1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori – Teori Umum 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori – Teori Umum
2.1.1 Definisi anggaran (budget)
Menurut M.Nafarin ( 2000, p9 ) anggaran ( budget ) adalah suatu rencana
keuangan periodik yang di susun berdasarkan program – program yang telah di
sahkan. Anggaran ( budget ) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan
uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen dalam
mencapai tujuan, jadi anggaran bukan tujuan dan tidak dapat menggantikan
manajemen.
Menurut hongren ( 2000 ) anggaran adalah ekspersi kuantitatif dari rencana
tindakan yang di usulkan oleh manajemen untuk jangka waktu masa yang akan
datang dan merupakan bantuan untuk koordinasi dan pelaksanaan rencana.
Menurut welsh, Hilton, Gordon ( 2000 ) anggaran adalah suatu pendekatan
dan formal untuk menjalankan tahapan penting dan fungsi perencanaan dan
pengendalian manajemen.
2.1.2 Pertimbangan penyusunan anggaran (budget )
Menurut M.nafarin ( 2000, p9 ) Dalam penyusunan anggaran perlu di
pertimbangkan, berikut ini factor – factor yang menjadi pertimbangan :
a. Anggaran harus di buat serealitas mungkin
5
6
b. Anggaran yang di buat harus mencerminkan keadilan
c. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yag akurat dan
tepat waktu.
d. Untuk memotivasi manajer pelaksanaan di perlukan partisipasi top
management
2.1.3 Kegagalan penyusunan anggaran
M.nafarin ( 2000, p9 ) Hal – hal kegagalan dalam penyusunan anggaran
adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan anggaran tidak cakap, tidak mampu berpikir ke depan, tidak
memiliki wawasan yang luas
b. Kekuasaan membuat anggaran tidak tegas
c. Pelaksanaan tidak cakap
d. Dana tidak cukup
2.1.4 Manajemen Operasional
Manajemen operasional terbangun dari dua kata, yaitu manajemen dan
operasional. Manajemen memiliki dua kata, yaitu manajemen sebagai posisi dan
manajemen sebagai proses. Menurut Render dan Heizer, manajemen sebagai posisi
memiliki makna sebagai seseorang atau kelompok orang yang bertanggung jawab
untuk melakukan pengkajian, penganalisisan, perumusan keputusan, dan menjadi
7
inisiatif awal dari suatu tindakan yang menguntungkan perusahaan. Selanjutnya
menurut Render dan Heizer (2005) yang kemudian
diterjemahkan operasi atau
operasional merupakan suatu proses atau tindakan tertentu yang menjadi unsure dari
sejumlah kegiatan untuk mencapai target atau tujuan organisasi (operations jamak
dari operation) menunjukkan semua kegiatan atau proses yang diperlukan. Dengan
memadukan kedua istilah tersebut, manajemen operasional dapat diartikan sebagai
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan,
dan pengendalian aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan proses pengolahan
masukan (input) menjadi output yang memberikan manfaat yang lebih besar.
2.1.5 Manajemen Proyek
Menurut Schwable (2004, p8), manajemen proyek merupakan aplikasi dari
pengetahuan, pengalaman/ketrampilan, alat, dan teknik untuk aktivitas suatu proyek
dengan maksud memenuhi kebutuhan dan harapan para stakeholder dari sebuah
proyek. Stakeholder adalah sekelompok orang yang terlibat dalam atau terpengaruh
akan aktivitas-aktivitas proyek dan hasil proyek. Para stakeholder tersebut
mempunyai kebutuhan dan harapan yang berbeda-beda dari sebuah proyek. Para
stakeholder yang dimaksud dapat meliputi project sponsor, project team, support
staff, customers, users, suppliers, dan bahkan opponents dari sebuah proyek.
Menurut Soeharto (1999, p17), manajemen proyek adalah kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya
tertentu. Fungsi manajemen proyek menurut pengertian di atas dapat diuraikan
sebagai berikut:
8
• Merencanakan
Suatu proses mengidentifikasikan suatu tujuan, membangun strategi untuk mencapai
tujuan itu dan membangun rencana yang terintegrasi dan terkoordinasi.
• Mengorganisasikan
Suatu proses menentukan tugas yang harus diselesaikan siapa yang harus
melakukannya, bagaimana membagi tugas, siapa yang harus melapor kepada siapa
dan dimana keputusan itu harus dibuat.
• Memimpin
Suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi sumber daya manusia dalam
organisasi agar dapat bekerja dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang telah
digariskan.
