1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka pengumpulan data

advertisement
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam rangka pengumpulan data untuk menyusun skripsi ini, penulis
melakukan penelitian dilokasi PT. bank BRI (persero) unit Pagerageung cabang
Tasikmalaya yang beralamat di jalan Pagerageung No.134 Tasikmalaya, dan waktu
penelitian ini pada bulan september 2013 sampai dengan selesai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi perusahaan,
karena setiap perusahaan ingin bertahan dan terus berkembang. Tetapi sering kali
masyarakat awam berpendapat bahwa pemasaran memiliki pengertian yang sama
dengan penjualan. Pandangan seperti itu perlu dirubah, karena penjualan
merupakan bagian dari pemasaran. Pemasaran berusaha mengidentifikasi
kebutuhan dan keinginan konsumen pasar sasarannya, serta bagaimana memuaskan
mereka.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2005:10). Dalam bukunya
Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas adalah :
pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu
dankelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan,
dan
secara
bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain .
Pengertian pemasaran menurut Fandy Tjiptono (2005:2). Dalam bukunya
Service Quality Satisfaction adalah sebagai berikut :
Pemasaran merupakan sistem sosial efektifitas bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan
keinginan pasar dalam rangka mencapai tujuan organisasional .
Sedangkan menurut Alma (2007:12). Dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa (Edisi Revisi) :
Pemasaran adalah kegiatan atau usaha para pengusaha yang
menyalurkan barang dan jasa dari titik produsen ke titik konsumen .
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran itu
mencerminkan suatu pertukaran yang diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa di
pasarkan melalui aliran barang dan jasa tersebut untuk mendistribusikan kepada
konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
2.2
Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting dan
diperlukan oleh perusahaan untuk menentukan pasar yang dituju dan membina
hubungan dengan pelanggan yang berpotensi. Oleh karena itu, manajemen
pemasaran memiliki peranan penting dalam perusahaan.
Adapun pengertian manajemen pemasaran menurut Philip Kotler dan
Kevin Lene Keller (2007:5). Dalam bukunya Manajemen Pemasaran,
mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai berikut :
Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran
dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan
menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul .
Sedangkan menurut Buchari Alma (2004:130), manajemen pemasaran
adalah :
Manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu
atau oleh perusahaan .
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran
adalah sebagai salahsatu ilmu dan seni untuk memilih pasar sasaran serta
mendapatkannya, mempertahankan, dan menambah nilai pelanggan melalui
penciptaan, penyampaian, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
2.3
Pengertian Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan suatu strategi yang paling umum digunakan
suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan. Bauran pemasaran merupakan
salah satu konsep kunci dalam teori pemasaran modern. Elemen-elemen bauran
pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan dalam
mengkomunikasikannya dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen sasaran.
Pengertian bauran pemasaran menurut Kotler (2010:53), mengemukakan
bahwa :
Bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar
sasaran .
Sedangkan menurut Alma (2007:205).Dalam bukunya bauran pemasaran
adalah sebagai berikut :
Bauran pemasaran merupakan strategi mencampur kegiatankegiatan marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga
mendatangkan hasil paling memuaskan .
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa bauran
pemasaran adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penggabungan dari
sejumlah variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasaran perusahaannya.
Bauran pemasaran terdiri dari empat elemen yang sering kali kita kenal
dengan 4P, yaitu produk (Product), harga (Price), tempat (Place), dan promosi
(Promotion). Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang
diperluas dengan penambahan tiga unsur, yaitu orang (People), bukti fisik (Physical
Evidence), dan proses (Process), sehingga bauran pemasaran menjadi tujuh unsur
(7P). Adapun pengertian masing-masing bauran pemasaran diatas adalah:
1. Produk (Product)
Produk merupakan penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang
mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merk, dan kemampuan produk.
2. Harga (Price)
Merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
mendapatkan produk atau jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan
yang belum terpuaskan.
3. Tempat (Place)
Menunjukan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat
produk agar dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran.
4. Promosi (Promotion)
Merupakan segala aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mengkomunikasikan produk yang dihasilkannya, baik kepada
konsumen
sasaran
maupun
kepada
perantara,
dengan
maksud
menyampaikan informasi yang bersifat memberitahu, membujuk atau
meningkatkan kembali segala sesuatu mengenai produk yang dihasilkan
oleh perusahaan.
5. Orang (People)
Adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam pengujian jasa dan
dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk elemen ini
adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam
lingkungan jasa. Elemen orang (people) ini memiliki dua aspek, yaitu
service people dan customer.
6. Bukti Fisik (Phisical Evidence)
Adalah bukti fisik jasa mencakup semua hal yang berwujud berkenaan
dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format laporan, dan peralatan.
7. Proses (Process)
Proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang
digunakan untuk menyampaikan jasa.
2.4
Kualitas Pelayanan
2.4.1
Definisi Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan
perusahaan supaya mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan pelanggan.
Pola konsumsi dan gaya hidup pelanggan menuntut perusahaan mampu
memberikan pelayanan yang berkualitas. Keberhasilan perusahaan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas dapat ditentukan dengan pendekatan
service quality yang telah dikembangkan oleh Parasuraman, Berry dan
Zenthaml (dalam Lupiyoadi, 2006:181). Service quality adalah seberapa jauh
perbedaan antara harapan dan kenyataan para pelanggan atas layanan yang mereka
terima. Service quality dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi
pelanggan atas layanan yang benar-benar mereka terima dengan layanan
sesungguhnya yang mereka harapkan.
Menurut Whyckof (dalam Wisnalmawati, 2005:155), kualitas jasa adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
untuk memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa yang diterima sesuai dengan
yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa
yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan
ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan
maka kualitas jasa dianggap buruk (Tjiptono, 2005:121). Mengacu pada
pengertian kualitas layanan tersebut maka konsep kualitas layanan adalah suatu
daya tanggap dan realistis dari jasa yang diberikan perusahaan. Kualitas pelayanan
harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan
(Kotler, 1997) dalam Wisnalmawati (2005:156). Hal ini berarti bahwa kualitas
yang baik bukanlah berdasarkan persepsi penyediaan jasa, melainkan berdasarkan
persepsi pelanggan.
