6. dedi.pmd

advertisement
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis
Eksperimendan
Riil Kebudayaan,
Dan Laboratorium
Virtual
terhadap
Hasil Belajar
Jurnal Pendidikan
Vol. 21,
Nomor
3, Desember
2015
Fisika Siswa
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS
EKSPERIMEN RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA SISWA
EFFECTS OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL BASED REAL
EXPERIMENTS AND VIRTUAL LABORATORY TOWARDS THE RESULTS OF
STUDENTS’ PHYSICS LEARNING
Dedi Holden Simbolon
Universitas Sutomo
Jl. Sutomo Ujung No.28D, Medan Tim., Kota Medan
e-mail: [email protected]
Sahyar
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED)
Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan, Sumatera Utara
Naskah diterima tanggal: 08/05/2015, Direvisi akhir tanggal: 30/10/2015, disetujui tanggal: 10/12/2015
Abstract: This study aims to analyze the difference of learning outcomes between students
who were taught physics using guided inquiry-based learning model experiments with real
and virtual laboratory learning model compare to Instruction Direct Instruction (DI).This
study was a quasi-experimental. The study population was students of class XI-IPA Methodist
1 High School Medan of the school year 2012/2013. Sampling technique using a cluster
random sampling consisting of two classes with a total sample of 76 students. The data
analysis performed by Two Way Anova. The results obtained that there are significant
difference between the results of studying physics students taught using guided inquiry
learning model based on real and virtual laboratory experimentation and students taught
using direct learning model. It can be concluded that the Guided Inquiry learning model
based on real and virtual laboratory experiments is better than direct instructional model in
improving student learning outcomes physics. There is a significant interaction between
guided inquiry learning model based on real and virtual laboratory experiments and direct
instructional model regarding the level of activity of the physics students’ learning outcomes.
Keywords: Guided Inquiry, Direct Instruction, Virtual Laboratory, Real Experiment
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara hasil belajar fisika
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen riil dan laboratorium virtual dibandingkan dengan model pembelajaran Direct
Instrusction (DI). Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment). Populasi
penelitian adalah siswa kelas XI-IPA SMA Methodist 1 Medan tahun pelajaran 2012/
2013.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling yang
terdiri atas dua kelas dengan jumlah sampel seluruhnya 76 orang siswa. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis variansi dua arah. Hasil penelitian yang diperoleh
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan
laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual lebih
baik dari pada model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dalam meningkatkan hasil
299
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
belajar fisika siswa. Ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran
langsung (Direct Instruction) dengan tingkat aktivitas terhadap hasil belajar fisika siswa.
Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, pembelajaran langsung, Laboratorium Virtual, Eksperimen
Riil
PENDAHULUAN
keterampilan memecahkan permasalahan yang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dihadapi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
(IPTEK) memengaruhi hampir seluruh kehidupan
Nomor 19 tahun 2005 Pasal 25 (4) tentang
manusia di berbagai bidang. Untuk dapat
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
kompetensi lulusan mencakup sikap, penge-
maka kualitas sumber daya manusia harus
tahuan, dan keterampilan (Kemdiknas, 2007).
ditingkatkan melalui peningkatan mutu pelajaran
Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian
di sekolah. Pendidikan tidak hanya bertujuan
harus mengembangkan kompetensi siswa yang
memberikan materi pelajaran saja, tetapi
berhubungan dengan ranah afektif (sikap),
menekankan bagaimana mengajak siswa untuk
kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (kete-
menemukan dan membangun pengetahuannya
rampilan) ( Prihatiningtyas, Prastowo, dan
sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan
Jatmiko, 2013).
kecakapan hidup (life skill) dan siap untuk
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kelas masih menitikberatkan peran guru sebagai
kehidupan.
pemeran utama dalam proses pembelajaran.
Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis
Guru juga masih mengutamakan ketuntasan
melainkan sesuatu yang dinamis sehingga
materi dan kurang mengoptimalkan aktivitas
menuntut adanya suatu perbaikan yang terus
belajar siswa. Siswa hanya menerima informasi
menerus. Dunia pendidikan memiliki tujuan yang
yang diberikan oleh guru, sehingga partisipasi
harus dicapai dalam proses pembelajarannya.
aktif dalam pembelajaran kurang terlihat. Hal
Pendidikan tidak hanya ditekankan pada
tersebutlah yang mengakibatkan pembelajaran
penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada
hanya terfokus pada kegiatan menghafal
penguasaan keterampilan. Siswa juga harus
konsep, sehingga penguasaan konsep siswa
memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu
rendah khususnya kemampuan dalam menye-
dengan menggunakan proses dan prinsip
lesaikan suatu permasalahan. Kurang terlatihnya
keilmuan yang telah dikuasai, dan learning to
kemampuan pemecahan masalah akan membuat
know (pembelajaran untuk tahu) dan learning
siswa merasa kesulitan untuk memahami konsep
to do (pembelajaran untuk berbuat) harus
fisika. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar
hasil belajar siswa.
(Ambarsari, Santosa, dan Mariadi, 2013).
Guru dengan kompetensi yang dimilikinya
Dalam KTSP untuk pendidikan dasar dan
diharapkan mampu memilih model pembelajaran
menengah disebutkan bahwa sains berfungsi
yang tepat agar dapat mencapai tujuan pem-
untuk mengembangkan keterampilan wawasan
belajaran yang telah ditentukan serta mencapai
dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan
hasil belajar yang lebih optimal. Semua itu
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
menuntut lingkungan belajar yang kaya dan
Melalui pembelajaran sains di sekolah,
nyata (rich and natural environment) agar
semestinya dapat digunakan untuk membentuk
dapat memberikan pengalaman belajar yang
kemampuan manusia yang utuh, dalam arti
bermakna dan akhirnya dapat meningkatkan
mempunyai sikap, kemampuan kognitif, dan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Mengajar bukan
300
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
sekedar usaha untuk menyampaikan ilmu
lagi berperan sebagai aktor tetapi lebih sebagai
pengetahuan, melainkan juga usaha untuk
fasilitator. Kegiatan belajar lebih menekankan
menciptakan sistem lingkungan yang mem-
siswa yang aktif sehingga proses pembelajaran
belajarkan siswa agar tujuan pengajaran dapat
berlangsung efektif. Seorang guru fisika
tercapai secara optimal (Gulo dalam Kristianti
mempunyai tugas untuk membuat kondisi
2012).
pembelajaran yang menarik, menyenangkan
Mengajar dalam pemahaman seperti ini
yaitu kondisi pembelajaran yang demokratis,
memerlukan suatu model yang tepat bagi tujuan
dapat membangkitkan siswa berani menyam-
yang ingin dicapai, terutama dalam upaya
paikan pendapat dan mampu menghubungkan
mengembangkan aktivitas dan hasil belajar
materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
siswa. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan
Dengan kondisi pembelajaran yang seperti itu,
kemampuan professional guru untuk mengelola
diharapkan siswa senang terhadap pelajaran
program pengajaran dengan strategi belajar
fisika, sehingga tidak lagi menganggap fisika itu
yang kaya dengan variatif. Sesuai dengan yang
sulit dan musuh bagi kalangan siswa pada saat
tertera dalam Standar Kompetensi dan
mendapat pelajaran fisika, dengan demikian
Kompetensi Dasar SMA, pembelajaran fisika di
prestasi belajar atau hasil belajar juga akan
sekolah memiliki tujuan yaitu siswa dapat
semakin meningkat. Hasil belajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan penalaran induktif
berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga
dan deduktif, menguasai konsep dan prinsip
kecakapan dan keterampilan dalam melihat,
untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam
menganalisis, dan memecahkan masalah, mem-
dan menyelesaikan masalah baik secara
buat rencana dan mengadakan pembagian kerja.
kualitatif maupun kuantitatif.
