I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian adalah sektor yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia.Munculnya industri-industri besar berbasis agribisnis seharusnya menjadi salah satu faktor pendorong maju dan berkembangnya sektor pertanian.Kendala yang muncul saat ini adalah belum maksimalnya pemanfaatan sektor pertanian secara profesional dan berskala makro dengan ditunjukkan oleh sedikitnya perusahaan agribisnis yang tercatat di pasar modal. Pada kasus lain, ketika krisis terjadi diIndonesia, perusahaan-perusahaan yang justru bertahan adalah perusahaan berbasis perkebunan dan kehutanan yang memposisikan diri sebagai eksportir. Untuk itu, perlu diketahui apakah perusahaan-perusahaan agribisnis di Indonesia sejauh ini benar-benar mampu menunjukkan performa yang baik sehingga layak untuk dijadikan tujuan investasi. Di negara-negara maju, komoditas pertanian dipandang sebagai suatu peluang bisnis yang menjanjikan dan mampu memberikan keuntungan yang tinggi serta meminimalkan risiko bisnis pada pemilik modal. Oleh karena itu, para investor di luar negeri tertarik untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan berbasis agribisnis dengan cara mengkombinasikannya membentuk portofolio yang efisien di pasar modal bersama dengan saham-saham bluechips lain. Keberadaan pasar modal sangat penting yaitu sebagai sarana untuk mendapatkan dana dari masyarakat sehingga dapat digunakan untuk menjalankan perusahaan. Dengan adanya pasar modal, maka para investor dapat memperoleh keuntungan dari sejumlah modal yang ditanamkan di suatu perusahaan atau dari portofolio berupa kenaikan harga jual dan atau pembagian dividen. Di lain sisi, perusahaan telah berbagi risiko dengan para investor sehingga jika perusahaan merugi, kerugian tidak ditanggung sendiri. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Perindustrian (2015) ada 529 perusahaan di Indonesia yang bergerak di industri makanan, 323 perusahaan bergerak di industri minuman, dan 39 perusahaan bergerak di perkebunan. Sementara itu, berdasarkan data yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015, terdapat 40 perusahaan agribisnis yang memperjualbelikan sahamnya di pasar saham. Ini berarti bahwa di Indonesia telah terdapat 40 perusahaan agribisnis go public yang dapat digunakan untuk membentuk suatu portofolio yang menguntungkan. Gambar 1.1 menunjukkan jumlah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikelompokkan berdasarkan sektor. 1 Perusahaan (Unit) 120 100 80 60 40 20 0 114 86 61 41 54 41 38 51 21 Sektor Gambar 1.1 Jumlah perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan kelompok sektor Sumber: Fact Book (2015), diolah. Terdapat 507 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 2014.Oleh BEI, perusahaan-perusahaan ini dikelompokkan menjadi 9 sektor besar dan didiferensiasikan kembali menjadi beberapa subsektor. Sektor pertanian dibagi menjadi lima subsektor yaitu tanaman bahan makanan (crops), perkebunan (plantation), perikanan (fisheries), dan lain-lan. Subsektor tanaman bahan makanan terdiri dari 1 perusahaan, subsektor perkebunan beranggotakan 16 perusahaan, 3 perusahaan dimasukkan dalam subsektor perikanan dan 1 perusahaan di subsektor lain-lain. Perusahaan berbasis agribisnis lain misalnya industri pengolahan bahan makanan dan pakan ternak tidak dimasukkan dalam sektor pertanian, melainkan dimasukkan ke dalam sektor industri barang konsumsi. Dengan membatasi perusahaan agribisnis adalah perusahaan yang dikelompokkan ke dalam sektor pertanian oleh BEI, pengolahan bahan makanan termasuk di dalamnya rokok, serta pakan ternak, maka persentase perusahaan agribisnis di BEI ditunjukkan oleh Gambar 1.2. 