Kualitas layanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan tentang inti
pelayanan, yaitu si pemberi pelayanan itu sendiri atau keseluruhan organisasi
pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai menampakan tuntutan
terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar membutuhkan produk yang
bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati kenyamanan pelayanan (Roesanto,
2000) dalam Nanang Tasunar (2006:44). Oleh karena itu dalam merumuskan
strategi dan program pelayanan, organisasi harus berorientasi pada kepentingan
pelanggan dan sangat memperhatikan dimensi kualitasnya (Suratno dan
Purnama, 2004:74).
2.4.2
Dimensi Kualitas Pelayanan
Pelayanan mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan
aktivitas pendukung dalam kegiatan pemasaran. Kualitas pelayanan merupakan
perbedaan antara kenyataan dengan harapan konsumen atas pelayanan yang mereka
terima. Dalam bisnis jasa kualitas pelayanan menjadi kunci keberhasilan
perusahaan. Terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman
dalam Lupiyoadi (2006:182), yaitu :
a. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukan
eksistensinya kepada pihak ekternal. Yang dimaksud bahwa penampilan
dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungansekitarnya adalah bukti nyata dan pelayanan yang diberikan.
b. Reliabillity, atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
c. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan
penyampaian informasi yang jelas.
d. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahua, kesopansantunan,
dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa
komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan
sopan santun.
e. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
memahami keinginan pelanggan. Sebagai contoh perusahaan harus
mengetahui keinginan pelanggan secara spesifik dari bentuk fisik produk
atau jasa sampai pendistribusian yang tepat.
Menurut Garvin dalam Tjiptono dan Chandra (2005:113), mengembangkan
delapan dimensi kualitas,yaitu :
a. Kinerja (Performance) yaitu mengenai karakteristik operasi pokok dari
produk inti. Misalnya bentuk dan kemasan yang bagus akan lebih menarik
pelanggan.
b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap.
c. Kehandalan
(Reabulity), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to specifications), yaitu
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti halnya produk atau jasa yang
diterima pelanggan harus sesuai bentuk sampai jenisnya dengan
kesepakatan bersama.
e. Daya tahan (Durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan. Biasanya pelanggan akan merasa puas bila produk
yang dibeli tidak pernah rusak.
f. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.
g. Estestika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya kemasan
produk dengan warna-warna cerah, kondisi gedung dan lain sebagainya.
h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Sebagai contoh merk
yang lebih dikenal masyarakat (brand image) akan lebih dipercaya dari pada
merk yang masih baru dan belum dikenal.
Bila menurut Hutt dan Speh dalam Nasution (2004:47), kualitas
pelayanan terdiri dari tiga dimensi atau komponen utama yang terdiri dari :
a. Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
yang diterima oleh pelanggan. Bisa diperinci lagi menjadi :
1. Search quality, yaitu kualitas yang dapatdievaluasi pelanggan
sebelum membeli, misalnya : harga dan barang.
2. Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi
pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa atau produk.
Contohnya ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapihan
hasil.
3. Credence quality, yaitu sesuatu yang sukar dievaluasi pelanggan,
meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa.
b. Functional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
c. Corporate image, yaitu profit, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus
suatu perusahaan.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang dimensi kualitas pelayanan, dapat
disimpulkan beberapa dimensi yaitu dengan memenuhi syarat agar sebuah
pelayanan memungkinkan untuk menimbulkan loyalitas pelanggan. Adapun
dimensi-dimensi tersebut yaitu : Tangible atau bukti fisik, Reliability atau
keandalan, Responsiveness atau ketanggapan, Assurance atau jaminan/kepastian,
Empathy atau kepedulian.
2.4.3
Model Kualitas Pelayanan
Menurut Berry, Parasuraman, Zatithaml yang dikutip oleh Kotler Keller
(2007:55), merumuskan model kualitas pelayanan yang diperlukan pada industri
jasa. Pada model tersebut mengidentifikasi lima kesenjangan yang mengakibatkan
ketidakberhasilan penyerahan jasa :
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.
Manajemen tidak selalu memahami dengan tepat apa yang diinginkan
pelanggan.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.
Manajemen mungkin memahami dengan tepat keinginan-keinginan
pelanggan, tetapi tidak menetapkan standar kerja.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyerahan jasa.
Karyawan mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau mematuhi
standar, atau mereka kurang mungkin di hadapkan pada standar 17 yang
saling bertentangan, seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan
pelanggan dan melayani mereka dengan cepat.
4. Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal.
Harapan-harapan konsumen dipengaruhi pernyataan-pernyataan yang
dikeluarkan perwakilan dan iklan perusahaan.
5. Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan.
Kesenjangan ini terjadi apabila konsumen tersebut memiliki persepsi yang
keliru tentang mutu jasa tersebut.
Gambar 2.1
Model Kualitas Pelayanan
Komunikasi dari
Kebutuhan
Pengalaman Yang
mulut kemulut
Personal
Lalu
Jasa Yang
Diharapkan
Jasa Yang
Konsumen
Pemasar
Dirasakan
Penyampaian
Komunikasi
Jasa
Eksternal
Penjabaran
Spesifikasi
Persepsi
Manajemen
Sumber : Tjiptono (2008:147)
2.4.4
Prinsip Kualitas Pelayanan
Dalam kualitas pelayanan terdapat prinsip-prinsip kualitas pelayanan,
seperti yang diungkapkan oleh Fandy Tjiptono (2008:75), sebagai berikut :
1. Kepemimpinan
Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari
manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan untuk
meningkatkan strategi kinerja kualitasnya. Tanpaadanya kepemimpinan
dari manajemen puncak maka usaha untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dari manajemen puncak
berdampak
kecil
terhadap
perusahaan.
