Kebijakan Strategis dan Rencana Aksi Pangan dan Gizi (KSRAN

advertisement
Kebijakan Strategis dan Rencana
Aksi Pangan dan Gizi (KSRAN-PG),
Gizi sebagai Sentral dalam
Pembangunan”
Endang L. Achadi, FKM UI
Disampaikan di “Sidang Regional DKP Wilayah Jawa Tengah untuk Provinsi seJawa dan Kalimantan”, dg Tema: “Sinergi Program Aksi Pangan dan Gizi Menuju
Kedaulatan Pangan Nasional”
Tgl 25-27 Mei 2016, di Hotel Arya Duta, Palembang
SISTEMATIKA
1. Gizi sebagai sentral dalam Pembangunan
– Fokus pada Stunting (pendek/sangat pendek)
– Fokus pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan
(1000 HPK)
2. Kondisi Saat ini:
– Masalah Gizi dan akibatnya di Indonesia
– Penyebab masalah Gizi
3. Arah Kebijakan sesuai Perpres:
– Peran Multisektor dan Pemangku Kepentingan lainnya
4. Implementasi Lapangan
Gizi sebagai Sentral dalam
Pembangunan
Memposisikan
Kembali Gizi
sebagai sentral
dlm Pembangunan
Strategi untuk Aksi
Skala Besar
Bank Dunia,
2006
Mengapa secara Global Komitmen thd
Program Gizi lemah?
1. Malnutrition/Salah Gizi sering “Invisible”. Contoh
stunting dan anemia
2. Biaya SDM dan Ekonomi akibat Malnutrition tak
disadari. Contoh: biaya penanganganan PTM spt Stroke,
Penyakit Jantung, Diabetes dan Hipertensi
3. Sebagian Pemerintah tidak mengetahui adanya
intervensi yg lebih baik selain dari pertumbuhan
ekonomi dan memerangi kemiskinan dlm mengatasi
Malnutrition
4. Banyaknya “stakeholders” menyebabkan program
terserak
5. Tidak selalu ada konsensus ttg bgmn mengatasi
Mengapa secara Global Komitmen thd Program Gizi lemah?
6. Gizi adekuat jarang dianggap sbg hak azazi
7. Kelompok penderita “gizi kurang” mempunyai suara
yg lemah
8. Sebagian politikus dan manager tidak peduli apakah
program jalan atau tidak
9. Sebagian Pemerintah kadang mengklaim sudah
melakukan investasi dlm perbaikan gizi, nyatanya-efek program kecil (mis. PMT-AS) – pemilihan program
yg tidak efektif
10. “A Vicious Circle” – Lingkaran Setan
Mengapa Investasi di Program Gizi?
• Perbaikan gizi berkontribusi thd
produktivitas, pembangunan ekonomi dan
penurunan kemiskinan, yg disebabkan
oleh turunnya kapasitas fisik,
perkembangan kognitif, turunnya prestasi
di sekolah, penyakit serta kematian
• Gizi salah (malnutition) akan
mempermudah terjadinya “siklus
kemiskinan dengan malnutition”
Siklus Kemiskinan dan Salah Gizi/Malnutrition
Sumber: Modifikasi dari Bank Dunia (2002); Bhagwati dkk (2004)
Penghasilan
Rendah
Intake
rendah
Sering
Infeksi
Beban
Fisik
Sering
Hamil
Keluarga
Besar
Salah Gizi
kehilangan
produktivitas secara
langsung oleh
karena lemahnya
fisik dan karena
penyakit yg terkait
malnutition
kehilangan tak
langsung karena
rendahnya
perkembangan
kognitif&prestasi
di sekolah
kehilangan yg
disebabkan oleh
meningkatnya
biaya untuk
kesehatan (PTM)
Gerakan Global: Scaling Up
Nutrition (SUN) Movement
• Disampaikan pd thn 2010, oleh Sekjen PBB
• Diikuti oleh 56 negara termasuk Indonesia
• Fokus pada Stunting dan 1000 HPK, karena
akibatnya yg permanen dan berjangka
panjang, menurunkan kualitas SDM
• Multi-partners, termasuk masyarakat
madani dan swasta, tetapi tetap Satu
Platform
Mengapa Fokus pada Stunting?
