BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Sekolah bertaraf internasional adalah usaha sadar, intens, terarah, dan terencana untuk mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan (kompetensi) dan kesanggupan hidup secara lokal, regional, nasional, dan global. Ada tiga standar utama yang harus dipenuhi oleh SBI yaitu standar lulusan (output), standar proses (process), dan standar masukan (input). Menurut Depdiknas (2006: 4-5), SBI adalah sekolah nasional yang mempersiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. SBI menerapkan standar nasional pendidikan dan melakukan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu secara internasional. Olson (1994) menyatakan World Class School is bringing technology to change the future of how we learn. The future is in communication and the students who learn this lesson will be succesfull in life. By keeping schools in touch with each other all over the world, World Class Schools helps to provide enriched curricullum enhancement augmentation programs for any high school. We are working with partner schools from all over the world. The strength of our program is that it is educator friendly and educator directed. It is geared to provide your students with the experiences that heretofore were not able to be found from textbooks alone. 8 Berdasarkan definisi tersebut SBI pada dasarnya sekolah yang menerapkan teknologi untuk mengubah bagaimana belajar di masa depan. Pendidikan masa depan adalah penguasaan komunikasi, jalinan hubungan ke berbagai negara, keramahan, pembimbingan, dan kreativitas. Berdasarkan kedua pengertian di atas Rintisan SMK BI hendaknya menerapkan teknologi untuk mengubah bagaimana belajar di masa depan dan perlunya penguasaan komunikasi dalam hal ini perlunya penguasaan ICT (information and communication technology) dan penguasaan bahasa asing (bahasa Inggris), perlunya membangun networking dengan berbagai negara, dan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang dilaksanakan tamatannya mendapat pengakuan bertaraf internasional. 2. Profil Sekolah Bertaraf Internasional Sekolah bertaraf internasional bertujuan menghasilkan lulusan berkualitas internasional (Depdiknas, 2006: 8). Profil sekolah bertaraf internasional adalah tampilan sekolah yang mampu memberikan layanan pendidikan dan menghasikan lulusan berkualitas internasional sebagaimana tertuang dalam Panduan Penjaminan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Menurut Depdiknas ( 2007a: 9), Aspek jaminan mutu SBI, meliputi: a. Akreditasi Akreditasi adalah kegiatan penilaian program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 (Depdiknas, 2005: 30). Pelaksanaaan 9 akreditasi menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Menurut Depdiknas (2007a: 9) setiap Sekolah Bertaraf Internasional dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi dengan peringkat sangat baik atau dengan predikat “ A”. Dengan memperoleh “predikat A” pada setiap periode akreditasi, SMK BI menunjukkan keunggulan kinerja sekaligus merupakan pengakuan terhadap kemampuan Sekolah untuk menjamin mutu pendidikan secara optimal. SMK BI diharapkan memperoleh hasil akreditasi berperingkat baik atau berpredikat “B” dari salah satu negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan (Depdiknas, 2007a: 9). b. Kurikulum Secara bahasa kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani kuno yang biasa digunakan dalam bidang olahraga yaitu curir yang artinya pelari. Curere berarti tempat berlari, dan curriculum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari sampai garis finis yang telah ditetapkan. Istilah ini kemudian dipergunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian awal sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik untuk memperoleh ijazah. Pengertian ini mengandung dua unsur pokok, yaitu: 1) Mata pelajaran (subject matter), dan 2) Tujuan utama pendidikan atau kurikulum (Nana Sujana, 1991: 4). 10 Doll (Oliva, 1992:7) mendefinisikan kurikulum pada suatu sekolah sebagai ”the formal and informal content and process by which learners gain knowledge and understanding, develop skills, and alter attitudes, appreciations, and values under the auspices of that school”. Menurut Doll kurikulum merupakan isi baik formal maupun informal dan proses yang meningkatkan pengetahuan dan pengertian/pemahaman, mengembangkan keterampilan, dan mengubah sikap, penilaian, dan nilainilai yang menunjukkan keberhasilan sekolah. Oliver (Oliva, 1992:7) menyamakan ”the curriculum with the educational program and divided it into four basic elements:1) the program of studies, 2) the program of experience, 3) the program of services, and 4) the hidden curriculum”. Menurut Oliver kurikulum adalah program pendidikan yang dibagi menjadi empat komponen utama yaitu: 1) program belajar, 2) pengalaman belajar, 3) program pelayanan, dan 4) kurikulum yang tersembunyi. Oliva (1992: 5-6) menyatakan kurikulum mempunyai berbagai interpretasi tergantung filosofi yang dianut, antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Curriculum is that which is taught in school. Curriculum is a set of subject. Curriculum is content. Curriculum is a program of studies. Curriculum is a set of materials. Curriculum is a sequence of courses. Curriculum is a set of performance objectives. Curriculum is a course of study. Curriculum is everything that goes on within the school, including extra-class activities, guidance, and interpersonal relationships. 11 10) Curriculum is that which is taught both inside and outside of school directed by the school. 11) Curriculum is everything that is planned by school personnel. 12) Curriculum is a series of experiences undergone by learners in school. 13) Curriculum is that which an individual learner experiences as a result of schooling. Berdasarkan penjelasan di atas kurikulum merupakan: 1) apa yang diajarkan di sekolah, 2) seperangkat mata pelajaran, 3) isi/materi pelajaran, 4) sebuah program yang akan dipelajari, 5) seperangkat materi pelajaran, 6) urutan dari kursus/pelajaran, 7) seperangkat pelaksanaan sasaran yang dituju, 8) arah pendidikan, 9) segala sesuatu yang berlangsung di sekolah, 10) apa yang diajarkan baik di dalam maupun di luar sekolah yang diarahkan oleh sekolah, 11) segala sesuatu yang direncanakan oleh personel sekolah, 12) serangkaian pengalaman yang dialami siswa di sekolah, dan 13) pengalaman siswa sebagai hasil pendidikan. Menurut Depdiknas (2006: 20), “kurikulum SMK BI diperkaya (diperluas, diperkuat dan diperdalam) agar memenuhi Standar Isi SNP plus kurikulum internasional yang digali (adopsi atau adaptasi) dari berbagai sekolah mitra baik dalam negeri maupun luar negeri yang memiliki reputasi internasional”. Depdiknas (2006: 34) menjelaskan kurikulum yang harus dikembangkan SMK BI adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan kerangka dasar dan struktur kurikulum sesuai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku. 2) Program produktif dikembangkan dengan mitra kerja (LSP, Asosiasi Profesi, DU/DI, mitra internasional). 