2. Pendidikan
Semua personil perusahaan mulai dari manajemen puncak sampai karyawan
operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspek- aspek
perlu mendapatkan penekanan pada pendidikan tersebut. Meliputi konsep
kualitas sebagai bisnis, alat teknik implementasi strategi bisnis kualitas dan
perencanaan eksekutif dalam implementasi strategi kualitas
3. Perencanaan
Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan tujuan
kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan keperusahaan untuk
mencapai visinya
4. Review
Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi
manajemen untuk
mengubah perilaku organisasional. Proses ini
merupakan suatu mekanisme yang
menjalin
adanya
perhatian
yang
konstan dan terus menerus untuk mencapai tujuan kualitas
5. Komunikasi
Implementasi strategi kualitas dalam orang, dipengaruhi oleh proses
komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan dengan
karyawan, pelanggan, dan pemilik perusahaan
6. Penghargaan dan Pengukuran
Merupakan aspek penting dalam implementasi strategi kualitas setiap
karyawan yang berprestasi tersebut diakui agar dapat memberikan
kontribusi yang besar bagi perusahaan dan pelanggan yang dilayaninya.
2.4.5
Faktor-faktor Kualitas Pelayanan
Untuk menarik konsumen maka sebuah perusahaan baik perusahaan jasa
atau produk wajib memberikan suatu kualitas jasa yang baik untuk konsumennya.
Namun terkadang perusahaan belum bisa melakukan hal tersebut dikarenakan
masih ada beberapa faktor yang menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk.
Faktor-faktor tersebut meliputi :
1. Produksi dan konsumsi yang terjadi secara simultan
Salah satu karakteristik jasa yang penting adalah Inseparabulity, artinya jasa
diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Beberapa
kekurangan yang mungkin ada pada karyawan pemberi jasa dan dapat
berpengaruh terhadap persepsi pelanggan pada kualitas jasa misalnya :
a. Tidak terampil dalam melayani pelanggan.
b. Cara berpakaian tidak sesuai.
c. Tuturkatanya tidak sopan dan kurang menyenangkan.
2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi
3. Dukungan terhadap pelanggan internal (pelanggan pelantara) kurang
memadai
4. Kesenjangan-kesenjangan komunikasi. Kesenjangan komunikasi yang
sering terjadi :
a. Perusahaan memberikan janji yang berlebihan, sehingga tidak dapat
memenuhinya.
b. Perusahaan tidak bisa selalu menyajikan informasi terbaru kepada
pelanggan,
misalnya
yang
berkaitan
dengan
perubahan
prosedur/aturan.
5. Memperlakukan semua pelanggan dengan cara yang sama karena pelanggan
adalah manusia yang bersifat unik, karena memiliki perasaan dan emosi.
6. Perluasan atau pengembangan jasa secara berlebihan.
7. Visi bisnis jangka pendek.
2.5
Store Atmosphere
2.5.1
Definisi Store Atmosphere
Menurut Hendri Ma ruf (2005:201), suasana atau atmosphere dalam gerai
berperan penting memikat konsumen, membuat nyaman mereka dalam gerai.
Suasana yang dimaksud adalah dalam arti atmosphere yang tercipta dari gabungan
unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko, komunikasi fisual, dan
marchandising.
Penentuan rancangan suatu toko akan menciptakan suatu suasana tertentu
yang dikenal dengan istilah atmosfer
Menurut Kotler (2006:476), definisi atmosphere adalah sebagai berikut :
Atmosphere is another element in the store arsenal. Every store has
phisical layout that makes it hard or easy to move around, every store has
a look. That store must
embody a planned atmosphere that suits the
target market and draws consumers toward purchase
Setiap gerai mempunyai tata letak fisik yang mempersulit atau
memudahkan konsumen untuk melakukan aktivitas didalam suatu gerai. Sebuah
gerai harus mempunyai atmosphere yang terencana yang sesuai dengan standar
kualitas dan membuat konsumen nyaman berada didalam gerai. Atmosphere
merupakan salah satu strategi yang penting untuk menciptakan suasana gerai yang
nyaman, menimbulkan kesan yang baik dari gerai, dan pada akhirnya
mempengaruhi pada emosi konsumen untuk menjadi konsumen yang loyal.
Atmosphere bertujuan untuk menimbulkan efek emosional kepada para konsumen
yang mungkin akan menjadikan konsumen menjadi loyal atas pelayanan yang
diberikan.
Menurut Chrisrian Whidya Utami (2006:238) :
Store atmosphere berarti desain lingkungan toko/gerai melalui
komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian
untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan .
Sedangkan menurut Buchari Alma (2004:60) :
Store atmosphere adalah suasana toko/gerai yang meliputi berbagai
peran tampilan interior, exterior, tata letak, lalu lintas internal
toko/gerai, kenyamanan, udara, layanan usik, seragam pramuniaga,
serta pajangan barang yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen .
Dari berbagai definisi store atmosphere diatas dapat dikatakan bahwa store
atmosphere adalah kombinasi karakteristik gerai yang meliputi desain bangunan,
interior-exterior, tata ruang lorong-lorong, tekstur karpet dan dinding, wewangian,
warna, kenyamanan, dan suara yang dialami para pelanggan, serta dapat
mempengaruhi persepsi konsumen atas suasana gerai dan membangkitkan
keinginan untuk memiliki.
2.5.2
Ciri-ciri Store Atmosphere
Dalam store atmosphere terdapat beberapa ciri-ciri menurut Buchari Alma
(2004:62) yaitu sebagai berikut :
1. Exterior toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik yang dapat dilihat dari
luar, bentuk bangunan, warna, model, desain exterior merupakan bagian
fisik yang berperan kepada konsumen untuk membayangkan seperti apa
gerai yang akan mereka masuk.
2. Bagian depan gerai, harus ditata dengan rapih, indah dan mengesankan
calon konsumen. Bagian depan toko ini merupakan bagian penting yang
mendapat sorotan utama dan menimbulkan daya tarik tersendiri agar
konsumen tergerak masuk kedalam gerai.
3. Etalase, ini haruslah menarik, barang harus disusun dengan beraturan dan
rapih, serasi dengan warna, jenis, dan bentuknya.
4. Suasana sekeliling gerai, apakah ada gerai lain yang menyerupai atau tidak,
apabila ada gerai lain yang menyerupai, ini akan mengakibatkan persaingan.
5. Sarana parkir, apakah tersedia cukup lahan parkir, keteraturan, dan
keamanan parkir.
6. Unsur interior, ini menyangkut banyak hal seperti desain, estetika,
penerangan, warna, suara, lalulintas internal, sirkulasi udara, kebersihan,
kesejukan, dan tataletak.
