PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KULIT KOPI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DALAM UPAYA PEMBUATAN BROSUR BAGI MASYARAKAT Dende Sri Haryani, Ika Nurani Dewi, Baiq Mirawati Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram Email: [email protected]. ABSTRAK: Limbah kulit kopi merupakan limbah pabrik yang dapat dijadikan alternatif sebagai pupuk organik yang jarang sekali dimanfaatkan, padahal limbah kulit kopi mempunyai kandungan unsur makro yang sangat baik bagi tanaman. Diantarnya yaitu nitrogen, fosfor dan kalium sehingga limbah kulit kopi ternyata dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan dilaksanakan di Laboratorium Biologi FPMIPA IKIP Mataram. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan teknik pengumpulan data secara observasi langsung. Rancangan penelitian menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap), pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dan teknik analisis data menggunakan Analisis Of Variance (ANOVA) pada taraf signifikansi 5%. Sampel diberikan 6 perlakuan yang berbeda dan empat kali ulangan masing-masing perlakuan, yaitu kontrol (A) tanpa diberikan limbah kulit kopi, perlakuan kedua (B) pemberian limbah kulit kopi 10 gr, perlakuan ketiga (C) pemberian limbah kulit kopi 20 gr, perlakuan keempat (D) pemberian limbah kulit kopi 30 gr, perlakuan kelima (E) pemberian limbah kulit kopi 40 gr dan perlakuan keenam (F) pemberian limbah kulit kopi 50 gr. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman kacang tanah dengan pemberian limbah kulit kopi pada pameter tinggi batang Fhitung (1,260) sedangkan Ftabel (2,77); pada parameter jumlah helaian daun Fhitung (0,813) sedangkan Ftabel (2,77); pada parameter diameter batang Fhitung (0,932) sedangkan Ftabel (2,77); pada parameter panjang akar Fhitung (0,388) sedangkan Ftabel (2,77); pada parameter berat basah tanaman Fhitung (1,139) sedangkan Ftabel (2,77); dan pada parameter berat kering Fhitung (0,586) sedangkan Ftabel (2,77), sehingga hasil penelitian ini dinyatakan tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh bebrapa faktor salah satunya yakni kandungan unsur hara pada limbah kulit kopi tidak terurai dengan sempurna. Implementasi dari hasil penelitian ini disusun sebagai bahan ajar bagi masyarakat dalam bentuk brosur. Kesimpulan penelitian yang diperoleh adalah limbah kulit kopi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter tanaman kacang tanah. Kata kunci : Limbah Kulit Kopi, Pertumbuhan, Arachis hypogaea L. 1 ABSTRACT DENDE SRI HARYANI: The Effect of Coffee Leather Wastes toward Peanut Vegetative Growth (Arachis hypogaea L.) to make Brochure for the Society (Supervised by Ika Nurani Dewi and Baiq Mirawati) Coffee leather wastes are factory wastes which can be used as alternative organic fertilizers. Organic fertilizers were seldom utilized, although they had macro elements, such as nitrogen, phosphor, and calcium which can repair soil fertility and stimulate root growth, stems, and leaves which were good for plants. This study aimed at finding out the effect of Coffee leather wastes toward peanut growth (Arachis hypogaea L.) which was conducted in the Biology Laboratory of FPMIPA IKIP Mataram. This was an experimental research and data collection technique used direct observation. The design of the research used completed random design (RAL). Sampling technique developed was purposive sampling and data analysis technique used ANOVA in the level of significance 5%. Samples of the research were given different treatment with six times repetition for each treatment; Control (A) was not given treatment using Coffee leather wastes, and the second treatment (B) used 10 grams of Coffee leather wastes. The third treatment (C) used 20 grams of Coffee leather wastes, and the fourth treatment (D) used 30 grams of Coffee leather wastes, the fifth treatment (E) used 40 grams of Coffee leather wastes, and sixth treatment (F) used 50 grams of Coffee leather wastes. Based on the research results, it was found that of F value of