• Stunting bukan semata Tinggi Badan, tetapi
Stunting hanya merupakan salah satu tanda
terjadinya masalah lain dalam tubuh, yaitu:
–Gangguan pertumbuhan dan Perkembangan Otak,
yg berakibat pada turunnya KECERDASAN
–Gangguan pertumbuhan dan Perkembangan organ
tubuh lain (jantung, ginjal, hati, paru-paru, dll)
sehingga meningkatkan RISIKO terjadinya PENYAKIT
KHRONIS, seperti: STROKE; PENYAKIT JANTUNG;
DIABETES; HIPERTENSI; Kegemukan
Mengapa Fokus pada 1000 HPK?
1. 1000 HPK (270 hari kehamilan dan 730 hari
pertama setelah lahir/2 tahun): Periode kritis
pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh
Kehamilan 8 minggu pertama: terbentuknya
semua cikal bakal yang akan menjadi otak, hati,
jantung, ginjal, tulang, dll
Kehamilan 9 minggu – lahir: pertumbuhan dan
perkembangan lebih lanjut organ2 tubuh  siap
untuk hidup di dunia baru, di luar kandungan ibu
Mengapa Fokus pada 1000 HPK?
2. Perubahan yang terjadi pada
periode ini bersifat permanen,
3. Berpengaruh ke dua generasi
berikutnya (dari nenek ke cucu)
Mengapa Fokus pada 1000 HPK?
4. Dampaknya berjangka panjang:
1) Stunting usia dewasa Indonesia: laki2 lebih
pendek 13 .6 cm dan perempuan 10.4 cm
dari rata2 Tinggi Badan/TB yg seharusnya
2) Kecerdasan (kemampuan kognitif) rendah
3) Risiko menderita Penhyakit Khronis/PTM
(Penyakit Tidak Menular) lebih tinggi:
Diabetes, Penyakit Jantung, Stroke,
Hipertensi, dll
Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Akibat Gangguan Gizi Masa Janin dan Usia Dini
Ibu Anemia
PBBH rendah
(Pertambahan
Berat Badan
selama Hamil)
Ibu kurus
pra-hamil
Ibu Pendek
Gangguan Gizi
pada Masa
Janin dan Usia
Dini
Dampak
Jangka Pendek
Dampak
Jangka Panjang
Perkembangan Otak
Kemampuan
Kognitif &
Pendidikan
Pertumbuhan
(IUGR)
Metabolic
Programing
Stunting/
Pendek
Hipertensi
-Diabetes
-Obesitas
-PJK
-Stroke
Sumber : Modifikasi dari Rajagopalan, S, Nutrition and challenges in the next decade, Food and Bulletin vol 24 no.3, 2003
Kondisi saat ini
1.Tantangan Pembangunan pangan dan gizi :
1) Kapasitas sumberdaya alam untuk
memproduksi pangan semakin terbatas karena
adanya kompetisi pemanfaatan sumber daya
lahan dan air dengan untuk kegiatan sektor lain
2) Perubahan iklim global
3) Pertumbuhan penduduk
4) Faktor lainnya, yaitu peningkatan pendapatan
masyarakat dan pengetahuan tentang pangan
dan gizi meningkatkan permintaan pangan dari
sisi keragaman, gizi, dan keamanannya
2. Kedaulatan pangan nasional menjadi salah satu
kunci sukses pembangunan ekonomi dan
ketahanan nasional, oleh karena itu
pengembangan sistem pangan dan gizi yang
terintegratif menjadi hal yang sangat penting
3. Kecukupan penyediaan pangan secara nasional
belum sepenuhnya diikuti dengan kecukupan
konsumsi pada tingkat individu yg bisa
disebabkan karena sistem distribusi pangan,
pendapatan masyarakat meningkat, dan
pengetahuan masyarakat tentang pola
konsumsi pangan dan gizi belum optimal
Masalah Gizi dan akibatnya
di Indonesia
Indonesia termasuk
didalam 17 negara,
diantara 117 negara,
yg mempunyai
prevalensi tinggi
Stunting, Wasting, dan
Overweight pd Balita
37.2% Stunting
(pendek/sangat pendek)
12.1 % Wasting
(kurus/sangat kurus)
11.9%
Overweight
Posisi Indonesia:
prevalensi Stunting tinggi, tetapi
kecepatan penurunan per-tahun rendah
• Indonesia merupakan kontributor
terbesar ke 5 di dunia dalam jumlah
Stunting pada Balita  Artinya:
Indonesia merupakan negara yg proporsi
penduduknya yang berisiko mempunyai
kemampuan kognitif rendah dan
berisiko menderita Penyakit Tidak
Menular adalah ke 5 terbesar di dunia
 Kualitas SDM??
