1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L. ) merupakan palawija yang penting di Indonesia, terutama untuk bahan baku industri makanan dan kacang tanah juga merupakan salah satu tanaman penghasil sumber protein dan lemak. Berdasarkan luas pertanaman, kacang tanah menempati urutan keempat di dunia setelah padi, jagung, dan kedelai. Dewasa ini pertanaman kacang tanah sudah tersebar hampir diseluruh pelosok dunia dengan total luas panen sekitar 21 juta ha dan produktivitas rata-ratanya 1.10 ton/ha polong kering. Di kawasan Asia, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut luas arealnya (650,000 ha) setelah India (9.0 juta ha) dan Cina (2.2 juta ha). Selain itu, Indonesia pun dikenal sebagai negara ketujuh terbesar penghasil kacang tanah di dunia setelah India, Cina, Nigeria, Senegal, USA, dan Brazil (Adisarwanto 2003). Produktivitas kacang tanah, di Indonesia dinilai masih rendah, yaitu sekitar 1.0 ton/ha. Tingkat produktivitas yang dicapai ini baru sebagian dari potensi hasil riil apabila dibandingkan dengan USA, Cina, dan Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2.0 ton/ha. Perbedaan tingkat produktivitas ini sebenarnya bukan semata- mata disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi yang sudah diterapkan petani, tetapi juga karena adanya pengaruh faktor- faktor lain, diantaranya sifat atau karakteristik agoklimat, intensitas dan jenis hama penyakit serta ketersediaan hara pada media tanaman (Adisarwanto 2003). Penggunaan sarana teknologi yang tinggi dalam pertanain, tentu akan menghasilkan dengan baik apabila didukung oleh tersedianya benih bermutu tinggi dalam jumlah yang cukup. Benih yang bermutu tinggi adalah benih yang murni bebas dari campuran varietas lain, bersih dari kotoran fisik, daya berkecambah diatas 80%, bebas hama dan penyakit serta vigor yang tinggi yakni benih yang dapat tumbuh serentak, sehat, dan cepat (Wirawan dan Sri 2002, Sadjad 1993, Mugnisjah dan Asep 1990). Untuk mendapatkan benih dengan viabilitas tinggi berbagai upaya harus dilakukan. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memperhatikan kebutuhan hara tanaman induk. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi mutu benih adalah: mutu benih sumber, kesuburan tanah, ketersediaan air lapang, 2 kondisi cuaca lingkungan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, saat panen, serta metode panen. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik, berproduksi maksimal dan menghasilkan benih bermutu. Pupuk tanaman terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik. Harga pupuk anorganik yang semakin mahal menyebabkan meningkatnya biaya produksi. Salah satu cara pemecahannya adalah dengan mengurangi jumlah pupuk anorganik. Kemudian dicoba penggunaan pupuk lain yaitu pupuk organik. Penggunaan pupuk anorganik yang terus- menerus akan menyababkan terjadi pencemaran lingkungan. Penggunaan pupuk organik adalah salah satu input produksi yang memperoleh perhatian besar dalam dekade terakhir. Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam. Jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Pupuk organik berfungsi untuk memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik kimia tanah, memperbaiki sifat biologi tanah dan meningkatkan populasi mikroba tanah sehingga menekan aktivitas safrofitik dari pathogen tanaman. serta tidak mencemari lingkungan. Sampai saat ini telah banyak beredar pupuk organik yaitu pupuk kandang, biokompos, dan pupuk mikroba. Inokulan rhizobium, Mikroflora Tanah Multiguna (MTM) merupakan contoh pupuk organik (Musnamar 2003) Bakteri rhizobium berkemampuan dalam memfiksasi nitrogen udara, merangsang pembentukan nodul pada akar, memfasilitasi daya tambat nitrogen, meningkatkan efesiensi pemupukan, meningkatkan kesuburan tanah, dan merangsang aktivitas mikroba rhizosfir (Deptan 2006). Biokompos merupakan hasil pengomposan sisa-sisa tanaman dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang mempunyai kemampuan tinggi dalam proses pengomposan. Mikroba-mikroba tanah banyak berperan didalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Mikroba dekomposer sebagai aktivator mempersingkat waktu pembuatan kompos. Adapun kandungan hara didalam kompos tersebut yaitu kadar air: 41-43 %, C-organik: 4.83-8.00 %, N: 0.10-0.51 %, P2 O5 : 0.35-1.12%, K2 O: 0.32-0.80%, 3 Ca: 1.00-2.09%, Mg: 0.10-0.19 %, Fe: 0.50-0.64%, Al: 0.50-0.92%, Mn: 0.020.04 % (Musnamar 2003) Pupuk kandang mempunyai beberapa fungsi antara lain menyediakan beberapa unsur hara makro seperti N, P, K dan unsur mikro (Mn, B, Mo, Zn, Fe, Cu, Cl), meningkatkan kapasitas kation tanah, melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, serta membentuk senyawa kompleks dengan unsur hara makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur hara. Pupuk kandang didalam tanah mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisis tanah. Penguraian-penguraian ya ng terjadi mempertinggi humus didalam tanah, menjadikan tanah mudah diola h dan terisi oksigen yang cukup sehingga tanah akan menjadi subur dan gembur. Mikroflora Tanah Multiguna (MTM) merupakan mikroba penyubur tanah dan perombak bahan organik. Sampai saat ini tentang penelitian MTM belum banyak dilakukan sehingga diperlukan suatu penelitian yang lebih lanjut. Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah aplikasi pupuk organik (Inokulan rhizobium, biokompos, pupuk kandang kambing, dan MTM) dapat menggantikan peranan pupuk anorganik (N, P, K) dalam meningkatkan pertumbuhan, produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L). Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan, produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) Hipotesis Aplikasi pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik untuk pertumbuhan, produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.)