2.5.3
Aspek-aspek Store Atmosphere
Store atmosphere dapat tercipta melalui aspek-aspek berikut ini (Hendri
Ma ruf, 2005:206) :
1. Visual, yang berkaitan dengan pandangan seperti warna, cahaya, ukuran
serta bentuk bangunan. Warna menjadi salah satu faktor penting dalam
aspek visual. Warna biru misalnya, memberi dampak psikologis tenang,
dampak temperatur dingin, dan memberi kesan luas. Warna merah memberi
kesan ceria, hangat dan memberi kesan dekat. Warna kuning, memberi
dampak psikologis exciting, sehingga berdampak temperatur yang sangat
hangat, dan memberi kesan dekat dan lain-lain. Adapun faktor penting
dalam aspek visual seperti cahaya yang penuh menambah kecerahan dan
meningkatkan energi. Penataan cahaya yang tepat juga membuat warna
sedikit berubah dari aslinya. Hal ini diperlukan untuk bagian-bagian tertentu
dalam gerai. Ukuran dan bentuk bangunan juga merupakan hal penting
dalam aspek visual.
2. Tactile, aspek tactile berkaitan dengan sentuhan tangan, kulit atau bahkan
kaki jika ingin membuat pelanggan ingin merasakan dengan kakinya
(misalkan lantai kayu atau karpet). Aspek tactile diwujudkan dalam
permukaan yang empuk, lembut, kasar, atau berupa udara yang sejuk atau
dingin. Meski tactile berkaitan dengan tangan dan kulit sebenarnya tactile
berkaitan juga dengan mata, misalnya tembok yang dibuat kasar tetapi
menjadi berseni. Tembok itu bisa disentuh, dirasakan jika ada konsumen
yang ingin mengetahui permukaan tembok tersebut.
3. Olfactory, tujuan menggunakan aroma adalah untuk menciptakan kesan
atau rasa tertentu, misalnya rasa segar atau rasa lain yang bisa menimbulkan
kesejukan. Aroma juga dapat digunakan untuk menstimulasi suasana
tertentu, misalnya suasana kebun, pesta dan lain-lain.
4. Aural, suara dan musik menurut volume, tempo berpengaruh pada suasana
hati (mood). Musik yang lambat juga bisa membuat pengunjung
terpengaruh menjadi santai dibandingkan dengan musik yang menghentak
keras.
2.5.4
Elemen-elemen Store Atmosphere
Perubahan terhadap store atmosphere harus selalu dirancang agar tidak
membosankan pelanggan dan membuat mereka tetap setia juga tidak pindah
kepesaing. Jika konsumen merasa bosan dengan suasana toko kemungkinan besar
mereka akan beralih ke pesaing (Buchari Alma, 2004:61-62).
Dalam menarik konsumen untuk memasuki suatu gerai dan merasa nyaman
berada dalam gerai tersebut, maka perusahaan harus dapat memperhatikan, memilih
dan merencanakan setiap elemen store atmosphere. Elemen-elemen store
atmosphere dapat saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain.
Menurut Berman dan Evan(2007:545), elemen-elemen store atmosphere
dibagi kedalam empat elemen:
1. Exterior (bagian luar depan gerai)
Bagian depan gerai adalah bagian termuka yang mempunyai pengaruh
sangat kuat bagicitra perusahaan tersebut. Didalamnya termasuk pintu
masuk, jendela, teras, papannama gerai dan kontruksi material lainnya.
Terkadang konsumen menilai suatu gerai dari bagian aksteriornya.
2. General interior
Perasaan konsumen dalam suatu gerai dipengaruhi oleh general interior
dari geraitersebut, hendaknya dapat di buat kesan yang nyaman dan
menyenangkan. Contohnya
dengan dibuat ruang gerak yang cukup untuk
lintas konsumen, penerangan yang baik, atap yang cukup tinggi dan panjang
yang penuh warna.
3. Store Lay Out (tata letak)
Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan
fasilitas yang ada pada suatu gerai.
4. Interior Point of Purchase Display
Sangat menentukan bagi suasana gerai karena memberikan informasi
kepada konsumen. Tujuannya untuk memudahkan bagi konsumen. Yang
termasuk kedalam interior display adalah poster, tanda petunjuk, lokasi dan
lain-lain.
2.6
Loyalitas Pelanggan
2.6.1
Definisi Loyalitas Pelanggan
Menurut Kotler menyebutkan bahwa customer loyality suatu pembelian
ulang yang dilakukan oleh seorang pelanggan karena komitmen pada suatu merek
atau perusahaan (2005:18). Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi
suatu konsumen untuk loyal, antara lain faktor harga /tarif. Seseorang tentu akan
memilih suatu perusahaan atau merek yang menurutnya menyediakan alernatif
harga/tarif paling murah diantara pilihan-pilihan yang ada. Selain itu juga faktor
kebiasaan, seseorang yang telah terbiasa menggunakan merek atau perusahaan
tertentu maka kemungkinan untuk berpindah ke pilihan yang lain akan semakin
kecil.
Adapun pengertian loyalitas menurut Tjiptono (2005:111), yaitu :
Loyalitas adalah situasi dimana konsumen bersikap positif terhadap
produk atau produsen (penyedia jasa) diikuti pola pembelian ulang
yang konsisten.
Pengertian tentang seorang pelanggan yang loyal menurut Ricky W Griffin
(2004:4), adalah:
loylity is defined non random purchase expressed over time by some
devisien summary unit .
Yang artinya loyalitas lebih ditunjukan pada suatu perilaku dengan
pembelian rutin, didasarkan pada unit.
Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas
suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen merupakan
manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas
maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap
menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang
selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sifat positif atas perusahaan
itu. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa masing-masing pelanggan
mempunyai dasar loyalitas yang berbeda, hal ini tergantung dari objektivitas
mereka masing-masing.