Indonesia termasuk
didalam 47 negara
dari 122 negara
yang mempunyai
masalah Stunting
pd balita dan
Anemia pada WUS
22. 7% WUS
menderita Anemia
(Riskesdas 2013)
10 Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia 2014
Kompas tgl 18 Mei 2015
1. Stroke
2. Jantung dan Pembuluh Darah
3. Diabetes Mellitus dan Komplikasinya
4. Tuberkulosis Pernapasan
5. Hipertensi dengan komplikasinya
6. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
7. Liver
8. Kecelakaan Lalu Lintas
9. Pneumonia
10.Diare disertai Infeksi Pencernaan
Apakah semata-mata karena
Life Style?? --- BUKAN
Bila ya, seharusnya Prevalensi pada Kelompok
Terkaya jauh lebih tinggi dibandingkan
kelompok Termiskin,
kenyataannya hampir sama
Perbedaan
Prevalensi
Hipertensi pada
kelompok 20%
termiskin
kelompok 20%
terkaya hanya
2.5% (30,5% vs
33%)
Prevalensi Penyakit
Jantung Koroner
pada kelompok 20%
termiskin dg
kelompok 20%
terkaya hanya beda
0.5% (6.8% vs
7.3%)%)
Sumber: Atmarita, PhD Riskesdas 2007
KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
INDONESIA:
Bukti terkini
Fungsi Kognitif/“Kecerdasan” Anak Indonesia
dibandingkan anak dari 65 negara?
• Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD
PISA (the Organisation for Economic Co-operation and
Development - Programme for International Student
Assessment), suatu organisasi global bergengsi,
terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari
65 negara, termasuk Indonesia, dalam bidang
membaca, matematika, dan science :
Indonesia berada di
urutan ke 64 dari 65
negara tersebut
Posisi Singapura, Vietnam,
Thailand, dan Malaysia berturutturut adalah pada urutan ke 2, 17,
50, dan 52.
HASIL PENELITIAN
(DR. Feri Ahmadi: Data IFLS tahun 2000 dan 2007: 13 prov, 492 anak)
Kemampuan Kognitif Anak pd Umur 7-8 Tahun
Hampir separo
(48.6%) Anak
umur 7-8
tahun
mempunyai
Kemampuan
kogntif kurang
Kemampuan
kognitif baik
Faktor penyebab terjadinya
Stunting
Mengapa terjadi Stunting?
• Stunting terjadi akibat kekurangan asupan gizi
dalam waktu lama atau khronis dan/atau
berulang, karena makanan yg masuk tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi tubuh baik karena
asupan yg tidak cukup maupun karena penyakit
infeksi
• Kekurangan Gizi dan Infeksi seringkali terjadi
pada usia dini kehidupan, terutama pada
periode 1000 HPK
Konsekuensi jk. panjang:
Pendek, kemampuan
kognitif,/kecerdasan
produktivitas ekonomi, P’
Tidak Menular (PTM)
Konsekuensi jk. pendek/
menengah: Penyakit,
Kematian
Stunting
Asupan tak
adekuat
Keamanan
pangan di RT
Sumber:
Maternal and
Child
undernutrition:
global and
regional
exposures and
health
consequences.