Dengan demikian, aktivitas dan produk yang
Dalam proses pembelajaran banyak kom-
dihasilkan dari ativitas belajar ini mendapatkan
ponen yang mempengaruhi hasil belajar, antara
penilaian (Ambarsari, dkk, 2013). Salah satu
lain: tujuan, bahan atau materi yang dipelajari,
metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi
strategi pembelajaran, siswa dan guru sebagai
tercapainya penguasaan konsep dan aktivitas
subjek belajar, media pembelajaran dan
siswa serta kemampuan pemecahan masalah
penunjang proses pembelajaran (Praptiwi, Sarwi,
siswa adalah metode eksperimen. Metode
dan Handayani, 2012). Komponen-komponen
eksperimen merupakan metode pembelajaran
tersebut saling terkait satu sama lain sehingga
yang dapat memberikan pengalaman langsung
melemahnya satu komponen akan menghambat
kepada siswa untuk memperkenalkan, mem-
pencapaian tujuan pembelajaran secara
biasakan, dan melatihkan siswa untuk me-
maksimal. Pandangan lain tentang pembelajaran
laksanakan langkah-langkah ilmiah dan
dengan pendekatan inkuiri yaitu dapat
pengetahuan
melibatkan siswa secara aktif menggunakan
menguasai konsep, praktikum juga berdampak
proses sains dan kemampuan kecakapan ilmiah
positif terhadap peningkatan motivasi dan minat
dan kreatif seperti mereka menemukan jawaban
siswa (Rustaman, 2005). Penggunaan metode
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
eksperimen dalam penelitian ini diterapkan dalam
(Kristianti, 2012).
model pembelajaran inkuiri terbimbing. Metode
prosedural.
Selain
untuk
Keberhasilan siswa menyerap informasi dan
eksperimen paling tepat untuk merealisasikan
pengetahuan dapat ditentukan oleh keaktifan
model pembelajaran inkuiri atau model
siswa selama proses belajar mengajar dan
pembelajaran berdasarkan penemuan. Ber-
transfer pengetahuan tidak lagi berorientasi
dasarkan penjelasan di atas, dapat diprediksi
pada guru tetapi pada keterlibatan aktif siswa
bahwa model pembelajaran inkuiri dengan
pada saat proses belajar mengajar. Guru tidak
menggunakan metode eksperimen mampu
301
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
memfasilitasi penguasaan konsep dan aktivitas
laboratorium virtual dalam pembelajaran
siswa yang berdampak pada prestasi belajar
berdampak positif terhadap peningkatan
siswa.
penguasaan konsep, kemampuan pemecahan
Seiring berjalannya waktu, teknologi
masalah, kemampuan berfikir kritis, dan aktivitas
informasi yang mengalami perkembangan cukup
siswa. Laboratorium sekolah sejatinya adalah
pesat, yang menawarkan beberapa alternatif
unit penunjang akademik yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran,
sebagai tempat pengujian, kalibrasi, dan
seperti pembelajaran berbasis web, animasi,
produksi berdasarkan metode keilmuan tertentu
powerpoint, multimedia interaktif online dan
dalam rangka melaksanakan pendidikan (Putri,
offline dan masih banyak cara lain yang dapat
Syakbaniah, dan Yulkifli , 2013). Pemanfaatan
mendukung dan memudahkan proses belajar
laboratorium virtual dalam proses pembelajaran
mengajar di kelas. Pemanfaatan komputer
menjadikan proses pembelajaran tersebut lebih
sebagai salah satu media pembelajaran di-
efektif dari segi waktu dan meningkatkan
hapakan dapat mengatasi keterbatasan ruang
prestasi belajar siswa (Tatli dan Ayas, 2013).
dan waktu, sehingga proses belajar mengajar
Dalam penelitian Prasetyo (2011) menya-
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di
takan bahwa adanya metode demonstrasi vir-
samping itu, penggunaan komputer dapat dapat
tual dapat meningkatkan hasil belajar, tetapi
menjadi alternatif, ketika peralatan laboratorium
tidak ada pengaruh antara tinggi rendahnya
kurang memadai. Dalam pelaksanaan pem-
kemampuan awal dengan hasil belajar siswa.
belajaran, dengan bantuan komputer, siswa
Penelitian yang dilakukan Sudarmi (2009)
secara langsung berinteraksi dengan komputer
menghasilkan kesimpulan prestasi belajar siswa
yang telah dilengkapi dengan beberapa software
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
pembelajaran yang berisi simulasi virtual. Melalui
media laboratorium riil lebih tinggi dengan
simulasi tersebut siswa dibimbing untuk
menggunakan laboratorium virtual tetapi
menemukan kesimpulan akan materi yang
prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya
sedang dipelajari.
belajar kinestetik tidak berbeda dengan siswa
Dalam penelitian ini, laboratorium virtual
yang memiliki gaya belajar visual. Penelitian
menggunakan konsep yang kedua, yaitu eks-
Iswari (2009) menghasilkan kesimpulan prestasi
perimen yang dilakukan dengan menggunakan
belajar menggunakan media laboratorium riil lebih
simulasi komputer, karena eksperimen tidak
tinggi dibandingkan dengan laboratorium virtual
dikontrol langsung oleh peralatan laboratorium.
dan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
Laboratorium virtual dapat diakses dengan
prestasi belajarnya juga lebih tinggi dari pada
mudah melalui internet dan dapat dipergunakan
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
untuk mengantisipasi laboratorium riil yang
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Tarno
belum memadai dan efisien untuk mencapai
(2010) menyimpulkan bahwa prestasi belajar
tujuan pembelajaran selama waktu yang singkat
yang menggunkan media laboratorium riil lebih
dengan biaya yang lebih murah. Selain itu
tinggi daripada menggunakan laboratorium vir-
laboratorium virtual juga menggabungkan
tual. Penelitian Tarno ini menggunakan variabel
sumber daya teknologi dengan software yang
moderator kemampuan berpikir dan kreativitas.
dapat digunakan kembali dan bersifat otomatis
Kedua variabel ternyata tidak memengaruhi
sesuai dengan konsep pelatihan yang benar
prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan
serta dapat dikirim ke siapa saja, di mana saja
Demirdag (2008) menyatakan bahwa metode
dan kapan saja. Secara umum penggunaan
Computer Aaided Education (CAE) memberikan
laboratorium virtual dalam pembelajaran terus
efek yang lebih pada keberhasilan belajar kimia
berkembang terutama dalam kajian penelitian.
siswa, sikap terhadap kimia dan komputer
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan
dibandingkan dengan cara tradisional. Penelitian
302
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
oleh Gerald, Harol, dan Mike (2008) menyim-
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-
pulkan siswa yang belajar dengan menggunakan
simbol dan ingin mencari jawaban atas
laboratorium virtual lebih interaktif dibandingkan
pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan
dengan kelas tradisional dan prestasi belajar
yang satu dengan yang lain, membandingkan
Fisika di kelas tradisional lebih tinggi sedikit
apa yang ditemukan sendiri dengan apa yang
dibandingkan dengan kelas laboratorium virtual.
