BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi alasan utama pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber tenaga kependidikan. Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu pendidikan sangat tergantung dari keberhasilan proses belajar-mengajar yang merupakan sinergi dari komponen-komponen pendidikan baik kurikulum tenaga pendidikan, sarana prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa faktor lingkungan alamiah dan lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai subjeknya. Proses belajar mengajar sebagai sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu di antaranya adalah guru yang merupakan pelaksana utama pendidikan di lapangan. Kualitas guru baik kualitas akademik maupun non akademik juga ikut mempengaruhi kualitas pembelajaran. Faktor lainnya yang tak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, adalah sumber belajar. Dalam rangka mengupayakan peningkatan kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan sistematik terhadap kegiatan belajar-mengajar, yang juga harus didukung dengan upaya pendayagunaan sumber belajar di antaranya internet. Ini di satu pihak, sedangkan di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa sumber belajar dan sarana pembelajaran yang telah dibakukan, diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah belum didayagunakan secara optimal oleh guru, pelatih dan instruktur. Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan, pembelajaran pada sekolah dasar belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang mengajar tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga pembelajaran berkesan teacher centris. 1 Teknologi pembelajaran telah berkembang dan muncul sebagai bidang studi tersendiri dengan melalui berbagai penelitian dan praktek-praktek pembelajaran. Kegiatan yang dicakup dalam teknologi pembelajaran meliputi rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengolaan, dan penilaian. Masing-masing ranah ini telah didefinisikan dan di bahas dalam bab tedahulu. Rentang ranah dalam bidang ini merefleksikan sifatnya elektik. Elemen-elemen penelitian, teori, dan praktek dari bidang studi yang berkaitan telah bertemu dalam teknologi pembelajaran dalam proses adopsi dan adaptasi. Karena dirasakan adanya pengaruh-pengaruh baru. Pengaruh itu pada umumnya mendominasi selama beberapa waktu dan kemudian berbaur dalam paradigma yang ada, bahkan ketika orintasinya menjadi kurang dominan, pengaruh itu tidak hilang sepenuhnya baik dalam pikiran maupun dalam praktek. Tetapi, integrasi konsep-konsep baru terjadi dalam merefleksikan dampaknya pada konteks bidang studi itu secara social dan teknologi secara lebih luas. B. Rumusan Masalah 1. Pengertian sumber belajar menurut para ahli? 2. Bagaimana perkembangan historis teknologi pembelajaran ? 3. Apa saja sumber-sumber utama yang mempengaruhi teknologi pembelajaran ? 4. Bagaimana pengaruh penelitian dan teori terhadap teknologi pembelajaran ? 5. Cangkupan apa saja yang terdapat dalam teknologi pembelajaran ? C. Tujuan 1. Siswa dapat memahami pengertian dari sumber belajar 2. Siswa bisa mengerti perkembangan historis teknologi pembelajaran. 3. Siswa bisa mengerti sumber-sumber utama yang mempengaruhi teknologi pembelajaran. 4. Siswa bisa mengerti pengaruh penelitian dan teori terhadap teknologi pembelajaran. 5. Siswa bisa mengethui cangkupan yang tedapat dalam teknologi pembelajaran. 