(SBI) Sekolah bertaraf internasional adalah usaha

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Sekolah bertaraf internasional adalah usaha sadar, intens, terarah, dan
terencana untuk mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan
(kompetensi) dan kesanggupan hidup secara lokal, regional, nasional, dan
global. Ada tiga standar utama yang harus dipenuhi oleh SBI yaitu standar
lulusan (output), standar proses (process), dan standar masukan (input).
Menurut Depdiknas (2006: 4-5), SBI adalah sekolah nasional yang
mempersiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan
(SNP) Indonesia dan tarafnya internasional sehingga lulusannya memiliki
kemampuan daya saing internasional. SBI menerapkan
standar nasional
pendidikan dan melakukan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan,
dan pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan
baik dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi
mutu secara internasional.
Olson (1994) menyatakan
World Class School is bringing technology to change the future of how
we learn. The future is in communication and the students who learn this
lesson will be succesfull in life. By keeping schools in touch with each
other all over the world, World Class Schools helps to provide enriched
curricullum enhancement augmentation programs for any high school.
We are working with partner schools from all over the world. The
strength of our program is that it is educator friendly and educator
directed. It is geared to provide your students with the experiences that
heretofore were not able to be found from textbooks alone.
8
Berdasarkan definisi tersebut SBI pada dasarnya sekolah yang menerapkan
teknologi untuk mengubah bagaimana belajar di masa depan. Pendidikan
masa depan adalah penguasaan komunikasi, jalinan hubungan ke berbagai
negara, keramahan, pembimbingan, dan kreativitas.
Berdasarkan kedua pengertian di atas Rintisan SMK BI hendaknya
menerapkan teknologi untuk mengubah bagaimana belajar di masa depan dan
perlunya penguasaan komunikasi dalam hal ini perlunya penguasaan ICT
(information and communication technology) dan penguasaan bahasa asing
(bahasa Inggris), perlunya membangun networking dengan berbagai negara,
dan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang dilaksanakan tamatannya
mendapat pengakuan bertaraf internasional.
2. Profil Sekolah Bertaraf Internasional
Sekolah
bertaraf
internasional
bertujuan
menghasilkan
lulusan
berkualitas internasional (Depdiknas, 2006: 8). Profil sekolah bertaraf
internasional adalah tampilan sekolah yang mampu memberikan layanan
pendidikan dan menghasikan lulusan berkualitas internasional sebagaimana
tertuang dalam Panduan Penjaminan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Menurut Depdiknas ( 2007a: 9),
Aspek jaminan mutu SBI, meliputi:
a. Akreditasi
Akreditasi adalah kegiatan penilaian program dan/atau satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 (Depdiknas, 2005: 30). Pelaksanaaan
9
akreditasi menggunakan instrumen
dan kriteria yang mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan. Menurut Depdiknas (2007a: 9) setiap Sekolah
Bertaraf Internasional dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi
dengan peringkat sangat baik atau dengan predikat “ A”. Dengan
memperoleh “predikat A” pada setiap periode akreditasi, SMK BI
menunjukkan keunggulan kinerja sekaligus merupakan pengakuan terhadap
kemampuan Sekolah untuk menjamin mutu pendidikan secara optimal.
SMK BI diharapkan memperoleh hasil akreditasi berperingkat baik
atau berpredikat “B” dari salah satu negara anggota OECD (Organization
for Economic Co-operation and Development) dan/atau negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan (Depdiknas,
2007a: 9).
b. Kurikulum
Secara bahasa kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani kuno yang
biasa digunakan dalam bidang olahraga yaitu curir yang artinya pelari.
Curere berarti tempat berlari, dan curriculum berarti jarak yang harus
ditempuh oleh pelari sampai garis finis yang telah ditetapkan. Istilah ini
kemudian dipergunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian awal
sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik untuk
memperoleh ijazah. Pengertian ini mengandung dua unsur pokok, yaitu: 1)
Mata pelajaran (subject matter), dan 2) Tujuan utama pendidikan atau
kurikulum (Nana Sujana, 1991: 4).
10
Doll (Oliva, 1992:7) mendefinisikan kurikulum pada suatu sekolah
sebagai ”the formal and informal content and process by which learners
gain knowledge and understanding, develop skills, and alter attitudes,
appreciations, and values under the auspices of that school”.
Menurut Doll kurikulum merupakan isi baik formal maupun informal dan
proses yang meningkatkan pengetahuan dan pengertian/pemahaman,
mengembangkan keterampilan, dan mengubah sikap, penilaian, dan nilainilai yang menunjukkan keberhasilan sekolah.
Oliver (Oliva, 1992:7) menyamakan ”the curriculum with the
educational program and divided it into four basic elements:1) the program
of studies, 2) the program of experience, 3) the program of services, and 4)
the hidden curriculum”.
Menurut Oliver kurikulum adalah program pendidikan yang dibagi menjadi
empat komponen utama yaitu: 1) program belajar, 2) pengalaman belajar, 3)
program pelayanan, dan 4) kurikulum yang tersembunyi.
Oliva (1992: 5-6) menyatakan kurikulum mempunyai berbagai
interpretasi tergantung filosofi yang dianut, antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Curriculum is that which is taught in school.
Curriculum is a set of subject.
Curriculum is content.
Curriculum is a program of studies.
Curriculum is a set of materials.
Curriculum is a sequence of courses.
Curriculum is a set of performance objectives.
Curriculum is a course of study.
Curriculum is everything that goes on within the school,
including extra-class activities, guidance, and interpersonal
relationships.
11
10) Curriculum is that which is taught both inside and outside of
school directed by the school.
11) Curriculum is everything that is planned by school personnel.
12) Curriculum is a series of experiences undergone by learners in
school.
13) Curriculum is that which an individual learner experiences as a
result of schooling.
Berdasarkan penjelasan di atas kurikulum merupakan: 1) apa yang diajarkan
di sekolah, 2) seperangkat mata pelajaran, 3) isi/materi pelajaran, 4) sebuah
program yang akan dipelajari, 5) seperangkat materi pelajaran, 6) urutan
dari kursus/pelajaran, 7) seperangkat pelaksanaan sasaran yang dituju, 8)
arah pendidikan, 9) segala sesuatu yang berlangsung di sekolah, 10) apa
yang diajarkan baik di dalam maupun di luar sekolah yang diarahkan oleh
sekolah, 11) segala sesuatu yang direncanakan oleh personel sekolah,
12) serangkaian
pengalaman yang dialami siswa di sekolah, dan
13) pengalaman siswa sebagai hasil pendidikan.
Menurut Depdiknas (2006: 20), “kurikulum SMK BI diperkaya
(diperluas, diperkuat dan diperdalam) agar memenuhi Standar Isi SNP plus
kurikulum internasional yang digali (adopsi atau adaptasi) dari berbagai
sekolah mitra baik dalam negeri maupun luar negeri yang memiliki reputasi
internasional”.
Depdiknas
(2006:
34)
menjelaskan
kurikulum
yang
harus
dikembangkan SMK BI adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan kerangka dasar dan struktur kurikulum sesuai
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku.
2) Program produktif dikembangkan dengan mitra kerja (LSP,
Asosiasi Profesi, DU/DI, mitra internasional).
3) Program normatif menggunakan kurikulum SMK yang berlaku.
12
4) Program adaptif menggunakan kurikulum yang berlaku atau
berdasarkan kesepakatan dengan mitra internasional.