di temukan yang lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut digunakan
Penerapan model pembelajaran inkuiri
model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, karena
sangat
selain model ini cocok dipadukan dengan media
konstruktivisme yang berkembang atas dasar
berkaitan
dengan
teori
belajar
praktikum atau eksperimen, model ini juga cocok
psikologi perkembangan kognitif dari Jean Piaget
bagi siswa, sehingga dapat meningkatakan hasil
dan teori scaffolding (penyediaan dukungan
belajar fisikanya.
untuk belajar dan memecahkan masalah) dari
Lev Vygotsky (Dahar, 2011). Kedua ahli tersebut
KAJIAN LITERATUR
menyatakan perubahan kognitif seseorang
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
hanya akan terjadi jika konsep awalnya
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
mengalami proses ketidakseimbangan dengan
suatu pola mengajar yang menerangkan proses
adanya informasi baru. Titik berat teori
menyebutkan dan menghasilkan situasi
konstruktivisme adalah gagasan bahwa siswa
lingkungan tertentu yang menyebabkan para
harus membangun pengetahuannya sendiri.
siswa berinteraksi dengan cara terjadinya
Dengan belajar melalui inkuiri siswa akan terlibat
perubahan khusus pada tingkah laku, dengan
dalam
kata lain penciptaan suatu situasi lingkungan
pengetahuannya melalui penggabungan konsep-
yang memungkinkan terjadinya proses belajar
konsep yang sudah dimiliki sebelumnya dengan
proses
mereorganisasi
struktur
mengajar. Inkuiri berdasarkan uraian sebelumnya
ide-ide yang baru didapatkan. Dalam inkuiri,
adalah suatu proses bertanya dan mencari tahu
siswa dimotivasi untuk terlibat langsung atau
jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
berperan aktif secara fisik dan mental dalam
diajukannya untuk memperoleh dan menda-
kegiatan pembelajaran. Lingkungan kelas di
patkan informasi dengan menggunakan
mana siswa aktif terlibat dan guru berperan
kemampuan berpikir kritis dan logis melalui
sebagai fasilitator pembelajaran sangat
kegiatan ilmiah.
membantu dalam mencapai tujuan belajar.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
Dampak pembelajaran dan dampak pengiring
model pembelajaran inkuiri merupakan model
dari model pembelajaran inkuiri adalah: (1) Dapat
pembelajaran yang berpusat pada siswa
mengembangkan keterampilan proses sains, (2)
(student centered) guru memberikan kesem-
Model penyelidikan dapat dikembangkan secara
patan seluas-luasnya kepada siswa untuk
kreatif, (3) Menimbulkan semangat kreatif dan
menemukan dan menyelidiki konsep yang
semangat belajar pada siswa, (4) Memberikan
dipelajarinya melalui kegiatan eksperimen guna
kebebasan atau belajar secara otonomi pada
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul
siswa, (5) Memungkinkan kerjasama dua arah
dari dalam diri siswa mengenai masalah yang
(guru-siswa dan siswa-siswa), (6) Menekankan
diberikan, penyelesaian dari masalah tersebut
hakekat kesementaraan dari pengetahuan.
diselidiki dan ditemukan sendiri sesuai dengan
Joyce dan Weil (2000) mengemukakan
kemampuannya. Sejalan dengan Piaget, yang
bahwa model pembelajaran berbasis inkuiri
mendefinisikan model pembelajaran inkuiri
suatu proses melatih siswa untuk meng-
merupakan pembelajaran yang mempersiapkan
investigasi dan menjelaskan fenomena yang
situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen,
tidak biasa. Pembelajaran inkuiri didesain
dalam artian ingin melihat apa yang terjadi, ingin
sedemikian rupa agar siswa secara langsung
303
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
yang melakukan proses ilmiah melalui latihan
kesimpulan akanlebih cepat dan mudah diambil.
dalam waktu singkat. Sclenker (dalam Dahar,
Guru bertindak sebagai penunjuk jalan,
2011) melaporkan bahwa pembelajaran inkuiri
membantusiswa agar menggunakan ide, konsep,
dapat menghasilkan peningkatan pemahaman
dan keterampilan yang sudah mereka pelajari
sains, produktivitas, berfikir kreatif, serta siswa
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan
menjadi terampil dalam memperoleh dan
yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat
menganalisis informasi.
oleh guru akan merangsang kreativitas siswa
Kelebihan model pembelajaran inkuiri yaitu
dan membantu mereka dalam ‘menemukan’
(1) Model pengajaran menjadi berubah dari yang
pengetahuan baru tersebut. Model pembelajaran
bersifat penyajian informasi menjadi pengolahan
inkuiri terbimbing memang memerlukan waktu
informasi, (2) Pengajaran berubah dari teacher
yang relatif banyak dalam pelaksanaanya, akan
centered menjadi student centered. Guru lebih
tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya
banyak bersifat membimbing, (3) Dapat
tentunya sebanding dengan waktu yang
membentuk dan mengembangkan self-concept
digunakan. Pengetahuan baru akan melekat lebih
pada diri siswa, (4) Dapat memperkaya dan
lama apabila siswa dilibatkan secara langsung
memperdalam materi yang dipelajari sehingga
dalam proses (Ristanto, 2010)
tahan lama dalam ingatan, (5) Memungkinkan
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
lebih membiasakan siswa untuk membuktikan
jenis sumber belajar yang tidak hanya menja-
suatu materi pelajaran, membuktikan dengan
dikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar,
melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa yang
(6) Menghindarkan cara belajar tradisional
dibimbing oleh guru. Penyelidikan dapat di-
(menghafal).
lakukan oleh siswa baik di dalam ruangan seperti
Kekurangan model pembelajaran inkuiri yaitu
di laboratorium maupun di lapangan terbuka
(1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara
kemudian hasil penyelidikan dianalisis oleh para
belajar siswa yang menerima informasi dari guru
siswa menggunakan buku-buku referensi yang
apa danya menjadi belajar mandiri dan kelompok
mendukung tentang materi yang diselidiki.
dengan mencari dan mengolah informasi sendiri.
Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang
terbimbing ini pengembangan ranah kognitif
mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-
siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-
tahun; (2) Guru dituntut mengubah kemasan
hari dapat diaplikasikan secara motorik.
mengajar yang umumnya sebagai penyaji
Beberapa keunggulan dalam mengajar
informasi menjadi fasilitator dan motivator. Hal
dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing
ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang,
yang dikemukakan oleh Bruner (dapat dijelaskan
karena umumnya guru merasa belum mengajar
antara lain (1) Siswa mengetahui konsep-konsep
dan belum puas apabila tidak menyampaikan
dasar dan ide-ide yang ebih baik, (2) Membantu
informasi (ceramah); (3) Metode ini dalam
dalam mengingat pada proses belajar yang baru,
pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber
(3) Memotivasi siswa untuk berpikir dan bekerja
belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak
atas inisiatif sendiri, (4) Mendorong siswa untuk
selalu tersedia, (4) Metode ini tidak efisien
berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
khususnya untuk mengajar siswa dalam jumlah
sendiri, (4) Memberikan kepusan bersifat
besar, sedangkan jumlah guru terbatas.
instrinsik, (5) Proses pembelajaran yang lebih
Peran guru dalam inkuiri terbimbing dalam
menarik.
memecahkan masalah yang diberikan kepada
Di samping itu metode inkuiri terbimbing juga
siswa adalah dengan memberikan pertanyaan-
mempunyai kelemahan yaitu (1) Kesulitan untuk
pertanyaan dalam proses penemuan sehingga
mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan
siswa tidak akan kebingungan. Sehingga
faktual, pengetahuan itu secara efisien diperoleh
304
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
dengan pengajaran deduktif, (2) Ada kemung-
menanggapi keadaan tersebut. Program simulasi
kinan hanya siswa yang pandai yang terlibat
memuat teks, grafik, animasi, bunyi dan
secara aktif dalam pengembangan prinsip umum
permasalahan yang sesuai serta bermakna bagi
dan siswa yang pasif hanya diam menunggu,
siswa. Program jenis simulasi berguna untuk
(3) Memerlukan waktu yang banyak dan sering,
mengganti situasi yang sebenarnya yang tidak
(4) Senada dengan uraian di atas dapat
mungkin dihadirkan dalam kelas. Simulasi dalam
disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing merupakan
komputer yang digunakan di dalam pembelajaran
pembelajaran dimana siswa memperoleh konsep-
merupakan media yang sangat baik untuk
konsep dengan cara menemukan sendiri. Tujuan
meningkatkan proses belajar dengan memberikan
utama inkuiri terbimbing adalah mengembangkan
kesempatan bagi para siswa untuk mengem-
keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan
bangkan keterampilan di dalam mengidentifikasi
mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
masalah, mengorganisasi, menganalisis,
Langkah-langkah metode inkuiri terbimbing agar
mengevaluasi,
menjadi jelas dan mudah dilakukan adalah
informasi. Simulasi virtual pada penelitian ini
identifikasi dan klarifikasi persoalan, membuat
merupakan program yang membantu menye-
hipotesa, mengumpulkan data, menganalisa
diakan suasana pembelajaran yang menyerupai
data dan mengambil kesimpulan.
keadaan atau fenomena yang sebenarnya,
dan
mengkomunikasikan
sehingga dapat memberikan satu visual atau
Laboratorium Virtual
penjelasan tentang suatu situasi dan siswa
UNESCO memberikan definisi “Virtual laboratory
berinteraksi untuk menanggapi keadaan
is an electronic workspace for distance
tersebut. Dalam menggunakan media komputer
collaboration and experimentation in research
sebagai media pembelajaran perlu direncanakan
or other creative activity, to generate and
secara sistematik, agar pembelajaran berjalan
deliver results using distributet information and
efektif. Pembelajaran menggunakan komputer
comunikation technologies”. Artinya labora-
perlu direncanakan dengan baik karena dapat
torium virtual adalah ruang kerja elektronik untuk
menumbuhkan minat peserta didik, menyam-
berkolaborasi dan eksperimentasi dalam
paikan materi baru, melibatkan peserta didik
penelitian dan kegiatan kreatif lainnya, untuk
secara aktif, mengevaluasi tingkat pemahaman
memberikan hasil melalui dan menggunakan
siswa, dan menetapkan tindak lanjut.
teknologi informasi dan komunikasi. Laboratorium
Laboratorium virtual merupakan sebuah
virtual atau sering disebut simulasi komputer
simulasi komputer yang memungkinkan fungsi-
adalah alat-alat laboratorium yang dipersiapkan
fungsi penting dari laboratorium riil untuk
dalam program (software) komputer. Jadi,
dilaksanakan pada komputer (Nugroho, 2012).
peralatan yang tersedia dalam kegiatan
Ada dua konsep utama laboratorium virtual,
praktikum menggunakan laboratorium virtual
yaitu eksperimen riil digantikan oleh komputer
bukan seperangkat peralatan nyata, karena
sehingga eksperimen dilaksanakan dalam bentuk
peralatan yang disediakan sudah terdapat dalam
simulasi (eksperimen virtual) dan eksperimen
software atau program tersebut, sehingga
laboratorium dapat digambarkan sebagai virtual
proses pembelajaran menggunakan laboratorium
ketika eksperimen tidak dikontrol oleh manipulasi
virtual hanya berupa simulasi.
langsung peralatan laboratorium, tetapi dengan
Simulasi virtual merupakan program yang
alat komputer. Dalam penelitian ini, laboratorium
menyediakan suasana pembelajaran yang
virtual menggunakan konsep yang kedua, yaitu
menyerupai keadaan atau fenomena yang
eksperimen yang dilakukan dengan menggu-
sebenarnya. Komputer akan memberikan satu
nakan simulasi komputer, karena eksperimen
visual atau penjelasan tentang suatu situasi
tidak dikontrol langsung oleh peralatan
dan siswa berpeluang berinteraksi untuk
laboratorium. Laboratorium virtual juga memuat
305
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
lembar kerja siswa (LKS) yang disusun dan
intended to transfer conceptual and procedural
disajikan sedemikian rupa sesuai dengan model
knowledge. Since this knowledge refers to the
pembelajaran inkuiri terbimbing dan indikator
preparation,
the
performance
and
the
yang akan diukur. Hal ini dapat membantu siswa
evaluation of laboratory experiments, itis
dalam mempermudah menguasai dan memahami
necessary
konsep dari materi yang diajarkan.
knowledge and also knowledge referring to
to
impart
both
background
Virtual Laboratory merupakan situasi
actually carrying out the experiment”. Bajpai
interaktif dan kompleks untuk memecahkan
dan Kumar, (2015) dalam penelitiannya juga
persoalan dalam bentuk simulasi secara
menemukan bahwa virtual lab through
berkelompok oleh para peneliti (Sutrisno, 2012).
computer simulation based method of teaching
Laboratorium virtual yang dimanfatkan salah
physics is emerging as one of the most powerful
satunya adalah simulasi interakif PhET Colorado.
method of experimentation in lab.
PhET (Physics Education Technology) merupakan sebuah situs yang menyediakan simulasi
Eksperimen Riil
pembelajaran fisika yang dapat di download
Eksperimen riil adalah suatu cara di mana murid
secara gratis untuk kepentingan pengajaran di
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan
kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan
atau percobaan untuk mengetahui pengaruh
belajar individu. Simulasi interaktif PhET Colorado
atau akibat dari sesuatu aksi. Melalui eksperimen
merupakan media simulasi interaktif yang
riil siswa mempelajari fakta, gejala, konsep,
menyenangkan dan berbasis penemuan
prinsip, hukum dan lain sebagainya. Sehingga
(research based) yang berupa software dan
selain memperoleh pengetahuan kognitif juga
dapat digunakan untuk memperjelas konsep-
dapat keterampilan/kinerja dan dapat mene-
konsep fisis atau fenomena yang akan
rapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut
diterangkan yang merupakan ciptaan dari
pada situasi yang baru serta memperoleh sikap
komunitas sains melalui PhET Project di
ilmiah (Susiandari, 2012). Dalam eksperimen riil
University of Colorado, USA (Sari, Lutfi, dan
siswa dituntut untuk melakukan eksperimen
Qosyim, 2013).