2.6.2
Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Loyalitas konsumen (Loyalty customer) adalah suatu keyakinan konsumen
terhadap suatu produk atau jasa yang digunakan, maka konsumen merasakan
adanya tingkat kepuasan atas produk atau jasa tersebut. Seiring membeli atau
menggunakan produk tersebut, merasa rugi bilamana berpindah keproduk lain
(walaupun dengan alasan harga dan kualitas pelayanan), dan menghargai produk
tersebut, serta membela atas produk yang digunakannya atau yang dipakainya
(walaupun produk lain memiliki kualitas yang hampir sama).
Adapun karakteristik dalam loyalitas konsumen menurut Ricky.W.Griffin
(2004:4), yaitu:
a. Melakukan pembelian secara teratur
b. Membeli diluar lini produk
c. Merekomendasikan kepada orang lain
d. Menunjukan kekebalan dari tarikan pesaing
Untuk menjadi pelanggan yang loyal pelanggan harus melalui tahapan,
proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk
masing-masing hidup, karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Dengan memperhatikan masing-masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam
setiap tahap tersebut.Perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk
membentuk calon pelanggan menjadi pelanggan yang loyal.
2.6.3
Merancang dan Menciptkan Loyalitas
Kaitannya
dengan
pengalaman
pelanggan,
Smith
(2002:43),
mengungkapkan bahwa loyalitas pelanggan tidak bias tercipta begiu saja, tetapi
harus dirncang oleh perusahaan. Adapun tahap-tahap perancangan loyalitas
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Define Custemer value
a. Identifikasi segmen pelanggan sasaran.
b. Identifikasikan nilai pelanggan mana yang menjadi pemdorong
keputusan pembelian dan penciptaan loyalitas.
2. Design the Branded Customer Experience
a. Mengembangkan pemahaman costumer experience.
b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan brand promise.
c. Merancang
perubahan
strategi
secara
keseluruhan
untuk
merealisasikan pengalaman pelanggan baru.
3. Equip People Delivery Cosistenly
a. Mempersiapkan pemimpin untuk menjelaskan dan memberikan
pengalaman kepada pelannggan.
b. Melengkapi
pengetahuan
dan
keahlian
karyawan
untuk
mengembangkan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan
dalam setiap transaksi yang dilakukan pelanggan terhadap
pembelian.
c. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan
kepemimpinan.
4. Sustain On enchase Permomance
a. Guanakan respon timbal balik pelanggan dan karyawan untuk
memelihara
pelanggan
secara
berkesinambungan
dan
mepertahankan pengalaman pelanggan.
b. Membentuk kerjasama antara system HRD (Human Resouce
Development) dengan proses bisnis yang terlibat langsung dalam
memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan.
c. Secara terus menerus mengembangkan dan mengkomunikasikan
hasil untuk menanamkan brand customer experience yang telah
dijlankan perusahaan.
2.6.4
Tahapan Loyalitas Pelanggan
Proses calon pelanggan menjadi pelanggan yang loyal terhadap perusahaan
terbentuk melalui bebeapa tahapan. Menurut Griffin yang dikutip oleh Ratih
Hurriyati (2008:140) membagi tahapan loyalitas pelanggan menjadi 7 tahapan,
yaitu :
1. Suspects
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa perusahaan
tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang/jasa yang
ditawarkan.
2. Prospect
Orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu dan
mempunyai kemampuan untuk membelinya.
3. Disfiqualifed Prosfect
Prospect yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu, tetapi
tidak mempunyai kebutuhan akan barang/jasa tersebut.
4. First time custemers
Pelanggan yang membeli pertamakalinya, mereka masih pelanggan yang
baru.
5. Repeat Custemers
Pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali
atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang
sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda
dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
6. Clients
Clients membeli semua barang/jasa yang ditawarkan yangmereka butuhkan.
Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah
kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh
produk pesaing.
7. Advocates
Sama halnya seperti clients, mereka juga membeli barang/jasa yang
ditawarkan dan yang mereka butuhkan, serta membelikan pembelian
secara teratur. Selain itu, mereka mendorong teman-teman mereka agar
membeli barang/jasa perusahaan atau merekondasikanperusahaan tersebut
pada orang lain, dengan begitu secara langsung mereka telah melakukan
pemasaran untuk perusahaan dan membawa konsumen kepada perusahaan.
Gambar 2.2
Piramida Loyalitas
Advocates
Clients
Repeat Customers
First Time Customers
Disqualified Prospect
Prospect
Suspect
Sumber : Griffin (2008:140)
2.6.5
Jenis dan Tingkatan Loyalitas
Menurut Jill Griffin (2002), ada 4 jenis tingkat loyalitas pelanggan. Jenis-
jenis tingkat loyalitas itu adalah :
a. No Loyalty
Pada tingkat ini pelanggan belum mempunyai loyalitas terhadap brand
ataupun produk yang digunakan. Pelanggan menganggap bahwa tidak ada
value yang didapat dari proses penggunaan. Pelanggan dengan mudahnya
akan berpindah-pindah dari satu brand ke brand lainnya. Pelanggan pada
level ini tidak akan memberikan profitabilitas yang signifikan bagi
perusahaan.
b. Inertia Loyalty
Pada tingkatan ini pelanggan telah mengkonsumi pada satu brand atau
service provider dan datang berulang. Namun yang menjadi alas an ia
mengkonsumsi berulang, karena pelanggan tidak mau melakukan evaluasi
dan mencari alternatif lainnya, mungkin arena faktor pelanggan yang malas
atau memang belum ada pesaing lain. Pada tipe ini pelanggan akan berpidah
bila ada brand atau service provider lain yangmenawarkan produk/jasa
yang sama tapi memiliki added value dan ini berguna bagi pelanggan atas
bahan pertimbangan.
c. Latent Loyality
Pada tingkat ini pelanggan telah melakukan pembelian berulang pada satu
brand/service provider. Selain melakukan pembelian berulang, pelangan
juga telah melakukan pandangan positif tehadap barang yang digunakan.
Pelanggan telah mencintai produk/jasa, tetapi intensitas dan volume
membeliannya belum terlalu tinggi. Pelanggan ini akan menjadi target
utama para produsen untuk membuatnya menjadi premium loyalty.
d. Premium Loyalty
Pelanggan pada tingkatan ini mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut :
 Buy regulary
 Buy cross section product
 Refer to other
 Immune to the pool competitors
Untuk mendapatkan pelanggan denganpremium loyalty adalah cita-cita
semua perusahaan, karena akan memberikan keuntungan-keuntungan yang sifatnya
jangka panjang bagi perusahaan. Salah satu perusahaan yang telah mempunyai
pelanggan dengan premium loyalty dengan jumlah banyak adalah Harley Davidson.