RE Black et al,
for the Maternal
and Child
Undernutrition
Study. The
Lancet 2008
Penyakit
Pola Asuh Anak:
pemberian makan,
pencegahan P,
pencarian Yankes, dll
Lingkungan
rumah tdk sehat
Penyebab langsung
Penyb tdk langsung
Penghasilan,
Pengangguran
Kemiskinan, dll
Konteks soial,
ekonomi & politik
Penyebab mendasar
I. Penyebab langsung Stunting
1. Asupan gizi tidak adekuat:
Bila asupan gizi kurang, anak akan mengalami
penurunan imunitas sehingga mudah terkena infeksi
1. Menderita penyakit infeksi berulang dan/atau
khronis: akibat penyakit infeksi (panas) adalah
kebutuhan tubuh thd zat gizi meninngkat padahal
pada umumnya nafsu makan turun, akibatnya akan
menyebabkan kurang gizi
 Dengan demikian Penyakit Infeksi dan Asupan
saling mempengaruhi atau berinteraksi
II. Penyebab tidak langsung
• Asupan tidak adekuat: secara tidak langsung dapat
disebabkan karena tidak tersedianya makanan yg
adekuat di rumah tangga, pengetahuan ibu ttg
makanan yg baik (contoh ASI eksklusif unttuk bayi 06 thn), tabu atau tradisi, pemanfaatan pekarangan,
dll
• Penyakit infeksi: secara tidak langsung dapat
disebabkan karena imunisasi, lingkungan yg tidak
sehat (tempat buang air, pembuanganlimbah,
saluran air, dll), penggunaan alas kaki, praktek suci
tangan, menutup makanan, tidur berkelambu, dll
III. Penyebab Mendasar
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pendidikan Ibu
Penghasilan rumah tangga
Ketersediaan air bersih
Lingkungan yang sehat
Ketersediaan pangan di pasar terdekat
Harga bahan pangan
Keamanan pangan
Budaya
dll
Arah Kebijakan sesuai Perpres
PERATURAN PRESIDEN TENTANG
KEBIJAKAN STRATEGIS DAN
RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN
GIZI (KSRAN-PG) TAHUN 2016-2019
Kerangka Pikir KSRAN-PG 2015-2019
MATERI KSRAN-PG
36
Draft R-Perpres
KSRAN-PG 2016-2019 (1)
BATANG TUBUH (Peran Pusat)
Menteri dan pimpinan lembaga sesuai dengan kewenangannya
masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku: (i) Bertangungjawab atas pelaksanaan
KSRAN-PG dan (ii) menjabarkan dan melaksanakan KSRAN-PG
Pelaksanaan KSRAN-PG diatur lebih lanjut oleh Mentan selaku
Ketua Harian DKP
Pemantauan dan Evaliasi KSRAN-PG diatur dengan Pedoman
Monev yang disusun Menteri PPN/Kepala Bappenas
Pendanaan bagi pelaksanaan KSRAN-PG bersumber dari APBN
K/L wajib menyampaikan laporan capaian pelaksanaan KSRAN-PG
kepada Presiden paling sedikit 1 tahun sekali.
37
Draft R-Perpres
KSRAN-PG 2016-2019 (2)
BATANG TUBUH (Peran Daerah)
Gubernur dan Bupati/Walkota sesuai dengan kewenangannya
masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku: bertangungjawab atas pelaksanaan RADPG.
Pemda menjabarkan KSRAN-PG dengan menyusun dan
melaksankan RAD-PG.
Penyusunan RAD-PG berberpedoman pada KSRAN-PG dan potensi
serta karakter daerah.