• Mengendalikan
Suatu proses dalam menuntun, memantau, mengkaji, dan bila perlu melakukan
koreksi agar hasil sesuai dengan yang telah dilakukan.
2.1.6 Manajemen Biaya Proyek
Manajemen biaya proyek mencakup proses-proses yang diperlukan untuk
memastikan bahwa proyek diselesaikan dalam anggaran yang disetujui. memberikan
ikhtisar proses – proses utama sebagai berikut:
9
a. Perencanaan Sumber Daya - menentukan sumber daya apa (orang, peralatan,
bahan) dan berapa jumlah masing-masing yang harus digunakan untuk
melakukan kegiatan proyek.
b.
Pengestimasian Biaya - mengembangkan perkiraan (estimasi) biaya sumber
daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan proyek.
c.
Penganggaran Biaya - mengalokasikan keseluruhan estimasi biaya untuk
aktivitas kerja individu.
d. Pengendalian Biaya - mengendalikan perubahan anggaran proyek.
Proses ini berinteraksi dengan satu sama lain dan dengan proses-proses dalam bidang
pengetahuan lain juga. Berdasarkan pada kebutuhan proyek setiap proses mungkin
melibatkan upaya dari satu atau lebih individu atau kelompok individu. Setiap proses
umumnya terjadi setidaknya sekali dalam setiap tahap proyek. Meskipun proses –
proses di sini disajikan sebagai unsur-unsur diskrit dengan antar muka yang
terdefinisi, dalam prakteknya mereka tumpang tindih dan berinteraksi dalam cara
yang tidak rinci di sini. Manajemen biaya proyek ini utamanya dikaitkan dengan
biaya sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan proyek. Namun,
manajemen biaya proyek juga harus mempertimbangkan dampak keputusan proyek
mengenai biaya penggunaan produk proyek. Sebagai contoh, membatasi jumlah
resensi desain dapat mengurangi biaya proyek terhadap pengeluaran untuk
meningkatkan biaya operasional pelanggan.
10
2.1.7 Kegiatan proyek versus kegiatan opersional
Banyak perbedaan antara kegiatan proyek dengan kegiatan operasional (rutin)
Perbedaan yang mendasar adalah kegiatan operasi didasarkan pada suatu konsep
mendayagunakan sistem yang telah ada, apakah berbentuk pabrik, gedung atau
fasilitas yang lain, secara terus menerus dan berulang-ulang sedangkan kegiatan
proyek bermaksud mewujudkan atau membangun sistem yang belum ada.
Dengan demikian, urutannya adalah sistem (fasilitas atau produk) dibangun
atau diujudkan lebih dahulu melalui proyek, baru kemudian dioperasikan sebagai
kegiatan rutin. Kegiatan operasional misalnya kegiatan memproduksi semen di
pabrik semen atau merakit mobil di bengkel, dimana kegiatan proyeknya adalah
membangun pabrik semen dan bengkel otomotif.
Proyek vs Operasional
Kegiatan proyek
Kegiatan opersional
a.Bercorak dinamis, nonrutin
a.Berulang-ulang, rutin
b.Siklus proyek relatif pendek
b.Berlangsung dalam jangka
panjang
c. Intensitas kegiatan di dalam periodec. c. Intensitas kegiatan relatif sama
siklus proyek turun naik (berubah)
d.
Kegiatan
harus
diselesaikan d. Batasan anggaran dan jadwal tidak
berdasarkan anggaran, jadwal dan
setajam pada proyek.
mutu yang telah ditentukan.
e.
Terdiri dari bermacam-macam e. Macam kegiatan tidak terlalu banyak
kegiatan yang memerlukan berbagai
dan tenaga ahli tidak perlu terlalu
disiplin ilmu
banyak
f. Keperluan sumber daya berubah, baik f. Macam dan volume keperluan sumber
macam maupun volumenya
daya relatif konstan
Tabel 2.1 proyek vs opersional
11
2.2 Statistical Process Control (SPC)
2.2.1 Pengertian Statistical process control
Statistical process control merupakan sebuah teknik statistik yang digunakan
secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standar. Dengan kata lain,
Statistical process control merupakan sebuah proses yang digunakan untuk
mengawasi standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi
sebuah produk atau jasa sedang diproduksi. (Render dan Heizer, 2005, p286).