Depdiknas (2007a: 9) menyatakan bahwa “mutu SMK BI dijamin
dengan keberhasilan melaksanakan kurikulum secara tuntas. Keberhasilan
tersebut ditandai dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)”. Menurut Mulyasa (2009: 5), KTSP adalah sebuah model
pengembangan kurikulum berbasis sekolah yang menuntut kemandirian
guru. Implementasi KTSP di setiap sekolah dapat mempunyai corak yang
berbeda satu sama lain sesuai karakteristik sekolah, kondisi, dan
kemampuan peserta didik, walaupun KTSP sama-sama dikembangkan
berdasarkan SNP.
Keberhasilan SMK BI (Depdiknas, 2007a: 10) juga ditandai dengan:
1) Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses
transkripnya masing-masing;
2) Muatan
mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan
pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan
3) Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi
dari Standar Kompetensi Lulusan.
c. Proses Pembelajaran
Menurut Zamroni (2007: 3), ” inti dari sekolah adalah interaksi guru
dan siswa, khususnya di ruang-ruang tertentu di sekolah”. Interaksi guru dan
siswa tidak lain adalah proses pembelajaran. Peningkatan kualitas
pembelajaran dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu pada dasarnya
merupakan upaya peningkatan mutu sekolah. Menurut Depdiknas (2007a:
10), mutu SMK BI dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses
13
pembelajaran yang efektif dan efisien. Keberhasilan tersebut ditandai
dengan memenuhi Standar Proses. Depdiknas (2007f: 3) menjelaskan
Standar Proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran.
Menurut Depdiknas (2007a: 11), SMK BI diperkaya dengan model
proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya, dan menerapkan pembelajaran berbasis TIK
pada semua mata pelajaran. Tilaar (2002: 143) menyatakan bahwa
masyarakat Eropa telah merumuskan dan melaksanakan kebijakan “semua
sekolah harus sudah menerapkan e-learning.” Penerapan pembelajaran
tersebut membawa konsekuensi sekolah harus menyediakan perangkat
komputer, multimedia, dan
koneksi internet. Selain itu, pelaksanaan e-
learning menuntut kemampuan guru dalam teknologi digital. Depdiknas
(2006: 50-51) menambahkan pembelajaran SMK BI menerapkan model
competency base training (CBT), minimal 4 (empat) mata pelajaran
produktif menggunakan pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya,
pembelajaran produktif dilaksanakan dengan pendekatan Production Based
Training (PBT), menerapkan strategi moving class, kegiatan praktek
industri dibimbing bersama pembimbing industri dan guru produktif, dan
memberlakukan multi entry-multi exit system.
14
d. Penilaian
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik
(Depdiknas, 2007: 1). Abdul Majid (2008: 193) menyatakan bahwa
penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan
tingkat ketercapaian kompetensi dan sekaligus untuk mengukur efektivitas
proses pembelajaran. Dijelaskan lebih lanjut agar tujuan penilaian tersebut
tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian
yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik
pengalaman belajar yang dilaluinya.
Menurut Depdiknas (2007a: 11), mutu SMK BI dijamin dengan
keberhasilan menunjukkan kinerja pendidikan yang optimal melalui
penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan
sebagai bentuk akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru
untuk memantau proses berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai
dengan pemenuhan Standar Penilaian. Standar penilaian pendidikan diatur
dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
(Depdiknas: 2007d: 1-7). Selain itu, penilaian kinerja pendidikan
menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan.
15
e. Pendidik
“Jabatan guru sebagai pendidik merupakan satu jabatan yang amat
strategis dalam menunjang proses dan hasil kinerja pendidikan secara
keseluruhan”
(Mohamad
Surya,
2003:
197).
Pernyataan
tersebut
mengandung makna kinerja guru berperan bagi perwujudan kinerja
pendidikan secara efektif.
Menurut Depdiknas (2007a: 12), mutu SMK BI dijamin dengan guru
yang
menunjukkan
profesionalnya.
kinerja
Pendidik
yang
optimal
sesuai
memiliki
peranan
yang
dengan
strategis
tugas
karena
mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan
pembimbingan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohamad
Surya (2003: 28) bahwa “Guru profesional adalah guru yang memiliki
keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika
profesi yang kuat”.
Menurut Depdiknas (2007a: 12), keberhasilan kinerja guru ditandai
dengan pemenuhan Standar Pendidik, semua guru mampu memfasilitasi
pembelajaran berbasis TIK, guru
mata pelajaran kejuruan mampu
mengampu pembelajaran berbahasa Inggris, dan minimal 30% guru
berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya
berakreditasi A. Depdiknas (2006 : 28-29) menambahkan, guru mata diklat
normatif, adaptif, dan produktif memiliki sertifikat sesuai dengan
bidangnya, dan mampu berbahasa Inggris aktif.
16
Guru
bahasa Inggris
memiliki skor TOEIC > 600, guru normatif dan adaptif memiliki skor
TOEIC > 450, dan guru produktif memiliki skor TOEIC > 550. Guru
mampu mengajar menggunakan media elektronik sebagai alat bantu
pembelajaran, mampu membuat materi pengajaran dengan media elektronik,
mampu men-download materi pembelajaran dari internet, dan mampu
meng-upload materi pembelajaran ke internet. Guru mata diklat produktif
memiliki pengalaman mengajar sesuai dengan kompetensi yang diajarkan
minimal 5 tahun dan 6 bulan on the job training di industri.
f. Tenaga Kependidikan
Menurut Depdiknas (2007a: 12-13), mutu SMK BI dijamin dengan
kepala sekolah yang menunjukkan kinerja optimal sesuai dengan tugas
profesionalnya, yaitu sebagai pemimpin manajerial-administratif dan
pemimpin manajerial-edukatif. Keberhasilan tersebut ditandai dengan
pemenuhan Standar Kepala Sekolah. Menurut Permendiknas No 13
(Depdiknas, 2007c : 7-11), Kepala Sekolah memiliki kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Keberhasilan
kepemimpinan
seorang
kepala
sekolah
sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya. Davis & Newstrom (1985: 149)
menjelaskan ada tiga ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, yaitu :
technical skill (keterampilan teknis), human skill
(keterampilan manusiawi), dan conceptual skill (keterampilan konseptual).
Untuk mendukung pelaksanaan tugas, Depdiknas (2007a: 13)
mempersyaratkan sebagai berikut:
17
1) Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi
yang program studinya berakreditasi A, dan telah menempuh
pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah
yang diakui oleh Pemerintah;
2) Kepala sekolah mampu berbahas Inggris secara aktif; dan
3) Kepala sekolah bervisi internasional, mampu membangun jejaring
internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa
kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat.
Dalam penyelenggaraan SBI diperlukan tenaga pendukung. Tenaga
pendukung terdiri dari pustakawan, laboran atau teknik bengkel, programer
komputer, kepala TU dan tenaga administrasi (Depdiknas, 2006: 21).