Pendanaan bagi pelaksanaan RAD-PG bersumber dari APBD
Gebernur wajib menyampaikan laporan pelaksanaan RAD-PG
kepada Presiden paling sedikit 1 tahun sekali
38
KEBIJAKSANAAN STRATEGIS KSRAN-PG
(program/kegiatan/input) (1)
A. Ketersediaan Pangan
1.Peningkatan produksi pangan domestik
2.Penguatan cadangan pangan (CPP, CPPD, CPM)
3.Perdagangan pangan
4.Penyediaan pangan berbasis sumberdaya lokal
B. Keterjangkauan (akses) Pangan
1.Efisiensi pemasaran pangan
2.Penguatan sistem logistik pangan
3.Stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok dan penting
4.Pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah
5.Penanganan kerawanan pangan dan gizi
6.Pemenuhan gizi masyarakat
7.Penyediaan bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
39
KEBIJAKSANAAN STRATEGIS KSRAN-PG
(program/kegiatan/input) (2)
C. Pemanfaatan (konsumsi) Pangan
1.Pengembangan pola konsumsi pangan B2SA
2.Pengembangan jejaring dan informasi pangan
3.Peningkatan pengawasan kemananan pangan.
D. Perbaikan Gizi Mayarakat (pelayanan kesehatan)
1.Perbaikan pola konsumsi pangan perseorangan dan masyarakat yang
B2SA
2.Perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu
3.Penegakan regulasi persyaratan khusus komposisi pangan
4.Pemenuhan kebutuhan gizi bagi remaja, ibu hamil, dan balita
5.Penguatan sistem surveilan pangan dan gizi
6.Penguatan program gizi lintas sektor (program sensitif gizi).
40
KEBIJAKSANAAN STRATEGIS KSRAN-PG
(program/kegiatan/input) (3)
E. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi
1.Penguatan peran sentral pangan dan gizi dalam pembangunan,
dengan membentuk kelembagaan pangan nasional yang memiliki
wibawa dan otoritas kuat
2.Penguatan fungsi DKP di pusat dan daerah dalam merumuskan
kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian, guna
mewujudkan ketahanan pangan dan gizi tingkat daerah dan nasional
3.Pengefektifan Gugus Tugas Gerakan Nasional Perbaikan Gizi
4.Pengembangan kemitraan ABGC (academic, business, government,
civil society), dengan mengembangkan kerja sama yang setara serta
meningkatkan governasi kemitraan.
41
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
Maksud
RAD PG dimaksudkan untuk:
1. mencapai perbaikan gizi masyarakat,
2. utamanya pada periode 1000 HPK,
3. dengan pendekatan multi-sektor,
agar terbentuk sumberdaya manusia yang
cerdas, sehat, produktif secara berkelanjutan,
dan berdaya saing tinggi
Tujuan
• Tujuan penyusunan Kebijakan Daerah dan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG) Tahun 2016-2019 adalah sebagai acuan
(common platform) bagi para pemangku
kepentingan di bidang pangan dan gizi di
provinsi/kabupaten dalam peran dan
upayanya untuk memberikan kontribusi yang
optimal dalam pembangunan pangan dan gizi.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup RAD-PG ini meliputi:
1. Kebijakan Daerah dan
2. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
di Provinsi/Kabupaten
Kebijakan Daerah
• Masyarakat sehat dan bergizi baik dapat
dicapai melalui pembangunan ketahanan
pangan dan gizi daerah dengan tersedianya
pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat
untuk memenuhi pola konsumsi yang
beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA)
dan melalui perilaku hidup sehat
Kebijakan Daerah
Oleh karena itu kebijakan daerah perlu menjamin
kebijakan yang mendukung:
A. Ketersediaan Pangan
B. Keterjangkauan Pangan, termasuk didalamnya
Pemenuhan Gizi Masyarakat
C. Pemanfaatan Pangan
D. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi Daerah
E. Peningkatan Perbaikan Gizi Masyarakat
Implementasi di lapangan
• Implementasi di lapangan dilaksanakan untuk
mencapai Indikator:
– Manfaat (Impact): Peningkatan Kualitas SDM dan
Dayasaing Bangsa
– Hasil Akhir (Outcome)
– Hasil (Output)
Melalui implementasi Program (Input) berbagai
sektor terkait dan pemangku kepentingan
lainnya, yang didukung oleh kebijakan dan
peraturan daerah
INDIKATOR OUTCOME PERBAIKAN
PANGAN DAN GIZI (1)
Terbentuknya SDM yang cerdas, sehat, produktif secara
berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi.