Menurut Gerald Smith (2003, p1) Statistical process control merupakan
kumpulan dari metode-metode produksi dan konsep manajemen yang dapat
digunakan untuk mendapatkan efisiensi, produktifitas dan kualitas untuk
memproduksi produk yang kompetitif dengan tingkat yang maksimum, dimana
Statistical process control melibatkan penggunaan signal-signal statistik untuk
meningkatkan performa dan untuk memelihara pengendalian dari produksi pada
tingkat kualitas yang lebih tinggi.
Pengertian lain dari Statistical process control menurut pendapat Vincent
Gasperz(1998, p1 ) ialah suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistikal dalam memantau dan
meningkatkan performansi proses menghasilkan produk yang berkualitas.
2.2.2 Tujuan Statistical process control (SPC)
Statistical process control (SPC) mempunyai beberapa tujuan utama (Gerald
Smith, 2003, p4), antara lain :
12
1. Meminimalisasi biaya produksi
2. Memperoleh konsistensi terhadap produk dan jasa yang memenuhi spesifikasi
produk dan keinginan konsumen
3. Menciptakan peluang-peluang untuk semua anggota dari organisasi untuk
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
4. Membantu karyawan bagian manajemen dan produksi dalam membuat keputusan
yang ekonomis mengenai tindakan yang dapat mempengaruhi proses.
Statistik (Statistical process control) mengandung dua penggunaan umum, yaitu :
1. Untuk mengawasi pelaksanaan kerja sebagai operasi-operasi individual selama
pekerjaan sedang berlangsung.
2. Untuk memutuskan apakah diterima atau ditolak sejumlah produk yang telah
diproduksi.
Dalam penerapan Statistical process control, terdapat beberapa elemen yang
mempengaruhi kesuksesan program ini :
1. Kepemimpinan manajemen.
2. Pendekatan tim.
3. Pendidikan bagi karyawan di semua level.
4. Penekanan pada peningkatan yang berkelanjutan.
5. Mekanisme untuk pengenalan sukses dan mengkomunikasikannya kepada seluruh
lini organisasi.
13
2.2.3 Variasi Proses Produksi
Penting untuk mengetahui bagaimana suatu proses itu bervariasi dalam
menghasilkan ouput sehingga dapat diambil tindakan perbaikan terhadap proses itu
secara tepat. Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau
operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas output yang dihasilkan.
(Gasperz, 2003, p3). Ada dua variasi yang mempengaruhi proses produksi, yaitu
variasi alami dan variasi khusus.
1. Variasi Alami
Variasi yang alami mempengaruhi hampir setiap proses produksi dan pasti selalu
ada. Variasi alami adalah sumber-sumber variasi dalam proses yang secara statistik
berada dalam batas kendali. Variasi alami merupakan sistem yang menimbulkan
sebab-sebab yang tetap. Walaupun nilai-nilai setiap produk berbeda, namun sebagai
suatu kelompok individual produk akan membentuk pola yang bisa disebut sebagai
distribusi. Bilamana kelompok tersebut berdistribusi normal, maka dapat ditentukan
karakter mereka dengan melihat dua parameter, yaitu :
• Mean μ (ukuran kecenderungan terpusat dalam hal ini, adalah nilai rata – ratanya)
• Deviasi Standar (variasi, terdapat nilai yang kecil dan nilai yang lebih besar)
Selama distribusi (presisi output) tetap berada dalam batas-batas yang ditoleransi,
maka proses disebut “terkendali”, dan variasi yang terendah diabaikan.
2. Variasi Khusus
Variasi yang timbul akibat gangguan pada sebuah proses dapat dilacak penyebabnya.
Faktor-faktor sepeti peralatan mesin, peralatan yang distel salah, karyawan yang
14
lelah atau tidak terlatih, atau sekelompok bahan baku yang baru, dapat menjadi
sumber-sumber terjadinya variasi yang dapat dihilangkan (assignable variations).
2.2.4 Pengukuran Performansi
Pengukuran performansi kulitas dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu :
1. Pengukuran pada tingkat proses Mengukur setiap langkah atau aktivitas dalam
proses dan karakteristik input yang diserahkan oleh pemasok yang mengendalikan
karakteristik output yang diinginkan. Tujuan pengukuran pada tingkat ini adalah
mengidentifikasi perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses, dan
menggunakan ukuran-ukuran untuk mengendalikan operasi serta memperkirakan
output yang akan dihasilkan sebelum output diproduksi atau diserahkan kepada
pelanggan.
2. Pengukuran pada tingkat output, mengukur karakteristik output yang dihasilkan
dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan.