2 BAB II ISI . A. Perkembangan Historis Teknologi Pembelajaran Indikasi pertama bahwa sebuah bidang studi itu ada adalah munculnya pendidikan visual yang berlanjut dengan pendidikan audiovisual sebagai konsep. Buku-buku yang terdahulu ditulis oleh Hoban, Hoban dan Zisman(1937) dan Dale(1946), yang ditunjang dengan pemanfaatan media secara intensif dan besar-besaran di Amerika Serikat untuk pelatihan militer pada masa perang Dunia II, mengarahkan pada legimitasi bidang studi teknologi pembelajaran. Peristiwa-peristiwa di belahan bumi yang lain juga mengangkat pentingnya media. Misalnya, di Kanada, Badan Film Nasional, salah satu agen produksi film dokumenter, didirikan pada tahun 1939. Temuan-temuan penelitian Wood dan Freeman(1929), Knowiton dan Tilton(1929) dan Carpenter dan Greenhil (1956) mengkonfirmasi nilai media dalam proses pembelajaran dan belajar yang membantu menetapkan bidang studi. Pada masa kemudian, Fleming dan Levie(1976; 1993) meringkas penelitian media dan penelitian psikologi terdahulu dan menyajikan sintesisnya sebagai petunjuk untuk rancangan pesan. Bersamaan dengan pengenalan dan perkembangan media pembelajaran sebagai wilayah kajian, konsep ilmu pengetahuan pembelajaran mengalami evolusi. Para psikolog pembelajaran memberikan landasan teoritis yang memfokuskan pada variable-variabel yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran. Menurut para pioner terdahulu dalam bidang itu, hakikat pembelajaran dan hakikat proses belajar itu sendiri lebih penting dari pada hakikat metodologi penyampaiannya. Sebagian spesialisasi audiovisual terdahulu mengacu pada karya Watson, Thorndike, Ghuthrine,Tolman,Hult.Tetapi belum sampai muncul karya Skinner(1954) mengenai mesin pembelajaran dan belajar pemrogaman, para profesional dalam bidang itu sudah merasa bahwa mereka memiliki landasan psikologis. Karya Skinner dalam psikologi behavioral, yang dipopulerkan oleh Mager (1962), membawa rasional yang lebih disegani dalam bidang itu. Lumsdaine dan Gleser (1960), dan Lumsdaine (1964) memberikan ilustrasi mengenai hubungan psikologi behavioral dengan bidang studi itu, dan Wiman dan 3 Meirhenry (1969) menyunting karya utama yang meringkas hubungan psikologi belajar dengan munculnyan bidang teknologi pembelajaran. Bruner (1966), Glaser (1965), dan Gagne (1965; 1989) memperkenalkan konsep-konsep baru yang kemudian mengarah pada partisipasi para psikolog kognitif yang secara luas. Dewasa ini, teknologi pembelajaran tidak saja yakin dengan pentingnya berbagai aspek pemrosesan informasi secara kognitif, tetapi juga memberikan penekanan baru padaperanan konteks pembelajaran dan persepsi pembelajar secara individual. Mungkin salah satu perubahan yang paling menonjol dalam teknologi pembelajaran adalah perluasan arena tempat dan wilayah bidang studi. Meskipun bidang studi ini bermula dari pendidikan dasar dan menengah, bidang studi ini kemudian dipengaruhi oleh pelatihan militer, pendidikan orang dewasa, pendidikan pasca sekolah menengah, dan kebanykan kegiatan-kegiatan dalam wilayah kajian yang melibatkan pelatihan karyawan sektor swasta . Oleh karena itu, dalam perkembangnya sekarang, terdapat peningkatan konsentrasi dan isu-isu yang berhubungan dengan perubahan organisasi, perbaikan performasi, dan cost benefet . Prinsip-prinsip, produk-produk, dan prosedur-prosedur yang dihasilkan teknologi pembelajaran terus berfungsi vital untuk meningkatkan efektivitas sekolah, khususnya dalam restrukturiasi sekolah. Tetapi, banyak teknologi pembelajaran merasa bahwa mereka tidak terlibat secara khusus dalam lingkungan sekolah, dan konsep-konsep mereka pun tidak di perlukan secara khusus. Tetapi teknologi baru dan metodologi penyampaian baru memberikan cara –cara memenuhi kebutuhan khusus pembelajaran dan sekolah. Sebuah contoh fenomena ini ialah munculnya peran pendidikan jarak