No
Indikator
Status awal
(2014)
Target
2019
1.
2.
Ketersediaan energi (kap/hr)
Konsumsi energi (kap/hr)
4.130 Kkal
1.949 Kkal
2.400 Kkal
2.150 Kkal
3.
4.
5.
6.
Ketersediaan protein (kap/h)
Konsumsi protein (kap/hr)
PPH ketersediaan
PPH konsumsi
87,04 gr
56.60 gr
83,40
63 gr
57 gr
96,32
92,50
INDIKATOR OUTCOME PERBAIKAN
PANGAN DAN GIZI (2)
Terbentuknya SDM yang cerdas, sehat, produktif secara
berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi.
7.
Prevalensi anemia pada ibu hamil (%)
Status awal
(2013)
37,1
8.
Bayi dg berat badan lahir rendah (%)
10,2
8,0
9.
Bayi usia <6 bln yg mendapatkan ASI
eksklusif (%)
Prevalensi underweight anak balita (%)
Prevalensi wasting anak balita (%)
Prevalensi stunting anak baduta (%)
38,0
50,0
19,6
12,0
32,9
17,0
9,5
28,0
Prevalensi berat badan lebih dan
obesitas penduduk usia >18 thn (%)
-
15,4
No
10.
11.
12.
13.
Indikator
Target
2019
28,0
Pemenuhan Gizi Masyarakat
Pemenuhan Gizi Masyarakat dilakukan melalui:
1. pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai 6 bulan
dengan meningkatkan promosi pemberian ASI
2. pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan
meningkatkan promosi mengenai gizi seimbang pada
bayi dan anak umur 6- 23 bulan
3. suplementasi vitamin A setiap enam bulan sejak anak
umur 6- 60 bulan dengan meningkatkan promosi dan
pelayanan di berbagai fasilitas kesehatan
Pemenuhan Gizi Masyarakat
4. pemberian multimikronutrien dalam bentuk bubuk
tabur (taburia) kepada bayi 6- 23 bulan dengan
meningkatkan promosi di berbagai fasilitas kesehatan
5. penanganan gizi kurang akut dengan meningkatkan
promosi dan pelayanan di berbagai Faskes
6. pemberian Zn dan pemberian makan yang benar
bagi penderita diare dengan meningkatkan promosi
dan pelayanan di berbagai Faskes
7. perbaikan sanitasi dan akses yang memadai terhadap
air bersih dengan meningkatkan promosi mengenai
sumber air bersih dan lingkungan yang sehat;
Pemenuhan Gizi Masyarakat
8. pencegahan dan penanggulangan malaria dan
kecacingan dengan meningkatkan promosi mengenai
lingkungan bebas nyamuk dan mengenai pola hidup
bersih
9. penurunan obesitas pada anak dengan
meningkatkan promosi gizi seimbang.
10.Penyediaan bantuan pangan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
Perbaikan Gizi Masyarakat
Dilakukan melalui:
1. Perbaikan pola konsumsi pangan perseorangan dan
masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan
aman
2. Perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu
3. Pemenuhan kebutuhan gizi bagi remaja, ibu hamil,
dan balita
4. Penguatan sistem surveilan pangan dan gizi
5. Penguatan program gizi lintas sektor (program
sensitif gizi)
Desember 2008
Download