Pengendalian Proses Statistikal 1. Pengertian Dasar Pengendalian proses Statistikal (Stastical Process Control = SPC) adalah suatu ystem ical yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik ystem ical (statistical techniques) dalam memantau dan meningkatkan performasni proses menghasilkan suatu produk berkualitas. Pada tahun 1950-an sampai 1960an digunakan ystem ical Pengendalian kualitas Statistikal (Statistical Quality Control = SQC) yang memiliki pengertian sama dengan Pengendalian Proses Statistikal (Statistical Process Control = SPC). Pengendalian kulitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, melalui mana kita mengukur karakteristik kualitas dari output (barang dan/atau jasa), kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi output yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan perbaikan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara performasni ystem dan standar. Berdasarkan uraian diatas, kita boleh mendefinisikan pengendalian proses ystem ical (SPC) sebagai suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interprestasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu ystem industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. 2 Definisi Kualitas dalam konteks SPC Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk (barang dan/atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. Dengan demikian pengertian kualitas dalam konteks pengendalian proses statistikal adalah bagaimana baiknya suatu output (barang dan/atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dari suatu perusahaan. Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain produk yang disebut sebagai kualitas desain (quality of desaign) harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan konsumen (orientasi pasar). Hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan konsep Roda Deming dalam system industri modern yang telah dibahas dalam Bab 5 Pada dasarnya suatu pengukuran performansi kualitas dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu : pada tingkat proses (proses level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome (outcome level). Pengendalian proses statistikal (Statistical Process Control = SPC) dapat diterapkan pada ketiga tingkat pengukuran performasi kualitas itu. Ketiga tingkat pengukuran performansi kualitas tersebut adalah : a. Pengukuran pada tingkat proses, yang mengukur setiap langkah atau aktivitas dalam proses dan karakteristik input yang diserahkan oleh pemasok (supllier) yang mengendalikan karakteristik output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran pada tingkat ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses, dan menggunakan ukuran-ukuran ini untuk mengendalikan operasi serta memperkirakan output yang akan dihasilkan sebelum output itu diproduksi atau diserahkan ke pelanggan. Beberapa contoh ukuran pada tingkat proses yang menggambarkan performansi kualitas adalah : lama waktu 33 menjawab panggilan telepon, banyaknya panggilan telepon yang tidak dikembalikan ke pelanggan, konfirmasi terhadap waktu penyerahan yang dijanjikan, persentasematerial cacat yang diterima dari pemasok, siklus waktu produk (product cycle times), banyaknya inventori barang setengah jadi (work-in-process inventory), dll. b. Pengukuran pada tingkat output, yang mengukur karakteristik output yang dihasilkan dibandingkan terhadap spesifikasi karakteristikyang diinginkan pelanggan. Beberapa contoh ukuran pada tingkat output adalah banyaknya unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi tertentu yang ditetapkan (banyaknya produk cacat), tingkat efektivitas dan efisiensi produksi, karakteristik kualitas dari produk yang dihasilkan, dll. c. Pengukuran pada tingkat outcome, yang mengukur bagaimana baiknya suatu produk yang memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, jadi mengukur tingkat kepuasan pelanggan dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan tingkat tertinggi dalam performansi kualitas. Beberapa contoh ukuran pada tingkat tertinggi dalam pengukuran performansi kualitas. Beberapa contoh ukuran pada tingkat outcome adalah : banyaknya keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikenbalikan oleh pelangan, tingkat ketepatan waktu sesuai dengan waktu yang dijanjikan, dll. 3. Penggunaan SPC dalam Manajemen Bisnis Total Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar global, Harington dan Harington (1995) mengemukakan bahwa dewasa ini di Amerika Serikat telah mulai dikembangkan apa yang disebut manajemen bisnis total (total busines manajemen, TBM) dalam sistem industri modern. Manajemen Bisnis total mengintegrasikan manajemen produktivitas total (total productivity management, TPM), manajemen kualitas total (total quality management, TQM), manajemen sumber daya total (total technology management, TRM), manajemen teknologi total (total technology management, TQM), dan manajemen biaya total (total cost management, TCM), melalui pengembangan sumber daya manusia yang andal untuk memperoleh hasil optimum yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customers’ satisfaction). Sasaran akhir dari manajemen bisnis total adalah meningkatkan kepuasan pelanggan melalui perbaikan proses dari sistem industri secara terus-menerus (continouns process improvement) menggunakan manajemen perbaikan total (total improvement management). Konsep manajemen bisnis total yang dikemukakan ini dapat ditunjukkan dalam Gambar 13 34 INPUT Bahan baku Bahan Setngah Jadi Komponen Dll. Input Terkontrol X1, X2,.., Xp PROSES PRODUKSI Pengukuran Evaluasi Pengendalian OUTPUT Z1, Z2, .., Zq Input Tidak Terkontrol Gambar 13 Diagram Hubungan Input-Output Proses Produksi Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar dijual dengan harga kompetitif di pasar. Suatu proses mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi. Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan melalui suatu alairan material dan informasi yang mentransformasikan berbagai input ke dalam output yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi. Suatu proses memiliki kapabilitas atau kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung. Sebagai contoh tentang proses, bayangkan sebuah pabrik perakitan yang menggunakan bahan baku berbentuk parts dan komponen. Material ini secara bersama-sama dengan peralatan modal, tenaga kerja, energi, informasi, manajerial, dll., ditransformasikan ke dalam mobil. Transformasi ini disebut sebagai perakitan akhir (final assembly) dan outputnya berupa sebuah mobil. Contoh lain : sebuah restoran menggunakan input dalam bentuk yang belum diproses atau semiproses, energi, informasi, tenaga kerja, perlatan masak, manjerial., untuk selanjutnya ditransformasikan ke dalam makanan yang siap dihidangkan. Salah satu cara yang umum digunakan untuk menggamabarkan proses dari sistem produksi adalah diagram alir proses (proses flow diagram). Diagram alir dari suatu hipotesis ditunjukkan dalam Gambar 14 35 Perlu diperhatikan bahwa setiapa proses dari suatu sistem produksi memiliki spesifikasi yang berbeda. Sebagai misal : proses produksi semen berbeda dengan proses produksi ban. Kendati demikian, secara umum terdapat tiga kategori untuk semua aktivitas dalam proses. Ketiaga kategori itu adlah : tugas-tugas (tasks), aliran-aliran (flow), dan peyimpanan (storage). Suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila bahan-bahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah produk (barang dan/atau jasa) sesuai yang diinginkan konsumen. Beberapa contoh dari tugas yang memiliki nilai tambah : (1) pengoperasian peralatan bor untuk mengubah sepotong logam tanpa cacat, (2) pengujian material untuk meyakinkan bahwa material itu sesuai standar yang ditetapkan, (3) menerbangkan sebuah pesawat terbang dengan baik, (4) pembiusan dengan tepat terhadap pasien sebleum operasi, (5) pendaftaran kembali mahasiswa suatu tugas sering dibutuhkan penambahan tenaga kerja pada produk dengan atau tanpa pengguna modal. Dalam beberapa kasus, apabila bentuk otomatisasi dari proses telah terjadi, modal dan/atau material sering mensubsitusikan tenaga kerja dalam tugas tertentu. 36 LINGKUNGAN Tugas A INPUT Tugas B Inventor y WorkinProcess (WIP) Inventor y Bahan Baku Tugas C Tugas E Inventory Bahan Jadi OUTPUT Tugas D Catatan dan Pengendali an Keterangan : = Aliran Material = Aliran Informasi Pesanan Konsumen atau Permintaan Pasar Gambar 14. Diagram Alir Proses Hipotesis dari Sistem produksi Terdapat dua jenis aliran yang perlu dipertimbangkan dari setiap proses dalam sistem produksi, yaitu : aliran material atau barang setengah jadi dan aliran informasi. Aliran material terdapat apabila material dipindahkan dari satu tugas ke tugas berikutnya, atau dari beberapa tugas ke tempat penyimpanan, atau sebaliknya. Selama aliran material berlangsung, terjadi penambahan tenaga kerja dan/atau modal karena membutuhkan tenaga kerja dan/atau peralatan untuk memindahkan material atau barang setengah jadi itu. Perbedaan antara aliran (flow) dan tugas (tasks) adalah bahwa aliran mengubah posisi dari barang dan/atau jasa (tidak memberikan nilai tambah), sedangkan tugas mengubah karakteristik (memberikan nilai tambah), sedangkan tugas mengubah karakteristik (memberikan nilai tambah) pada barang dan/atau jasa. Dalam sistem produksi modern, seperti Just-In-Time (JIT), pergerakan atau perpindahan suatubarang dari satu tempat ke tempat yang lain dalam proses produksi diklasifikasikan sebagai pemborosan (waste). Karena itu, tata letak (layout) mesin menjadi pertimbangan utama untuk meminimumkan 37 pemborosan karena pemindahan barang itu. Aliran unformasi mengawali dan membantu dalam proses produksi suatu barang dan/atau jasa. Instruksi-instruksi yang diberikan dalam proses produksi, merupakan contoh dari aliran informasi. Kategori ketiga dari aktivitas dalam proses produksi adalah penyimpanan (storage). Suatu penyimpanan terjadi apabila tidak ada tugas yang dilakukan serta barang dan/atau jasa itu sedang dipindahkan. Dengan kata lain, penyimpanan adalah segala sesuatu yang bukan tugas atau aliran. Dalam sistem produksi modern, seperti Just-In Time (JIT), Penyimpanan juga