Membedakan tingkat loyalitas ini sangat penting bagi perusahaan, karena
akan menjadi kunci untuk strategi pengembangan pelanggan dan strategi customer
relationship. Memberikan gambaran pelanggan dan bagaimana cara untuk
meningkatan loyalitas pelanggan. Memberikan pula prospektif pelanggan bagi
perusahaan dan menyiapka strategi untuk menggapai tujuan dan menjadikan
pelanggan yang loyal terhadap perusahaan dan produknya.
2.6.6
Dimensi Loyalitas Pelanggan
Dalam Suhartanto (2000), dimensi loyalitas dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Dimensi Peilaku (behavioral Dimension)
Dimensi perilaku adalah aspek dari perilaku konsumen (sepert pembelian
ulang) yang ditujukan pada suatu barang atau jasa atau kurun waktu terentu
(Bowen dan Shoemker, 1998 dalam Suhartanto, 2002). Pembelian
ulang dari konsumen merupakan hal yang manyenangkan untuk produsen,
tapi harus diketahui bahwa pembelian ulang belum tentumenunjukan
kepuasan pelanggan melainkan tidak adanya alternaif lain (Bejou dan
Palmer, 1998 ). Selain pembelian ulang, harus dilihat juga sikap politik
pelanggan terhadap produk atau servise provider-nya.
b. Dimensi Sikap (attidunal Dimension)
Menurut Gemler dan Brown (1997, dalam Suhartanto, 2000), dimensi
sikap merupakan niat dan preferensi konsumen untuk membeli suatu jasa
atau
produk
tertentu.
Niat
untuk
membeli
atau
niat
untuk
merekomendasikan dan preferensi pada suatu perusahaan jasa merupakan
factor penting dalam menentukan bisnis dimasa yang akan datang. Semakin
besar niat konsumen untuk membeli ulang dan merekomendasikan suatu
perusahaan jasa memberikan suatu indikasi bahwa perusahaan
itu
memiliki masa depan yang cerah. Menggambarkan juga bagaimana
keadaan konsumennya yang memiliki tingkat loyalitas pelanggan yang
tinggi.
2.6.7
Hukum Loyalitas Pelanggan
Dalam bukunya costumer loyalty, Jill Griffin (2002:219) yang dikutip oleh
Buchari Alma (2002:276), menyataan bahwa ada 12 (dua belas) hukum loyalty
yaitu :
1. Built staff loyalty, konsumen akan sangat senang dengan staff yang
dekat dengannya dan penuh perhatian.
2. Practice the 80/20 rule, artinya 80% pendapatan lembaga bisa
datang dari 20% konsumen.
3. Know your loyalty stages and ensure your customer are moving
through them, lembaga harus memperbaiki tingkat loyalitasnya,
sehingga konsumen dapat dibentuk semakin lama semakin loyal dari
awal sampai akhir.
4. Serve first, sell second, utamakan pelayanan, penjualan belakangan,
karena penjualan adalah hasil dari pelayanan yang baik.
5. Agresively see and customer complaint, cari dan teliti secara aktif,
apa sebenarya yang dibutuhkan oleh pelanggan. Jaringan informasi
yang harus dipasang seluas mungkin mendengarkan laporan mereka.
6. Get responsive, and stay that way, harus pertahankan responsive dan
sikap.
7. Know your customer`s definition of value, pahami dan cari nilai-nilai
apa yang dihrapkan konsumen.
8. Win back lost customer`s, dekati dan wawancara konsumen
mengapa mereka berpindah, sehingga mereka dapat ditarik kembali.
9. Use multiple chanel to serve the same customer`s well, konsumen
biasanya memperoleh berbagai layanan dari berbagai personil.
Konsumen harus memperoleh layanan yang sama, artinya tidak ada
layanan yang berbeda secara mencolok, apalagi layanan informasi
yang berlawanan dari para karyawan, karena mungkin karyawan
tidak mengetahui informasi yang seharusnya disampaikan.
10. Give your front line the skill to perform, karyawan yang berdiri di
garis depan yang melayani konsumen harus tampil secara terampil,
professional terutama
dalam
menjawab segala
pertanyaan,
permasalahan yang diajukan baik via telepon, fax, e-mail dan lainlain.
11. Collaborate with your chanel partner, gunakan chanel yang bisa
dimanfaatkan oleh lembaga, terutama lembaga pemerintahan atau
non pemerintah, yang berhubangan dengan lembaga.
12. Store your data in one centralized database, ini perlu dilakukan agar
memudahkan akses informasi apa yang dikehendaki, serta analisis
apa yang hendak dilakukan oleh manajemen.
2.6.8
Pembentuk dan Keuntungan Loalitas Pelanggan
Loayalitas pelanggan merupakan konsep yang diyakini akan memberikan
keuntungan-keuntungan bagi perusahaan. Adapun proses konsumen menjadi
pelangganyang loyal menurut Griffin (2000), adalah :
a. Prospect, merupakan calon pembeli produk.
b. First time buyer, adalah pembeli yang membeli produk kita.
c. Repeat customer, adalah pelanggan yang melakukan berulang terhadap
produk.
d. Loyal customer, adalah pelanggan yang lebih dari melakukan pembelian
ulang, melainkan mempunyai sikap positif.
Masih menurut Griffin (2000), ada empat factor yang akan mempengaruhi
terciptanya pelanggan yang loyal, factor-faktornya yaitu :
1. Produk yang jauh berbeda dengan produk pesaing.
2. Produk dengan pelayanan yang tinggi.
3. Produk yang bermacam-macam untuk konsumen yang sama.
4. Produk yang harga bukan merupakan factor pembelian.
Dalam Suhartanto (2000), faktor-faktor yang membentuk loyalitas adalah:
a. Switching Barrier
Switching Barrier/rintangan untuk pindah ke peruahaan lain/competitor,
baik karena alasan ekonomis, ataupun teknologi merupakan faktor
penyebab kesetiaan pelanggan. Switching barrier ini timbul karena
pengorbanan-pengorbanan yang timbul akibat berpindah perusahaan.