langsung dilaboratorium sesuai dengan penuntun
Kelebihan dari simulasi PhET yakni dapat
praktikum yang diberikan oleh guru. Setelah
melakukan percobaan secara ideal, hal ini tidak
melakukan prosedur praktikum, mulai dari
dapat dilakukan dengan menggunakn alat yang
mempersiapkan alat dan bahan praktikum,
sesungguhnya. Dipilihnya simulasi PhET ini
melakukan prosedur kerja, melakukan peng-
karena simulasi ini berbasis program java yang
amatan, sampai pada penarikan kesimpulan.
memiliki kelebihan Easy Java Simulations (EJS)
Pada akhirnya diharapkan siswa dapat
dirancang khusus untuk memudahkan tugas
menemukan konsep yang akan dipelajarinya.
para guru dalam membuat simulasi fisika dengan
Dengan pembelajaran menggunakan eksperimen
memanfaatkan komputer sesuai dengan bidang
riil maka siswa diharapkan dapat memperoleh
ilmunya (Rochmah dan Madlazim, 2013).
pengalaman langsung lebih mudah memahami
Sama seperti simulasi pada umumnya,
Virtual
Laboratory
dimaksudkan
materi pelajaran yang sedang dipelajari.
untuk
menanamkan konsep di mana proses yang harus
Hasil Belajar
dilakukan adalah persiapan (preparation),
“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
tampilan virtlab (performance), dan evaluasi
belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
proses eksperimen (evaluation). Sejalan dengan
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
ini, Harms (tahun 2012) mengungkapkan bahwa
bobot yang dicapainya”. Menurut Dimyati hasil
“virtual laboratories, like simulations, are
belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu
306
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan
mengukur hasil belajar yang bersifat psikomotor.
dengan nilai tes yang diberikan guru. Muhibbin
Penilaian prestasi belajar, perlu dilakukan
menjelaskan bahwa pengungkapan hasil belajar
terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
idealnya meliputi segenap ranah psikologis yang
dipelajari peserta didik melalui kegiatan
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi
belajar siswa. Penilaian hasil belajar diharapkan
yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai
mencerminkan perubahan tingkah laku, baik yang
meliputi nanah kognitif, domain afektif, dan
berdimensi pada cipta (kognitif), rasa (afektif),
domain psikomotor. Dalam penelitian ini, penilaian
dan karsa (psikomotor) (Yuliati, Yulianti, dan
hail belajar diukur berdasarkan ranah kognitif
Khanafiyah, 2011).
Taksonomi
Bloom
yang
meliputi
aspek
Standar penilaian pendidikan sesuai dengan
pengetahuan dan pengenalan (C1), pemahaman
Permendiknas No. 20 Tahun 2007, menjelaskan
(C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5)
bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada
dan kreasi (C6).
jenjang pendidikan dasar dan menengah
Suatu proses belajar dikatakan berhasil baik
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
apabila dapat menghasilkan prestasi belajar
(1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data
yang baik pula. Untuk mengetahui sejauh mana
yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
kegiatan belajar yang dilaksanakan dalam upaya
(2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada
mencapai tujuan dan target yang telah
prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
ditetapkan maka perlu adanya kegiatan evaluasi
dipengaruhi subjektivitas penilai; (3) Adil, berarti
belajar. Evaluasi adalah penilaian terhadap
penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta
tujuan
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya,
pembelajaran. Hasil dari kegiatan evaluasi
adat istiadat, status social ekonomi, dan
tersebut dapat memberikan gambaran mengenai
gender; (4) Terpadu, berarti penilaian oleh
prestasi belajar yang dicapai. Pengukuran
pendidik merupakan salah satu komponen yang
prestasi belajar dengan penilaian hasil belajar
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; (5)
secara menyeluruh baik secara kualitatif maupun
Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria
secara kuantitatif.
belajar
dalam
sebuah
program
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
Menurut Gagne (dalam Dahar, 2011)
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
penampilan yang dapat diamati sebagai hasil
(6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti
belajar disebut kemampuan (capabilities).
penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
Menurut Gagne ada lima kemampuan, yaitu
kompetensi dengan menggunakan berbagai
keterampilan intelektual, strategi-strategi
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
kognitif, invormasi verbal, sikap dan kete-
perkembangan kemampuan peserta didik; (7)
rampilan motorik. Berhasilnya kegiatan belajar
Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara
siswa ditentukan oleh usaha dan aktivitas siswa
berencana dan bertahap dengan mengikuti
itu sendiri, disamping faktor kemauan, minat,
langkahlangkah baku; (8) Beracuan kriteria,
ketekunan, tekad untuk sukses dan cita-cita.
berarti penilaian didasarkan pada ukuran
Hasil belajar yang tinggi dapat dicapai jika siswa
pencapaian kompetensi yang ditetapkan, (9)
berusaha secara maksimal dan menggunakan
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertang-
cara belajar yang benar dan efektif (Suyanti,
gungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
2010).
maupun hasilnya.
Prosedur tertulis digunakan untuk mengukur
METODE
hasil belajar yang bersifat kognitif dan afektif,
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
sedangkan prosedur observasi digunakan untuk
eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan
307
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
memberikan perlakuan berupa pembelajaran.
Tabel 2 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua kelas penelitian
dengan perlakuan yang berbeda-beda, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelompok
eksperimen diberi model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis eksperimen riil dan
laboratorium virtual sedangkan kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran Direct
Instruction (DI).
Parameter
Aktivitas Tinggi
(B1)
Aktivitas
Rendah (B2)
Kelas
Eksperimen
(A1)
Kelas
Kontrol (A2)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Variabel bebas moderator adalah variabel
bebas bukan utama yang juga diamati pada
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA
penelitian untuk menentukan sejauh mana
Swasta Methodist 1 Medan pada Tahun Ajaran
efeknya ikut memengaruhi hubungan antara
2012/2013 pada semester II selama 4 bulan,
variabel bebas utama dan variabel terikat. Pada
yaitu bulan Februari – Mei 2013. Populasi dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA
moderator adalah tingkat aktivitas belajar fisika
SMA Swasta Methodist 1 Medan tahun pelajaran
siswa. Tingkat aktivitas siswa meliputi segala
2012/2013 yang terdiri dari 4 kelas dengan
kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
jumlah siswa sebanyak 151 orang siswa. Sampel
maupun rohani yang mengarah pada proses
dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
(XI IPA - B) berjumlah 39 orang dan kelas
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab
kontrol (XI IPA - C) berjumlah 37 orang siswa.
pertanyaan guru dan bekerja sama dengan siswa
Kelompok eksperimen diberi model pembelajaran
lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas
inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan
yang diberikan.
laboratorium virtual sedangkan kelas kontrol
Variabel terikat adalah suatu keadaan yang
menggunakan model pembelajaran Direct
menunjukan pengaruh dan akibat yang
Instruction (DI). Dengan teknik pengambilan
disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat
sampel teknik pengambilan sampel dalam
dalam penelitian ini adalah prestasi atau hasil
penelitian ini dengan menggunakan teknik
belajar siswa pada pelajaran fisika yaitu hasil
Cluster Random Sampling. Desain penelitian
prestasi kognitif siswa pada ranah kognitif
yang digunakan adalah penelitian eksperimen
Taksonomi Bloom.
dengan pertimbangan bahwa penelitian ini
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
berusaha untuk mengetahui pengaruh dan
menggunakan instrumen penelitian, yaitu tes
hubungan antara suatu variabel terhadap
hasil belajar fisika siswa dan observasi tingkat
variabel lain.
aktivitas siswa dalam belajar fisika. Instrumen
kegunaanya adalah untuk mengukur hasil belajar
Tabel 1 Desain Penelitian
Group
Eksperimen
Kelas Kontrol
Pre tes
X1
Y1
Perlakuan
P1
P2
fisika yang disusun dalam bentuk tes objektif
Pos tes
X2
Y2
berupa esay dan mengukur tingkat aktivitas
siswa dalam belajar fisika.