jauh dari semua tingkat pendidikan, dari tingkat dasar sampai pada pengembangan staf pengajar dan pelatihan karyawan. Teknologi pembelajaran, khususnya prosedur rancangan pembelajaran, menjadi semakin lazim di dalam pendidikan dan latihan perawatan kesehatan, dan lingkungan diluar pendidikan formal. Masing-masing konteks pembelajaran ini menghendaki keragaman kebutuhan pebelajar menurut usia dan minat mereka dalam kebutuhan organisasi dengan keragaman tujuannya. Lingkungan yang beragam ini biasa menjadi laboratorium eksperimentasi untuk pemanfaatan teknologi baru. Konteks teknologi pembelajaran yang beragam juga memungkinkan adanya nilai dan sikap personal dan organisasi secara lebih luas. Budaya, karakteristi masyarakat yang berbeda, dapat 4 menciptakan masalah baru maupun kemungkinan yang mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan dalam teknologi pembelajaran. B. Pengertian Sumber Belajar Menurut Para Ahli Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994). Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si-belajar agar terjadi prilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan. Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal senada juga diperkuat oleh suatu hasil penelitian para dosen IKIP Semarang mengenai kebutuhan informasi, yang menyatakan bahwa banyak sumber belajar diperpustakaan yang belum dikenal dan belum diketahui penggunaannya. Keadaan ini diperparah pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga masih bergantung pada kehadiran guru, kalau guru tidak hadir maka sumber belajar lain termasuk bukupun tidak dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. C. Sumber-Sumber Utama Yang Mempengaruhi Tekhnologi Pembelajaran Teknologi pembelajaran dapat dipandang sebagai bidang yang berhubungan dengan aplikasi, meskipun prinsip dan prosedurnya berorientasi teori. Rana-rana dalam bidang studi ini mengalami evolusi melalui penelitian, pengalaman praktis, pengaruh nilai dan kompetesi, dan khususnya pengalaman teknologi yang digunakan dalam pembelajaran.Tetapi, dasar pengetahuan profesi itu di pahami dan digunakan dari etos khusus yang mendominasi mereka yang menamakan kelompok teknologi pembelajaran. Setiap ranah teknologi pembelajaran dibentuk oleh: 5 Landasan penelitian dan teorinya Nilai dan prespektif yang di yakininya, dan Kemampuan teknologi itu sendiri D. Metode Pembelajaran Melalui Internet Setelah semua perangkat untuk pembelajaran siap, guru mulai melakukan pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar internet. Bagi siswa sekolah dasar tentu saja akses-akses yang ringan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru memberikan topik tertentu pada siswa, kemudian siswa mencari hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut dengan mencari (down load) dari internet. Guru juga dapat memberikan tugas-tugas ringan yang mengharuskan siswa mengakses dari internet. Siswa juga dapat belajar dari internet tentang hal-hal yang up to date yang berkaitan dengan pengetahuan. Dengan pembelajaran berbasis internet diharapkan siswa akan terbiasa berpikir kritis dan mendorong siswa untuk menjadi pembelajar otodidak.Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya yaitu dengan pembelajaran berbasis internet pengetahuan dan wawasan siswa akan berkembang E. Pengaruh Penelitian Dan Teori 1. Tinjauan Teknologi pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari beberapa wilayah kajian. Akar-akar pengetahuan intelektual tersebut juga sering di temukan dalam disiplin lain, termasuk: Psikologi Teknik mesin Komunikasi Ilmu pengetahuan computer Bisnis Pendidikan 6 Model yang paling berpengaruh mendeskripsikan prosedur adalah rancangan pembelajaran. Ditinjau dari sudut metodologis,penelitian teknologi pembelajaran bersifat elektrik. Driscoll (1985) mengemukakan bahwa pemanfaatan berbagai paradigma penelitian merupakan ciri umum pengetahuan yang sedang berkembang, dan oleh karena itu sangat ideal untuk diterapkan dalam penelitian system pembelajaran. Akibatnya dasarpenelitian dalam bidang studi itu tidak saja menggunakan metode penelitian kuantitatif tradisional, tetapi juga variasi paradigma alternative, sepeti etnografi, penelitian perkembangan dan penelitian (developmental and evaluation research), dan penelitian efektifitas biaya (cost-effectivenees studies). 2. Rancangan Sebuah pijakan rancangan pembelajaran didukung oleh penelitian. Meskipun perspektif rancangan alternatif telah muncul,semua dukungan penelitian itu dipandu oleh profil teoritis yang jelas, yakni ada alur pikiran yang memberikan arah pada teknologi pembelajaran. Teori-teori itu akan dibahas berikut ini. 3. Teori Sistem Umum Teori sistem umum (general systems teory) telah diaplikasikan dalam bidang studi itu melalui pemanfaatan model-model rancangan sistem pembelajaran (ISD). Ketergantungan pada model-model ini sangat luas sehingga pendekatan itu berfungsi sebagai paradigma yang mengikat kebanyakan perancang pembelajaran. 7 Bagan 5.1 Hubungan Antara Landasan Teori Teknologi Pembelajaran dengan Masing-Masing Ranah PENGEMBANGAN PEMANFAATAN Komunikasi Berpikir Visual Belajar VIsual Komunikasi Visual Pemanfaatan Pengetahuan Kurikulum Teori Umum Sistem Perbedaan Pengembangan Organisasi PERANCANGAN Sistem Umum Belajar Motivasi Persepsi Pembelajaran Kurikulum TEORI PENILAIAN Belajar Behaviour Belajar Kognitif Pengukuran Umum PENGELOLAAN Managemen Komunikasi Motivasi Ekonomi 8 Bagan 5.2 Hubungan antara Landasan Penelitian dengan masing-masing Ranah Teknologi Pembelajaran PENGEMBANGAN Media Teks Belajar Visual PEMANFAATAN Adopsi inovasi Konstektual Pemasaran PERANCANGAN Perbedaan Individual Karakteristik Pebelajar Strategi Pembelajaran Interaksi Intervensi Sifat Rancangan Pesan PENELITIAN PENGELOLAAN PENILAIAN Analisis Keuntungan Analisis Kebutuhan Kecenderungan Efektifitas Produktifitas Sebagai teori, rancangan sistem pembelajaran (ISD) didukung oleh logika deduktif, praktek evaluasi, dan pengalaman yang berhasil. Dasar penelitian yang terdapat pada rancangan pembelajaran yang sistematis ini menunjang bagian komponen proses rancangan itu, pengaruh pembelajaran berdasarkan tujuan,atau penguasan ini berdasarkan analisis. 9 4. Teori dan Penelitian Psikologi Rancangan pembelajaran berakar kuat pada teori belajar. Secara tradisional, pandangan kaum behavioris sangat dominan dalam aplikasi rancangan pembelajaran. Dewasa ini, bidang studi itu menekankan aplikasi dari psikologi kognitif (polson, 1993), dan banyak juga yang melihat prinsip-prinsip Constructivist untuk acuan lebih lanjut. Penekanan ini lebih bersifat orientasi internal (batin) (internal orientation), yang bertentangan dengan pendekatan eksternal (lahir) (external approach) kalangan behaviorist (Lajoie, 1993).kalangan costructivist juga berorientasi batin. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan seseorang, dan proses belajar itu sendiri berakar dalam interprestasi unik tentang dunia. Pentingnya motivasi pebelajar telah mengubah penekanan teknologi pembelajaran dari alat bantu audiovisual sebagai motivator menjadi perhatian yang diberikan pada rancangan motivasi ke dalam rancangan pembelajaran. Misalnya Keller (1987a; 1987b) memformulasikan prosedur rancangan motivasi spesifik dari dasar penelitian psikologis yang luas. Penelitian ini menyinggung topik-topik seperti peranan harapan dan perilaku, minat, kesungguhan, perlunya motivasi berprestasi, sikap akademik pebelajar (Keller, 1979) 5. Teori Pembelajaran Dan Penelitian Mengajar-Belajar Perancang menyeleksi peristiwa dan kegiatan pembelajaran tentu berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi proses mengajar-belajar. Klasifikasi mata pelajaran itu pada umumnya digolongkan menurut berbagai taksonomi , termasuk: Taksonomi ranah kognitif Bloom (1956) Taksonomi ranah afektif Krathwol, Bloom dan Masia(1964) Taksonomi ranah psikomotorik Harrow (1972) Lima kemampuam belajar Gagne (1950, dan Definisi Merill (1983)tenteng isis dalam component display theory. Oleh karena itu, pendekatan umum untuk memilih strategi pembelajaran dimulai dengan klasifikasi tugas belajar. Tetapi, fase-fase lain dalamproses rancang itu juga 10 tergantung pada sifat tugas belajar, termasuk teknik untuk memberikan balikan (Smith dan Reagan ,1993). Pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, kerucut pengalaman Dale (Dale’scone of experience) (Dale, 1946) merupakan model yang mudah dipahami untuk menjelaskan level kekongkretan yang diberikn oleh berbagai kategori media, dan kerucut itu memainkan peranan dalam pemilihan media. Krucut Dale merupakan refleksi filosofi eksperimental John Dewey mengenai pendidikan. Setelah itu, Heinich Molenda, dan Russel (1993) menghubungkan berbagai level kerucut pengalaman itu dengan skema kegiatan pembelajaran Bruner,kegiatan yang dilihat bersifat abstrak, iconis (berdasarkan simbol ikon). Model pemilihan media yang ada dewasa ini (Raiser dan Gagne1982; Romiszowski, 1985) cenderung menekan analisis sistematis lingkungan pembelajaran, isi, dan karakteristik pebelajar. Kendatipun orientasi penelitian ini (dan juga pentingnya media dalam proses belajar) mendapat kritikan tajam (Clark, 1983), banyak kalangan masih mendukung penelitian di bidang ini. Ross dan Marrison (1989) juga mempropagandakan penelitian media, mereka menekankan nilai penelitian replikasi media untuk membandingkan efektivitas dan efisiensi hasilnya. 6. Teori Kominikasi Dan Penelitian Persepsi- Atensi Penelitian yang relevan persepsi, dan pemerolehan dan pengontrolan perhatian yang cukup penting. Fleming (1987) mendeskripsikan aspek-aspek penarik atensi (attention-getting) yang dipandang cukup penting bagi perancang. Di samping itu, Fleming (1987) meringkas hal-hal yang relevan dengan rancangan karakteristik persepsi,termasuk organisasi, perbandingan dan perbedaan, warna, kedekatan jarak, nilai, relative, dan display. F. Cangkupan dalam Teknologi Pembelajaran - Pengembangan Proses pengembangan pembelajaran tergantung pada prosedur perancangannya, tetapi prinsip-prinsip utama tergantung dari hakikat komunikasi dan proses belajar. Secara spesifik, pengembangan tidak hanya dipengaruhi oleh teori komunikasi (communication 11 theory), tetapi juga teori pemrosesan visual dan auditori (visual and auditory processing), pemikiran visual, estika. Selain itu, berbagai wilayah kajian didalam ranah pengembangan juga memiliki alur tersendiri. 