Menurut Depdiknas (2006: 30-34), Kepala Tata Usaha berpendidikan
minimal S1 diutamakan jurusan administrasi, memiliki kompetensi untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya, mampu berkomunikasi menggunakan
bahasa Inggris dengan skor TOEIC > 450, mampu mengoperasikan
komputer untuk administrasi, menggunakan berbagai informasi untuk
pengambilan keputusan bidang administrasi, dan bersertifikat bidang
administrasi. Kepala keuangan berpendidikan D3 Akuntansi, mampu
mengoperasikan sistem akuntansi, mampu melakukan data entry dan
menghasilkan laporan keuangan
manual maupun berbasis komputer,
mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris dengan skor TOEIC > 450,
mampu mengoperasikan komputer untuk aplikasi perangkat lunak
(software) yang berkaitan dengan keuangan dan akuntansi, mampu
mengoperasikan internet, dan memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun
sebagai tenaga administrasi keuangan dan akuntansi.
18
g. Sarana dan Prasarana
Sekolah
yang
bermutu
ditandai
dengan
pelaksanaan
proses
pembelajaran yang bermutu. Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu SMK BI harus memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi
standar. Menurut Depdiknas (2007a: 13), mutu Rintisan SMK BI dijamin
dengan kewajiban sekolah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan
pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana. Standar sarana dan prasarana
diatur dalam Permendiknas Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007
(Depdiknas: 2007e : 43-76). Depdiknas (2007a: 13) menambahkan,
keberhasilan SBI ditandai dengan:
1) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran
berbasis TIK;
2) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan
akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia; dan
3) Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya,
fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya.
Menurut Depdiknas (2006: 41), Rintisan SMK BI dilengkapi dengan
infrastruktur meliputi: jalan, listrik, intercom, telepon, air bersih, saluran
pembuangan, pengolahan limbah cair dan padat, pos keamanan, dan pagar
sekolah.
Menurut Depdiknas (2009: 100), sarana pembelajaran berupa buku
harus terpenuhi. SMK BI harus menyediakan buku siswa dengan
perbandingan perjudul 1:1. Sekolah harus menyediakan buku referensi
berbahasa asing sesuai dengan kebutuhan program keahlian. Tersedia buku
19
untuk guru dengan perbandingan setiap judul 1:1 sesuai program keahlian.
Di samping itu juga tersedia buku teks atau referensi yang berbahasa asing
dan berbahasa Indonesia.
h. Pengelolaan
Pengelolaan SMK BI merupakan pengelolaan sebuah organisasi,
karena di dalamnya terdapat proses kerjasama untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman (2006:
129) yang menyatakan bahwa organisasi adalah proses kerjasama dua orang
atau lebih untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Hal
yang senada disampaikan Stoner & Freeman (2000: 4) bahwa organization
is two or more people who work together in a structured way to achieve a
specific goal or set of goals.
Menurut Depdiknas (2007b : 5-9), sebagai organisasi SMK BI
memiliki visi dan misi sekolah, Renstra pengembangan sekolah, dan
rencana tahunan beserta RAPBS/RAKS.
1) Visi dan Misi Sekolah
Menurut Stevens (Zamroni, 2007: 34), visi adalah gambaran khas
yang bisa mengundang ketertarikan orang banyak. Bush (2000: 10)
mendeskripsikan
vision refers to a desirable future state of the organization. It
relates to the intended purpuses of the school or college, expressed
in terms of values and clarifying the direction to be taken by the
institution. It should be inspirational so that organizational
members are motivated to work towards it with pride and
enthusiasm.
20
Berdasarkan pernyataan di atas visi merupakan pernyataan masa depan
organisasi
yang
diharapkan,
berhubungan
dengan
tujuan
yang
direncanakan, diekspresikan dalam nilai-nilai, dan inspiratif, sehingga
anggota organisasi termotivasi untuk bekerja dengan bangga dan antusias.
Menurut Depdiknas (2006:7-8), visi SBI adalah terwujudnya insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitf secara internasional. Visi tersebut
akan diwujudkan melalui misi. Misi SBI adalah mewujudkan manusia
Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional, mampu
bersaing dan berkolaborasi secara global. Adapun tujuan penyelenggaraan
SBI adalah menghasilkan lulusan yang berkelas internasional.
Visi sekolah harus dirumuskan bersama semua warga sekolah. Visi
sekolah merupakan cita-cita bersama yang akan diperjuangkan oleh semua
warga sekolah, dan harus terdokumentasi secara baik di tempat-tempat
strategis agar mengingatkan semua warga setiap akan melakukan aktivitas
di sekolah. Untuk mewujudkan visi, sekolah harus menjabarkan menjadi
misi. Bush & Coleman (2000: 12) mendeskripsikan
Mission is another term which is often used to express the purpose of
organizations. It is used to explain overall aims and philosophy and
is often capture in a short sentence or passage. It is usually expected
to be memorable and provide a guide to action for members of the
organization. While it is sometimes used interchangeably with
„vision‟, mission is usually regarded as a more specific expression of
the values of the institution; a vehicle for translating the inspiration
into reality.
Berdasarkan penjelasan di atas, misi digunakan untuk mengungkapkan
tujuan organisasi, menjelaskan keseluruhan arah dan filosofi, diungkapkan
dalam kalimat pendek agar dapat diingat, dan memberikan panduan
21
tindakan para anggota. Misi merupakan ungkapan yang lebih spesifik
tentang nilai-nilai institusi yang menterjemahkan visi menjadi kenyataan.
Realisasi misi sekolah menjadi tanggung jawab bersama di bawah
kepemimpinan kepala sekolah. Sebagaimana pada visi sekolah, misi
sekolah juga harus terdokumentasi secara baik, dan terpampang di tempat
yang strategis.
2) Rencana strategis (Renstra) pengembangan sekolah
Renstra pengembangan sekolah biasanya berjangka waktu 4 tahun
sampai dengan 5 tahun. Renstra juga sering disebut dengan rencana atau
program jangka menengah sekolah. Renstra sekolah merupakan program
operasional sekolah sebagai tindak lanjut dari visi dan misi sekolah.
Perumusan renstra harus melibatkan semua komponen warga sekolah,
yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, kepala
tata usaha sekolah, guru, siswa dan komite sekolah. Renstra digunakan
sebagai pedoman dalam penyusunan program tahunan sekolah.
3) Rencana Tahunan dan RAPBS/RKAS
Rencana tahunan adalah rencana tindakan (action plan) yang
merupakan bagian penjabaran rencana strategis sekolah. Rencana tahunan
memuat program, sasaran target, kegiatan, jadwal dan anggaran yang
diperlukan. Perumusan rencana tahunan dilaksanakan dengan melibatkan
seluruh komponen sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua
program keahlian, kepala tata usaha, guru, siswa, dan komite sekolah).
Dalam hal pengelolaan keuangan, sekolah harus memiliki sistem anggaran
22
yang mencakup rencana, pengendalian, dan sistem pelaporan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam manajemen Rintisan SMK BI, teknologi informasi dan
komunikasi mempunyai peran sangat penting dan dirasakan sebagai
kebutuhan yang sangat vital. Profil teknologi informasi dan komunikasi
bagi Rintisan SMK BI adalah melaksanakan sistem informasi manajemen
yang terintegrasi dan terkomputerisasi. Sekolah minimal memiliki website
dan pangkalan data (data base), meliputi: kesiswaan, kepegawaian, sarana
prasarana, dan perpustakaan. Semua komputer yang dimiliki sekolah telah
terhubung dalam suatu sistem jaringan lokal (LAN) dan
internet
(Depdiknas, 2006: 24).
Menurut Depdiknas (2007a: 14), mutu SMK BI dijamin dengan
pengelolaan yang menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS).