Analisis data yang dilakukan meliputi (1)
Analisis untuk melihat normalitas dan homo-
Rancangan penelitian dapat disajikan
genitas dari instrumen penelitian, (2) Analisis
dengan desain faktorial 2x2 dengan teknik
terhadap pengaruh model pembelajaran dengan
analisis varians (Anova) 2 jalur seperti disajikan
metode pembelajaran yang disusun dalam
dalam Tabel 2.
peningkatan hasil belajar siswa, dengan cara
menganalisis perbedaan antara hasil belajar pre
tes dan pos tes serta tingkat aktivitas siswa,
(3) Analisis terhadap data hasil tes dilakukan
308
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap konsep dinamika fluida dengan cara
Hasil
mendeskripsikan data skor hasil pre tes dan post
Penyajian dan Analisis Data
tes masing-masing siswa.
Data yang dideskripsikan pada penelitian ini
Pengujian hipotesis dilakukan untuk
meliputi data hasil belajar dan data aktivitas
mengetahui apakah hipotesis yang sudah
belajar fisika siswa pada mata pelajaran fisika
dilakukan ditolak atau diterima. Untuk menguji
di kelas XI IPA SMA Methodist-1 Medan. Hasil
hipotesis dalam penelitian digunakan rumus
belajar fisika siswa merupakan nilai hasil belajar
anova dua jalan dengan desain faktorial 2x2.
kelompok siswa yang diajar dengan menggu-
Tujuan analisis varian dua jalan tersebut adalah
nakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
untuk menguji signifikansi efek 2 variabel bebas
berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual
terhadap satu variabel terikat dan interaksi
dan kelompok siswa yang diajar dengan meng-
kedua variabel bebas terhadap variabel terikat.
gunakan model pembelajarn langsung (Direct
Uji hipotesis dalam penelitian ini meng-
Instruction) dengan menggunakan eksperimen
gunakan analisis varians (Anava) 2 arah (Two
riil. Aktivitas belajar merupakan salah satu faktor
Way Anova) pada General Linear Model (GLM)
yang dapat memengaruhi keberhasilan kegiatan
univarians dengan program SPSS 20. Pada uji
belajar yang diukur dengan menggunakan
hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan =
observasi
0,05. Taraf signifikansi merupakan angka yang
berlangsung.
selama
proses
pembelajaran
menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya
kesalahan analisis. Hipotesis statistik yang perlu
Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa
diuji dalam penelitian ini adalah Tolak Ho, jika FA
Berdasarkan data hasil penelitian berupa hasil
> Ftabel(dbA;dbB;0.05), dalam hal lain terima Ho.
belajar fisika yang diperoleh dari data nilai
pretes, postes hasil belajar fisika siswa dan gain
Keterangan:
ternormalisasi untuk kelas DI dan kelas Inkuiri
Ho: Hipotesis nol, untuk parameter jika taraf
Terbimbing dirangkum dalam Tabel 3.
signifikasi hasil pengujian atau perhitungan
hipotesis statistik lebih besar dari Ftabel.
Ha: Hipotesis nol, untuk parameter jika taraf
signifikasi hasil pengujian atau perhitungan
hipotesis statistik lebih kecil dari Ftabel.
Uji gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar
Fisika Siswa Siswa Kelas DI dan Inkuiri
Terbimbing pada Kategori Ranah Kognitif
Model
DI
Ink
C1
0.22
0.31
C2
0.14
0.40
Kategori
C3
C4
0.54 0.47
0.74 0.75
C5
0.33
0.75
C6
0.32
0.68
pembelajaran dihitung dengan rumus gain skor
ternormalisasi. Persamaan untuk perhitungan
gain, disajikan dalam rumus berikut.
g=
Perolehan nilai rata-rata gain atau
peningkatan hasil belajar fisika untuk kelas DI
Spos − Spre
pada tingkat kognitif C1, C2, C3, C4, C5 dan
Smaka − Spre
C6 secara berurutan adalah 0.22, 0.14, 0.54,
Tingkat perolehan skor dikategorikan atas
tiga kategori, yaitu:
-
Tinggi: g > 0.7
-
Sedang: 0.3 < g < 0.7
-
Rendah: g < 0.3
0.47, 0.33 dan 0.32. Perolehan nilai rata-rata
gain atau peningkatan hasil belajar fisika untuk
kelas Inkuiri Terbimbing adalah 0.31, 0.40, 0.74,
0.75, 0.75 dan 0.68.
309
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
Tabel 4 Rata-Rata Nilai Pretes, Postes dan
Gain Hasil Belajar Fisika
Kelas
DI
Inkuiri
Terbimbing
juga rendah. Sedangkan untuk tingkat kognitif
yang lebih tinggi seperti C3, C4, C5 dan C6 nilai
Pretes
28.00
Postes
57.41
Gain
0.40
rata-rata gain atau peningkatan hasil belajar
24.87
75.28
0.68
besar. Pada kategori C3, C4, C5 dan C6
fisika di setiap model jauh lebih tinggi atau lebih
perbedaan pencapaian nilai rata-rata gain atau
peningkatan hasil belajar fisika untuk kelas DI
jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelas Inkuiri
Terbimbing karena pada kelas Inkuiri Terbimbing,
selama pembelajaran siswa dituntut untuk
mampu menganalisis, mengevaluasi, menemukan
sendiri setiap konsep atau materi yang tidak
dipahami, maka ketika siswa dihadapkan pada
suatu masalah atau soal yang membutuhkan
daya analisis ataupun evaluasi, mereka sudah
Gambar 1 Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil
Fisika Belajar Siswa Kelas DI dan Inkuiri
Terbimbing Kategori Ranah Kognitif
cenderung terbiasa menyelesaikannya. Dengan
demikian, peningkatan nilai atau gainnya juga
jauh lebih tinggi atau lebih besar. Sementara
kelas DI, siswa cenderung pasif di kelas,
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 1, maka
sehingga ketika siswa dihadapkan pada soal
diperoleh kesimpulan bahwa untuk kategori C1
atau masalah, hanya sebagian kecil saja yang
Inkuiri Terbimbing (kelas eksperimen) memiliki
bisa menyelesaikannya, yaitu siswa yang pada
nilai rata-rata gain lebih tinggi 0.09 dibandingkan
dasarnya kemiliki daya analisis yang baik.
dengan DI (kelas kontrol). Untuk kategori C2
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Inkuiri (kelas eksperimen) memiliki nilai rata-rata
dilakukan Nugroho (2012) dalam penelitiannya
gain lebih tinggi 0.26 dibandingkan dengan DI
menemukan pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(kelas kontrol). Untuk kategori C3 Inkuiri (kelas
melalui labolatorium virtual dan labolatorium riil
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
tinggi 0.20 dibandingkan dengan DI (kelas
belajar kognitif, tidak berpengaruh terhadap
kontrol). Untuk kategori C4 Inkuiri (kelas
aspek afektif. Siswa yang belajar dengan
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih
kognitif laboratorium virtual lebih baik daripada
tinggi 0.29 dibandingkan dengan DI (kelas
dengan laboratorium riil. Selanjutnya Kristianti
kontrol). Untuk kategori C5 Inkuiri (kelas
(2012) dalam penelitiannya menemukan
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
tinggi 0.42 dibandingkan dengan DI (kelas
menggunakan laboratorium riil lebih efektif
kontrol).Untuk kategori C6 Inkuiri (kelas
dibandingkan dengan laboratorium riil.
