Korelasi antara Keterampilan Mengajar Guru dan Gaya Belajar Visual dengan Kecerdasan Emosional Siswa pada Pelajaran Fiqih Kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang Tahun Pelajaran 2014/2015 Rofiqotun Ni’mah Abstrak Penelitian bersifat kuantitatif tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahhui apakah terdapat hubungan antara keterampilan mengajar guru dan gaya belajar visual dengan kecerdasan emosional siswa pada pelajaran fiqih kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan uji analisis statistik korelasi ganda (multiple correclation). Pengambilan sampel penelitian dalam penelitian ini yaitu varibel 2 independen yaitu keterampilan mengajar guru dan gaya belajar visual 1 variabel dependen, yaitu kecerdasan emosional siswa di madrasah. Dari data penelitian dapat diketahui bahwa keterampilan mengajar guru tergolong lemah, yaitu sebesar 8,4% dan gaya belajar visual tergolong sedang, yaitu 20,1%. Sedangkan kecerdasan emosional tergolong sangat lemah 0,124. Dan dari analisis data dengan mengunakan korelasi ganda didapat hasil angket sebesar 0,172 dimana taraf signifikannya adalah 5% jumlah subyek 25 siswa diketahu f tabel 3, 44 sehingga rx1,x2,y < f tabel dapat disimpulkan bahwa secara simultan tidak terdapat korelasi (hubungan) yang signifikan antara keterampilan mengajar guru dan gaya belajar visual dengan kecerdasan emosional. Kata Kunci : Keterampilan Mengajar Guru, Gaya Belajar Visual, Kecerdasan Emosional, Fiqih. 1 Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai- nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan Kemampuan mengajar guru merupakan cerminan penguasaan guru atas kompetensinya. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada pelajaran Fiqih pada peningkatan kualitas pembelajaran.1 Kecerdasan emosional bahwasanya potensi individu dalam aspek-aspek “nonintelektual” yang berkaitan dengan sikap, motivasi, sosiabilitas, serta aspek-aspek emosional lainnya, merupakan faktor-faktor yang amat penting bagi pencapaian kesuksesan seseorang.2 Kecerdasan emosional adalah kemampun merasakan, memahami orang lain dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan informasi dalam berinteraksi dengan orang lain.3 Kunci dari kecerdasan emosi adalah kejujuran pada suara hati. Ini yang seharusnya dijadikan sebagai pusat prinsip yang akan memberikan rasa aman, pedoman, daya dan kebijaksanaan. Pendapat De Porter, Bobby (2001). Beberapa teknik peningkatan diri yang sudah populer digunakan dan direvisi, menambah serta merangkai dengan berbagai potensi yang lain, teknik itu menjadi mudah dan dapat mengembangkan Bobby sering mengulangi materi, potensi diri. sering menegaskannya kembali dengan cara 1 Abd. Wahab, Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), 129 2 Ratna Yudhawati, Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011), 103. 3 Khanifatul, Pembelajaran Inovatif (Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2013), 52 2 yang berbeda, gaya yang berbeda dalam bentuk grafik. Bobby menggunakan teknik ini dan teknik lainnya karena semua selaras dengan kerja otak anak.4 Maka keterampilan mengajar sangat mempengaruhi terhadap proses belajar pada gaya belajar anak-anak yang tidak lepas dari kecerdasan emosional siswa sehingga anak-anak dalam melaksanakan pembelajaran tidak bosan anak-anak akan tertarik dan merasa seperti bermain karena keterampilan guru dalam mengajar. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana keterampilan mengajar guru dalam menjelaskan mata pelajaran Fiqih siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon pada tahun pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana gaya belajar visual siswa mata pelajaran Fiqih siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon pada tahun pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimana kecerdasan emosional siswa mata pelajaran Fiqih siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon pada tahun pelajaran 2014/2015? 4. Bagaimana hubungan keterampilan mengajar guru dan gaya belajar visual dengan kecerdasan emosional siswa mata pelajaran Fiqih siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon pada tahun pelajaran 2014/2015? Kerangka Konseptual X1: Keterampilan Mengajar Guru Menganalisis masalah secara menyeluruh, Menghubungkan antara unsur yang satu dengan materi lain, Menggunakan dalil, tujuan dan manfaat , Kesiapan siswa, Kejelasan bahasa , Penggunaan contoh, Memberikan kesimpulan dan Memberikan evaluasi 4 Yatim Riyanto, Para Digma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 180. 3 X2 : Sarana Belajar Gedung sekolah, perpustakaan , Musholla, Ruang belajar dan Alat-alat tulis X2 : Gaya belajara visual Menggunakan gambar, Menggunakan simbul, Menyampaikan pokok permasalahan, Pengelompokan materi, Menggunakan spidol warna dan Belajar di luar Y: Kecerdasan Emosional Meperhatikan materi tanpa paksaan, Meperhatikan dengan sungguh- sungguh, Meperhatikan dengan senang hati, Memahami materi yang dijelaskan dan Dapat menerapkan A Keterampilan Mengajar Guru 1. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru Guru yang profesional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik pembelajaran yang ideal. Sehingga dengan demikian guru dituntut untuk selalu menambah kualitas ilmunya, selain itu juga seorang guru harus dapat melakukan variasi dalam melakukan kegiatan belajar agar dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa mau belajar. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang sangat menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar 2. Pengertian Keterampilan Menjelaskan Keterampilan menjelaskan menurut Saidiman (1994) menjelaska berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi. Itulah sebabnya beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah (a) Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, tergantung keperluan, (b) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran, (c) Penjelasan dapat diberikan apa bila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru, (d) Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa, dan (e) Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.5 1) Tujuan pemberian penjelasan dalam pembelajaran adalah; 5 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008), 173 4 a) Membimbing siswa untuk dapat memahami konsep, hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar. b) Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalahmasalah atau pertanyaan. c) Mendapat balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dengan untuk mengatasi kesalah pahaman siswa. d) Mebimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah.6 2) Komponen Keterampilan Menjelaskan 3) Dalam garis besarnya komponen keterampilan menjelaskan: a) Merencanakan penjelasan Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan b) Isi pesan i) Analisis masalah secara keseluruhan dalam hal ini termasuk mengidentifikasikan unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut ii) Penemuan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan tersebut iii) Penggunaan hukum atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukanPenggunaan hukum atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan c) Penerima pesan Merencanakan suatu penjelasan harus mepertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan anak yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang, sosial, dan lingkungan belajar. Oleh karena itu, dalam 6 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), 87 5 merencanakan suatu penjelasan harus selalu mempertimbangkan factor-faktor tersebut di atas.7 4) Menyajikan penjelasan Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam menyajikan penjelasan antara lain: a) Kejelasan: Kejelasan tujuan, bahasa, dan proses merupakan kunci dalam memberikan penjelasan b) Penggunaan contoh dan ilustrasi. Contoh dan ilustrasi akan mempermudah siswa yang sulit dalam menerima konsep yang abstrak. Biasanya pola umum untuk menghubungkan contoh dengan dalil adalah pola induktif dan pola deduktif c) Memberikan penekanan. Penekanan dapat dikerjakan dengan cara mengadakan variasi dalam gaya mengajar (variasi suara, mimik) dan membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang menunjukkan arah tujuan utama sajian (dapat dikerjakan dengan memberikan ihktisar, pengulangan, atau memberi tanda).8 d) Penggunaan balikan e) Guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Berdasarkan balikan itu guru perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan tentang sikap siswa dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan tentang pemahaman mereka. 5) Prinsip-prinsip keterampilan menjelaskan, yaitu: a) Penjelasan dapat diberikan pada awal, di tengah, atau pun diakhir jam pertemuan (pelajaran), tergantung pada keperluannya. Penjelasan itu dapat juga diselingi dengan tujuan pembelajaran b) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran c) Guru dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari siswa ataupun yang direncanakan oleh guru sebelumnya 7 8 Udin Syaefudin Sa‟ud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta, 2012), 60 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, 174 6 d) Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa e) Penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa.9 6) Keterampilan-keterampilan yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan a) Keterampilan ini berkaitan dengan pelaksanaan bagian utama suatu jam pelajaran. Dan yang dimaksud bagian utama adalah penjelasan bahan pelajaran baru, yang disajikan dalam bagian-bagian. Maka dari itu ada baiknya dalam mengajar meperhatikan hal-hal sebagai berikut: i) Membagi bahan pengajararan menjadi beberapa