3) Program normatif menggunakan kurikulum SMK yang berlaku. 12 4) Program adaptif menggunakan kurikulum yang berlaku atau berdasarkan kesepakatan dengan mitra internasional. Depdiknas (2007a: 9) menyatakan bahwa “mutu SMK BI dijamin dengan keberhasilan melaksanakan kurikulum secara tuntas. Keberhasilan tersebut ditandai dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”. Menurut Mulyasa (2009: 5), KTSP adalah sebuah model pengembangan kurikulum berbasis sekolah yang menuntut kemandirian guru. Implementasi KTSP di setiap sekolah dapat mempunyai corak yang berbeda satu sama lain sesuai karakteristik sekolah, kondisi, dan kemampuan peserta didik, walaupun KTSP sama-sama dikembangkan berdasarkan SNP. Keberhasilan SMK BI (Depdiknas, 2007a: 10) juga ditandai dengan: 1) Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing; 2) Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan 3) Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan. c. Proses Pembelajaran Menurut Zamroni (2007: 3), ” inti dari sekolah adalah interaksi guru dan siswa, khususnya di ruang-ruang tertentu di sekolah”. Interaksi guru dan siswa tidak lain adalah proses pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu pada dasarnya merupakan upaya peningkatan mutu sekolah. Menurut Depdiknas (2007a: 10), mutu SMK BI dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses 13 pembelajaran yang efektif dan efisien. Keberhasilan tersebut ditandai dengan memenuhi Standar Proses. Depdiknas (2007f: 3) menjelaskan Standar Proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007a: 11), SMK BI diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya, dan menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. Tilaar (2002: 143) menyatakan bahwa masyarakat Eropa telah merumuskan dan melaksanakan kebijakan “semua sekolah harus sudah menerapkan e-learning.” Penerapan pembelajaran tersebut membawa konsekuensi sekolah harus menyediakan perangkat komputer, multimedia, dan koneksi internet. Selain itu, pelaksanaan e- learning menuntut kemampuan guru dalam teknologi digital. Depdiknas (2006: 50-51) menambahkan pembelajaran SMK BI menerapkan model competency base training (CBT), minimal 4 (empat) mata pelajaran produktif menggunakan pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, pembelajaran produktif dilaksanakan dengan pendekatan Production Based Training (PBT), menerapkan strategi moving class, kegiatan praktek industri dibimbing bersama pembimbing industri dan guru produktif, dan memberlakukan multi entry-multi exit system. 14 d. Penilaian Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik (Depdiknas, 2007: 1). Abdul Majid (2008: 193) menyatakan bahwa penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses pembelajaran. Dijelaskan lebih lanjut agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Menurut Depdiknas (2007a: 11), mutu SMK BI dijamin dengan keberhasilan menunjukkan kinerja pendidikan yang optimal melalui penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru untuk memantau proses berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pemenuhan Standar Penilaian. Standar penilaian pendidikan diatur dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 (Depdiknas: 2007d: 1-7). Selain itu, penilaian kinerja pendidikan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. 15 e. Pendidik “Jabatan guru sebagai pendidik merupakan satu jabatan yang amat strategis dalam menunjang proses dan hasil kinerja pendidikan secara keseluruhan” (Mohamad Surya, 2003: 197). Pernyataan tersebut mengandung makna kinerja guru berperan bagi perwujudan kinerja pendidikan secara efektif. Menurut Depdiknas (2007a: 12), mutu SMK BI dijamin dengan guru yang menunjukkan profesionalnya. kinerja Pendidik yang optimal sesuai memiliki peranan yang dengan strategis tugas karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohamad Surya (2003: 28) bahwa “Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat”. Menurut Depdiknas (2007a: 12), keberhasilan kinerja guru ditandai dengan pemenuhan Standar Pendidik, semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK, guru mata pelajaran kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris, dan minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A. Depdiknas (2006 : 28-29) menambahkan, guru mata diklat normatif, adaptif, dan produktif memiliki sertifikat sesuai dengan bidangnya, dan mampu berbahasa Inggris aktif. 16 Guru bahasa Inggris memiliki skor TOEIC > 600, guru normatif dan adaptif memiliki skor TOEIC > 450, dan guru produktif memiliki skor TOEIC > 550. Guru mampu mengajar menggunakan media elektronik sebagai alat bantu pembelajaran, mampu membuat materi pengajaran dengan media elektronik, mampu men-download materi pembelajaran dari internet, dan mampu meng-upload materi pembelajaran ke internet. Guru mata diklat produktif memiliki pengalaman mengajar sesuai dengan kompetensi yang diajarkan minimal 5 tahun dan 6 bulan on the job training di industri. f. Tenaga Kependidikan Menurut Depdiknas (2007a: 12-13), mutu SMK BI dijamin dengan kepala sekolah yang menunjukkan kinerja optimal sesuai dengan tugas profesionalnya, yaitu sebagai pemimpin manajerial-administratif dan pemimpin manajerial-edukatif. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pemenuhan Standar Kepala Sekolah. Menurut Permendiknas No 13 (Depdiknas, 2007c : 7-11), Kepala Sekolah memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuannya. Davis & Newstrom (1985: 149) menjelaskan ada tiga ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu : technical skill (keterampilan teknis), human skill (keterampilan manusiawi), dan conceptual skill (keterampilan konseptual). Untuk mendukung pelaksanaan tugas, Depdiknas (2007a: 13) mempersyaratkan sebagai berikut: 17 1) Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A, dan telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah; 2) Kepala sekolah mampu berbahas Inggris secara aktif; dan 3) Kepala sekolah bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat. Dalam penyelenggaraan SBI diperlukan tenaga pendukung. Tenaga pendukung terdiri dari pustakawan, laboran atau teknik bengkel, programer komputer, kepala TU dan tenaga administrasi (Depdiknas, 2006: 21). Menurut Depdiknas (2006: 30-34), Kepala Tata Usaha berpendidikan minimal S1 diutamakan jurusan administrasi, memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan skor TOEIC > 450, mampu mengoperasikan komputer untuk administrasi, menggunakan berbagai informasi untuk pengambilan keputusan bidang administrasi, dan bersertifikat bidang administrasi. Kepala keuangan berpendidikan D3 Akuntansi, mampu mengoperasikan sistem akuntansi, mampu melakukan data entry dan menghasilkan laporan keuangan manual maupun berbasis komputer, mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris dengan skor TOEIC > 450, mampu mengoperasikan komputer untuk aplikasi perangkat lunak (software) yang berkaitan dengan keuangan dan akuntansi, mampu mengoperasikan internet, dan memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun sebagai tenaga administrasi keuangan dan akuntansi. 