3. Pengukuran pada tingkat outcome, yaitu mengukur bagaimana baiknya suatu
produk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, jadi mengukur tingkat
kepusaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan. Pelanggan pada
tingkat outcome merupakan tingkat tertinggi dalam pengukuran performansi kualitas.
2.2.5 Alat Ukur Statistical Process Control (SPC)
Ada ukur untuk SPC antara lain :
alat atau teknik yang membantu usaha SPC yakni :
15
1. Control Chart
2.2.5.1 Control Chart
Peta kontrol pertama kali di perkenalkan oleh Dr Walter Andrew Shewhart
dari Bell Telephine Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1942, di maksudkan
untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang di
sebabkan oleh penyebab khusus (special-cause variation) dari variasi yang
disebabkan oleh penyebab umum (common-cause variation).
Pada dasarnya semua proses menampilkan variasi penyebab khusus dari
proses itu, sehingga variasi yang melekat pada proses hanya di sebabkan oleh variasi
penyebab umum. Peta kontrol merupakan alat ampuh dalam mengendalikan proses
asalkan penggunannya di pahami dengan benar. Pada dasarnya peta kontrol
digunakan untuk :
1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal. Dengan
demikian peta kontrol di pergunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali secara
statistikal, dimana semua nilai rata – rata
dan range dari sub-sub kelompok (sub-
group) contoh berada dalam batas-batas pengendali (control limits), oleh karena itu
variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses.
2. Memantau terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara
statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum.
3. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam
pengendalian statistikal, batas-batas dari variasi proses dapat di tentukan.
Pada dasarnya peta kontrol memiliki :
16
1.
Garis tengah ( Central Line ), yang biasa dinotasikan dengan CL.
2.
Sepasang batas kontrol ( Control Limit ), dimana satu batas kontrol
ditempatkan diatas garis tengah yang dikenal sebagai batas kontrol
atas ( Upper Control Limit ), biasa di notasikan dengan UCL dan yang
satu lagi ditempatkan dibawah garis tengah yang dikenal sebagau
batas kontrol bawah ( Lower Control Limit ), biasa dinotasikan
dengan LCL.
3.
Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan
keadaan dari proses. Jika semua nilai-nilai yang ditebarkan ( diplot )
pada peta tersebut berada didalam batas-batas kontrol tanpa
memperlihatkan
kecenderungan
tertentu,
maka
proses
yang
berlangsung di anggap sebagai berada dalam keadaan terkontrol atau
terkendali secara statistik atau dikatakan berada didalam pengendalian
statistical. Namun jika nilai-nilai yang ditebarkan pada peta tersebut
jauh atau berada diluar batas-batas kontrol atau memperlihatkan
kecenderungan tertentu atau memiliki bentuk yang aneh, maka proses
yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam keadaan diluar
kontrol ( tidak terkontrol ) atau tidak berada dalam pengendalian
statistikal
sehingga
perlu
diambil
tindakan
korektif
untuk
memperbaiki proses yang ada.
Dalam metode ini terdapat dua (2) jenis variasi yaitu variasi yang tak
terelakkan yang timbul dalam kondisi normal dan variasi yang
disebabkan oleh suatu masalah (abnormal). Control Chart berguna
untuk menganallisa proses dengan tujuan memperbaikinya secara
terus menerus.
17
Tiga macam control chart :
a. Control chart Shewart
Peta ini disebut juga peta untuk variable atau peta untuk x dan R ( mean dan
range) dan peta untuk x dan σ ( mean dan deviasi standard )
b. Peta control
Peta untuk variabel atau perbandingan antara banyaknya produk yang cacat
dengan seluruh produksi, disebut peta-p (P-Chart)
c. Peta control
Peta untuk jumlah cacat per unit, disebut peta-c (C-Chart)
2.2.5.2 Peta Kendali ( P-Chart )
Peta kendali
p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian
(penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item-item dalam kelompok yang
sering diinspeksi. Dengan demikian peta kendali p digunakan untuk mengendalikan
proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau
proporsidari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu proses.
Jadi peta pengendalian ini digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk
yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan. (Gaspersz, 2003, p92).