Pengorbanan-pengorbanan itu bisa berupa watu, biaya, usaha yang harus
dikeluarkan.
b. Interpersonal bond
Faktor interpersonal bond (hubungan pribadi) lebih dominan di jasa
daripada barang yang tangible, pada sector jasa lebih menonjol karena jasa
mempunyai karakteristik intangibility, inseparability, dan heteroginity.
Walaupun begitu interpersonal bonds tetap menjadi faktor yang akan
membangun loyaltas. Hubungan pribadi disini berupa familiaritas,
persahabatan, hospitaly, dan saling percaya antara karyawan dengan
pelanggan.
c. Cuntomer satisfaction
Kepuasan pelanggan atau customer satisfaction adalah suatu perasaan
pelanggan sebagai respon barang atau jasa yang telah ia gunakan. Kepuasan
adalah perbandingan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diprediksikan
sebelumnya. Jika yang dirasakan lebih daripada yang diprediksikan, maka
konsumen puas dan begitupun sebaliknya.
d. Image
Image atau citra merupakan persepsi yang ada pada ingatan seseorang
terhadap suatu fenomena. Citra merupakan manifestasi dari pengalaman
dan harapan, sehingga ia mampu mempengaruhi persepsi konsumen akan
suatu barang atau jasa. Pada studi di industri jasa, image merupakan salah
satu pembentuk kesetiaan pelanggan. Rinciannya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 2.3
Pembentuk dan Keuntungan Loyalitas
Switching
Customer
Interpersonal
Barriers
Loyalty
Bonds
Image
Customer
Loyalty
Customer
Word of Mount
Retention
Communication
Cost Lowering
Employee
Retention
Profitability
Market Share
Jurnal Tata Niaga : Jurnal Ekonomi dan Bisnis. II,. 2,12-23
2.7
Posisi Skripsi Dibandingkan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya
terkait dengan Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Store Atmosphere terhadap
Loyalitas, untuk digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. Penjelasan dari
penelitian dan jurnal tersebut diantaranya :
1.
Citra Dewi Rahmawati (2013) judul :
Pengaruh Store Atmosphere Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas
Pelanggan Pada Resto Sobbers Bandung . Kesimpulan dari hasil penelitian ini
adalah tanggapan responden untuk Store atmosphere pada Resto Sobbers Bandung
dinilai baik, dengan indikator yang dinilai paling tinggi adalah layout point of
interest display, diikuti indikator eksterior, indikator general interior, dan indikator
yang paling tidak baik adalalah indikator room layout.
Kualitas pelayanan pada Resto Sobbers Bandung dinilai baik dengan
indikator yang paling baik adalah assurance, diikuti reabillity, empaty, dan yang
paling tidak baik yaitu indikator responsiveness.
Loyalitas pelanggan pada Resto Sobbers Bandung dinilai cukup baik.
Indikator yang paling dinilai cukup baik adalah melakukan pembelian secara
teratur, diikuti indikator melakukan pembelian antar lini produk, indikator
merekomendasikan kepada orang lain dengan kategori kurang baik, dan penilaian
terendah adalah indikator kekebalan terhadap tarikan pesaing.Pengaruh Store
athmosphere dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada Resto
Sobbers Bandung berpengaruh signifikan.
2.
Yuliana Rahmani (2012) judul :
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Suasana Toko terhadap Loyalitas
Pelanggan pada Indomaret Cabang Kopo Sayati Bandung .Kesimpulan dari jurnal
ini adalah Kualitas pelayanan yang dilakukan Indomaret Cabang Kopo Sayati
Bandung dinilai oleh sebagian besar konsumen sudah baik. Hal ini terlihat dari nilai
jumlah kumulatif skor yaitu 4929 berada di antara kisaran 3906-5208. Hal yang
masih dianggap kurang baik dan perlu perbaikan adalah pegawai minimarket
indomaret cepat tanggap dalam membantu konsumen dan pegawai minimarket
indomaret sigap dalam memberikan informasi kepada konsumen. Suasana
toko
di Indomaret Cabang Kopo Sayati Bandung dinilai oleh sebagian besar konsumen
sudah baik. Hal ini terlihat dari nilai jumlah kumulatif skor yaitu 5979 berada di
antara kisaran 4743-6324. Hal yang masih dianggap kurang baik dan perlu
perbaikan adalah fasilitas parkir yang tersedia luas dan pengaturan gang-gang
dalam toko memberikan kebebasan atau keleluasaan dalam bergerak.
Loyalitas konsumen Indomaret Cabang Kopo Sayati Bandung relatif sudah
baik, dimana konsumen sampai pada tahapan customers, dimana pada tahapan ini
memberikan gambaran bahwa konsumen sudah melakukanpembelian ulang dan
berkontribusi terhadap word of mouth, penolakan terhadap produk pesaing dan
melakukan pembelian diluar lini produk.Pengaruh kualitas pelayanan dan suasana
toko secara simultan (keseluruhan) terhadap loyalitas konsumen Indomaret Cabang
Kopo Sayati Bandung menunjukan adanya pengaruh yang cukup besar yaitu
70,70%. Sedangkan pengaruh secara parsial (individu) menunjukan bahwa sub
variabel kualitas pelayanan dengan nilai sebesar 36,80% mempunyai pengaruh
yang paling besar terhadap loyalitas konsumen Indomaret Cabang Kopo Sayati
Bandung dibandingkan dengan suasana toko.
2.8 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.8.1
Kerangka Pemikiran
2.8.1.1 Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas
Penilaian pelayanan dimulai sebelum konsumen berinteraksi dengan
penyedia pelayanan, kemudian diawasi dengan penilaian awal untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan penyedia pelayanan dalam memenuhi kebutuhan, sehingga
yang diharapkan teringat dibenak konsumen. Kata dari mulut ke mulut tentang
pengalaman orang lain dari reputasi penyedia pelayanan, komunikasi eksternal
serta kebutuhan pribadi dan pengalaman masa lampau mempengaruhi harapan
pelanggan/nasabah.