peanut plant growths given Coffee leather wastes with the stem height parameter was (1,260), while F table (2,77); F value of number of leave sheets was (0,932), while F table was (2,77); F value root length parameter was (0,388), while F table was (2,77); F value of wet-weight plant parameter was (1,139), while F table was (2,77); F value of dry-weight parameter was (0,586), while F table was (2,77) which meant that the results of the study were insignificant. This insignificance was affected by the level of characteristic element of Coffee leather wastes was not perfectly spread. The implementation of this study result is composed as learning materials for the society in the form of brochure. In brief, Coffee leather wastes do not give real effect to all parameters of peanut plants. Key Words: Coffee leather wastes, growth, peanut plants (Arachis hypogaea L.) 2 PENDAHULUAN Kacang tanah sebagai salah satu komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan lezat rasanya, termasuk jenis tanaman pangan yang disukai oleh banyak orang sehingga perlu dikembangkan dan ditingkatkan produksinya. Usaha untuk meningkatkan produksi kacang tanah ini akan bisa tercapai, apabila para petani menggunakan teknologi pertanian modern dan sekaligus menguasai keterampilan pertanian. Adapun keterampilan yang terutama harus dikuasai adalah keterampilan dalam perbaikan bibit, pengolahan tanah, perawatan yang lebih intensif, pengendalian hama dan penyakit. Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan sawah berpengairan, sawah tadah hujan, lahan kering tadah hujan, dan lahan bukaan baru. Tanah berstruktur ringan (lemah) menguntungkan bagi tanaman kacang tanah (Kusbandrio, 2012). Produksi kacang tanah di Nusa Tenggara Barat baru sebanyak 45.000 ton hanya memenuhi 60 persen dari kebutuhan pabrik pengolahan kacang tanah di Lombok. Kecilnya produktivitas kacang tanah di NTB tersebut disebabkan kurangnya pasokan dan varietas benih yang baik, kurangnya akses petani tentang kepermodalan dan pasar, serta kurangnya dukungan riset pertanian yang memadai (Andira, 2009). Produktivitas kacang tanah ditingkat petani umumnya masih rendah, hal ini disebabkan karena sebagian besar petani menanam kacang tanah hanya sebagai tanaman sampingan dengan cara budidaya yang sederhana. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan tersebut adalah dengan pemupukan menggunakan pupuk anorganik dan organik. Pada umumnya petani menggunakan pupuk anorganik seperti urea dengan takaran 50 kg/ha. Sedangkan pemupukan menggunakan pupuk organik masih jarang dilakukan (Sumarno, 1987). Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain harganya murah, pupuk organik mengandung banyak unsur hara. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, limbah ternak, limbah kota (sampah), dan sisa panen salah satunya yaitu limbah kulit kopi (Ayub, 2010). Limbah kulit kopi termasuk limbah padat yang mengandung beberapa unsur makro yaitu Nitrogen, Phospor, dan Kalium (Mulia dalam Afrizon, 2010). Limbah kulit kopi banyak ditemukan di Desa Tegal Maja, Dusun Mengkudu. Di desa ini limbah kulit kopi banyak dibuang atau ditumpuk begitu saja di lahan kosong dekat pemukiman penduduk setempat, tanpa ada warga yang berinisiatif untuk memanfaatkannya atau mengolahnya sebagai pupuk organik yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Limbah kulit kopi yang digunakan dalam penelitian ini, sebelumnya telah dianalisis kandungan unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Mataram (UNRAM) dengan hasil sebagai berikut: (1) kandungan nitrogen pada limbah kulit kopi sebanyak 0,18%, (2) kandungan fosfor pada limbah kulit kopi sebanyak 0,10%, dan (3) kandungan kalium pada limbah kulit kopi sebanyak 0,52%. Berdasarkan data awal tersebut dapat dikatakan bahwa limbah kulit kopi 3 dapat dijadikan sebagai pupuk organik untuk pertumbuhan tanaman. Untuk mengoptimalkan pertumbuhannya kacang tanah sangat membutuhkan pupuk. Pupuk kandang, NPK, kompos daun dan berbagai jenis lainnya yang dapat digunakan sebagai perkembangan tanaman secara optimal, namun