18 g. Sarana dan Prasarana Sekolah yang bermutu ditandai dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu. Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu SMK BI harus memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi standar. Menurut Depdiknas (2007a: 13), mutu Rintisan SMK BI dijamin dengan kewajiban sekolah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana. Standar sarana dan prasarana diatur dalam Permendiknas Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 (Depdiknas: 2007e : 43-76). Depdiknas (2007a: 13) menambahkan, keberhasilan SBI ditandai dengan: 1) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK; 2) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia; dan 3) Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya. Menurut Depdiknas (2006: 41), Rintisan SMK BI dilengkapi dengan infrastruktur meliputi: jalan, listrik, intercom, telepon, air bersih, saluran pembuangan, pengolahan limbah cair dan padat, pos keamanan, dan pagar sekolah. Menurut Depdiknas (2009: 100), sarana pembelajaran berupa buku harus terpenuhi. SMK BI harus menyediakan buku siswa dengan perbandingan perjudul 1:1. Sekolah harus menyediakan buku referensi berbahasa asing sesuai dengan kebutuhan program keahlian. Tersedia buku 19 untuk guru dengan perbandingan setiap judul 1:1 sesuai program keahlian. Di samping itu juga tersedia buku teks atau referensi yang berbahasa asing dan berbahasa Indonesia. h. Pengelolaan Pengelolaan SMK BI merupakan pengelolaan sebuah organisasi, karena di dalamnya terdapat proses kerjasama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman (2006: 129) yang menyatakan bahwa organisasi adalah proses kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Hal yang senada disampaikan Stoner & Freeman (2000: 4) bahwa organization is two or more people who work together in a structured way to achieve a specific goal or set of goals. Menurut Depdiknas (2007b : 5-9), sebagai organisasi SMK BI memiliki visi dan misi sekolah, Renstra pengembangan sekolah, dan rencana tahunan beserta RAPBS/RAKS. 1) Visi dan Misi Sekolah Menurut Stevens (Zamroni, 2007: 34), visi adalah gambaran khas yang bisa mengundang ketertarikan orang banyak. Bush (2000: 10) mendeskripsikan vision refers to a desirable future state of the organization. It relates to the intended purpuses of the school or college, expressed in terms of values and clarifying the direction to be taken by the institution. It should be inspirational so that organizational members are motivated to work towards it with pride and enthusiasm. 20 Berdasarkan pernyataan di atas visi merupakan pernyataan masa depan organisasi yang diharapkan, berhubungan dengan tujuan yang direncanakan, diekspresikan dalam nilai-nilai, dan inspiratif, sehingga anggota organisasi termotivasi untuk bekerja dengan bangga dan antusias. Menurut Depdiknas (2006:7-8), visi SBI adalah terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitf secara internasional. Visi tersebut akan diwujudkan melalui misi. Misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional, mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Adapun tujuan penyelenggaraan SBI adalah menghasilkan lulusan yang berkelas internasional. Visi sekolah harus dirumuskan bersama semua warga sekolah. Visi sekolah merupakan cita-cita bersama yang akan diperjuangkan oleh semua warga sekolah, dan harus terdokumentasi secara baik di tempat-tempat strategis agar mengingatkan semua warga setiap akan melakukan aktivitas di sekolah. Untuk mewujudkan visi, sekolah harus menjabarkan menjadi misi. Bush & Coleman (2000: 12) mendeskripsikan Mission is another term which is often used to express the purpose of organizations. It is used to explain overall aims and philosophy and is often capture in a short sentence or passage. It is usually expected to be memorable and provide a guide to action for members of the organization. While it is sometimes used interchangeably with „vision‟, mission is usually regarded as a more specific expression of the values of the institution; a vehicle for translating the inspiration into reality. Berdasarkan penjelasan di atas, misi digunakan untuk mengungkapkan tujuan organisasi, menjelaskan keseluruhan arah dan filosofi, diungkapkan dalam kalimat pendek agar dapat diingat, dan memberikan panduan 21 tindakan para anggota. Misi merupakan ungkapan yang lebih spesifik tentang nilai-nilai institusi yang menterjemahkan visi menjadi kenyataan. Realisasi misi sekolah menjadi tanggung jawab bersama di bawah kepemimpinan kepala sekolah. Sebagaimana pada visi sekolah, misi sekolah juga harus terdokumentasi secara baik, dan terpampang di tempat yang strategis. 2) Rencana strategis (Renstra) pengembangan sekolah Renstra pengembangan sekolah biasanya berjangka waktu 4 tahun sampai dengan 5 tahun. Renstra juga sering disebut dengan rencana atau program jangka menengah sekolah. Renstra sekolah merupakan program operasional sekolah sebagai tindak lanjut dari visi dan misi sekolah. Perumusan renstra harus melibatkan semua komponen warga sekolah, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, kepala tata usaha sekolah, guru, siswa dan komite sekolah. Renstra digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan program tahunan sekolah. 3) Rencana Tahunan dan RAPBS/RKAS Rencana tahunan adalah rencana tindakan (action plan) yang merupakan bagian penjabaran rencana strategis sekolah. Rencana tahunan memuat program, sasaran target, kegiatan, jadwal dan anggaran yang diperlukan. Perumusan rencana tahunan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, kepala tata usaha, guru, siswa, dan komite sekolah). Dalam hal pengelolaan keuangan, sekolah harus memiliki sistem anggaran 22 yang mencakup rencana, pengendalian, dan sistem pelaporan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam manajemen Rintisan SMK BI, teknologi informasi dan komunikasi mempunyai peran sangat penting dan dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat vital. Profil teknologi informasi dan komunikasi bagi Rintisan SMK BI adalah melaksanakan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dan terkomputerisasi. Sekolah minimal memiliki website dan pangkalan data (data base), meliputi: kesiswaan, kepegawaian, sarana prasarana, dan perpustakaan. Semua komputer yang dimiliki sekolah telah terhubung dalam suatu sistem jaringan lokal (LAN) dan internet (Depdiknas, 2006: 24). Menurut Depdiknas (2007a: 14), mutu SMK BI dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan. Mulyasa (2003: 11) menyatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Depdiknas (2001: 10) mendefinisikan Manajemen Berbasis Sekolah adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan suatu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. 