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu wujud reformasi
pendidikan. Mulyasa (2003: 11) menyatakan bahwa
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang
menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan
pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan
masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara
sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
Depdiknas (2001: 10) mendefinisikan
Manajemen Berbasis Sekolah adalah model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan
fleksibilitas lebih besar kepada sekolah untuk mengelola
sumberdaya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan suatu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah
dalam kerangka pendidikan nasional.
23
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan
model penyelenggaraan pendidikan yang memberi otonomi lebih besar
kepada sekolah untuk meningkatkan mutu secara efisien dengan
mendorong keterlibatan
masyarakat.
Syaiful
Sagala
(2009:
165)
menyatakan bahwa “keefektifan MBS akan terwujud jika pengelola
pendidikan mampu memberdayakan stakhoders dalam menentukan
kebijakan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan
sekolah”.
Menurut Depdiknas (2007a: 14), keberhasilan pengelolaan sekolah
ditandai dengan pemenuhan Standar Pengelolaan, dan keberhasilan meraih
sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya.
Pengelolaan
(manajemen)
pelaksanaan
Rintisan
SMK
BI
menerapkan sistem manajemen mutu yang bertaraf internasional. Salah
satu model manajemen mutu bertaraf internasional adalah dengan ISO:
9001: 2000 atau sesudahnya. Menurut Husaini Usman (2006: 439), ISO
seri tersebut berisi tentang sistem manajemen mutu (SMM) dan
persyaratan-persyaratan. Husaini Usman (2006: 447) menjelaskan dalam
SMM, dokumen dan rekaman merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan sertifikat
dipersyaratkan
meliputi:
ISO 9001:
a) dokumen
2000. Dokumen yang
tingkat
I: Pedoman
Mutu,
b) dokumen tingkat II: Prosedur Mutu, c) dokumen tingkat III: Instruksi
Kerja, dan d) dokumen tingkat IV: Dokumen Pendukung Rekaman. Untuk
mendapatkan sertifikat ISO harus dilakukan pengendalian dokumen dan
24
rekaman yang akurat dan lengkap. Dengan demikian pengelolaan Rintisan
SMK BI harus menerapkan manajemen ISO 9001: 2000 atau sesudahnya
yang dilaksanakan dengan pola MBS.
i. Pembiayaan
Menurut Depdiknas (2006: 79-80), pengembangan Rintisan SMK
BI membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Untuk menuju ke standar
internasional yang sesungguhnya semua komponen sekolah harus
ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Upaya tersebut selalu berujung
pada kebutuhan beaya atau dana. Rintisan SMK BI harus memiliki sumber
dana yang memadai. Dana yang dibutuhkan dapat bersumber dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
dari masyarakat ( Komite Sekolah, sponsor Dunia Industri/Dunia Usaha).
Menurut Depdiknas
(2006: 46-47),
SMK BI memiliki Unit
Produksi sebagai wujud bidang usaha sekolah yang relevan dengan
Program
Keahlian
yang diselenggarakan.
Unit
produksi
sekolah
mempunyai fungsi sebagai sumber pendapatan sekolah dan sebagai
wahana belajar warga sekolah. Keuntungan Unit Produksi dapat digunakan
untuk kesejahteraan warga sekolah, mendukung dana operasional sekolah,
pengembangan SDM, dan kegiatan sosial kemasyarakatan dengan besar
sesuai kesepakatan bersama.
Menurut Depdiknas (2007a: 14),
mutu SBI dijamin dengan pembiayaan yang sekurang-kurangnya
terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kunci
minimal, yaitu memenuhi Standar Pembiayaan. Selain itu,
25
keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci tambahan, yaitu
menerapkan model pembiayaan
yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci
tambahan.
3. Tahapan Penyelenggaraan SMK BI
Menurut Depdiknas (2007a: 17-19), penyelenggaraan SBI melalui dua
tahapan atau fase, yaitu:
a. Fase Rintisan
Fase rintisan terdiri dua tahap, yaitu: 1) tahap pengembangan
kemampuan/kapasitas sumberdaya manusia, modernisasi manajemen dan
kelembagaan, dan 2) tahap konsolidasi. Pengembangan kemampuan/
kapasitas sumberdaya manusia dilakukan terhadap guru, kepala sekolah,
dan tenaga kependidikan lainnya dengan cara menilai kondisi yang ada
dan menindaklanjuti dengan pelatihan atau studi banding ke penyelenggara
SBI yang telah berjalan baik (well-established). Pengembangan dan
modernisasi manajemen sekolah dilakukan untuk mengubah manajemen
sekolah yang tradisional menjadi manajemen sekolah yang modern dengan
melibatkan dan/atau memerankan komite sekolah. Pengembangan dan
modernisasi kelembagaan dilakukan dengan melengkapi infrastruktur
sekolah yang mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi dan
informasi (ICT).
b. Fase Kemandirian
Pada fase kemandirian pengembangan SMK BI diharapkan sudah
mampu
bersaing
secara
internasional.
Indikator
keberhasilannya
ditunjukkan oleh daya saing yang tangguh dalam lulusan, kurikulum,
26
proses belajar dan mengajar, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pembiayaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan.
Selain itu, SMK BI telah mencapai fase kemandirian apabila:
1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah, 2) kemampuan
berpikir dan kesanggupan bertindak secara orisinal dan kreatif dalam
penyelenggaraan SBI, 3) Kemantapan SBI untuk bersaing di forum
internasional.
4. Hasil (Output) Rintisan SMK BI
Menurut Suyanto (2002: 100-101), kualitas outcome pendidikan perlu
mengacu pada ukuran-ukuran yang bersifat internasional. Pendidikan nasional
hendaknya menghasilkan generasi yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif yang tinggi pada era persaingan global. Menurut Kenichi Ohmae
(Suyanto, 2002: 102), dalam kehidupan dunia global yang semakin
menunjukkan ke arah bonderless world (dunia tanpa batas), suatu negara akan
kuat manakala ia mampu merespon secara fungsional fenomena 4 ”I‟s” yang
terdiri dari: 1) Investment (Investasi), 2) Industry (industri), 3) Information
technology (teknologi informasi), 4) Individual consumers (konsumen
individu).
Untuk mewujudkan sumberdaya insani yang berdaya saing internasional
kualitas peserta didik SMK BI perlu diperhatikan sejak awal masuk,
pembinaan selama proses sampai dengan siswa tersebut tamat/lulus. Menurut
Depdiknas (2006: 20), siswa baru Rintisan SMK BI diseleksi secara ketat
mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian, dan kesehatan
27
fisik. Mereka dipilih dari anak yang memiliki potensi kecerdasan unggul yang
ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Lebih lanjut
dijelaskan (Depdiknas, 2006: 43), seleksi penerimaan siswa baru harus
memenuhi persyaratan akademik dan persyaratan nonakademik. Persyaratan
akademik mengacu pada nilai ujian nasional dengan nilai minimal untuk
matematika 6.0, bahasa Inggris 7.0, dan bahasa Indonesia 7.0. Selama
menjalani proses pendidikan dan pelatihan di sekolah, siswa SMK BI
menunjukkan disiplin tinggi, tidak terlibat Napsa, dan kenakalan remaja. Selain
itu, siswa SMK BI mengikuti minimal satu kegiatan ekstrakurikuler sesuai
dengan bakat dan minatnya.