pokok masalah. ii) Setelah satu pokok masalah selesai dibahas, hendaknya diadakan evaluasi singkat untuk mengetahui apakah bahan yang dijelaskan telah dimengerti oleh murid iii) Mencatat secara teratur sampai dimana suatu pembahasan telah berlangsung iv) Membedakan secara jelas antara hal pokok dengan hal tambahan v) Memberi tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pihak murid. Sebaiknya pengajar mendalami juga makna pertanyaan dari murid itu b) Keterampilan yang berkaitan dengan cara menyusun bagian inti pelajaran secara teratur. Pengajaran dapat melakukan lima langkah berikut ini untuk memperjelas struktur suatu pokok masalah: i) Merumuskan pokok masalah yang dimaksud dan memaparkannya secara singkat ii) Menulis kata inti atau kata kunci di papan tulis. Untuk setiap pokok masalah dari suatu pengajaran dapat dirumuskan dan dapat dituliskan kata intinya pada papan tulis iii) Menguraikan pokok masalah secara lebih lanjut dengan penjelasan dan contoh-contoh. iv) Sebelum menutup uraian suatu pokok masalah, pengajar harus yakin bahwa murid betul-betul telah mengerti hal yang diuraikan itu c) Keterampilan ini menyangkut masalah penggunaan alat peraga atau sarana lainnya, yang dapat menunjukkan hal-hal yang tidak tampak. Alat peraga atau 9 Udin Syaefudin Sa;ud, Pengembangan Profesi Guru, 61. 7 sarana yang mudah diperoleh: papan tulis, lembaran berisi ikhtisar atau bagan bahan pelajaran dan slide atau sheet yang diisi dengan tulisan atau gambar.10 B Gaya Belajar (1) Pengertian Gaya Belajar “Cara dimana anak-anak menerima informasi baru dan proses yang akan mereka gunakan untuk belajar”.11 (2) Macam-Macam Gaya belajar Tipe gaya belajar yang bisa kita cermati yaitu: (a) kecerdasan Visual (Spasial): kecerdasan yang cenderung berpikir dalam atau cenderung mudah belajar melalui visual atau gambar (b) kecerdasan Musikal (Auditory Learners): kecerdasan yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. (c) kecerdasan Kinestetik: kecerdasan dengan memanfaatkan kelebihan berupa tenaga / pergerakan (d) kecerdasan Logis-Matematis: kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan ilmiah, yakni jenis kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan digunakan sebagai bagian metode ilmiah. (e) kecerdasan Linguistik: kecerdasan yang mewujudkan dirinya dalam katakata, baik tulisan maupun lisan (f) kecerdasan Interpersonal: kecerdasan yang ditampakkan pada kegembiraan dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas social dan ketidak nyamanan dalam kesendirian. (g) kecerdasan Intrapersonal: kecerdasan yang tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. (h) kecerdasan Natural (Lingkungan): kecerdasan mengembangkan akan pengetahuan alam. 10 11 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses (Jakarta: PT. Grasindo,1991), 46 Andri Priyatna, Pahami Gaya Belajar Anak (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), 3 8 (i) kecerdasan Eksistensial.: kecerdasan menyangkut kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terhadap eksistensi atau keberadaan manusia.12 (3) Gaya Belajar Visual (Spasial): “gaya belajar dengan memanfaatkan indra penglihatan, yaitu mata”. Anak yang mempunyai gaya belajar visual lebih suka membaca dibanding dengan mendengarkan penjelasan guru. Anak akan lebih aktif bila guru memberikan penjelasan melalui peraga rangkaian gambar, VCD, layar, dan semua yang berkaitan dengan mata.13 (4) Karakteristik Kecerdasan Visual (Spasial): (a) Berpikir dengan gambar. (b) Menggunakan metafora (c) Memiliki indra konfiguratif (d) Mengingat berdasarkan gambar (e) Memiliki indra warna yang hebat (f) Menghasilkan citra mental (g) Mudah membaca peta, grafik, diagram (h) Menggunakan semua indranya untuk membayangkan (5) Pendekatan Kecerdasan Visual (Spasial) dalam Belajar (a) Gunakan gambar dalam belajar (b) Buat coretan, simbul (c) Gunakan pemetaan pikiran (d) Lakukan visualisasi. (e) Buat pengelompokan (f) Tandai dengan warna. (g) Gunakan grafik computer (h) Berpindah ruang untuk mendapatkan perspektif yang beda (i) Gunakan organisator tingkat lanjut atau grafik penetapan sasaran. (6) Pentingnya Kecerdasan Visual (Spasial) Memiliki kecerdasan Visual (Spasial) yang kuat mutlak penting untuk menjadi individu yang mudah menyesuaikan diri dan berhasil. Berikut ini beberapa alasan untuk mengembagkan kecerdasan visual (spasial) anak: (a) Meningkatkan kreativitas. Ketika kita membayangkan dan menggunakan imajinasi kita, kita bukan hanya melihat hal-hal yang dilihat orang lain, melainkan juga 12 Muhammad Alwi, Tak Hanya Sukses Tetapi Juga Bahagia (Jakarta Selatan: PT. Mizan Publik, 2014), 128 13 Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, 138. 