23 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan model penyelenggaraan pendidikan yang memberi otonomi lebih besar kepada sekolah untuk meningkatkan mutu secara efisien dengan mendorong keterlibatan masyarakat. Syaiful Sagala (2009: 165) menyatakan bahwa “keefektifan MBS akan terwujud jika pengelola pendidikan mampu memberdayakan stakhoders dalam menentukan kebijakan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan sekolah”. Menurut Depdiknas (2007a: 14), keberhasilan pengelolaan sekolah ditandai dengan pemenuhan Standar Pengelolaan, dan keberhasilan meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya. Pengelolaan (manajemen) pelaksanaan Rintisan SMK BI menerapkan sistem manajemen mutu yang bertaraf internasional. Salah satu model manajemen mutu bertaraf internasional adalah dengan ISO: 9001: 2000 atau sesudahnya. Menurut Husaini Usman (2006: 439), ISO seri tersebut berisi tentang sistem manajemen mutu (SMM) dan persyaratan-persyaratan. Husaini Usman (2006: 447) menjelaskan dalam SMM, dokumen dan rekaman merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sertifikat dipersyaratkan meliputi: ISO 9001: a) dokumen 2000. Dokumen yang tingkat I: Pedoman Mutu, b) dokumen tingkat II: Prosedur Mutu, c) dokumen tingkat III: Instruksi Kerja, dan d) dokumen tingkat IV: Dokumen Pendukung Rekaman. Untuk mendapatkan sertifikat ISO harus dilakukan pengendalian dokumen dan 24 rekaman yang akurat dan lengkap. Dengan demikian pengelolaan Rintisan SMK BI harus menerapkan manajemen ISO 9001: 2000 atau sesudahnya yang dilaksanakan dengan pola MBS. i. Pembiayaan Menurut Depdiknas (2006: 79-80), pengembangan Rintisan SMK BI membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Untuk menuju ke standar internasional yang sesungguhnya semua komponen sekolah harus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Upaya tersebut selalu berujung pada kebutuhan beaya atau dana. Rintisan SMK BI harus memiliki sumber dana yang memadai. Dana yang dibutuhkan dapat bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan dari masyarakat ( Komite Sekolah, sponsor Dunia Industri/Dunia Usaha). Menurut Depdiknas (2006: 46-47), SMK BI memiliki Unit Produksi sebagai wujud bidang usaha sekolah yang relevan dengan Program Keahlian yang diselenggarakan. Unit produksi sekolah mempunyai fungsi sebagai sumber pendapatan sekolah dan sebagai wahana belajar warga sekolah. Keuntungan Unit Produksi dapat digunakan untuk kesejahteraan warga sekolah, mendukung dana operasional sekolah, pengembangan SDM, dan kegiatan sosial kemasyarakatan dengan besar sesuai kesepakatan bersama. Menurut Depdiknas (2007a: 14), mutu SBI dijamin dengan pembiayaan yang sekurang-kurangnya terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Pembiayaan. Selain itu, 25 keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan, yaitu menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan. 3. Tahapan Penyelenggaraan SMK BI Menurut Depdiknas (2007a: 17-19), penyelenggaraan SBI melalui dua tahapan atau fase, yaitu: a. Fase Rintisan Fase rintisan terdiri dua tahap, yaitu: 1) tahap pengembangan kemampuan/kapasitas sumberdaya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan, dan 2) tahap konsolidasi. Pengembangan kemampuan/ kapasitas sumberdaya manusia dilakukan terhadap guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya dengan cara menilai kondisi yang ada dan menindaklanjuti dengan pelatihan atau studi banding ke penyelenggara SBI yang telah berjalan baik (well-established). Pengembangan dan modernisasi manajemen sekolah dilakukan untuk mengubah manajemen sekolah yang tradisional menjadi manajemen sekolah yang modern dengan melibatkan dan/atau memerankan komite sekolah. Pengembangan dan modernisasi kelembagaan dilakukan dengan melengkapi infrastruktur sekolah yang mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT). b. Fase Kemandirian Pada fase kemandirian pengembangan SMK BI diharapkan sudah mampu bersaing secara internasional. Indikator keberhasilannya ditunjukkan oleh daya saing yang tangguh dalam lulusan, kurikulum, 26 proses belajar dan mengajar, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan. Selain itu, SMK BI telah mencapai fase kemandirian apabila: 1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah, 2) kemampuan berpikir dan kesanggupan bertindak secara orisinal dan kreatif dalam penyelenggaraan SBI, 3) Kemantapan SBI untuk bersaing di forum internasional. 4. Hasil (Output) Rintisan SMK BI Menurut Suyanto (2002: 100-101), kualitas outcome pendidikan perlu mengacu pada ukuran-ukuran yang bersifat internasional. Pendidikan nasional hendaknya menghasilkan generasi yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi pada era persaingan global. Menurut Kenichi Ohmae (Suyanto, 2002: 102), dalam kehidupan dunia global yang semakin menunjukkan ke arah bonderless world (dunia tanpa batas), suatu negara akan kuat manakala ia mampu merespon secara fungsional fenomena 4 ”I‟s” yang terdiri dari: 1) Investment (Investasi), 2) Industry (industri), 3) Information technology (teknologi informasi), 4) Individual consumers (konsumen individu). Untuk mewujudkan sumberdaya insani yang berdaya saing internasional kualitas peserta didik SMK BI perlu diperhatikan sejak awal masuk, pembinaan selama proses sampai dengan siswa tersebut tamat/lulus. Menurut Depdiknas (2006: 20), siswa baru Rintisan SMK BI diseleksi secara ketat mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian, dan kesehatan 27 fisik. Mereka dipilih dari anak yang memiliki potensi kecerdasan unggul yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Lebih lanjut dijelaskan (Depdiknas, 2006: 43), seleksi penerimaan siswa baru harus memenuhi persyaratan akademik dan persyaratan nonakademik. Persyaratan akademik mengacu pada nilai ujian nasional dengan nilai minimal untuk matematika 6.0, bahasa Inggris 7.0, dan bahasa Indonesia 7.0. Selama menjalani proses pendidikan dan pelatihan di sekolah, siswa SMK BI menunjukkan disiplin tinggi, tidak terlibat Napsa, dan kenakalan remaja. Selain itu, siswa SMK BI mengikuti minimal satu kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minatnya. Lulusan SMK BI harus menunjukkan kompetensi bertaraf nasional plus internasional sekaligus. Hal ini dibuktikan oleh penguasaan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan penguasaan kompetensi kunci yang diperlukan dalam dunia global, yaitu kompetensi untuk bersaing dan berkolaborasi secara global meliputi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi mutakhir, dan kompetensi berkomunikasi (Depdiknas, 2006: 17). Menurut Depdiknas (2006: 52-53), output SMK BI diukur dari dua aspek, yaitu aspek akademis dan aspek nonakademis. Aspek akademis meliputi nilai ujian, sertifikat kompetensi, dan penghargaan. Sedangkan aspek nonakademis meliputi keunggulan tamatan, prestasi sekolah, kepala sekolah dan guru memiliki kemampuan sebagai nara sumber sekolah sekitar, dan Guru Produktif sebagai asesor untuk SMK lain. 28 Siswa SMK BI diharapkan memperoleh nilai ujian nasional (UN) di atas rata-rata provinsi (Depdiknas, 2006: 52). Menurut laporan LPMP Jawa Tengah (2009), nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Produktif (kejuruan) Provinsi Jawa Tengah pada UN SMK 2008/2009 adalah 7.23, 7.17, 7.79, dan 8.61 dengan rata-rata total 7.70. SMK Negeri 1 Temanggung sebagai salah satu sekolah Rintisan SMK BI harus memiliki nilai rata-rata UN di atas nilai rata-rata Provinsi Jawa Tengah tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SMK N 1 Temanggung yang telah ditetapkan sebagai SMK BI hendaknya memiliki keunggulan aspek akademik dan nonakademik dibanding SMK lainnya. Prestasi akademik ditunjukkan oleh rata-rata nilai UN di atas rata-rata Provinsi, memperoleh sertifikat kompetensi baik tingkat nasional maupun dari negara maju, dan memenangkan lomba-lomba akademik. Sedang prestasi nonakademik ditunjukkan oleh tamatan yang memiliki kepribadian unggul, kepala sekolah dan guru menjadi nara sumber bagi sekolah sekitar dan guru produktif menjadi asesor bagi SMK lain. 5. Keefektifan Menurut Chung dan Maginson (Mulyasa, 2003: 82), ”Efektiveness means different to different people.” Keefektifan adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. 29 Keefektifan biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan (Mulyasa, 2009:173). Keefektifan manajemen pelaksanaan Rintisan SBI sebagaimana keefektifan pendidikan pada umumnya dapat dilihat berdasarkan teori sistem. Berdasarkan teori sistem, kriteria keefektifan harus mencerminkan keseluruhan siklus input-process-output. Lipham dan Hoeh (Mulyasa, 2003: 83) meninjau keefektifan suatu kegiatan dari faktor pencapaian tujuan yang memandang bahwa keefektifan berhubungan dengan pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian tujuan pribadi. Suatu organisasi dan lembaga, termasuk sekolah dikatakan efektif jika tujuan bersama dapat dicapai dan belum bisa dikatakan efektif meskipun tujuan individu yang ada di dalamnya dapat dipenuhi. 6. Manajemen Terry (1977: 4) mendefinisikan, ”management is distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to determine and accompolish stated objectives by the use of human beings and other resources”. Definisi ini mengandung arti bahwa manajemen adalah proses yang nyata terdiri planning, organizing, actuating, dan controlling. Bila dikaji lebih rinci, kegiatan itu terdiri dari dua hal pokok. Pertama, adalah aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kedua, aktivitas-aktivitas itu dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam organisasi didukung oleh sumber-sumber daya yang lain. Sumber daya yang ada 30 difokuskan dalam fungsi manajemen yang sangat fundamental yakni fungsi planning, organizing, actuating dan controlling, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pendapat lain tentang manajemen dikemukakan oleh Stoner & Freeman (2000: 6) bahwa „„management is the process of planning,organizing, leading, and controlling the efforts of organization members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals‟‟. Berdasarkan pendapat tersebut manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha dari anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumberdaya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hal yang sama dikemukakan oleh Gibson, et al., 2003, Dressler, 2003, dan Casio, 2003 (Husaini Usman, 2007: 35) bahwa fungsi manajemen meliputi planning, organizing, leading, and controlling. Berdasarkan definisi-definisi manajemen yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua konsep fundamental yang tercakup dalam manajemen. Pertama, adanya tujuan yang ditetapkan. Kedua, adanya aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang ada dalam organisasi dengan didukung oleh sumber-sumber daya yang ada dalam organisasi. Kedua hal tersebut merupakan unsur-unsur organisasi yang tidak terpisah satu sama lain. Fungsi manajemen merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh organisasi, sedangkan tujuan merupakan terminal yang dituju oleh organisasi. Sumber daya yang ada difokuskan dalam fungsi-fungsi 31 manajemen, yaitu: planning, organizing, leading, dan controlling yang berujung pada tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Keefektifan manajemen pelaksanaan Rintisan SMK BI pada dasarnya kegiatan evaluasi terhadap keberhasilan fungsi-fungsi manajemen pelaksanaan Rintisan SBI di SMK. Aspek yang diukur meliputi keefektifan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), dan pengendalian (controlling) implementasi program, dan hasil pelaksanaan Rintisan SBI di SMK. a. Perencanaan (Planning) Menurut Ivancevich, Donnelly & Gibson (1989: 6), ”Planning activities determine an organization‟s objectives and establish the appropriate strategies for achieving those objectives”. Berdasarkan pengertian di atas perencanaan merupakan tahap menetapkan tujuan dan mengembangkannya menjadi peta kerja yang menunjukkan cara-cara bagaimana tujuan dapat dicapai. Menurut Schoderbek, Cosier, & Aplin (1988: 16), “planning activities consist of forecast, sets objectives, establishes and interprets policies, develops programs to reach objectives, establishes schedules, develops procedures, prepares budgets, and develops standards”. Berdasarkan pengertian di atas aktivitas dalam perencanaan meliputi: 1) Ramalan masa depan, 2) menentukan tujuan, 3) menentukan dan menginterpretasikan kebijakan, 4) mengembangkan program untuk mencapai tujuan, 32 5) menentukan jadwal, 6) mengembangkan prosedur, 7) menyiapkan anggaran, dan 8) menentukan standar. Menurut Depdiknas pelaksanaan SBI memenuhi (2007a: 9-14), aspek jaminan mutu Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Standar Internasional (SI), meliputi: pengelolaan, akreditasi, kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan. SMK BI hendaknya memenuhi indikator kunci minimal dari SNP dan indikator kunci tambahan dari SI. Oleh karena itu, perencanaan komponen-komponen program Rintisan tersebut harus tercakup dalam SBI. Perencanaan Program RSBI menurut pedoman penjaminan mutu SBI adalah pemenuhan SNP dan SI berikut. 