Lulusan SMK BI harus menunjukkan kompetensi bertaraf nasional plus
internasional sekaligus. Hal ini dibuktikan oleh penguasaan standar nasional
pendidikan (SNP) Indonesia dan penguasaan kompetensi kunci yang
diperlukan dalam dunia global, yaitu kompetensi untuk bersaing dan
berkolaborasi secara global meliputi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
mutakhir, dan kompetensi berkomunikasi (Depdiknas, 2006: 17). Menurut
Depdiknas (2006: 52-53), output SMK BI diukur dari dua aspek, yaitu aspek
akademis dan aspek nonakademis. Aspek akademis meliputi nilai ujian,
sertifikat kompetensi, dan penghargaan. Sedangkan aspek nonakademis
meliputi keunggulan tamatan, prestasi sekolah, kepala sekolah dan
guru
memiliki kemampuan sebagai nara sumber sekolah sekitar, dan Guru Produktif
sebagai asesor untuk SMK lain.
28
Siswa SMK BI diharapkan memperoleh nilai ujian nasional (UN) di atas
rata-rata provinsi (Depdiknas, 2006: 52). Menurut laporan LPMP Jawa Tengah
(2009), nilai rata-rata
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan Produktif (kejuruan) Provinsi Jawa Tengah pada UN SMK
2008/2009 adalah 7.23, 7.17, 7.79, dan 8.61 dengan rata-rata total 7.70. SMK
Negeri 1 Temanggung sebagai salah satu sekolah Rintisan SMK BI harus
memiliki nilai rata-rata UN di atas nilai rata-rata Provinsi Jawa Tengah
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SMK N 1
Temanggung yang telah ditetapkan sebagai SMK BI hendaknya memiliki
keunggulan aspek akademik dan nonakademik dibanding SMK lainnya.
Prestasi akademik ditunjukkan oleh rata-rata nilai UN di atas rata-rata Provinsi,
memperoleh sertifikat kompetensi baik tingkat nasional maupun dari negara
maju,
dan
memenangkan
lomba-lomba
akademik.
Sedang
prestasi
nonakademik ditunjukkan oleh tamatan yang memiliki kepribadian unggul,
kepala sekolah dan guru menjadi nara sumber bagi sekolah sekitar dan guru
produktif menjadi asesor bagi SMK lain.
5. Keefektifan
Menurut Chung dan Maginson (Mulyasa, 2003: 82), ”Efektiveness means
different to different people.” Keefektifan adalah bagaimana suatu organisasi
berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
mewujudkan tujuan operasional.
29
Keefektifan biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat
pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau
perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan (Mulyasa,
2009:173). Keefektifan manajemen pelaksanaan Rintisan SBI sebagaimana
keefektifan pendidikan pada umumnya dapat dilihat berdasarkan teori sistem.
Berdasarkan
teori
sistem,
kriteria
keefektifan
harus
mencerminkan
keseluruhan siklus input-process-output.
Lipham dan Hoeh (Mulyasa, 2003: 83) meninjau keefektifan suatu
kegiatan dari faktor pencapaian tujuan yang memandang bahwa keefektifan
berhubungan dengan pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian tujuan
pribadi. Suatu organisasi dan lembaga, termasuk sekolah dikatakan efektif jika
tujuan bersama dapat dicapai dan belum bisa dikatakan efektif meskipun
tujuan individu yang ada di dalamnya dapat dipenuhi.
6. Manajemen
Terry (1977: 4) mendefinisikan, ”management is distinct process
consisting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to
determine and accompolish stated objectives by the use of human beings and
other resources”. Definisi ini mengandung arti bahwa manajemen adalah
proses yang nyata terdiri planning, organizing, actuating, dan controlling.
Bila dikaji lebih rinci, kegiatan itu terdiri dari dua hal pokok. Pertama, adalah
aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kedua,
aktivitas-aktivitas itu dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam organisasi
didukung oleh sumber-sumber daya yang lain. Sumber daya yang ada
30
difokuskan dalam fungsi manajemen yang sangat fundamental yakni fungsi
planning, organizing, actuating dan controlling, sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai.
Pendapat lain tentang manajemen dikemukakan oleh Stoner & Freeman
(2000: 6) bahwa
„„management
is the process of planning,organizing,
leading, and controlling the efforts of organization members and of using all
other organizational resources to achieve stated organizational goals‟‟.
Berdasarkan pendapat tersebut manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha dari anggota
organisasi dan penggunaan seluruh sumberdaya organisasi lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hal yang sama
dikemukakan oleh Gibson, et al., 2003, Dressler, 2003, dan Casio, 2003
(Husaini Usman, 2007: 35) bahwa fungsi manajemen meliputi planning,
organizing, leading, and controlling.
Berdasarkan definisi-definisi manajemen yang dikemukakan para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa ada dua konsep fundamental yang tercakup
dalam manajemen. Pertama, adanya tujuan yang ditetapkan. Kedua, adanya
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang ada dalam organisasi
dengan didukung oleh sumber-sumber daya yang ada dalam organisasi. Kedua
hal tersebut merupakan unsur-unsur organisasi yang tidak terpisah satu sama
lain. Fungsi manajemen merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan
oleh organisasi, sedangkan tujuan merupakan terminal yang dituju oleh
organisasi. Sumber daya yang ada difokuskan dalam fungsi-fungsi
31
manajemen, yaitu: planning, organizing, leading, dan controlling
yang
berujung pada tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Keefektifan manajemen pelaksanaan Rintisan SMK BI pada dasarnya
kegiatan evaluasi terhadap keberhasilan fungsi-fungsi manajemen pelaksanaan
Rintisan SBI di SMK. Aspek yang diukur meliputi keefektifan perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), dan
pengendalian (controlling) implementasi program,
dan hasil pelaksanaan
Rintisan SBI di SMK.
a. Perencanaan (Planning)
Menurut Ivancevich, Donnelly & Gibson (1989: 6), ”Planning
activities determine an organization‟s objectives and establish the
appropriate strategies for achieving those objectives”. Berdasarkan
pengertian di atas perencanaan merupakan tahap menetapkan tujuan dan
mengembangkannya menjadi peta kerja yang menunjukkan cara-cara
bagaimana tujuan dapat dicapai. Menurut
Schoderbek, Cosier, & Aplin
(1988: 16), “planning activities consist of forecast, sets objectives,
establishes and interprets policies, develops programs to reach objectives,
establishes schedules, develops procedures, prepares budgets, and
develops standards”.
Berdasarkan pengertian di atas aktivitas dalam
perencanaan meliputi: 1) Ramalan masa depan, 2) menentukan tujuan,
3) menentukan dan menginterpretasikan kebijakan, 4) mengembangkan
program
untuk
mencapai
tujuan,
32
5)
menentukan
jadwal,
6) mengembangkan prosedur, 7)
menyiapkan anggaran,
dan
8) menentukan standar.
Menurut
Depdiknas
pelaksanaan SBI memenuhi
(2007a:
9-14),
aspek
jaminan
mutu
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan
Standar Internasional (SI), meliputi: pengelolaan, akreditasi, kurikulum,
proses pembelajaran,
penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, dan pembiayaan. SMK BI hendaknya memenuhi indikator
kunci minimal dari SNP dan indikator kunci tambahan dari SI. Oleh
karena
itu,
perencanaan
komponen-komponen
program
Rintisan
tersebut
harus
tercakup
dalam
SBI. Perencanaan Program
RSBI
menurut pedoman penjaminan mutu SBI adalah pemenuhan SNP dan SI
berikut.