ternyata limbah kulit kopi dapat bermanfaat bagi tanaman. Memanfaatkan limbah kulit kopi menjadi pupuk sangat berguna bagi tanaman dan bagi masyarakat, sehingga untuk menyampaikan hal tersebut maka sangat diperlukannya media informasi bagi masyarakat. Perlunya sumber belajar bagi masyarakat, merupakan salah satu usaha penyajian informasi dalam berbagai bentuk yang memuat materi konstektual, dan amat penting untuk diketahui oleh masyarakat. Untuk itu pemilihan sumber belajar dalam bentuk media brosur diharapkan lebih mudah disebarkan kepada masyarakat sehingga masyarakat mampu membangun pengetahuannya sendiri khususnya mengenai pemanfaatan limbah kulit kopi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Kopi terhadap Pertumbuhan Vegetatif Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L) dalam Upaya Pembuatan Brosur Bagi Masyarakat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa of Varians (ANOVA) satu arah dengan menggunakan SPSS 16, tekhnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tahap penelitian meliputi tahap persiapan tempat, tahap persiapan bahan, tahap pelaksanaan. KAJIAN LITERATUR Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dari family Leguminoceae dikarenakan kacang tanah tersebut menghasilkan buah berupa polong yang di dalam tanah.Genus Arachis dan Spesies hypogaea. Kacang tanah kemungkinan berasal dari Brazilia, Amerika selatan (Girisonta 1989).Kacang tanah termasuk Terna, tumbuh melata atau tegak, tinggi biasanya 15-70 cm. Sistem akar merupakan akar tunggang yang telah berkembang dengan banyak akar-akar lateral, tidak memiliki rambut akar dan memiliki bintil akar pemiksasi nitrogen. Percabangan terdiri dari dua jenis yaitu cabang vegetatif dan cabang reproduktif.Cabang vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katafil yang terdapat pada dua buku pertama pada cabang.Cabang vegetatif sekunder dan tertier dapat berkembang dari cabang vegetatif primer (Wardiono, 2011).Klasifikasi kacang tanah (Arachis hypogaea L.) sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dikotiledon Ordo : Polipetales Famili : Leguminose Genus : Arachis Spesies :Arachishypogaea L.(Sumarno, 1987). Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50-60 persen dari hasil panen berupa kulit kopi.Limbah kulit kopi dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk kompos. Kandungan organik pada setiap bahan organik cenderung berbeda tergantung pada susunan bahan pembentuknya. 4 Pemanfaatan pupuk kompos dari limbah kulit kopi dapat mengurangi ketergantungan pupuk kimia dan menjaga kontinuitas penggunaan lahan serta kelestarian lingkungan (Puslitkoka dalam Afizon, 2010). Limbah kulit kopi termasuk limbah padat. Limbah padat adalah bahan sisa usaha yang tidak terpakai berbentuk padatan atau semi padatan. Unsur yang terkandung pada limbah kuli kopi antara lain Nitrogen, Phospor, dan Kalium (Mulia dalam Afrizon, 2010). Pertumbuhan berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian terhadap pengaruh pemberian limbah kulit kopi sebagai pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) maka hasil analisis pada masing-masing parameter pengamatan adalah sebagai berikut: Parameter Jumlah Helaian Daun 120 100 Grafik Jumlah Helaian Daun 103 95 88 86 79 103 80 60 40 20 0 A B C D (Perlakuan) E F Grafik 4.1 Jumlah helaian daun Berdasarkan Grafik 4.1 dapat terlihat jumlah tertinggi helaian daun kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada perlakuan E (40 gr) dan F (50 gr) yaitu sebanyak 103 jumlah helaian daun dan jumlah terendah ditunjukkan oleh perlakuan A (kontrol) yaitu sebanyak 76 helai daun karena pada hari ke dua belas ada beberapa daun yang mati untuk parameter jumlah helaian daun. Terjadinya penurunan jumlah helaian daun pada perlakuan A disebabkan karena pada perlakuan A (kontrol) tidak ditambahkan pupuk limbah kulit kopi sehingga tanaman tersebut kekurangan unsur hara nitrogen. Sedangkan terjadinya peningkatan jumlah daun pada perlakuan E dan F disebabkan karena diberikan perlakuan limbah kulit kopi dengan dosis yang paling tinggi yaitu sebanyak 40 gr dan 50 gr, sehingga tanaman kacang tanah banyak memperoleh unsur nitrogen dari limbah kulit kopi untuk pertumbuhannya. Kandungan nitrogen yang terdapat pada limbah kulit kopi terurai dengan baik sehingga mampu meningkatkan jumlah helaian daun pada perlakuan E (40 gr) dan F (50 gr). Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur hara pada limbah kulit kopi, terdapat kandungan unsur hara nitrogen dengan jumlah 0,18% yang dapat menambahkan kebutuhan nitrogen bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah. Sesuai dengan pendapat pendapat Mirza (2013) mengemukakan fungsi nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif salah satunya adalah daun. Sedangkan hasil untuk penghitungan secara statistik yakni untuk FHitung 0,813 ≤ FTabel 2,77 adalah menunjukkan hasil yang tidak nyata. 5 Grafik Tinggi Batang Parameter Tinggi Batang (Cm) 25 20 17.23 16.28 20.83 20.35 18.43 17.78 15 10 5 0 A B C D (Perlakuan) E F Grafik 4.2 Tinggi Batang Berdasarkan Grafik 4.2 dapat terlihat tinggi batang tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E (40 gr) yaitu sebesar 20,83 cm dan terendah ditunjukkan pada perlakuan B (10 gr) yaitu sebesar 16,28 cm. Hal ini disebabkan karena pada hari ke 19 pada polybag B (10 gr) pupuk limbah kulit kopi berjamur, tanahnya kering dan terdapat banyak semut dan pada hari ke 23 batang tanaman kacang tanah layu dan sedikit mengisut. Rendahnya tinggi batang pada perlakuan B (10 gr) disebabkan oleh kekurangan unsur nitrogen yang diperoleh dari limbah kulit kopi. Unsur nitrogen yang terdapat pada limbah kulit kopi tidak dapat terurai dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Taufik (2014) yaitu tanaman yang kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhan tanaman melambat, kerdil dan lemah. Selain itu tanaman kacang tanah juga kekurangan unsur kalium yang disebabkan karena limbah kulit kopi tidak dapat terurai dengan sempurna. Sesuai dengan pendapat Diyah (2013) menyatakan bahwa gejala dari tanaman yang kekurangan kalium adalah pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat). Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur hara pada limbah kulit kopi, diketahui bahwa pada limbah kulit kopi terdapat kandungan unsur nitrogen sebesar 0,18%. Sedangkan jumlah unsur kalium yang terdapat pada limbah kulit kopi setelah dianalisis sebesar 0,52%, namun unsur kalium tersebut tidak dapat terurai dengan sempurna sehingga tanaman kacang tanah kekurangan unsur hara kalium selama pertumbuhannya. Kandungan unsur hara pada limbah kulit kopi tidak dapat terurai dengan baik disebabkan karena tidak melalui pengomposan terlebih dahulu. Proses pengomposan adalah suatu proses mikrobiologi. Bahan organik dirombak oleh aktivitas mikroorganisme sehingga dihasilkan energi dan unsur karbon sebagai pembangun sel-sel tumbuh. Adapun beberapa faktor luar yang mempengaruhi tinggi batang tanaman kacang tanah yaitu kondisi tanah kering sehingga menyebabkan tinggi batang tanaman kacang tanah pada perlakuan B (10 gr) rendah. Pada perlakuan B (10 gr) tanaman kacang tanah tampak kerdil. Sesuai dengan pendapat Kusbandrio (2012) yang mengatakan tanah yang mudah becek menyebabkan akar dan polong kacang mudah busuk. Sebaliknya tanah yang terlalu kering menyebabkan tanaman tumbuh merana (kerdil). Sedangkan hasil untuk penghitungan secara statistik yakni untuk FHitung 1,260 ≤ FTabel 2,77 adalah menunjukkan hasil yang tidak nyata. 6 Grafik Diameter Batang Parameter Diameter Batang (Cm) 0.8 0.76 0.73 0.75 0.7 0.7 0.7 0.68 0.67 0.65 0.6 A B C D (Perlakuan) E F Grafik 4.3 Diameter Batang Berdasarkan Grafik 4.3 terlihat diameter batang tanaman kacang tanah paling besar ditunjukkan pada perlakuan F (50 gr) yaitu sebesar 0,76 cm, sedangkan terendah ditunjukkan pada perlakuan D (30 gr) yaitu sebesar 0,76 cm untuk parameter diameter batang. Hal ini disebabkan karena faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam dan eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Laili (2011) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal) tumbuhan. Faktor internalnya yaitu pada perlakuan D (30 gr), limbah kulit kopi tidak dapat terurai dengan baik sehingga tanaman kacang tanah kekurangan unsur hara. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu cahaya, dapat dilihat pada hari ke 23 pada perlakuan D batang tanaman kacang tanah layu dan mengisut, disebabkan oleh intensitas cahaya yang diperoleh oleh tanaman kacang tanah terlalu sedikit. Sesuai dengan pendapat Ericka (2012) mengungkapkan bahwa sinar matahari dapat memperlambat kerja hormon auksin yang dalam proses pertumbuhan hormon auksin berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. Tanaman yang kurang terkena langsung oleh cahaya matahari menyebabkan hormon auksin bekerja secara maksimal sehingga tanaman kacang tanah tumbuh lebih cepat atau mengalami etiolasi sedangkan tanaman yang banyak mendapat cahaya matahari menyebabkan kerja hormon auksin terhambat sehingga tanaman tumbuh lebih lama. Sedangkan hasil perhitungan statistik yakni , menunjukkan hasil yang tidak nyata atau tidak signifikan yaitu diperoleh Fhitung 0,932 ≤ Ftabel 2,77 pada taraf signifikan 0,05. Grafik Panjang Akar 20 15 16.8 13.5 13.6 16.9 17.1 E F 14.6 10 5 0 A B C D (Perlakuan) Grafik 4.4 Panjang Akar Berdasarkan Grafik 4.4 terlihat panjang akar tanaman kacang tanah ditunjukkan pada perlakuan F (50 gr) yaitu sebesar 17,1 cm, sedangkan terendah ditunjukkan pada perlakuan A yaitu perlakuan kontrol yaitu sebesar 13,5 cm untuk parameter panjang akar. Peningkatan panjang akar yang terjadi pada perlakuan F (50 gr) disebabkan karena pemberian pupuk limbah kulit kopi dalam jumlah yang banyak yaitu 50 gr sehingga tanaman kacang tanah cukup banyak mendapat asupan fosfor dan pemberian limbah kulit kopi yang cukup banyak dapat menyuburkan tanah dan memperbaiki tekstur tanah sehingga tanah mampu menyimpan air dengan waktu yang lama sehingga tanah menjadi lembab, gembur dan memudahkan akar untuk menembus 7 1.2 1 0.8 0.7 0.8 0.9 0.8 0.9 1 0.6 0.2 6 Parameter Berat Basah (gr) Grafik Berat Kering 0.4 Grafik Berat Basah 4.8 5 4 gr. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan F (50 gr) menyebabkan tanah mampu menahan air sehingga tidak terjadi erosi pada tanah. Menurut Marlina (2012) mengungkapkan genangan air pada tanaman berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas akar, dan penyerapan air. Sedangkan rendahnya kadar air atau berat basah yang terjadi pada perlakuan B (10 gr) kemungkinan disebabkan karena keringnya pupuk limbah kulit kopi dan tanah pada tanaman kacang tanah sehingga tidak mampu menahan air. Parameter Berat Kering (gr) tanah. Sedangkan panjang akar terendah pada perlakuan A (0 gr) disebabkan karena kurang mendapat asupan unsur makro berupa fosfor yang mampu merangsang pertumbuhan akar dari tanaman kacang tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur hara makro pada limbah kulit kopi, terdapat kandungan fosfor sebesar 0,10%. Pada perlakuan A yaitu kontrol sehingga tanaman kacang tanah kurang mendapat asupan unsur fosfor sedangkan pada perlakuan F (50 gr) yaitu pemberian limbah kulit kopi paling tinggi sehingga tanaman kacang tanah cukup banyak mendapat asupan fosfor. Sedangkan perhitungan statistic menunjukkan hasil yang tidak nyata atau tidak signifikan yaitu diperoleh Fhitung 0,388 ≤ Ftabel 2,77 pada taraf signifikan 0,05. 4 3.5 3.4 4.2 3.5 3 2 1 0 A B C D E (Perlakuan) F Grafik 4.5 Berat Basah Berat basah tanaman merupakan berat tanaman yang ditimbang secara langsung setelah panen, sebelum tanaman menjadi layu karena kehilangan air (Lakitan dalam Maesarah, 2013). Berdasarkan grafik 4.5 dapat dilihat berat basah tanaman kacang tanah tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan F (50 gr) yaitu sebesar 4,80 gr, dan hasil terendah ditunjukkan oleh perlakuan B (10 gr) yaitu sebesar 3,40 0 A B C D E (Perlakuan) F Grafik 4.6 Berat Kering Berat kering tumbuhan adalah keseimbangan antara pengambilan CO2 pada proses fotosintesis dan pengeluaran CO2 pada proses respirasi. Apabila respirasi lebih besar dibanding fotosintesis tumbuhan itu akan berkurang berat keringnya (Gardner 1991 dalam Maesarah 2013). Berat kering tanaman kacang tanah merupakan hasil penimbangan kacang tanah basah yang telah dikeringkan pada suhu 100oC selama ± 2 jam. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata berat kering tanaman kacang tanah untuk perlakuan A (kontrol): 0.70 gr, perlakuan B (10 gr): 8 0.80 gr, perlakuan C (20 gr): 0.90 gr, perlakuan D (30 gr): 0.80 gr, perlakuan E (40 gr): 0.90 gr, dan pada perlakuan F (50 gr): 1,00 gr. Berdasarkan uraian data di atas dapat dikatakan bahwa berat kering yang paling tinggi terjadi pada perlakuan F (50 gr) dan berat kering paling rendah terjadi pada perlakuan A (0 gr). Sedangkan hasil untuk penghitungan secara statistik yakni untuk FHitung 0.586 ≤ FTabel 2,77 adalah menunjukkan hasil yang tidak nyata. Sebagai hasil akhir dari rangkaian penelitian, dilakukan penyusunan brosur sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat dengan memperhatikan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Jenis validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi ahli (expert validity) yaitu Hj. Husnul Jannah, Sp., M.Si; Drs. I Wayan Karmana, M.Pd dan L. Habiburrahman, M.Pd. Validasi dilakukan terhadap isi maupun struktur brosur yang disusun. Tabel 4.7. Hasil validasi isi dan struktur brosur oleh validator ahli Aspek Hasil validasi validasi Kelayakan isi Valid Kebahasaan Valid Sajian Valid Kegrafisan Valid Pada Tabel 4.7. memperlihatkan hasil validasi oleh validator ahli, bahwa aspek-aspek validasi tersebut telah valid sehingga layak untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat. Brosur yang disusun ini hanya sampai pada tahap penyusunan materi sebagai sumber pembelajaran saja, belum sampai pada tahap implementasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) pemberian pupuk limbah kulit kopi sebagai pupuk organik tidak berpengaruh nyata dan menunjukkan hasil analisis yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada setiap parameter yaitu jumlah helaian daun, tinggi batang, diameter batang, panjang akar, berat basah dan berat kering. (2) pembuatan brosur yang telah melalui 3 tahap yaitu define, design, develop dan telah divalidasi oleh 3 ahli yaitu ahli bahasa, ahli pendidikan, ahli tumbuhan dengan hasil yaitu brosur dinyatakan valid dan dan layak untuk disebarkan. DAFTAR PUSTAKA Andira, 2009. Produksi Kacang Tanah di NTB Masih Kecil. http://lomboknews.com/2009/10/1 3/produksi-kacang-tanah-di-ntbmasih-kecil/. Html. Com. Diakses 19 Maret 2014. Ayub, Parnata. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Jakarata: Agromedia Pustaka. Diyah. 2013. Unsur Makro dan Mikro yang Dibutuhkan Tanaman. http://diyahchianklugu.blogspot.c om. Di akses 11 Juni 2014. Ericka, D. Pengaruh Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman. http://erickbio.wordpress.com/201 9 2/08/09/pengaruh-cahayaterhadap-tinggi-tanaman/. Diakses 10 Juni 2014. Girisonta. 1989. Kacang Yogyakarta: Kanisus. Tanah. Kusbandrio. 2012. Teknologi Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Bandung: CV. Amalia Book. Laili. 2011. Faktor yang Mempngaruhi Pertumbuhan. htmhttp://lelybiologi.blogspot.co m/2011/03/faktor-yangmempengaruhipertumbuhan.html. Diakses 11 Juni 2014 Taufik. 2014. Unsur Makro dan Mikro yang Dibutukan Oleh Tanaman. http://organichcs.com/2014/05/03/ unsur-makro-dan-mikro-yangdibutuhkan-oleh-tanaman/. Di akses 20 Juni 2014. Wardiono. 2011. Detil Data Arachis hypogaea L. http://www.proseanet.org/prohati2 /browser.php?docsid=184. Di akses 8 April 2014. Maesarah. 2013. Pemanfaatan Air Cucian Beras Untuk Pertumbuhan Bibit Impatiens balsamina L. Sebagai Bahan Ajar Bagi Masyarakat. Skripsi: Fakultas FPMIPA IKIP MATARAM. Mirzani. 2013. Hara dan Hubungannya Dengan Tanaman. http://laborrilmu.blogspot.com/2013/02/haradan-hubungannya-dengantanaman.html. (Diakses 11 Juni 2014) Marlina. 2012. Respon Fisiologi Tanaman Cabai Rawit (Capsicun frutestescens L.) Terhadap Stres Garam. Laporan: Fakultas Biologi Purwokerto. Sumarno. 1987. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Bandung: C.V. SinarBaru. 10