1) Pengelolaan a) Memenuhi standar pengelolaan. (1) visi-misi bercirikan keunggulan. (2) misi beruraikan upaya menjalankan indikator keunggulan. (3) tujuan berkaitan dengan tahapan untuk mewujudkan visi. (4)memiliki rencana kerja jangka menengah dan jangka tahunan. b) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya. c) Merupakan sekolah multi kultural. d) Menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri. e) Bebas narkoba dan rokok. f) Bebas kekerasan (bullying). g) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah. 2) Akreditasi a) Berakreditasi A dari BAN SM. b) Berakreditasi minimal B dari salah satu negara anggota OECD. 3) Kurikulum a) Menerapkan KTSP. 33 b) c) d) e) Memenuhi Standar Isi. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan. Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis ICT (TIK). Memberikan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan mata pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negera OECD atau negara maju lainnya. f) Menerapkan standar kelulusan lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan. 4) Proses Pembelajaran a) Memenuhi Standar Proses. b) Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah lain dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator. c) Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. d) Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. 5) Penilaian a) Memenuhi standar penilaian. b) Diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. 6) Pendidik a) Memenuhi standar pendidik. b) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK. c) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu menggunakan pembelajaran berbahasa Inggris. d) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. 7) Tenaga Kependidikan a) Memenuhi standar tenaga kependidikan. b) Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan Kepala Sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah. c) Kepala sekolah mampu berbahasa Inggris secara aktif. d) Kepala sekolah bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat. 34 8) Sarana dan Prasarana a) Memenuhi standar sarana dan prasarana. b) Memenuhi standar ruang kelas. c) Ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. d) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia. e) Memenuhi standar ruang penunjang. f) Dilengkapi ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya. 9) Pembiayaan a) Memenuhi standar pembiayaan, dan b) Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan. Berdasarkan uraian tersebut keefektifan perencanaan program Rintisan SBI diukur dari ketercakupan pemenuhan indikator kunci minimal dan indikator kunci tambahan dari aspek SNP yang merupakan jaminan mutu pelaksanaan SBI sebagaimana profil SMK BI yang diharapkan. b. Pengorganisasian (Organizing) Rintisan SBI merupakan sebuah organisasi. Untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan diperlukan fungsi manajemen pengorganisasian. Pengorganisasian berkaitan dengan pembuatan tugas, pengelompokan tugas dalam bagian-bagian dan pengalokasian sumbersumber daya demi tercapainya tujuan, ”… the purpose of the organizing function is to create a structure of task and authority relationship that serves this purpose” (Ivanchevich, Donnelly & Gibson, 1989: 6). Hal senada disampaikan Handoko (Husaini Usman, 2006: 128) bahwa 35 pengorganisasian adalah 1) cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif terhadap sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi. Husaini Usman (2006: 149-158) menjelaskan bahwa pengembangan struktur organisasi berkaitan dengan pembagian pekerjaan (Division of labor), yaitu pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab melaksanakan tugas masing-masing. Dengan pembagian tugas pekerjaan, setiap orang di dalam organisasi diharapkan memahami siapa bertugas apa dan bertanggung jawab kepada siapa, apa yang dilakukannya, bilamana dilakukan, di mana dilakukan, bagaimana melakukan, dan bagaimana biayanya. Pembagian tugas hendaknya dilakukan secara adil, yaitu memperhatikan profesionalisme dan proporsionalisme. Adapun pendelegasian kekuasaan adalah penyerahan hak untuk mengambil keputusan. Sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan tugasnya. Hal ini sesuai pendapat Weber (Lunenburg & Ornstein, 2000: 27-29) yang menyatakan The ideal bureaucracy posseses the following characteristics. 1) Division of labor. Divide all tasks into highly specialized jobs. Give each jobholder the authority to perform these duties. 2) Rules. Perform each task according to a concistent system of abstract rules. This practice helps ensure that task performance is uniform. 3) Hierarchy of Authority. Arrange all positions according to the organization to the bottom. principle of hierarchy. Each lower office is under the control of a higher one, and there is a clear chain of commond from the top of the organization to the bottom. 4) Impersonality. Maintain an impersonal attitude toword subordinates. This social distance between managers and 36 subordinates ensure that rational considerations are the basis for decision making, rather than favoritism or prejudices. 5) Competence. Base employment on qualification and give promotions based on job-related performance. As a corollary, protect employees from arbitrary dismissal, which should result in a high level of loyalty. Hal senada dinyatakan oleh Anonymous (2009: 1) bahwa “ Effective organizing depend on the mastery of several important concepts: work specialization, chain of command, authority, delegation, span of control, and centralization versus decentralization “ Berdasarkan uraian di atas pengorganisasian yang efektif dapat diukur dari: 1) Division of labor/work specialization Pembagian tugas pelaksanaan program (pembagian pekerjaan) Rintisan SBI. Pelaksanaan diperlukan dalam Standar Nasional Pendidkan dan kriteria tambahannya tidak mungkin dikerjakan satu orang dengan kompetensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, agar semua tugas yang ada dapat dikerjakan secara efektif dan efisien diperlukan pegawai sesuai spesialisasi tugas yang harus dikerjakan. 2) Rules Peraturan yang jelas diperlukan untuk pelaksanaan tugas, sehingga menjamin performan (kinerja) yang seragam. 3) Hierarchy of Authority Struktur organisasi menganut prinsip hirarkhi kewenangan dimana bawahan dikontrol atasannya, dan rantai komando jelas dari atas ke bawah. 37 4) Impersonality Menjaga sikap secara umum terhadap bawahan. Kesenjangan/jarak sosial antara manajer dan bawahan menjamin tenggang rasa/perhatian yang masuk akal sebagai dasar pengambilan keputusan daripada rasa pilih kasih atau kecurigaan. 