Konsumen datang dengan pelayanan yang diharapkan kemudian
berinteraksi dengan sistem operasional pelayanan. Pada tahap ini, dalam benak
pelanggan akan terbentuk persepsi tentang pelayanan yang dibentuk.
Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, hal ini logis,
karena apabila kualitas pelayanan yang diterima konsumen akan merasa puas dan
kualitas pelayanan akan dipersepsikan tinggi. Sebaliknya, jika kualitas pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen tidak memenuhi harapannya,
maka konsumen akan merasa kecewa dan kualitas pelayanan yang dipersepsikan
rendah.
Konsumen yang loyal adalah konsumen yang merasa puas, namun tidak
semua konsumen merasa puas adalah konsumen yang loyal, namun perlu di ingat
bahwa kepuasan merupakan modal dasar bagi terbentuknya loyalitas pelanggan.
Kepuasan yang tinggi akan sukar untuk mengubah pilihan produk sebab timbulnya
kelekatan yang emosional akan menghasilkan loyalitas yang tinggi.
Kepuasan tinggi atau kesenangan yang tinggi menciptakan kelekatan
emosional terhadap merek tertentu, bukan hanya kesukaan/preferensi rasional.
Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang tinggi.
Para pakar berpendapat bahwa manfaat yang diperoleh dari menciptakan
dan mempertahankan kualitas jauh lebih besar dari biaya akibat pelayanan yang
kurang baik. Bahkan dewasa ini pengelola pelayanan yang didasarkan pada
keunggulan dimensi kualitas pelayanan dipandang sebagai strategi yang cukup
efektif untuk menarik keunggulan pesaing.
Menurut Griffin, Jill (2005:31), bahwa :
Loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli dimana
menjelaskan pelanggan yang loyal adalah orang yang melakukan
pembelian berulang secara teratur, membeli antara lini produk atau
jasa, mereferensikan kepada orang lain dan menunjukan kekebalan
terhadap tarikan dari pesaing .
Dari definisi diatas terlihat jelas akan adanya pengaruh yang positif antara
kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan. Dimana dengan peningkatan
kualitas pelayanan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh pihak perusahaan
maka akan menimbulkan loyalitas dari para pelanggannya terhadap perusahaan.
Dengan demikian begitu pentingnya meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pelanggan dalam kegiatan pemasaran suatu produk atau jasa, sehingga
loyalitas pelanggan merupakan sesuatu hal yang senantiasa diusahakan perusahaan.
Kualitas pelayanan merupakan bagian dari strategi pemasaran perusahaan yang
paling memungkinkan terciptanya pelanggan yang loyal, maka dengan tingkat
kualitas pelayanan yang memuaskan diharapkan menghasilkan respon yang dapat
menunjang pencapaian tingkat loyalitas pelanggan yang tinggi.
2.8.1.2 Hubungan Store Atmosphere dengan Loyalitas
Penelitian yang dilakukan Gutieerez (2004:201), suasana toko (store
atmosphere) mempengaruhi loyalitas pelanggan dalam melakukan pembelian.
Halini terjadi apabila adanya penataan yang baik dan kenyamanan yang dapat
dirasakan oleh nasabah. Store atmosphere yang nyaman membuat nasabah merasa
betah didalam ruangan. Selain itu tataletak
penempatan barang yang indah
membuat nasabah merasa senang dan menjadi loyal atas atmosphere yang disajikan
oleh perusahaan. Kelengkapan atau hal-hal yang berkaitan dengan toko/gerai
berdampak pada citra yang dibangun oleh toko/gerai yang bersangkutan. Apabila
citra toko/gerai yang dibangun bagus, keuntungan bagi perusahaan akan lebih
mudah didapatkan. Sebaliknya, apabila citra yang dibangun memiliki kesan yang
buruk bagi konsumen, maka akan mendapatkan kerugian bagi perusahaan yang
bersangkutan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bebet Wijayanto, Apriatni
Endang, dan Sari Listyorini (2013), yang berjudul Pengaruh Bauran Ritel
Terhadap Loyalitas Pelanggan Di Supermarket Sri Ratu Peterongan , memasukkan
atmosfertoko/gerai sebagai atribut ritel yang menghasilkan bahwa atmosfer
toko/gerai yang semakin baik, maka loyalitas konsumen maupun nasabah semakin
bertambah. Sehingga, store atmosphere berpengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan.
2.8.1.3 Hubungan Kualitas Pelayanan dan Store Atmosphere terhadap
Loyalitas
Store attributes are viewed as part of the overall image of a store (Bloemer
2006:301). Atribut toko/gerai berkaitan dengan image yang dibangun oleh gerai
yang bersangkutan. Image ini juga berkaitan dengan pelayanan yang diberikan
oleh karyawan. Dari penampilan, tutur kata sampai pelayanan yang diberikan
seharusnya diciptakan untuk membangkitkan image yang baik bagi nasabah. Ini
berarti kelengkapan atau hal-hal yang berkaitan dengan toko/gerai berdampak pada
citra yang dibangun oleh toko/gerai yang bersangkutan. Bila citra yang dibangun
bagus, akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, tetapi sebaliknya bila citra
yang dibangun mempunyai kesan buruk bagi nasabah maka akan mendapatkan
kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan.
2.8.2
Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan yaitu model penelitian deskriptif dimana
variabel X1 yaitu kualitas pelayanan dan variabel X2 yaitu store atmosphere
berhubungan terhadap Y1 yaitu loyalitas nasabah bank BRI unit Pagerageung.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 2.4 yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.4
Model Penelitian
X1
Kualitas Pelayanan
Y1
Loyalitas Nasabah
X2
Store Atmosphere
2.8.3
Hipotesis
Hipotesis 1 : Kualitas pelayanan bank BRI unit Pagerageung sudah baik, store
atmosphere dibank BRI unit Pagerageung sudah nyaman, dan
loyalitas nasabah bank BRI sudah teruji.
Hipotesis 2 : Kualitas pelayanan bank BRI berpengaruh terhadap loyalitas
nasabah.
Hipotesis 3 : Store atmosphere bank BRI berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.
Hipotesis 4 : Kualitas pelayanan dan store atmosphere berpengaruh terhadap
loyalitas.
Download