9 dapat maju satu langkah dan bermain dengan gambar-gambar ini, dengan membuat kaitan antara hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Sebagai akibatnya, sesuatu yang baru diciptakan dari gabungan antara hal-hal yang ada yang berasal dari berbagai sumber inilah kreativitas (b) Meningkatkan daya ingat Ahli ingatan sering mengutip bahwa untuk dapat mengingat segala sesuatu dengan baik, anda harus menggunakan prinsip tertentu mengenai ingatan. Prinsip yang paling penting adalah visualisasi, imajinasi, berpikir dalam gambar dan membuat asosiasi antara gambar-gambar ini. Secara alami anak-anak membuat gambar apa yang mereka pelajari dan oleh karena itu, mereka belajar dengan begitu mudah. (c) Mengembangkan pikiran tingkat tinggi dan keterampilan memecahkan masalah Berpikir dengan gambar bukan hanya merangsang kreativitas, melainkan juga memperkaya proses berpikir tingkat tinggi. Mengajarkan anak untuk melatih kecerdasan visual spasialnya dan berpikir secara visual, akan semakin mudah baginya untuk mengembangkan pemikiran tingkat tingginya dan keterampilannya memecahkan masalah (d) Mencapai puncak kinerja Atlet olimpiade dan olah ragawan sering menggunakan teknik yang disebut visualisasi atau latihan mental untuk tampil pada kondisi puncak mereka. Dengan kata lain, sebelum mereka berangkat mengikuti turnamen olahraga, mereka akan membayangkan berkalikali dalam pikiran mereka mengenai diri mereka berhasil melakukan rutinitas mereka. Sebagai akibatnya, mereka dapat tampil sebaik mungkin ketika mereka benar-benar melakukannya (e) Membantu anak mengungkapkan perasaan dan emosi 10 (f) Menggambar, melukis, memahat, dan aktivitas seni lainnya dapat merupakan suatu saluran yang sehat untuk mengungkapkan perasaan dan emosi anak. Tentu saja ada cara lain untuk mengungkapkan dirinya seperti menulis.14 C Kecerdasan Emosional 1 Pengertian Kecerdasan Emosional Emosi dirumuskan sebagai keadaan bergolak, gejolak atau guncangan didalam organisme. Emosi dapat berupa kebencian dan terror yang berakhir pada perkelahian. Akan tetapi, emosi juga dapat berupa kasih sayang dan perhatian, cinta dan ambisi. Emosi dapat pula dirumuskan sebagai keadaan perasaan atau pengalaman efektif yang mengiringi suasana bergejolak dalam organisme. Implikasinya adalah bahwa para siswa harus ditolong untuk dapat mengontrol emosinya agar berkembang ke arah hal-hal yang positif dan kontruktif.15 Jadi kecerdasan emosional adalah “kemampuan merasakan, memahami orang lain, dan secara efektf menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan informasi dalam berinteraksi dengan orang lain”16 Dalam hubungannya dengan masalah emosi ini, guru hendaknya melihatkan dirinya dalam mempelajari keadaan rumah dan masyarakat sekitar tempat tinggal anak-anak. Apabila anak diliputi perasaan khawatir karena masalah-masalah dalam keluarga, hal ini akan menghambat kegiatan belajarnya. Ia secara mental akan tampak lambat dan kurang dorongan untuk mengerjakan tugas-tugas yang sebenarnya ia mampu untuk melakukannya. 2 Adapun Ciri-Ciri Kecerdasan Emosi, yaitu: (a) Kesadaran diri (self-awareness): mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat. (b) Pengaturan diri (self-regulation): menangani emosi diri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas. (c) Motivasi (motivation): menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk 14 May Lwin dkk, Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan (Yogyakarta: PT. Indeks, 2008), 82 15 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), 95. 16 Khanifatul, Pembelajaran Inovatif , 93. 11 menggerakkan dan menuntun menuju sasaran (d) Empati (empathy): merasakan apa yang dirasakan orang lain (e) Keterampilan sosial (social skill): menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan social.17 3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional, yaitu: a. Kondisi fisik Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk, atau perubahan yang berasal dari perkembangan, seseoarang akan mengalami emosionalitas yang meninggi i. Kesehatan yang buruk disebabkan oleh gizi yang buruk, gangguan pencernaan, atau penyakit. ii. Setiap gangguan yang kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis iii. Perubahan kelenjar terutama pada saat puber. Gangguan kelenjarmungkin juga disebabkan oleh stres yang kronis, misal kecemasan. b. Kondisi psikologis Pengaruh psikologis yang penting antara lain tingkat kecerdasan, tingkat aspirasi, dan kecemasan. i. Kegagalan mencapai tingkat aspirasi, kegagalan yang berulangulang dapat mengakibatkan timbulnya kecemasan atau ketidakberdayaan. ii. Kecemasan setelah mengalami emosional tertentu yang sangat kuat, misalnya akibat lanjutan dari pengalaman menakutkan yang akan membuat anak takut kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam dan bila ketakutan itu berlanjut tanpa ditanggulangi akan mengakibatkan trauma. c. Kondisi lingkungan Ketegangan yang terus-menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyak pengalaman menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan: 17 Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010), 161. 