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih
tinggi 0.36 dibandingkan dengan DI (kelas
Uji Normalitas Data
kontrol).
Dari hasil perhitungan uji normalitas, dapat
Pada tingkat kognitif C1 dan C2 nilai rata-
disimpulkan bahwa data nilai gain ternormalisasi
rata gain atau peningkatan hasil belajar fisika
berdistribusi normal. hal ini dibuktikan dengan
lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
nilai signifikansi hasil uji menggunakan program
tingkat kognitif C1 dan C2 tidak perlu
SPSS versi 20 dengan menggunakan uji
menggunakan model yang bervariasi karena
Kolmogorov-Smirnov
hanya membutuhkan tingkat pemahaman dan
Significance Correctiona pada taraf signifikansi
daya ingat saja, sehingga peningkatan nilainnya
α = 0.05 yaitu 0.200 > 0.05 menunjukkan bahwa
310
dengan
Lilliefors
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
gain hasil belajar Fisika kelas eksperimen yaitu
laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa
kelas yang diajar dengan menggunakan model
yang diajar dengan menggunakan model
Inkuiri Terbimbing berbasis eksperimen riil dan
pembelajaran langsung (Direct Instruction). Hal
laboratorium virtual berasal dari populasi yang
tersebut ditunjukkan dengan nilai sig. 0,000 <
berdistribusi normal.
0,05, dalam hal ini Ha diterima.
Untuk melihat perbedaan hasil belajar
Uji Homogenitas Data
antara siswa yang memiliki tingkat aktivitas
Dari perhitungan uji homogenitas menggunakan
tinggi dan rendah, digunakan uji Independent
program SPSS versi 20 dengan menggunakan
Sample T-test. Secara signifikan terdapat per-
uji Lavene pada taraf signifikansi α = 0.05
bedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki
bahawa nilai Signifikansi 0.042 < 0.05 artinya
tingakat aktivitas tinggi dan rendah. Hal
data kelompok sampel tidak berasal dari populasi
tersebut ditunjukkan dengan nilai sig. 0,010 <
yang homogen.
0,05. Dalam hal ini Ho diterima.
Interaksi model pembelajaran dengan
Uji Hipotesis
aktivitas belajar terhadap hasil belajar fisika
Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan
siswa digunakan uji Two Way Anova dengan
General Linier Model (GLM) Unvariat dengan
GLM Univariate. Bahwa harga signifikansi (sig)
menggunakan program SPSS versi 20 pada taraf
(Model*Aktivitas) adalah 0,003. Oleh karena
signifikansi α = 0,05. Kelompok sampel yang
nilai sig. 0,003 < 0,05 maka dalam hal ini Ha
diukur tingkat aktivitasnya terlebih dahulu
diterima, yang berarti terdapat interaksi yang
diurutkan dari tingkat aktivitas tinggi ke rendah
signifikan antara model pembelajaran Inkuiri
untuk mengklasifikasikan siswa pada kategori
Terbimbing berbasis eksperimen riil dan
tingkat aktivitas tinggi dan rendah.Di mana
laboratorium virtual dengan model pembelajaran
tingkat aktivitas belajar siswa ditentukan
langsung (DI) dengan tingkat aktivitas terhadap
berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi
hasil belajar fisika siswa.
masing-masing kelas.
Untuk melihat perbedaan tingkat aktivitas
Pembahasan
belajar siswa dan hasil belajar fisika siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap pembelajaran yang diberikan digunakan
diketahui bahwa siswa yang diajar dengan
uji Two Way Anova dengan General Linear Model
menggunakan model pembelajaran Inkuiri Ter-
(GLM) Unvariat, sekaligus untuk melihat
bimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium
bagaimana pengaruh tingkat aktivitas belajar
virtual mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar
siswa terhadap hasil belajar fisikanya. Apakah
Fisika 75.28 sedangkan siswa yang diajar dengan
siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar
menggunakan model pembelajaran Direct In-
tinggi memiliki hasil belajar fisika yang tinggi
struction mendapatkan skor rata-rata hasil
pula, atau sebaliknya lebih rendah, serta apakah
belajar fisikanya 57.41. Berdasarkan hasil dan
ada interaksi antara model pembelajaran dengan
pengujian hipotesis yang telah dilakukan
tingkat aktivitas belajar dalam memengaruhi
diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar fisika
hasil belajar fisika siswa.
siswa yang diajar dengan menggunakan model
Untuk melihat perbedaan hasil belajar fisika
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis
siswa dari penerapan model pembelajaran yang
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan
diberikan, digunakan uji Independent Sample
model pembelajaran langsung (Direct Instruc-
T-tes. Secara signifikan terdapat perbedaan
tion) menggunakan eksperimen riil terdapat
gain hasil belajar antara siswa yang diajar
perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil
dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri
uji Independent Sampel T-test yang dilakukan
Terbimbing berbasis eksperimen riil dan
diperoleh bahwa harga signifikansi 0,000<0,05
311
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
Gambar 1 Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan
Laboratorium Virtual Dengan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Dengan Tingkat
Aktivitas Terhadap Gain Hasil Belajar Fisika Siswa
yang berarti dapat disimpulkan bahwa secara
melakukan, memperhatikan/mengamati, dan
keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan
mengalami suatu aktivitas belajar. Dalam proses
antara peningkatan hasil belajar fisika siswa
pembelajaran tersebut siswa menggunakan
yang diajar dengan menggunakan model
seluruh kemampuan yang dimilikinya dan yang
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis
dimiliki lingkungannya. Guru hanya berperan
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan
sebagai motivator dan fasilitator dalam
model pembelajaran langsung (Direct Instruc-
mengembangkan kreativitas dan aktiitas siswa
tion).
tanpa harus ada penyeragaman atau pemak-
Hal ini beralasan, karena dalam pembelajaran
dengan
menggunakan
saan untuk mengikuti pemahaman guru, siswa
model
diberikan ruang bebas untuk mewujudkan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis
potensi dan menampilkan karakteristiknya
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan
masing-masing.
model pembelajaran langsung (Direct Instruc-
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
tion) dengan eksperimen riil merupakan pola
dilakukan TÜYSÜZ (2010) bahwa pelaksanaan
pembelajaran yang memberikan pengala-man
praktikum dengan menggunakan laboratorium
langsung kepada siswa dalam belajar karena
virtual lebih efektif, menarik dan lebih bermanfaat
melakukan sendiri dan juga memper-hatikan
serta dapat memungkinkan siswa untuk
setiap variabel selama praktikum di laboratorium.