dianggap sebagai pemborosan (waste) karena tidak memberikan nilai tambah pada produk. Karena itu, penyimpanan perlu dihilangkan atau diminimumkan. Dari ketiga kategori aktivitas dalam proses dari sistem produksi, yaitu : tugas, aliran, dan penyimpanan, tampak bahwa hanya satu yang memberikan nilai tambah pada produk – yaitu tugas. Aliran dan penyimpanan tidak memberikan nilai tambah pad aproduk. Karena itu, dalam sistem produksi modern, seperti Just-In Time (JST), aktivitas aliran dan penyimpanan dalam suatu proses diusahakan untuk dihiolangkan atau diminimumkan melalui perbaikan terusmenerus (continouns improvement) pada proses produksi itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal, untuk mengetahui hubungan antar input dan output dalam proses produksi, kita dapata mengajukan tiga pertanyaan berikut : 1. Input mana yang mempengaruhi parameter output y(y = karakteristik kualitas dari output) ? 2. Bagaimana hubungan anatara input-input penting dan parameter output y ? 3. Bagaimana parameter output y dikendalikan ? 4. Definisi Variasi dalam Konteks SPC Pengukuran yang dilakukan terhadap performansi kualitas saja tidak cukup, tetapi perlu juga menganalisis bagaimana keadaan dalam suatu proses berdasarkan dari hasil pengukuran kualitas itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal, penting juga untuk mengetahui bagaimana suatu proses itu bervariasi dalam menghasilkan output sehingga dapat diambil tindakan-tindakan perbaikan terhadap proses itu secara tepat. Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output (barang dan/atau jasa) yang dihasilkan. {Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yang diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Variasi penyebab khusus (Special-causes variation) adalah kejadian-kejadian diluar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor : manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola nonacak (non random paterns) sehingga dapat diidentifikasi/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal menggunakan peta-peta kendali atau kontrol (control charts), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan (defined control limits). 2. Variasi penyebab umum (Common-causes Variation) adalah faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga sebagai penyebab 38 acak (random causes) atau penyebab sistem (system causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkan kita harus menelusuri elemenelemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dengan menggunakan peta-peta kendali atau kontrol (control charts), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan (defined control limits). Suatu proses yang hanya mempunyai variasi penyebab umum (common-causes variation) yang mempengaruhi output atau outcomes merupakan proses yang stabil karena penyebab sistem yang mempengaruhi variasi biasanya relatif stabil sepanjang waktu. Variasi penyebab-umum dapat diperkirakan dalam batas-batas pengendalian yang ditetapkan secara statistikal. Sedangkan apabila variasi penyebab-khusus terjadi dalam proses, maka akan menyebabkan proses itu menjadi tidak stabil. Upaya-upaya menghilangkan variasi penyebab-khusus akan membawa proses ke dalam pengendalian statistikal. Pemahaman dan pengendalian variasi merupakan inti dari teori Deming. Dr. W. Edwards Deming menyatakan bahwa sasaran dan sasaran dari pengendalian kualitas adalah mengurangi variasi sebanyak mungkin. Pendekatannya adalah menstandarisasikan proses dengan cara bahwa setiap orang menggunakan prisedur kerja, material, dan peralatan yang sama. Di samping itu pihak manajemen industri harus mempelajari proses, mencari sumber-sumber potensial dari variasi, mengumpulkan variasi, mengumpulkan data, dan kemudian menghilangkan variasi penyebab khusus. Sedangkan variasi penyebab umum merupakan tiondakan konkret berikut sebagai bkti komitmen dari manajemen industri untuk perbaikan proses terus menerus (continouns improvement) setelah variasi penyebab-khusus dihilangkan dari proses itu. 5. Strategi Pengendalian Proses Statistikal Strategi pengendalian proses statistikal adalah membawasuatu proses berada dibawah pengendalian secara statistikal. Pengendalian proses statistikal berarti proses itu dikendalikan berdasarkan catatan data yang secara terus-menerus dikumpulkan dan dianalisis agar menghasilkan informasi yang dapat digunakan dalam mengendalikan dan meningkatkan proses sehingga proses itu memiliki kemampuan untuk memenuhi spesifikasi output yang diinginkan pelanggan. Pada dasarnya langkah-langkah pengendalian proses statistikal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Merencanakan penggunaan alat-alat statistikal (statistical tool). 2. Memulai menggunakan alat-alat statistikal itu. 3. Mempertahankan atau menstabilkan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab-khusus yang dianggap merugikan. 4. Merencanakan perbaikan proses terus-menerus (continous process improvement = Kaizen) melalui mengurangi variasi penyebab-umum. 5. Mengevaluasi dan meninjau ulang (review) terhadap penggunaan alat-alat statistikal itu. 39