12 i. Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus-menerus. ii. Sikap orang tua yang over-protective iii. Suasana otoriter di sekolah di mana guru terlalu menuntut atau tugas sekolah yang kurang sesuai dengan kemampuan anak sehingga anakanak marah dan inginnya pulang ke rumah dalam keadaan kesal.18 d. Fiqih i. Qurban Sejarah pelaksanaan qurban oleh manusia setua peradaban manusia itu sendiri. Sejak Nabi Adam diturunkan Allah kedunia memperoleh keturunan setelah sekian lama diturunkan Allah kemuka bumi, qurban sebagai sebuah ritual mulai dilakukan. Setelah itu, hampir semua generasi manusia dari zaman ke zaman melakukan qurban dengan berbagai latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda sebagai bentuk penghambaan diri kepada Tuhan. Dalam agama Islam, ibadah qurban menjadi salah satu ritual penting yang telah disyariatkan Allah dan rasul-Nya. Dari berbagai dalil dalam Al-Qur‟an maupun hadis, kita dapat mengetahui asal mula persyariatan ibadah qurban. Adapun sejarah seputar ibadah qurban akan terpapar sebagai berikut. ii. Pengertian qurban Kita sering mendengar istilah Qurban, apabila pada saat Hari Raya Idul Adha. Menurut bahasa Arab, kata qurban berarti mendekatkan diri kepada sesuatu, yaitu Allah yang telah melimpahkan segala karunia untuk setiap hamba-Nya19 iii. Hukum melaksanakan qurban. Hukum melaksanakan qurban menurut kebanyakan ulama adalah sunah muakkad atau sunah yang diutamakan. Hal ini berdasarkan beberapa hadis Nabi saw, diantara lain sebagai berikut: 18 Indra Soefandi, Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2009), 48. 19 Ahmad Taswin, Kurban dan Akikah (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani , 2007), 34. 13 Artinya: Aku diperintahkan untuk menyembelih qurban dan qurban itu sunah bagimu. (H.R. Tirmizi) Sementara itu, Abu Hurairah mengemukakan tentang sabda Rasulullah saw di bawah ini: Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “Siapa saja yang mempunyai kemampuan tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalatku”. (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah). Berdasarkan hadis tersebut, melaksanakan ibadah qurban adalah sunah. Artinya, hanya orang yang memiliki kemampuan saja yang diperintahkan Rasul untuk berqurban. Namun demikian, qurban bisa menjadi wajib apabila seseorang bernazar untuk bequrban, walaupun ia miskin. Bagaimanapun, melaksanakan sebuah nazar adalah kewajiban yang harus dipenuhi iv. Waktu pelaksanaan qurban Seperti ibadah-ibadah lain, Islam menentukan batas waktu pelaksanaan penyembelihan hewan qurban. Apabila pemberian zakat fitrah dilakukan sebelum shalat Id, maka penyembelihan hewan qurban dilakukan setelah shalat Id dilaksanakan hingga tiga hari sesudahnya. Artinya, batas waktu penyembelihan hewan qurban adalah 4 hari, pada tanggal 10 (setelah shalat Idul Adha), 11, 12, dan 13 Zulhijjah.20 Penentuan waktu penyembelihan hewan qurban tersebut berdasarkan hadis Nabi: Artinya: Dari Al-Aswad dia mendengar Jundab al-Bajali, dia berkata: “Aku menyaksikan Rasulullah Saw. Shalat Idul Adha, kemudian berkhutbah, lalu bersabda: „Barang siapa yang menyembelih (qurban) sebelum shalat, maka hendaknya dia menyembelih hewan lain sebagai pengganti, dan barang siapa belum menyembelih, maka sembelilah dengan nama Allah”. (HR Bukhari Muslim).21 20 21 Ahmad Taswin, Kurban dan Akikah, 38. Mardani, Hadis Ahkam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), 218. 14 Selanjutnya, penyembelihan hewan qurban dianjurkan dilakukan pada siang hari. Jika penyembelihan tersebut dilakukan pada malam hari, maka akan merepotkan, baik dalam proses penyembelihan maupun pembagian daging qurban. v. Syarat orang yang berqurban Orang yang hendak melaksanakan ibadah qurban harus memenuhi beberapa persyaratan yang meliputi: 1. Muslim. Syarat utama orang yang berqurban haruslah orang Islam 2. Merdeka. Orang yang berqurban tidak boleh seorang budak atau hamba sahaya. 3. Akil balig. Seorang anak yang belum akil balig berqurban, maka ibadah qurbannya dianggap sebagai sadaqah saja. 4. Mampu. Orang yang hendak berqurban harus mampu menyediakan binatang qurban tanpa berutang dengan oarang lain.22 vi. Macam-macam hewan qurban Macam-macam hewan yang dijadikan qurban adalah: (1) Unta yang telah berusia 5 tahun. (2) Sapi yang telah berusia 5 tahun. (3) Kambing yang telah berusia 2 tahun. (4) Biribiri (domba) yang telah berusia 1 tahun. Hewan yang tidak dipelihara atau liar, seperti kerbau liar, kijang, dan bagal (peranakan kuda dan keledai) juga tidak boleh dijadikan hewan qurban. Hewan-hewan tersebut tidak termasuk hewan ternak atau yang diistilakan dalam Al-Qur‟an sebagai an’am yang berarti hewan yang dapat diternakkan.23 vii. Syarat-syarat hewan qurban Syarat-syarat hewan qurban adalah: (1) Tidak cacat, yakni tidak buta baik salah satu atau kedua matanya, kakinya tidak pincang, ekornya tidak putus dan 22 23 Ahmad Taswin, Kurban dan Akikah, 36. Ahmad Taswin, Kurban dan Akikah, 39. 