1. Teori Yang Mempengaruhi Ranah Secara Keseluruhan Para teknolog pendidikan baru menemukan penjelasan yang meyakinkan mengenai apa yang dilakukan dalam teori Shanon Weaver(1990). Shanon dan Weaver mendeskripsikan pemerolehan informasi dari pengiriman pesan ke penerima dengan menggunakan alat sensori. Model ini mendeskripsikan hubungan, sirkulasi antar pengirim (sender), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver), yang pada umumnyan disebut SMCR model. Schram (1954), yang bekerja dalam bidang komunikasi massa, juga mengaplikasikan karya Shanon dan Weaver pada audience dalam jumlah besar, dengan menekan kan aspek-aspek komunikasi secara behavioral. Mashall Mcluhan (1964) membantu menjelaskan sebagaian konsep komunikasi, komunikasi massa dan teknologi pembelajaran menggunakan media yang sama, konsep komunikasi massa tetap terdapat dalam batasan bidang studi itu. Rusell (1993) mendefinisikan keaksaraan visual sebagai “kemampuan terpelajari untuk menginterprestasikan pesan visual secara akurat untuk menciptakan pesan-pesan”. Asumsi dasar keaksaran visual ialah bahasa visual memang ada,bahwa orang berpikir dan belajar secara visual, dan bahwa orang dapat mengutarakan gagasan mereka secara visual (Flory sebagaidikutip dalam Tovar,1988). Pemikiran visual merupakan kondisi reaksi batin (internal reaction state) pemikiran visual itu melibatkan lebih banyak manipulasi imagery mental dan sensory dan asosiasi emosi daripada tahap-tahap yang lain (Seel, 1993d). Arnheim (1972) mendeskripsikan pemikiran visual sebagai pemikiran prasadar, pemikiran metaforis. Dalam hal ini, prinsip-prinsip estetika juga penting dalm proses pengembangan (Schwier, 1987). Heinich, Molinda, dan Russel (1993) mendefinisikan elemen utama seni yang digunakan dalam rancangan visual (garis, bentuk, tekstur, warna) dan prinsip-prinsip rancangan estetis (penataan, keseimbangan, kesatuan). Tetapi masih banyak lagi elemen rancangan visual dan prinsip-prinsipnya (Curtiss, 1987; Dondis, 1973). Prinsip-prinsip itu 12 digunakan untuk memandu rancangan seperti rancangan grafis dan editing (Petterson, 1993; Wilwows dan Houghton, 1987) 2. Penelitian Dan Teori Yang Mempengaruhi Subkategori Ranah Beragam teknik telah muncul dan direvisi sebagai konsekuensi hasil-hasil penelitian. Konsep menulis terstruktur dan elemen-elemennya juga diaplikasikan tidak saja dalam rancangan pendidikan dan produk pelatihan, tetapi juga dalam tipe-tipe sarana komunikasi yang lain, seperti memori (Jonassen, 1982). Teknik programming dan authoring diterapkan dalam banyak lingkungan. Sering kali khasanah pengetahuan ini digunakan secara terpadu dengan teori rancangan yang lebih umum, prinsip rancangan grafis, prinsip belajar interaktif, maupun teknik elektronis. Proses pengembangan multimedia atau media terpadu dan pembelajaran memadukan produksi audio dan video, prinsip authoring berdasarkan komputer,prinsip rancangan grafis, dan prinsip rancangan pembelajaran yang lebih fundamental. Kendatipun kritik mengenai kurangnya kerang teori penelitian media di lontarkan (Heidt, 1988), peranan media pembelajaran selalu menonjol dalam bidang itu. Penelitian yang lebih baru juga mengkaji dampak pemanfaatan media pada pebelajar dan pada pendekatan pembelajaran dalam proses informasi. Penelitian tentang media (seperti film instruksional, televisi, audio tape, dan slide) berfungsi sebagai sumber informasi yang memberikan arah pengembangan teknik dan prosedur media yang efektif. 3.Pemanfaatan Secara historis, konsep pemanfaatan berkonotasi pada aspek-aspek pemanfaatan media bagi para praktisi dalam bidang itu, tetapi ranah ini berkembang dan mencakup difusi dan pemanfaatan pengetahuan dan juga peranan kebijakan umum sebagai mekanisme institusionalisasi. Prinsip yang sama juga mengarahkan pada pembuatan asumsi penting oleh teknolog pembelajaran. Diasumsikan bahwa pemanfaatan dipengaruhi oleh: Referensi individual Kondisi social 13 Masalah sistem penerima secara keseluruhan Tindakan pihak yang berkomunikasi (Dunn, Holzner, dan Zalman, 1989) Contoh faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi pembelajaran mencangkup: 