusia dalam menjalani aktivitas. Oleh karena itu upaya pencegahan yang paling sederhana dalam masalah obesitas melalui pengaturan pola makan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh atau perilaku makan sehat. Perilaku makan sehat salah satunya akan terjadi apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap hal tersebut Ajzen (2005). Sikap menurut Bohner dan Wanke (2010) terbentuk atas dasar tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Maka sikap terhadaap makan sehat tentu terbentuk dari ketiga komponen tersebut yang akan menjadi predisposisi dari prilaku makan sehat. Penelitian sebelumnya menemukan terdapat perbedan antara lakilaki dengan perempuan dalam perilaku memilih konsumsi makanan yang berserat (Dynesen, dkk, 2003). Artinya, dapat dikembangkan dugaan sementara yang akan menarik untuk diteliti lebih lanjut, yakni bahwa akan ada perbedaan pula dalam sikap terhadap makan sehat antara laki-laki dan perempuan. Mahasiswa, jika dilihat dari usianya termasuk dalam tahapan remaja dewasa awal (18-25 tahun). Menurut Arnett (dalam Santrock, 2013) masa ini adalah masa yang penting untuk menjadi fondasi bagaimana keadaan fisik seseorang dimasa depan. Oleh karena itu, penelitian ini memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian, khususnya mahasiswa BINUS University, karena BINUS University adalah salah satu universitas besar di Jakarta. Menurut Riskesdas 2013, Jakarta memiliki proporsi aktifitas fisik yang tergolong paling rendah dibanding daerah lain(44,2%); dan kurangnya aktifitas fisik biasanya dikaitkan dengan resiko terjadinya berbagai macam penyakit. Atas dasar dinamika tersebut, maka penelitian ini ingin melihat apakah ada perbedaan sikap mahasiswa BINUS University terhadap makan sehat ditinjau dari jenis kelamin. Obesitas Binus Jakarta University Sikap makan sehat Perilaku makan sehat Afektif Kognitif konatif Laki-laki Perempuan