Rumus menurut Ariani (2004, p133) :
Pi=
x
n
18
Dimana :
Pi
: proporsi kesalahan dalam setiap sampel
X
: banyaknya produk yang salah dalam setiap sampel
N
: banyaknya sampel yang diambil dalam inspeksi
Garis pusat (central line) peta pengendali proporsi kesalahan ini
adalah :
p
atau CL =
g
g
i 1
g
n. g
xi
 pi = 
i 1
Dimana :
p atau CL : garis pusat peta pengendali proporsi kesalahan
pi
:
proporsi kesalahan setiap sampel atau sub kelompok
dalam setiap observasi
n
: banyaknya sampel yang diambil dari setiap kali observasi
g
: banyaknya observasi yang dilakukan
sedangkan batas pengendali atas (UCL) dan batas pengendali bawah (LCL)
untuk peta pengendali proporsi kesalahan tersebut adalah :
UCL =
p3
p 1 - p 
n
19
LCL =
p 3
p 1 - p 
n
UCL
CL
LCL
Gambar 2.1 Diagram Kontrol Shewhart
Sumber : Nasution Nur. (2004). Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia
Garis sentral menuliskan nilai baku yang menjadi dasar perhitungan
terjadinya penyimpangan hasil-hasil pengamatan untuk tiap sempel. UCL atau batas
kontrol atas adalah garis yang menunjukkan penyimpangan paling tinggi dari nilai
baku. LCL atau batas kontrol bawah adalah batas penyimpangan yang paling rendah.
Nilai tiap sampel berdasarkan statistik dihitung dan kemudian digambarkan
dengan titik dan dihubungkan dengan garis untuk dianalisis. Apabila titik berada
dalam daerah yang dibatasi oleh UCL dan LCL, maka proses produksi berada dalam
kontrol, sehingga penyimpangan dalam kualitas masih dapat ditolelir. Sebaliknya,
bila titik-titik berada di luar batas UCL dan LCL, maka produksi berada di luar
kontrol. Dalam keadaan demikian, perusahaan harus mencari hal-hal yang
menyebabkan banyaknya barang yang kualitasnya menyimpang dari kualitas standar,
kemudian dibetulkan agar produksi kembali dalam kontrol.
20
2.2.6 Korelasi
korelasi pearson yang juga merupakan korelasi bivariate. Perhitungan ini
mensyaratkan bahwa populasi asal sampel mempunyai dua varian (X dan Y) dan
berdistribusi normal. Korelasi adalah asosiasi (hubungan) antara variabel – variabel
yang diminati, apakah data sampel yang ada menyediakan bukti cukup bahwa ada
kaitan antara variabel – variabel dalam populasi asal sampel, jika ada hubungan,
seberapa kuat hubungan antar variabel tersebut. Keeratan hubungan itu dinyatakan
dengan nama koefisien korelasi atau bisa disebut korelasi saja. Analisis korelasi yang
mencakup dua variabel X dan Y disebut analisis korelasi bivariate. Sedangkan
korelasi yang mencakup lebih dari dua variabel dengan melakukan kontrol terhadap
satu atau lebih variabel tambahan (variabel kontrol) disebut analisis korelasi partial
(modul praktikum lab. statistik manajemen universitas Bina Nusantara, 2006:40).
Korelasi belum menentukan dengan pasti suatu variabel itu merupakan variabel
independent / variabel yang mempengaruhi dan variabel dependent / variabel yang
dipengaruhi seperti dalam analisis regresi.
Korelasi digunakan untuk mengetahui erat tidaknya hubungan antar variabel.
Apabila ternyata hasil analisis menunjukan hubungan yang cukup erat, maka analisis
dilanjutkan ke analisis regresi sebagai alat meramalkan (forecasting) yang sangat
berguna untuk perencanaan. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan
antara variabel, dapat di lihat dengan cara membandingkan sig (2-tailed) pada tabel
correlations dengan alpha yang digunakan. Karena 2-tailed maka sig dan alpha
harus dibagi 2 terlebih dahulu. Jika hasil bagi sig (2-tailed) lebih kecil dari hasil bagi
alpha maka terdapat hubungan antar variabel tersebut, sebaliknya dengan ketentuan
lebih besar sama dengan (≥).
21
Kuncoro & Ridwan (2007:61-62), Korelasi Pearson Product Moment (PPM)
digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependent). Rumus yang digunakan Korelasi PPM
(sederhana) :
n(∑ xy) – (∑ x). (∑.y)
Rxy =
√ [n.∑x² – (∑x)²] . [n.∑y² – (∑y)²]
Keterangan:
Rxy
= koefisien korelasi
X
= skor item X
Y
= skor item Y
N
= banyaknya sampel dalam penelitian
∑
= sigma / jumlah
Korelasi PPM dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1≤r ≤+1). Nilai koefisien korelasi (r) tersebut dapat diartikan sebagai berikut:
- Jika nilai r mendekati 1, maka memiliki hubungan antar variabel yang sangat kuat
dan positif.