mengulang percobaan. Sementara pada
Dengan menggunakan model pembelajaran
laboratorium riil tidak semua siswa aktif dalam
Inkuiri Terbimbing berbasis eksperimen riil dan
proses eksperimen di laboratorium riil. Penelitian
laboratorium virtual, proses pembelajaran
Nugroho (2012) dalam penelitiannya menemukan
menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas,
pembelajaran Inkuiri Terbimbing melalui
siswa tidak hanya mempelajari tentang sesuatu
labolatorium virtual dan labolatorium riil
tetapi
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
312
siswa
secara
aktif
menemukan,
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
belajar kognitif, tidak berpengaruh terhadap
Instruction) dalam hal tingkat aktivitas terhadap
prestasi belajar afektif. Siswa yang belajar
gain hasil belajar atau peningkatan hasil belajar
kognitif laboratorium virtual lebih baik daripada
Fisika siswa. Interaksi terjadi pada kelas DI di
laboratorium riil. Selanjutnya pembelajaran Inkuiri
mana pada tingkat aktivitas tinggi dan tingkat
Terbimbing dengan menggunakan laboratorium
aktivitas rendah, hasil belajarnya adalah sama
virtual lebih efektif dibandingkan dengan
yang artinya, model lebih dominan dibandingkan
laboratorium riil.
dengan aktivitasnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Saran
Simpulan
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan,
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan
maka disarankan sebagai berikut. Dalam
hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik
pembelajaran Fisika khususnya pokok bahasan
kesimpulan sebagai berikut. Terdapat perbedaan
Dinamika Fluida, guru dapat menggunakan media
yang signifikan antara gain hasil belajar atau
komputer berupa laboratorium virtual untuk
peningkatan hasil belajar fisika siswa yang diajar
menggantikan praktikum yang tidak dapat
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
dilaksanakan di sekolah. Guru hendaknya memiliki
terbimbing berbasis eksperimen riil dan
kemampuan dan pengetahuan untuk merancang
laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa
pem-belajaran praktikum melalui program
yang diajar dengan menggunakan model
komputer khususnya simulasi (laboratorium
pembelajaran langsung (Direct Instruction).
virtual), sehingga dapat digunakan sebagai alat
Model Inkuiri Terbimbing lebih baik dari model
bantu dalam menstransfer materi pelajaran
DI dalam meningkatkan gain hasil belajar Fisika
kepada siswa. Laboratorium virtual dapat
siswa. Terdapat interaksi yang signifikan antara
diterapkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
membutuhkan praktikum untuk memberikan
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan
gambaran yang lebih jelas tentang hasil
model
praktikum.
pembelajaran
langsung
(Direct
pada
pokok
bahasan
yang
PUSTAKA ACUAN
Ambarsari, W., Santosa, S., & Mariadi. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, 5 (1), hlm. 81–95.
Bajpai, M, & Kumar, A. 2015. Effect Of Virtual Laboratory On Students’ Conceptual Achievement
In Physics. International Journal of Current Research, 7 (2), hlm. 12808-12813.
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Demirdag, B. 2008. Develop A Computer Assisted Educational Materials Related to
Thermochemistrym. Turkey: Institute of Educational Science.
Gerald, W. M., Harol, H., & Mike, T. 2008. Learning Physics in a Virtual Environment: Is There
Any? Journal of Physics Education, 2(2), hlm. 87-102.
Harms, U. 2012. Virtual and Remote Labs in Physics Education. Extended abstract. German
Institute for Research on Distance Education at the University of Tuebingen, Konrad
Adenauer-Str. 40, D-72072 Tuebingen.
Iswari, S. 2009. Pembelajaran Biologi Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Lab Riil dan Lab
Virtuil Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Gaya Belajar Siswa. Tesis. Program Pascasarjana
Pendidikan Biologi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
313
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
Joyce, B., & Weil, M. 2000. Models of Teaching. 6th Edition. America: A Pearson Education
Company.
Kemdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2007. Jakarta: BSNP.
Kristianti, A.A. 2012. Pembelajaran IPA Dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi Menggunakan Lab Riil
Dan Lab Virtuil Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Dan Gaya Belajar Siswa. Tesis. Program
Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Nugroho, S. 2012. Pembelajaran IPA Dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan
Laboratorium Riil Dan Virtuil Ditinjau dari Kemampuan Memori Dan Gaya Belajar Siswa.
Tesis. Program Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Praptiwi, L., Sarwi, & Handayani, L. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri
Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa
SMP RSBI. Unnes Science Education Journal, 1(2), hlm. 86-95.
Prasetyo, U.H. 2011. Pembelajaran Fisika Dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode
Eksperimen Dan Demonstrasi Pada Lab. Virtual Ditinjau Dari Kemampuan Awal Dan
Kemampuan Matematika Siswa (Studi Kasus Materi Pokok Listrik Dinamis Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Tanjung Selor Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis. Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Prihatiningtyas, S., Prastowo, T., & Jatmiko, B. 2013. Implementasi Simulasi PhET dan KIT
Sederhana untuk Mengajarkan keterampilan Psikomotor Siswa pada Pokok Bahasan Alat
Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), hlm. 18-22.
Putri, A., Syakbaniah, & Yulkifli. 2013. Pengembangan Virtual Laboratory Pada Materi Kinematika
Dengan Analisis Vektor Dalam Pembelajaran Fisika di Kelas Xi SMA. Pillar Of Physics
Education, (1), hlm. 23-29.
Ristanto, R. H. 2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Multimedia dan
Lingkungan Riil Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Awal. Tesis. Program
Pascasarjana Pendidikan Biologi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rochmah, N. H & Madlazim. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Yang Bersinergi
Dengan Media Lab Virtual Phet pada Materi Sub Pokok Bahasan Fluida Bergerak di MAN 2
Gresik. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(3), hlm. 162-166.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Sari, D. P., Lutfi, A., & Qosyim, A. 2013. Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan LKS Sebagai
Penunjang Media Virtual Phet Untuk Melatih Keterampilan Proses Pada Materi Hukum
Archimedes. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, 1(2), hlm. 15–20.
Sudarmi. 2009. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Lab Riil Dan Virtuil Ditinjau Dari
Gaya Belajar Dan Kemampuan Berpikir Abstrak. Tesis. PPs Pendidikan Fisika. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Susiandari, A. 2012. Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah Menggunakan Laboratorium Riil dan
Virtual dari Kemampuan Kerja Sama dan Kemampuan Berfikir Kritis. Tesis. Program
Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sutrisno. 2012. Kreatif Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta: GP Press.
Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
314
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa
Tarno. 2010. Pembelajaran Fisika Metode Eksperimen Menggunakan Laboratorium Riil dan Virtual
Ditinjau dari Kemampuan Berpikir dan Kreativitas Peserta Didik: Studi Kasus di SMP Negeri
9 Surakarta Kelas VIII pada Sub Pokok Bahasan lensa Tahun Pelajaran 2008/2009. Tesis.
Program Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tatli, Z. & Ayas, A. 2013. Effect of Virtual Chemistry Laboratory on Students’ Achievement.
Journal of Educational Technology and Society, 16(1), hlm. 159-170.
Tüysüz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in
Chemistry. International Online Journal of Educational Sciences, 2(1), hlm. 37-53.
Yuliati, D.I, Yulianti, D, & Khanafiyah, S. 2011. Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Activities
Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (JPFI), 7(1), hlm. 23-27.
315
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015
316
Download