1) Pengelolaan
a) Memenuhi standar pengelolaan.
(1) visi-misi bercirikan keunggulan.
(2) misi beruraikan upaya menjalankan indikator keunggulan.
(3) tujuan berkaitan dengan tahapan untuk mewujudkan visi.
(4)memiliki rencana kerja jangka menengah dan jangka
tahunan.
b) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya.
c) Merupakan sekolah multi kultural.
d) Menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf
internasional di luar negeri.
e) Bebas narkoba dan rokok.
f) Bebas kekerasan (bullying).
g) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek
pengelolaan sekolah.
2) Akreditasi
a) Berakreditasi A dari BAN SM.
b) Berakreditasi minimal B dari salah satu negara anggota OECD.
3) Kurikulum
a) Menerapkan KTSP.
33
b)
c)
d)
e)
Memenuhi Standar Isi.
Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis ICT (TIK).
Memberikan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi
dari muatan mata pelajaran yang sama pada sekolah unggul
dari salah satu negera OECD atau negara maju lainnya.
f) Menerapkan standar kelulusan lebih tinggi dari Standar
Kompetensi Lulusan.
4) Proses Pembelajaran
a) Memenuhi Standar Proses.
b) Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi
teladan bagi sekolah lain dalam pengembangan akhlak mulia,
budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa
entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator.
c) Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul
dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
d) Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata
pelajaran.
5) Penilaian
a) Memenuhi standar penilaian.
b) Diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
6) Pendidik
a) Memenuhi standar pendidik.
b) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.
c) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti
kejuruan mampu menggunakan pembelajaran berbahasa
Inggris.
d) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi
yang program studinya terakreditasi A.
7) Tenaga Kependidikan
a) Memenuhi standar tenaga kependidikan.
b) Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari Perguruan
Tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah
menempuh pelatihan Kepala Sekolah dari lembaga pelatihan
kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah.
c) Kepala sekolah mampu berbahasa Inggris secara aktif.
d) Kepala sekolah bervisi internasional, mampu membangun
jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta
jiwa kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat.
34
8) Sarana dan Prasarana
a) Memenuhi standar sarana dan prasarana.
b) Memenuhi standar ruang kelas.
c) Ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis
TIK.
d) Perpustakaan
dilengkapi dengan sarana digital yang
memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di
seluruh dunia.
e) Memenuhi standar ruang penunjang.
f) Dilengkapi ruang multi media, ruang unjuk seni budaya,
fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya.
9) Pembiayaan
a) Memenuhi standar pembiayaan, dan
b) Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai
berbagai target indikator kunci tambahan.
Berdasarkan uraian tersebut keefektifan perencanaan program
Rintisan SBI diukur dari ketercakupan pemenuhan indikator kunci
minimal dan indikator kunci tambahan dari aspek SNP
yang
merupakan jaminan mutu pelaksanaan SBI sebagaimana profil SMK
BI yang diharapkan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Rintisan SBI merupakan sebuah organisasi. Untuk mencapai tujuan
sekolah
yang
telah
ditetapkan
diperlukan
fungsi
manajemen
pengorganisasian. Pengorganisasian berkaitan dengan pembuatan tugas,
pengelompokan tugas dalam bagian-bagian dan pengalokasian sumbersumber daya demi tercapainya tujuan, ”… the purpose of the organizing
function is to create a structure of task and authority relationship that
serves this purpose” (Ivanchevich, Donnelly & Gibson, 1989: 6). Hal
senada disampaikan Handoko (Husaini Usman, 2006: 128) bahwa
35
pengorganisasian adalah 1) cara manajemen merancang struktur formal
untuk penggunaan yang paling efektif terhadap sumber daya keuangan,
fisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi.
Husaini Usman (2006: 149-158) menjelaskan bahwa pengembangan
struktur organisasi berkaitan dengan pembagian pekerjaan (Division of
labor), yaitu pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam
organisasi bertanggung jawab melaksanakan tugas masing-masing.
Dengan pembagian tugas pekerjaan, setiap orang di dalam organisasi
diharapkan memahami siapa bertugas apa dan bertanggung jawab kepada
siapa, apa yang dilakukannya, bilamana dilakukan, di mana dilakukan,
bagaimana melakukan, dan bagaimana biayanya.
Pembagian
tugas
hendaknya dilakukan secara adil, yaitu memperhatikan profesionalisme
dan
proporsionalisme.
Adapun
pendelegasian
kekuasaan
adalah
penyerahan hak untuk mengambil keputusan. Sedangkan tanggung jawab
adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan tugasnya. Hal ini sesuai
pendapat Weber (Lunenburg & Ornstein, 2000: 27-29) yang menyatakan
The ideal bureaucracy posseses the following characteristics.
1) Division of labor. Divide all tasks into highly specialized jobs.
Give each jobholder the authority to perform these duties.
2) Rules. Perform each task according to a concistent system of
abstract rules. This practice helps ensure that task performance
is uniform.
3) Hierarchy of Authority. Arrange all positions according to the
organization to the bottom. principle of hierarchy. Each lower
office is under the control of a higher one, and there is a clear
chain of commond from the top of the organization to the
bottom.
4) Impersonality. Maintain an impersonal attitude toword
subordinates. This social distance between managers and
36
subordinates ensure that rational considerations are the basis
for decision making, rather than favoritism or prejudices.
5) Competence. Base employment on qualification and give
promotions based on job-related performance. As a corollary,
protect employees from arbitrary dismissal, which should result
in a high level of loyalty.
Hal senada dinyatakan oleh Anonymous (2009: 1)
bahwa “ Effective
organizing depend on the mastery of several important concepts: work
specialization, chain of command, authority, delegation, span of control,
and centralization versus decentralization “
Berdasarkan uraian di atas pengorganisasian yang efektif dapat diukur
dari:
1) Division of labor/work specialization
Pembagian
tugas
pelaksanaan program
(pembagian
pekerjaan)
Rintisan SBI. Pelaksanaan
diperlukan
dalam
Standar Nasional
Pendidkan dan kriteria tambahannya tidak mungkin dikerjakan satu orang
dengan kompetensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, agar semua tugas
yang ada dapat dikerjakan secara efektif dan efisien diperlukan pegawai
sesuai spesialisasi tugas yang harus dikerjakan.
2) Rules
Peraturan yang jelas diperlukan untuk pelaksanaan tugas, sehingga
menjamin performan (kinerja) yang seragam.
3) Hierarchy of Authority
Struktur organisasi menganut prinsip hirarkhi kewenangan dimana
bawahan dikontrol atasannya, dan rantai komando jelas dari atas ke bawah.
37
4) Impersonality
Menjaga sikap secara umum terhadap bawahan. Kesenjangan/jarak
sosial antara manajer dan bawahan menjamin tenggang rasa/perhatian
yang masuk akal sebagai dasar pengambilan keputusan daripada rasa pilih
kasih atau kecurigaan.
5) Competence
Prinsip dasar penempatan pegawai
adalah
kualifikasi dan
pemberian promosi didasarkan pada kinerja jabatan sejenis (job-related).
Akibatnya pegawai terlindungi dari pemecatan sewenang-wenang dan
akhirnya pegawai mempunyai kesetiaan yang tinggi.
c.