- Jika nilai r mendekati -1, maka memiliki hubungan antar variabel yang sangat kuat
dan negatif.
22
- Jika r mendekati 0, maka hubungan antar variabel yang sangat lemah bahkan tidak
mempunyai hubungan antar variabel yang diteliti. Menurut Ety Rochaety (2007:121),
korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Jika korelasi
menghasilkan angka positif (+) maka .
hubungan kedua variabel searah. Artinya jika variabel bebas besar (independent
variable) maka variabel terikat juga besar (dependent variable). Jika korelasi
menghasilkan angka negatif (-) maka hubungan kedua variabel berlawanan arah.
Artinya jika variabel bebas besar (independent variable) maka variabel terikat kecil
(dependent variable).
Berdasarkan pendapat Ridwan & Kuncoro (2007:62), arti harga r akan
dikonsultasikan dengan tabel nilai interprestasi r sebagai berikut :
Tabel 2.2 Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien
Tingkat
Hubungan
0,80 - 1,000
Sangat kuat
0,60 - 0,799
Kuat
0,40 - 0,599
Cukup kuat
0,20 - 0,399
Rendah
0,00 - 0,199
Sangat rendah
Sumber: Ridwan & Kuncoro (2005:136
23
2.3 Penelitian terdahulu
Fahira F (2005) dalam penelitian nya berjudul ” IDENTIFIKASI
PENYEBAB OVERRUN BIAYA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG “ hasil
penelitian nya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang paling mempengaruhi
terjadinya overrun pembengkakan) biaya pada proyek konstruksi gedung di
Makassar adalah adanya kenaikan harga material, harga/sewa peralatan yang tinggi,
kerusakan material, terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, pengendalian biaya yang
buruk di lapangan, ketidak tepatan estimasi biaya, dan adanya kebijaksanaan
keuangan yang baru dari pemerintah.
Park, Wonyoung Kang, Tai-Kyung Baek, Seung-Ho Lee, Yoo-Sub (2012)
dalam penelitian nya yang berjudul “Analysis of Construction Cost Fluctuation
Trends and Features on Apartment Housing “ hasil penelitian nya implikasi dapat
diperoleh sebagai berikut: Pertama, harga perumahan konstruksi selama 5 tahun
terakhir menunjukkan tren fluktuasi harga yang sama dan meningkat sebagai harga
produsen, tetapi ada beberapa perbedaan dalam fluktuasi harga periode-spesifik rinci.
Ini berarti bahwa karena harga produsen sensitif terhadap fluktuasi harga material
yang tinggi-tertimbang sedangkan indeks harga konstruksi perumahan dipengaruhi
complexly oleh biaya tenaga kerja serta fluktuasi harga material, fluktuasi biaya
tenaga kerja memiliki pengaruh besar pada bahwa harga perumahan.
Kedua, menurut analisis rinci tentang pengaruh fluktuasi indeks dalam
fluktuasi harga proyek perumahan, ditemukan bahwa fluktuasi biaya tenaga kerja
memberikan kontribusi untuk itu dari perumahan indeks biaya konstruksi dengan
lebih dari 65%. Biaya tenaga kerja telah terus meningkat pada rata-rata tahunan
sekitar 5,4% selama 5 tahun terakhir dan sekitar 10 jenis pekerjaan, termasuk pekerja
umum, framing tukang kayu, insinyur garis internal dan rebar insinyur dari jenis
24
tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap fluktuasi indeks biaya tenaga kerja ,
sehingga diantisipasi bahwa pasokan yang stabil dan sistem manajemen permintaan
dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan biaya.
Ketiga, terlihat bahwa biaya bahan berkontribusi pada fluktuasi indeks total
sekitar 30%, dan terutama fluktuasi harga beberapa item, termasuk rebar dengan
biaya konstruksi perumahan yang tinggi-tertimbang dan mereka bergantung pada
impor dari barang material, hasil fluktuasi harga, sehingga diperlukan untuk
menempatkan upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi harga
sementara terus mengamati fluktuasi harga sumber daya internasional baku.
25
2.4 Kerangka pemikiran
PT. Cipta utama
Data sekunder
Data penelitian
Analisis
perkembangan
dan fluktuasi
SPC
Hasil
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.2 kerangka pemikiran
Download