2 Agribisnis (Sektor Pertanian, Subsektor Makanan dan Minuman, Subsektor Rokok) Lainnya 8% 92% Gambar 1.2 Persentase perusahaan agribisnis dan perusahaan lain Sumber: Fact Book (2015), diolah Perusahaan agribisnis hanya menempati sebagian kecil dari porsi keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (8%). Jumlah perusahaan yang mendominasi Bursa Efek Jakarta berada dalam sektor perdagangan dan jasa sebanyak 114 perusahaan atau sebanyak 22,48% dari total keseluruhan, disusul oleh perusahaan yang bergerak di sektor keuangan sebanyak 86 perusahaan (16,96%). Kecilnya persentase perusahaan agribisnis di BEI tidak berarti bahwa melakukan investasi di perusahaan agribisnis tidak memberikan keuntungan. Menurut Sugiartawan dkk (2013) kinerja perusahaan-perusahaan agribsinis di bursa saham menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan di sektor-sektor lain. Perusahaan agribisnis juga cenderung menghasilkan return yang tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan atau emiten yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa invetasi di perusahaan agribisnisakan memberikan keuntungan. Untuk menyusun suatu portofolio di pasar modal, investor membutuhkan datadata terkait dengan resiko (risk) dan tingkat pengembalian (return) dari saham, obligasi, atau surat berharga lain. Risk dan return dapat menjadi cerminan kinerja manajemen suatu perusahaan. Dengan mengetahui masing-masing riskdan return dari unsur penyusun portofolio, maka investor dapat memaksimumkan keuntungan dan memperkecil risiko. Kondisi ini disebut sebagai keadaan portofolio yang optimum. 3 Secara sektoral, return saham perusahaan tercatat dalam BEI ditunjukkan Rerata Return Saham Tahun 20052010 (%) oleh gambar 1.3. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 39.9 37.19 30.92 25.67 29.39 19.94 24.38 23.16 16.21 18.51 Sektor Gambar 1.3 Return saham sektoral tahun 2005-2010 Sumber: www.infovesta.com, diolah dalam Rudiyanto (2011) Gambar 1.3 menunjukkan bahwa sektor pertanian (terdiri dari 15 perusahaan pada tahun 2010) memiliki rerata return saham yang paling tinggi di antara sektor-sektor yang lain dan bahkan lebih tinggi dari return saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selisih return terpaut cukup jauh dengan sektor perdagangan, jasa, dan investasi yang pada tahun 2010 memiliki jumlah perusahaan sebanyak 85 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005-2010 sektor pertanian sangat layak digunakan sebagai unsur yang mampu memaksimumkan profit pada sebuah portofolio. Di lain sisi, sebagai sektor yang memiliki tingkat return yang paling tinggi di antara sektor lain, maka sektor pertanian juga memiliki tingkat risiko yang paling tinggi pula. Gambar 1.4 memperlihatkan beta masing-masing sektor tahun 20052010. 4 Beta 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1.29 1.14 1.11 0.99 0.89 0.67 0.73 1 1 0.83 Sektor Gambar 1.4 Beta saham sektoral tahun 2005-2010 Sumber: www.infovesta.com, diolah dalam Rudiyanto (2011) Hasil pengukuran beta saham sektoral sejalan dengan return saham, di mana pertanian memiliki tingkat beta yang paling tinggi di antara sektor yang lain. Ini berarti bahwa, pada tahun 2005-2010, ketika sektor pertanian mengalami kenaikan, maka return saham naik lebih banyak dari naiknya return pasar (IHSG), dan sebaliknya ketika sektor ini mengalami keterpurukan, return saham menurun lebih rendah dari return pasar. Dari gambar 1.4 diketahui juga bahwa sektor yang memiliki nilai beta sama dengan beta pasar adalah sektor keuangan. Sektor keuangan akan mengalami kenaikan dan penurunan return sama dengan naik dan turunnya return pasar sehingga dapat dikatakan bahwa sektor keuangan ini cukup aman. Sebagian emiten di bursa merupakan emiten yang sangat aktif dengan frekuensi perdagangan yang tinggi namun sebagian lainnya merupakan emiten yang pasif dengan frekuensi perdagangan yang cenderung rendah.Hal ini menyebabkan IHSG dinilai kurang real menggambarkan kondisi bursa yang sesungguhnya.Persoalan ini dapat diselesaikan dengan adanya Indeks Liquid 45 (ILQ45) (Tandelilin, 2010). Berdasarkan kapitalisasi pasar dan likuiditasnya, perusahaan-perusahaan yang mampu mendongkrak nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar saham adalah perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar. Salah satu indeks yang mempertimbangkan jumlah transaksi terbesar dan keaktifan perusahaan di 5 bursa adalah Indeks Liquid 45 (ILQ45). Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam golongan ILQ45 sering dimasukkan ke dalam portofolio oleh investor untuk memaksimalkan keuntungan. Menurut Larasati (2013) dan Indonesia Stock Exchange (2010) ILQ45 menguasai hampir 70% kepemilikan modal di pasar modal. Menurut Sulistyowati (2012) dalam Chandra dan Hapsari (2013) dilihat dari segi risiko, risiko emiten-emiten yang tergabung dalam ILQ45 cenderung lebih rendah dibandingkan saham-saham yang lain karena kinerja fundamental perusahaan bagus dan fluktuasi harga saham cenderung smooth sehingga menjadikan return dan capital gain tidak setinggi saham dengan fluktuasi harga yang tajam. Perusahaan agribisnis yang masuk ke dalam Indeks Liquid 45 dan bertahan sejak tahun Agustus 2011 hingga Januari 2016 tanpa aksi stock split berjumlah 7 perusahaan terdiri atas PT Astra Agro Lestari, PT Unilever Indonesia PT Gudang Garam, PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Indofood Sukses Makmur, PT London Sumatera dan PT Charoen Pokphand. Gambar 1.5 menjukkan jumlah Jumlah Perusahaan (Unit) perusahaan yang tercatat dalam ILQ45 periode Agustus 2015. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 8 7 5 5 4 3 2 2 Gambar 1.5 Jumlah perusahaan tercatat pada Indeks LQ45 Agustus 2015. Sumber: Book of ILQ45, 2015, Bursa Efek Indonesia. ILQ45 merupakan indeks tertua kedua setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang beranggotakan perusahaan dengan likuiditas yang baik.Fakta ini mendorong para investor dan manajer investasi untuk mempertimbangkan emiten saham ILQ45 ke dalam portofolio agar membentuk kombinasi portofolio yang optimal. 6 1.2 Perumusan Masalah Untuk menyusun sebuah portofolio optimal yang mampu memberikan keuntungan bagi investor maka penting bagi investor maupun calon investor untuk mengetahui kinerja setiap emiten yang akan ditambahkan atau digunakan dalam penyusunan portofolio. Kinerja suatu emiten dapat dilihat dari tingkat return dan risiko. Pengetahuan tentang kinerja saham merupakan hal yang penting karena agribisnis adalah usaha yang cenderung membutuhkan modal yang tinggi dan memiliki ketergantungan pada keadaan alam. Di samping itu, investor biasanya lebih tertarik untuk menginvestasikan sejumlah dana pada perusahaan dengan kinerja manajemen dan likuiditas yang baik. Indeks di BEI yang mengelompokkan perusahaan dengan likuitas tinggi dan kapitalisasi pasar terbesar di antara anggota bursa adalah Indeks Liquid 45 (ILQ45). Dari pemaparan ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan di antaranya adalah: 1. Bagaimanakahtingkat returndan risikosaham kelompok perusahaan agribisnis dan kelompok perusahaan non-agribisnis yang tergabung dalam ILQ 45 pada periode 2010 – Agustus 2015? 2. Bagaimanakah beta saham kelompok perusahaan agribisnis ILQ45 jika dibandingkan dengan kelompok perusahaan non-agribisnis ILQ45? 3. Bagaimanakah kinerja saham-saham kelompok perusahaan agribisnis ILQ45 jika dibandingkan dengan kelompok perusahaan non-agribisnis ILQ45? 4. Bagaimanakah hubungan antara kinerja manajemen dalam bentuk rasio keuangan dengan harga saham perusahaan? 5. Bagaimanakah performa portofolio perusahaan agribisnis ILQ45dan nonagribisnis ILQ45 yang disusun random jika dibandingkan dengan reksadana yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Membandingkan tingkat return dan risikokelompok perusahaan agribisnis dan kelompok perusahaan non-agribisnis pada ILQ45. 2. Membandingkanrisiko sistematis (beta)kelompok perusahaan agribisnis dan kelompok perusahaan non agribisnis pada ILQ45. 3. Membandingkan hasil evaluasi kinerja saham kelompok perusahaan agribisnis dan kelompok non-agribisnis pada ILQ45. 7 4. Mengetahui pengaruh kinerja manajemen dalam bentuk rasio-rasio keuangan terhadap harga saham. 5. Membandingkan kinerja portofolio perusahaan agribisnis ILQ45dan nonagribisnis ILQ45 yang disusun random dan portfofolio optimal yang disusun menggunakan cut off point dengan portofolio reksadana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu manajemen dan agribisnis dengan: a. Memberikan tambahan pengetahuan tentang manajemen investasi terutama di bidang agribisnis. b. Sebagai pemantik bagi penelitian selanjutnya untuk dapat dikembangkan dalam bidang yang lebih luas. 1.4.2 Manfaat Praktis Bagi khalayak umum, terutama bagi para calon investor, investor, atau semua pihak yang tertarik pada pengelolaan dana di masa depan berwujud investasi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kondisi dan perkiraan investasi di bidang agribisnis. Para investor dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan dalam memilih jenis investasi yang tepat untuk penyusunan portofolio baik dalam bentuk reksadana maupun dalam bentuk saham tunggal.Melalui penelitian ini, masyarakat juga dapat mengetahui kondisi pasar saham pada rentang Agustus 2011 - Desember 2015. 8