Pengarahan (Leading)
Pengarahan adalah aktivitas bagaimana seorang manajer mampu
mempengaruhi dan memotivasi pegawai sehingga mereka bekerja secara
optimal demi tercapainya tujuan organisasi. Kemampuan mempengaruhi
dan memotivasi ini sangat diperlukan oleh seorang manajer untuk
mengkomunikasikan tujuan kepada pegawai dan memberdayakannya
sehingga pegawai bertindak atas dasar keinginannya untuk mencapai
tujuan organisasi, bukan atas dasar keterpaksaan. ”… the leading function
focuses directly on the people in the organization, since its major purpose
is to channel human behavior toward accomplishing organizational
goals” (Ivanchevich, Donnelly, & James, 1989: 7). Robins (2001: 3)
menjelaskan bahwa kegiatan dalam pengarahan ini antara lain:
1) memotivasi pegawai, 2) melatih dan mengembangkan pegawai,
38
3) mengembangkan komunikasi, dan 4) menentukan gaya kepemimpinan
personal. Indikator Keefektifan pengarahan dapat diukur dari fungsi
kepemimpinan dalam:
1) Memotivasi pegawai, antara lain:
a) Kasek mengenali perbedaan kebutuhan individu.
b) Kasek memotivasi sesuai perbedaan individu.
c) Kasek memberikan ganjaran kepada pegawai yang berprestasi.
2) Melatih dan mengembangkan pegawai
Dalam rangka peningkatan mutu sekolah, tenaga kependidikan
memiliki peran yang besar. Tenaga kependidikan yang berkualitas akan
mampu memberikan pelayanan optimal dan menjadi aset bagi sekolah
untuk mewujudkan kualitas sekolah bertaraf internasional. Aspek yang
dilatihkan hendaknya sesuai dengan tuntutan kebutuhan SMK BI antara
lain:
a) Peningkatan kemampuan berbahasa asing.
b) Peningkatan kemampuan di bidang TIK.
c) Peningkatan kompetensi profesi.
3) Mengembangkan komunikasi
Husaini Usman (2006: 345) menyatakan bahwa
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
berorganisasi. Hasil penelitian seorang pakar komunikasi
menyimpulkan bahwa sekitar 75%-90% waktu kerja digunakan
pimpinan atau manajer untuk berkomunikasi. Jika dua orang atau
lebih bekerja sama maka perlu adanya komunikasi antar mereka.
Makin baik komunikasi mereka, makin baik pula kemungkinan
kerja sama mereka.
39
Aspek-aspek yang dikembangkan pada Rintisan SMK BI antara lain:
a) Memahami fungsi komunikasi.
b) Memahami prinsip komunikasi.
c) Memahami hambatan komunikasi.
d) Melakukan komunikasi yang efektif.
4) Menentukan gaya kepemimpinan
Menurut Abu-Duhou (2002: lll), karakteristik leadership sangat
penting dalam keberhasilan manajemen berbasis sekolah (MBS).
Pelaksanaan SBI tidak lepas dari MBS. Selain itu, para pemimpin yang
berkualitas dari berbagai negara mereka menerapkan tipe kepemimpinan
transformasional. Nurkolis (2003: 172) menjelaskan bahwa kepemimpinan
transformasional dicirikan dengan adanya proses untuk membangun
komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan
kepada para pengikut untuk mencapai sasaran. Bass, Bennis dan Nanus
(Reinhartz & Beach, 2004: 34) menjelaskan pemimpin transformasional
mempunyai ciri visioner dan inspirasional. ...”transformational leaders as
visionary and inspirational”. Sedangkan Hoy dan Miskel (Reinhartz &
Beach, 2004: 34) menjelaskan bahwa
Transformational leaders exhibit the following traits:
a) Define the need for change.
b) Create new visions and muster commitment to the visions.
c) Concentrate on long-term goals.
d) Inspire followers to transcend their own interests for higher
order goals.
e) Change the organization to accommodate a new vision, rather
than work within the existing one.
f) Mentor followers to take greater responsibility for their own
development and that of others. Followers become leaders and
40
leaders become change agents, and ultimately transform the
organization.
Berdasarkan penjelasan di atas pemimpin transformasional mempunyai
ciri-ciri:
1. Menentukan kebutuhan untuk berubah.
2. Menciptakan visi-visi baru dan mengerahkan komitmen untuk visi
tersebut.
3. Memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan jangka panjang.
4. Memberi inspirasi kepada para pengikut untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi.
5. Mengubah organisasi untuk menampung visi baru, bukan bekerja
dengan yang sudah ada.
6. Membimbing pengikut untuk memikul tanggung jawab yang lebih
besar bagi perkembangan diri sendiri maupun perkembangan orang
lain. Pengikut menjadi pemimpin dan pemimpin menjadi agen
perubahan dan mampu mentransformasikan ke organisasi.
Alternatif tipe kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi sekolah
dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard (Lunenburg & Ornstein,
2000:145-146).
The key for leadership effectiveness in Hersey and Blanchard‟s
model is to macth the situation with the appropriate leadership
style. Four basic leadership styles are in the model: directing,
coaching, supporting, and delegating.
a) Directing style.
This is a high-task, low-relationship style and is effective when
subordinates are low in motivation and ability.
41
b) Coaching style.
This is a high-task, high-relationship style and is effective when
subordinates have adequate motivation but low ability.
c) Supporting style.
This is low-task, high-relationship style and is effective when
subordinates have adequte ability but low motivation.
d) Delegating style.
This is low-task, low-relationship style and is effective when
subordinates are very high in ability and motivation.
Menurut Lunenburg & Ornstein (2000:145-146), kunci kepemimpinan
yang efektif model Hersey dan Blanchard adalah memadukan situasi
dengan gaya kepemimpinan yang sesuai. Ada empat dasar gaya
kepemimpinan
pada
model
tersebut,
yaitu:
directing,
coaching,
supporting, and delegating. Directing style adalah tinggi-tugas rendahhubungan akan efektif bila bawahan memiliki motivasi dan kemampuan
rendah. Coaching style adalah tinggi-tugas dan tinggi-hubungan akan
efektif bila bawahan memiliki motivasi cukup, tetapi kemampuannya
rendah. Supporting style adalah rendah-tugas, tinggi-hubungan akan
efektif bila bawahan memiliki kemampuan cukup, tetapi motivasi rendah.
Delegating style adalah tipe rendah-tugas, rendah-hubungan akan efektif
bila bawahan memiliki kemampuan dan motivasi sangat tinggi.
Model kepemimpinan Hersey dan Blanchard dapat menjadi salah
satu alternatif yang dapat dipilih sebagai gaya kepemimpinan di Rintisan
SMK BI mengingat program SBI merupakan hal baru, sehingga
pemahaman dan tingkat ketertarikan (motivasi) warga sekolah dapat
beragam.
42
Pengarahan pegawai dilakukan berdasarkan tingkat kematangannya.
Pegawai
dengan
tingkat
kematangan
rendah
dengan
ciri
tidak
berkemampuan dan tidak berkemauan diberi pengarahan/intruksi untuk
memperjelas tugas dan keputusan dibuat oleh manajemen. Pegawai dengan
tingkat kematangan sedang dengan ciri tidak berkemampuan tetapi
berkemauan diberi pengarahan bagaimana melaksanakan tugas dan
keputusan diambil oleh manajemen. Pegawai dengan tingkat kematangan
sedang dengan ciri berkemampuan tetapi tidak berkemauan pegawai
didengar pendapatnya dan diberi kesempatan mengambil keputusan.