15 lain sebagainya. (2) Tidak kurus, yakni hewan tersebut harus sehat dan gemuk. (3) Tidak berpenyakit, yakni hewan tersebut harus sehat dan tidak sakit seperti kudisan, dan lain sebagainya.24 Hasil Analisis Data Sampel yang digunakan adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi yang menjadi sampel adalah siswa kels VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Apabila subyeknya kurang dari 100, maka diambil semua, sedangkan jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. 25 Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VA MI Miftahul ulum yang berjumlah 25 siswa. Karena populasi dalam penelitian ini berjumlah kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel. 1 Data Keterampilan dan Gaya Belajar Visual Mengajar Guru Data tentang Keterampilan Mengajar Guru dan Gaya Belajar Visual MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang, peneliti menyebarkan angket ke responden yaitu 25 siswa kelas VA. Untuk memperjelas data yang diperoleh, peneliti menganalisis data berdasarkan nilai dengan ketentuan tiap-tiap pertanyaan. tersebut ada empat alternatif jawaban dan tiap-tiap jawaban diberi skor sebagai berikut: (a) Pilihan jawaban a dengan skor 4. (b) Pilihan jawaban b dengan skor 3. (c) Pilihan jawaban c dengan skor 2. (d) Pilihan jawaban d dengan skor 1. 2 Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Untuk mendapatkan data tentang kecerdasan emosional siswa di MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang, peneliti mengambil data dari penyebaran angket yang disebarkan ke seluruh siswa kelas VA yang berjumlah 25 siswa pada tanggal 30 April 2015. Adapun perolehan nilai tentang kecerdasan emosional siswa di MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang dari 24 25 Fatkhur Rahman, Pintar Ibadah , 193. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI), 134. 16 penyebaran angket. Selanjutnya data dari hasil penelitian yang sudah terkumpul dilakukan analisis secara kuantitatif dan diambil kesimpulan-kesimpulan 3 Skor Variabel Keterampilan Mengajar Guru dan Gaya Belajar Visual dengan kecerdasan emosional. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban secara menyeluruh anak sebanyak 20% menyatakan sering sekali, 12% menyatakan sering, 60% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah menjelaskan materi qurban secara menyeluruh 8%. Jadi sebagian besar guru fiqih pernah menjelaskan materi qurban secara menyeluruh pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menghubungkan yang satu dengan materi yang lain sebanyak 20% menyatakan sering sekali, 20% menyatakan sering, 40% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah menjelaskan materi qurban secara menyeluruh 20%. Jadi sebagian besar guru fiqih pernah menghubungkan yang satu dengan materi yang lain pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menggunaan dalil atau aqli yang sesuai sebanyak 40% menyatakan sering sekali, 32% menyatakan sering, 28% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menggunaan dalil atau aqli yang sesuai tidak ada (0%). Jadi sebagian besar guru fiqih sering sekali menggunakan dalil dalam materi qurban pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menyampaikan tujuan dan mafaat qurban sebanyak 24% menyatakan sering sekali, 24% menyatakan sering, 48% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 4% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menyampaikan tujuan dan mafaat qurban. Jadi sebagian besar guru fiqih pernah menyampaikan tujuan dan mafaat qurban pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. 17 Responden yang menjawab tentang guru menjelaskan materi qurban kamu meperhatikan sebanyak 28% menyatakan sering sekali, 36% menyatakan sering, 32% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 4% siswa meperhatikan guru dalam menjelaskan. Jadi sebagian besar siswa sering meperhatikan meperhatikan guru dalam menjelaskan pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban penggunaan bahasanya jelas sebanyak 52% menyatakan sering sekali, 20% menyatakan sering, 24% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 4% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban penggunaan bahasanya jelas. Jadi sebagian besar sering sekali guru dalam menjelaskan materi qurban penggunaan bahasanya jelas pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban memberikan contoh sebanyak 24% menyatakan sering sekali, 32% menyatakan sering, 36% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 8% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban memberikan contoh. Jadi sebagian besar sering sekali guru dalam menjelaskan materi qurban memberikan contoh pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban memberikan kesimpulan sebanyak 12% menyatakan sering sekali, 48% menyatakan sering, 36% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 4% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban memberikan kesimpulan. Jadi sebagian besar sering sekali guru dalam menjelaskan materi qurban memberikan kesimpulan pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru setelah selasai menjelaskan materi qurban memberikan pertanyaan atau evaluasi sebanyak 36% menyatakan sering sekali, 16% menyatakan sering, 40% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 8% tentang guru setelah selasai menjelaskan materi 18 qurban memberikan pertanyaan atau evaluasi. Jadi sebagian besar pernah guru setelah selasai menjelaskan materi qurban memberikan pertanyaan atau evaluasi pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menggunakan gambar sebanyak 16% menyatakan sering sekali, 12% menyatakan sering, 48% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 24% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menggunakan gambar. Jadi sebagian besar pernah guru menjelaskan materi qurban menggunakan gambar pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menggunakan simbul sebanyak 16% menyatakan sering sekali, 16% menyatakan sering, 44% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 24% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menggunakan simbul. Jadi sebagian besar guru pernah menjelaskan materi qurban menggunakan simbol pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menyampaikan pokok permasalahan sebanyak 24% menyatakan sering sekali, 20% menyatakan sering, 44% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 12% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban menyampaikan pokok permasalahan Jadi sebagian besar guru pernah menyampaikan pokok permasalahan pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru dalam menjelaskan materi qurban mebuat pengelompokan materi, sebanyak 12% menyatakan sering sekali, 28% menyatakan sering, 52% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 8% tentang guru dalam menjelaskan materi qurban mebuat pengelompokan materi Jadi sebagian besar guru pernah mebuat pengelompokan materi pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru menggunakan spidol warna yang menarik sebanyak 8% menyatakan sering sekali, 12% menyatakan sering, 16% 19 menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 64% tentang guru menggunakan spidol warna yang menarik. Jadi guru tidak pernah menggunakan spidol warna yang menarik pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab tentang guru pernah mengajak belajar diluar kelas sebanyak 4% menyatakan sering sekali, 4% menyatakan sering, 44% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 48% tentang guru pernah mengajak belajar diluar kelas. Jadi guru tidak pernah mengajak belajar diluar kelas pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab waktu guru menjelaskan materi qurban apakah kamu meperhatikan tanpa paksaan sebanyak 16% menyatakan sering sekali, 8% menyatakan sering, 44% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 32% meperhatikan tanpa paksaan. Jadi siswa pernah meperhatikan penjelasan guru tanpa paksaan pada siswa kelas VA MI Miftahul Uulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. responden yang menjawab waktu guru menjelaskan materi qurban apakah kamu meperhatikan sungguh-sungguh sebanyak 36% menyatakan sering sekali, 20% menyatakan sering, 36% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 8% meperhatikan sungguh-sungguh. Jadi siswa pernah meperhatikan penjelasan guru tanpa paksaan pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab waktu guru menjelaskan materi qurban apakah kamu meperhatikan dengan senang hati sebanyak 12% menyatakan sering sekali, 48% menyatakan sering, 36% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 4% meperhatikandengan senang hati. Jadi siswa sering meperhatikan penjelasan guru dengan senang hati pada siswa kelas VA MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang Responden yang menjawab bisa memahami materi qurban yang dijelaskan oleh guru sebanyak 48% menyatakan sering sekali, 20% menyatakan sering, 32% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada (0% ). Jadi 20 siswa sering sekali bisa memahami materi qurban yang dijelaskan oleh guru pada siswa kelas VA MI Miftahul Uulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Responden yang menjawab yang mengikuti hari raya qurban sebanyak 48% menyatakan sering sekali, 12% menyatakan sering, 36% menjawab pernah sedangkan yang menjawab tidak pernah 4% tidak pernah mengikuti gari raya qurban. Jadi siswa sering sekali mengikuti hari raya qurban pada siswa kelas VA MI Miftahul Uulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan variasi jawaban yang telah di berikan responden dari tiap-tiap item pertanyaan yang ada dalam angket. Sedangkan untuk mengetahui tingkat persentase dari masing-masing alternatif jawaban yang dipilih responden pada tiap-tiap item pertanyaan, maka jawaban tersebut dihitung dengan menggunakan persentase. Prosentase untuk jawaban : A bernilai 4 yaitu 24, 8 %. B bernilai 3 yaitu 22 % C bernilai 2 yaitu 30,6%. D bernilai 1 yaitu 12,8%. Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan mengajar guru dan gaya belajar visual dengan kecerdasan emosional siswa pada pelajaran fiqih kelas VA MI Miftahul UlumJarak Kulon Jogoroto Jombang sangat kurang 30,6%. Analisis korelasi Y atas X1. Hubungan antara pengaruh kecerdasan emosional terhadap keterampilan mengajar guru sebesar 0, 289 tergolong sangat lemah dimana kontribusi yang diberikan hanya sebesar 8, 3521% sedangkan 91, 6479% dipengaruhi oleh faktor lain. Analisis korelasi Y atas X2. Hubungan antara gaya belajar visual terhadap kecerdasan emosional sebesar 0, 4582 tergolong sangat lemah dimana kontribusi yang diberikan hanya sebesar 20, 1% sedangkan 79, 9 dipengaruhi oleh faktor lain. Pengujian hipotesis korelasi ganda. Pengaruh secara simultan (bersama-sama antara keterampilan mengajar guru (X1) dan gaya belajar visual (X2) terhadap kecerdasan emosional (Y) sebesar 0, 124 tergolong sangat lemah dengan dengan kontribusi yang 21 diberikan bersama-sama (simultan) variabel keterampilan mengajar guru (X1) dan gaya belajar visual (X2) terhadap kecerdasan emosional (Y) sebesar 1,54% sisanya 54% dipengaruhi oleh faktor lain. Tingkat signifikasi korelasi sebesar Fhitung 0, 172 < 3, 44 Ftabel pada taraf signifikasi 0, 05 disimpulkan bahwa secara simultan tidak terdapat korelasi (hubungan) yang signifikan antara keterampilan mengajar guru dan gaya belajar visual dengan kecerdasan emosional. Kesimpulan Dari uraian bab IV tentang penyajian data dan analisis data di atas, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut : 1 Keterampilan mengajar guru dalam menjelaskan mata pelajaran fiqih MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang khususnya kelas VA pada tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 0,289 tergolong lemah dimana kontribusi yang diberikan hanya sebesar 8, 3521% sedangkan 91, 6479% dipengaruhi oleh faktor lain, bahwa dari hasil analisis Keterampilan mengajar guru dalam menjelaskan mata pelajaran fiqih MI Miftahul Ulum Jarak Kulon. 2 Gaya belajar visual siswa mata pelajaran fiqih MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang khususnya kelas VA pada tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 0, 4582 tergolong sedang dimana kontribusi yang diberikan hanya sebesar 20, 1% sedangkan 79, 9 dipengaruhi oleh factor lain. 3 Kecerdasan emosional siswa siswa mata pelajaran fiqih MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang khususnya kelas VA pada tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 0, 124 tergolong sangat lemah. 4 Pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara keterampilan mengajar guru (X1) dan gaya belajar visual (X2) terhadap kecerdasan emosional (Y) sebesar 0, 124 tergolong sangat lemah. Variabel keterampilan mengajar guru (X1) dan gaya belajar visual (X2) terhadap kecerdasan emosional (Y) sebesar 1,54% sisanya 54% dipengaruhi oleh factor lain. Tingkat signifikasi korelasi sebesar Fhitung 0, 172 < 3, 44 Ftabel pada taraf signifikasi 0, 05 disimpulkan bahwa secara simultan tidak 22 terdapat korelasi (hubungan) yang signifikan antara keterampilan mengajar guru dan gaya belajar visual dengan kecerdasan emosional. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Muhammad. 2014. Tak Hanya Sukses Tetapi Juga Bahagia. Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika. Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. RinekaCipta. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Haryanto, Dany dan Ratna Yudhawati. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya. Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: AR-Ruzz Media. Lwin, May, dkk. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Yogyakarta: PT. Indeks. Mardani. 2012. Hadis Ahkam. Jakarta. PT. Raja Grafindo. Priyatna, Andri. 2013. Pahami Gaya Belajar Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Rahman, Fatkhur. 2004. Pintar Ibadah. Surabaya: Pustaka Media. Riyanto, Yatim. 2009. Para Digma Baru Pembelajarab. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT. Grasindo. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Sa‟ud, Udin Syaefudin. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. 23 Soefandi, Indra. 2009. Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia. Taswin, Ahmad. 2007. Kurban dan Akikah. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani. Umiarso dan Abd.Wahab. 2011. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:PT. Bumi Aksara. 24