1. Sikap pebelajarterhadap teknologi 2. Tingkat independen pebelajar 3. Factor-faktor lain yang menciptakan kendala bagi pemanfaatan media dan materi dalam sistem pembelajaran. Penelitian pemanfaatan dalam teknologi pembelajaran mengkaji masalah kondisi optimal untuk pemanfaatan media, dampak media pada elemen belajar secara ekonomis, dampak media pada waktu belajar (Thomson, Simoson, dan Hargrave, 1992). Yang cukup menarik ialah adanya pemanfaatan prinsip dan teknik rancangan sistem pembelajaran secara meluas dalam lingkungan sekolah (Martin dan Clemente, 1990) 4. Pemanfaatan IT Sebagai Sumber Belajar yang Kreatif dan Inovatif Berikut ini dipaparkan tentang penggunaan tekhnologi IT dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. a. Penggunaan Perangkat Komputer Perangkat Komputer dalam pembelajaran sangat menunjang pelaksanaan pembelajaran. Hal itu disebabkan oleh tersedianya banyak program aplikasi yang sangat membantu guru dalam mengelola pembelajarannya. 1.Dalam mengelola nilai Guru dapat mengelola nilai siswa dengan menggunakan Microsoft Excel. 2.Membuat artikel atau menyusun soal atau tugas yang akan diberikan kepada siswa dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan Microsoft Word. 3.Membuat Data Base siswa dapat dengan mudah dilakukan pada program Microsoft Access. 14 4.Menyampaikan pembelajaran kepada siswa agar dapat lebih efektif, maka guru dapat menggunanakan program Microsoft Power Point. b. Perangkat Handphone. Handphone adalah salah satu perangkat tekhnologi IT yang paling banyak digunakan sebagai sarana komunikasi saat ini. 1.Guru dapat memberikan tugas di rumah. 2.Guru mengumumkan kepada siswa nomor handphone yang dapat dihubungi jika ada nomor soal yang tidak dapat terjawab oleh siswa. 3.Guru hendaknya mengikhlaskan dirinya untuk melayani pertanyaan siswa lewat handphone, kapan dan dimana saja itu terjadi. 4.Membiasakan siswa memamfaatkan handphone sebagai sarana belajar yang efektif. c. Perangkat TV E-Dukasi. Setiap guru, yang memberikan pelajaran kepada siswa dapat memamfaatkan siaran Televisi edukasi dengan menyesuaikan jadwal pembelajaran dengan jadwal siaran Televisi Edukasi. Siswa diberi tugas untuk mencari informasi lewat siaran TV Edukasi, kemudian membuat kesimpulan. Dapat juga dijadikan sarana untuk memberikan program pengayaan kepada siswa dengan cara merekam siaran pelajaran dari Televisi Edukasi, kemudian memutarnya kembali di kelas atau ditempat belajar kelompok siswa. d. Internet. Internet adalah sumber informasi yang tak trbatas. Sehingga sangat tepat jika Internet dijadikan sebagai sarana belajar dan pembelajaran.Guru dalam mata pelajarannya dapat member tugas kepada siswa untuk menggali informasi melalui internet. Begitu banyak informasi yang dapat kita peroleh melalui internet. Sehingga sebagian guru yang 15 memammfaatkan internet sebagai sumber informasi belajar mendapatkan kemudahan berinovasi dalam pembelajaran. 5. Kendala Yang Dihadapi. Meskipun penggunaan perangkat IT selalu memberikan kita kemudahan dan keleluasaan dalam berkarya dan inovasi, bukan berarti kita tidak mendapat kendala ataupun hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berupa : 1. Sumber Daya Manusia yang terkadang tidak siap dengan penggunaan Tekhnologi Informasi dalam pembelajaran. 2. Sarana atau perangkat Tekhnologi Informasi yang membutuhkan biaya tinggi ( hight coast ) sehinga sebagian guru menghindari penggunaan IT tersebut. 3. Sekolah atau pejabat kepala sekolah sebagai penentu kebijakan terkadang belum tahun mamfaat penggunaan tekhnologi informasi dalam pembelajaran sehingga menganggap penggunaan unsur tekhnologi informasi dapat menghabiskan biaya yang tinggi. 