Pegawai dengan kematangan tinggi dengan ciri berkemampuan dan
berkemauan diberi gambaran umum tentang tugas yang harus dilaksanakan
dan diberi kesempatan mengambil keputusan.
d. Pengendalian (Controlling)
Menurut Husaini Usman (2006: 400), ”pengendalian adalah proses
pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.”
Pengendalian dilakukan agar kegiatan organisasi tidak menyimpang
dari tujuan. Pengendalian dilakukan melalui pengawasan. Pengawasan
berkaitan dengan monitoring aktivitas pegawai, menjaga organisasi pada
arah yang tidak menyimpang dari tujuan organisasi dan melakukan koreksi
bila diperlukan.
Pengawasan
adalah kegiatan meyakinkan apakah
pelaksanaan kegiatan organisasi sudah dilaksanakan sesuai rencana.
Aktivitas dalam pengawasan meliputi: 1) mengevaluasi hasil kegiatan,
43
2) melakukan tindakan koreksi, 3) melakukan penilaian tingkah laku,
4) melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan, dan 5) memonitor pelaksanaan
kegiatan berdasarkan pada tujuan secara terus-menerus.
7. Evaluasi Manajemen Pelaksanaan Rintisan SBI
Ada beberapa model Evaluasi manajemen satu di antaranya adalah
model pencapaian tujuan (Goal Attainment model/Goal Oriented Evaluation)
yang dikembangkan oleh Tyler. Menurut Kaufman & Thomas (1980: 126127),
The emphasis of Tyler‟s Goal Attainment model of evaluation is on the
determination of the extent to which the goals defined for the program
have been attained. The important firts step in the use of this model is
specification of the goals. A distinctive feature of this model is the
devising of goals in terms of the student, society, and subject matter.
Each goal ... is transcribed into a behavioral objective that is
measurable.... Thus, the thrust of the goal attainment model is the
evaluation of the result of the instruction, or the extent to which the
goals, stated in terms of behavioral objectives, were achieved.Since
results must be measured before the decisions can be made, the concern
with measurement early in the planning stages is very important.
Model ini menekankan peninjauan tujuan sejak awal kegiatan dan pada saat
kegiatan berlangsung secara berkesinambungan. Evaluasi dilakukan untuk
mengecek seberapa jauh tujuan sudah terlaksana di dalam pelaksanaan
program (Suharsimi Arikunto & Cepi, 2008: 41).
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Menurut Mortimore (Fidler, 2005: 72), hasil penelitian dari proyek
Sekolah Menengah Pertama (Junior School Project) pada 50 Sekolah Dasar di
London pada tahun 1980 faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan
sekolah bertaraf internasional, yaitu:
44
1. Purposeful leadership of the staff by the headteacher (kepemimpinan
staf yang bertujuan oleh kepala sekolah).
2. Involvement of the deputy head (keterlibatan wakil kepala).
3. Involvement of teachers (keterlibatan para guru).
4. Consistency among teachers (konsistensi di antara guru).
5. Structure sessions (sesi / pelajaran yang terstruktur).
6. Intellectually challenging teaching (pengajaran yang secara intelektual
menantang).
7. Work-centred environment (lingkungan
yang terpusat pada
pekerjaan).
8. Limited focus within sessions maximum communication between
teacher and students (topik terbatas dalam komunikasi antara guru
dan siswa).
9. Record-keeping (penyimpanan catatan).
10.Parental involvement (keterlibatan orang tua).
11.Positive climate (iklim yang positif).
Samsons, Hillman & Mortimore (Fidler, 2005: 72) menyebutkan faktor-faktor
yang lebih populer berdasarkan kajian literatur dari Amerika yang
dipersiapkan oleh Offise for Standar in Education (OFSTED) adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
Profesional leadership (kepemimpinan yang profesional).
Shared vision and goals (visi dan tujuan bersama).
A learning environment (lingkungan belajar).
Concentration on teaching and learning (konsentrasi pada
pembelajaran).
5. Explicit high expectations (harapan tinggi yang jelas).
6. Positif reinforcement (dorongan positif).
7. Monitoring progress (pemantauan kemajuan).
8. Student right and responsibilities (hak dan tanggung jawab siswa).
9. Perposeful teaching (pengajaran yang bertujuan).
10. Learning organisation (organisasi belajar).
11. Home-school partnership (kerjasama rumah-sekolah).
Lebih lanjut Samsons, Hillman & Mortimore (Fidler, 2005: 72)
menemukan dari 90 sekolah menengah di Inggris terdapat sembilan faktor
utama pada departemen (program keahlian) yang efektif pada sekolah yang
efektif, sebagai berikut:
45
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
High expectations (harapan yang tinggi).
Academic emphasis (menitikberatkan pada bidang akademis).
Shared vision/goal (visi/tujuan bersama).
Clear leadership (kepemimpinan yang transparan).
An effective SMT (SMT yang efektif).
Consistency in approach (pendekatan yang konsisten).
Quality of teaching (mutu pengajaran).
Student-focused approach (pendekatan berfokus-siswa).
Parental support/involvement (dukungan/keterlibatan orang tua).
C. Kerangka Pikir
Penyelenggaraan sekolah merupakan suatu sistem terdiri dari input,
proses, dan output. SBI sebagai salah satu model penyelenggaraan sekolah
tidak terlepas dari hal tersebut. Output yang baik diperoleh apabila input dan
prosesnya baik. Dalam proses penyelenggaraan sekolah sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keefektifan sekolah,
demikian juga dalam keefektifan manajemen pelaksanaan SMK BI. Sumber
daya manusia yang dominan terdiri dari kepala sekolah, guru, dan orang tua
murid (komite sekolah). Keefektifan manajemen pelaksanaan Rintisan SBI
dapat dinilai dari keefektifan fungsi-fungsi manajemen antara lain planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (pengarahan), dan
controlling (pengendalian). Perencanaan dikatakan efektif apabila kebijakan
pemerintah tentang SBI tercakup dalam perencanaan dan apa yang telah
direncanakan dilaksanakan. Jika fungsi-fungsi manajemen berjalan baik
diharapkan menghasilkan output yang
baik. Untuk mengukur keefektifan
manajemen pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung diukur
dari ketercakupan kebijakan Rintisan SMK BI dalam perencanaan, tingkat
46
keterlaksanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, serta
pencapaian output dibandingkan dengan program atau kriteria standar.
D. Paradigma Penelitian
Manajemen
 Perencanaan
 Pengorganisasian
 Pengarahan
 Pengendalian
Program
SBI
 School
Business
Plan
 Program
tahunan
 Janji Kinerja
Pelaksanaan
SBI
 PBM
 Ekstrakurikuler
Hasil/output
 Prestasi
akademik
 Prestasi
nonakademik
Gambar 1
Paradigma Penelitian
E. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana keefektifan perencanaan program Rintisan SBI di SMK Negeri 1
Temanggung?
2. Bagaimana keefektifan pengorganisasian pelaksanaan Rintisan SBI di SMK
Negeri 1 Temanggung?
3. Bagaimana keefektifan pengarahan pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1
Temanggung?
4. Bagaimana keefektifan pengendalian pelaksanaan Rintisan SBI di SMK
Negeri 1 Temanggung?
5. Bagaimana output pelaksanaan Rintisan SBI di SMK Negeri 1 Temanggung?
47
Download