5) Competence Prinsip dasar penempatan pegawai adalah kualifikasi dan pemberian promosi didasarkan pada kinerja jabatan sejenis (job-related). Akibatnya pegawai terlindungi dari pemecatan sewenang-wenang dan akhirnya pegawai mempunyai kesetiaan yang tinggi. c. Pengarahan (Leading) Pengarahan adalah aktivitas bagaimana seorang manajer mampu mempengaruhi dan memotivasi pegawai sehingga mereka bekerja secara optimal demi tercapainya tujuan organisasi. Kemampuan mempengaruhi dan memotivasi ini sangat diperlukan oleh seorang manajer untuk mengkomunikasikan tujuan kepada pegawai dan memberdayakannya sehingga pegawai bertindak atas dasar keinginannya untuk mencapai tujuan organisasi, bukan atas dasar keterpaksaan. ”… the leading function focuses directly on the people in the organization, since its major purpose is to channel human behavior toward accomplishing organizational goals” (Ivanchevich, Donnelly, & James, 1989: 7). Robins (2001: 3) menjelaskan bahwa kegiatan dalam pengarahan ini antara lain: 1) memotivasi pegawai, 2) melatih dan mengembangkan pegawai, 38 3) mengembangkan komunikasi, dan 4) menentukan gaya kepemimpinan personal. Indikator Keefektifan pengarahan dapat diukur dari fungsi kepemimpinan dalam: 1) Memotivasi pegawai, antara lain: a) Kasek mengenali perbedaan kebutuhan individu. b) Kasek memotivasi sesuai perbedaan individu. c) Kasek memberikan ganjaran kepada pegawai yang berprestasi. 2) Melatih dan mengembangkan pegawai Dalam rangka peningkatan mutu sekolah, tenaga kependidikan memiliki peran yang besar. Tenaga kependidikan yang berkualitas akan mampu memberikan pelayanan optimal dan menjadi aset bagi sekolah untuk mewujudkan kualitas sekolah bertaraf internasional. Aspek yang dilatihkan hendaknya sesuai dengan tuntutan kebutuhan SMK BI antara lain: a) Peningkatan kemampuan berbahasa asing. b) Peningkatan kemampuan di bidang TIK. c) Peningkatan kompetensi profesi. 3) Mengembangkan komunikasi Husaini Usman (2006: 345) menyatakan bahwa Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi. Hasil penelitian seorang pakar komunikasi menyimpulkan bahwa sekitar 75%-90% waktu kerja digunakan pimpinan atau manajer untuk berkomunikasi. Jika dua orang atau lebih bekerja sama maka perlu adanya komunikasi antar mereka. Makin baik komunikasi mereka, makin baik pula kemungkinan kerja sama mereka. 39 Aspek-aspek yang dikembangkan pada Rintisan SMK BI antara lain: a) Memahami fungsi komunikasi. b) Memahami prinsip komunikasi. c) Memahami hambatan komunikasi. d) Melakukan komunikasi yang efektif. 4) Menentukan gaya kepemimpinan Menurut Abu-Duhou (2002: lll), karakteristik leadership sangat penting dalam keberhasilan manajemen berbasis sekolah (MBS). Pelaksanaan SBI tidak lepas dari MBS. Selain itu, para pemimpin yang berkualitas dari berbagai negara mereka menerapkan tipe kepemimpinan transformasional. Nurkolis (2003: 172) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional dicirikan dengan adanya proses untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran. Bass, Bennis dan Nanus (Reinhartz & Beach, 2004: 34) menjelaskan pemimpin transformasional mempunyai ciri visioner dan inspirasional. ...”transformational leaders as visionary and inspirational”. Sedangkan Hoy dan Miskel (Reinhartz & Beach, 2004: 34) menjelaskan bahwa Transformational leaders exhibit the following traits: a) Define the need for change. b) Create new visions and muster commitment to the visions. c) Concentrate on long-term goals. d) Inspire followers to transcend their own interests for higher order goals. e) Change the organization to accommodate a new vision, rather than work within the existing one. f) Mentor followers to take greater responsibility for their own development and that of others. Followers become leaders and 40 leaders become change agents, and ultimately transform the organization. Berdasarkan penjelasan di atas pemimpin transformasional mempunyai ciri-ciri: 1. Menentukan kebutuhan untuk berubah. 2. Menciptakan visi-visi baru dan mengerahkan komitmen untuk visi tersebut. 3. Memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan jangka panjang. 4. Memberi inspirasi kepada para pengikut untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. 5. Mengubah organisasi untuk menampung visi baru, bukan bekerja dengan yang sudah ada. 6. Membimbing pengikut untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar bagi perkembangan diri sendiri maupun perkembangan orang lain. Pengikut menjadi pemimpin dan pemimpin menjadi agen perubahan dan mampu mentransformasikan ke organisasi. Alternatif tipe kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi sekolah dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard (Lunenburg & Ornstein, 2000:145-146). The key for leadership effectiveness in Hersey and Blanchard‟s model is to macth the situation with the appropriate leadership style. Four basic leadership styles are in the model: directing, coaching, supporting, and delegating. a) Directing style. This is a high-task, low-relationship style and is effective when subordinates are low in motivation and ability. 41 b) Coaching style. This is a high-task, high-relationship style and is effective when subordinates have adequate motivation but low ability. c) Supporting style. This is low-task, high-relationship style and is effective when subordinates have adequte ability but low motivation. d) Delegating style. This is low-task, low-relationship style and is effective when subordinates are very high in ability and motivation. Menurut Lunenburg & Ornstein (2000:145-146), kunci kepemimpinan yang efektif model Hersey dan Blanchard adalah memadukan situasi dengan gaya kepemimpinan yang sesuai. Ada empat dasar gaya kepemimpinan pada model tersebut, yaitu: directing, coaching, supporting, and delegating. Directing style adalah tinggi-tugas rendahhubungan akan efektif bila bawahan memiliki motivasi dan kemampuan rendah. Coaching style adalah tinggi-tugas dan tinggi-hubungan akan efektif bila bawahan memiliki motivasi cukup, tetapi kemampuannya rendah. Supporting style adalah rendah-tugas, tinggi-hubungan akan efektif bila bawahan memiliki kemampuan cukup, tetapi motivasi rendah. Delegating style adalah tipe rendah-tugas, rendah-hubungan akan efektif bila bawahan memiliki kemampuan dan motivasi sangat tinggi. Model kepemimpinan Hersey dan Blanchard dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dipilih sebagai gaya kepemimpinan di Rintisan SMK BI mengingat program SBI merupakan hal baru, sehingga pemahaman dan tingkat ketertarikan (motivasi) warga sekolah dapat beragam. 42 Pengarahan pegawai dilakukan berdasarkan tingkat kematangannya. Pegawai dengan tingkat kematangan rendah dengan ciri tidak berkemampuan dan tidak berkemauan diberi pengarahan/intruksi untuk memperjelas tugas dan keputusan dibuat oleh manajemen. Pegawai dengan tingkat kematangan sedang dengan ciri tidak berkemampuan tetapi berkemauan diberi pengarahan bagaimana melaksanakan tugas dan keputusan diambil oleh manajemen. Pegawai dengan tingkat kematangan sedang dengan ciri berkemampuan tetapi tidak berkemauan pegawai didengar pendapatnya dan diberi kesempatan mengambil keputusan. Pegawai dengan kematangan tinggi dengan ciri berkemampuan dan berkemauan diberi gambaran umum tentang tugas yang harus dilaksanakan dan diberi kesempatan mengambil keputusan. d. Pengendalian (Controlling) Menurut Husaini Usman (2006: 400), ”pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.” Pengendalian dilakukan agar kegiatan organisasi tidak menyimpang dari tujuan. Pengendalian dilakukan melalui pengawasan. Pengawasan berkaitan dengan monitoring aktivitas pegawai, menjaga organisasi pada arah yang tidak menyimpang dari tujuan organisasi dan melakukan koreksi bila diperlukan. Pengawasan adalah kegiatan meyakinkan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi sudah dilaksanakan sesuai rencana. Aktivitas dalam pengawasan meliputi: 1) mengevaluasi hasil kegiatan, 43 2) melakukan tindakan koreksi, 3) melakukan penilaian tingkah laku, 4) melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan, dan 5) memonitor pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada tujuan secara terus-menerus. 7. Evaluasi Manajemen Pelaksanaan Rintisan SBI Ada beberapa model Evaluasi manajemen satu di antaranya adalah model pencapaian tujuan (Goal Attainment model/Goal Oriented Evaluation) yang dikembangkan oleh Tyler. Menurut Kaufman & Thomas (1980: 126127), The emphasis of Tyler‟s Goal Attainment model of evaluation is on the determination of the extent to which the goals defined for the program have been attained. The important firts step in the use of this model is specification of the goals. A distinctive feature of this model is the devising of goals in terms of the student, society, and subject matter. Each goal ... is transcribed into a behavioral objective that is measurable.... Thus, the thrust of the goal attainment model is the evaluation of the result of the instruction, or the extent to which the goals, stated in terms of behavioral objectives, were achieved.Since results must be measured before the decisions can be made, the concern with measurement early in the planning stages is very important. Model ini menekankan peninjauan tujuan sejak awal kegiatan dan pada saat kegiatan berlangsung secara berkesinambungan. Evaluasi dilakukan untuk mengecek seberapa jauh tujuan sudah terlaksana di dalam pelaksanaan program (Suharsimi Arikunto & Cepi, 2008: 41). B. Kajian Penelitian yang Relevan Menurut Mortimore (Fidler, 2005: 72), hasil penelitian dari proyek Sekolah Menengah Pertama (Junior School Project) pada 50 Sekolah Dasar di London pada tahun 1980 faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan sekolah bertaraf internasional, yaitu: 44 1. Purposeful leadership of the staff by the headteacher (kepemimpinan staf yang bertujuan oleh kepala sekolah). 2. Involvement of the deputy head (keterlibatan wakil kepala). 3. Involvement of teachers (keterlibatan para guru). 4. Consistency among teachers (konsistensi di antara guru). 5. Structure sessions (sesi / pelajaran yang terstruktur). 6. Intellectually challenging teaching (pengajaran yang secara intelektual menantang). 7. Work-centred environment (lingkungan yang terpusat pada pekerjaan). 8. Limited focus within sessions maximum communication between teacher and students (topik terbatas dalam komunikasi antara guru dan siswa). 9. Record-keeping (penyimpanan catatan). 10.Parental involvement (keterlibatan orang tua). 11.Positive climate (iklim yang positif). Samsons, Hillman & Mortimore (Fidler, 2005: 72) menyebutkan faktor-faktor yang lebih populer berdasarkan kajian literatur dari Amerika yang dipersiapkan oleh Offise for Standar in Education (OFSTED) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Profesional leadership (kepemimpinan yang profesional). Shared vision and goals (visi dan tujuan bersama). A learning environment (lingkungan belajar). Concentration on teaching and learning (konsentrasi pada pembelajaran). 5. Explicit high expectations (harapan tinggi yang jelas). 6. Positif reinforcement (dorongan positif). 7. Monitoring progress (pemantauan kemajuan). 8. Student right and responsibilities (hak dan tanggung jawab siswa). 9. Perposeful teaching (pengajaran yang bertujuan). 10. Learning organisation (organisasi belajar). 11. Home-school partnership (kerjasama rumah-sekolah). Lebih lanjut Samsons, Hillman & Mortimore (Fidler, 2005: 72) menemukan dari 90 sekolah menengah di Inggris terdapat sembilan faktor utama pada departemen (program keahlian) yang efektif pada sekolah yang efektif, sebagai berikut: 45 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. High expectations (harapan yang tinggi). Academic emphasis (menitikberatkan pada bidang akademis). Shared vision/goal (visi/tujuan bersama). Clear leadership (kepemimpinan yang transparan). An effective SMT (SMT yang efektif). Consistency in approach (pendekatan yang konsisten). Quality of teaching (mutu pengajaran). Student-focused approach (pendekatan berfokus-siswa). Parental support/involvement (dukungan/keterlibatan orang tua). C. Kerangka Pikir Penyelenggaraan sekolah merupakan suatu sistem terdiri dari input, proses, dan output. SBI sebagai salah satu model penyelenggaraan sekolah tidak terlepas dari hal tersebut. Output yang baik diperoleh apabila input dan prosesnya baik. Dalam proses penyelenggaraan sekolah sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keefektifan sekolah, demikian juga dalam keefektifan manajemen pelaksanaan SMK BI. Sumber daya manusia yang dominan terdiri dari kepala sekolah, guru, dan orang tua murid (komite sekolah). Keefektifan manajemen pelaksanaan Rintisan SBI dapat dinilai dari keefektifan fungsi-fungsi manajemen antara lain planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (pengarahan), dan controlling (pengendalian). Perencanaan dikatakan efektif apabila kebijakan pemerintah tentang SBI tercakup dalam perencanaan dan apa yang telah direncanakan dilaksanakan. Jika fungsi-fungsi manajemen berjalan baik diharapkan menghasilkan output yang baik. Untuk mengukur keefektifan manajemen pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung diukur dari ketercakupan kebijakan Rintisan SMK BI dalam perencanaan, tingkat 46 keterlaksanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, serta pencapaian output dibandingkan dengan program atau kriteria standar. D. Paradigma Penelitian Manajemen Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengendalian Program SBI School Business Plan Program tahunan Janji Kinerja Pelaksanaan SBI PBM Ekstrakurikuler Hasil/output Prestasi akademik Prestasi nonakademik Gambar 1 Paradigma Penelitian E. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana keefektifan perencanaan program Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung? 2. Bagaimana keefektifan pengorganisasian pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung? 3. Bagaimana keefektifan pengarahan pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung? 4. Bagaimana keefektifan pengendalian pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung? 5. Bagaimana output pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung? 47