4. Internet, oleh pandangan sebagian orang tua siswa masih dianggap selau berkaitan dengan hal-hal yang tabu. Karena di duni maya begitu mudah kita mendapatkan situs-situs porno. Tapi kita menggunakan program untuk mendeteksi situs-situs porno tersebut sehingga kita bisa menghidarkan siswa dari situs seperti itu. 1. Pemanfaatan Tergantung Pada Proses Difusi Dalam hal ini, karya Rogers (1962, 1983) member pengaruh pada pemahaman fenomena difusi inovasi.Model Rogers didasarkan pada proses, karakteristik, inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan, sistem sosial. Selain itu, penelitian Havelock (1971) mengenai pengembangan dan difusi dan model interaksi sosialnya memberikan penekanan pada upaya menghubungkan pemanfaatan pada sumber pengetahuan baru. Konsep opini pemimpin dan pentingnya pemimpin itu dalam proses komunikasi dikemukakan oleh Lazarfield, et al, 1944 seperti dikutip Rogers, 1983). Pada tahun 1957 Westley dan Mclean menerbitkan sebuah model komunikasi yang tidak saja memberikan arus dua arah seperti yang diusulkan Lazarfield, tetapi juga memuat 16 peranan gatekeepers. Model mereka menjelaskan bagaimana komunikasi dyatic (yang melibatkan dua orang), komunikasi massa,dan balikan memainkan peranan dalam proses komunikasi (Westley dan Mclean,1957 seperti dikutip dalam Urgoon dan Ruffer, 1978). Sejak saat itu peranan pemimpin opini dipandang penting dalam proses komunikasi umum, dan secara khusus dalam komunikasi untuk difusi inovasi. Baik Havelock (1971) mapun Rogers(1983) menekankan penting pemimpin opini. Terdapat perkembangan khasanah pengetahuan mengenai cara-cara organisasi beradaptasi dengan tantangan masyarakat modern,dengan pasar baru, teknologi baru, dan dengan meningkatkan kebutuhan untuk perubahan (Marguelies dan Raia, 1972). Tetapi,jaminan implementasi inovasi yang berhasil menghendaki adanya perhatian pada isu-isu yang tidak berhubungan langsung dengan pembelajaran, hal ini memberikan peluang kajian pada pendekatan teknologi informasi. 2. Difusi Merupakan Produk Berbagai Proses Terdapat tujuh cara untuk memakai penelitian. Misalnya,difusi bisa merupakan akumulasi hasil penelitian yang meyakinkan, atau hasil proses pemecahan masalah. Sebaliknya, pendekatan politis pada difusi pengetahuan, berakhir dalam pembentukan kebijakan dan aturan (Weiss seperti dikutip dalam Keeves, 1989). Sebagai contoh,terdapat upaya untuk memberikan batasan pada penyajian kekerasan melalui televisi, waktu dan jenis iklan yang ditunjukan pada jam-jam utama(prime time) saat anak-anak nonton televisi. Molenda (1993) meringkas teori dan komponen pemanfaatan dengan mengusulkan bahwa terdapat tiga tahap dalam proses pemanfaatan. Hubungan antara ketiga tahap itu (pemanfaatan, instalasi, dan institusionalisasi) ditunjukan dalam bagan 5.3 Di sisi lain, instalasi terjdi ketika materi teknik dimasukan dalam paket atau system pembelajaran yang lebih besar,atau materi atau teknik yang dianggap pemanfaatan di dalam struktur kurikulum atau organisasi secara permanen (atau semi permanen). Ketiga proses itu ialah institusional, dalam tahap ini terdapat upaya sadar untuk memasukan inovasi pembelajaran (materi, teknik, atau sistem) ke dalam struktur dan kultur organisasi. 17 Dalam upaya memberikan sintesis mengenai kerangka intelektual ranah pemanfaatan, Molenda (1993) mengemukakan bahwa literatur ranah itu merefleksikan “prespektif dari provider, seseorang yang berusaha meyakinkan orang lain untuk menggunakan inovasi atau pengguna seseorang yang berpotensi mengadopsi inovasi itu”. Bagan 5.3 Hubungan Antar Sub-Kategori Ranah Pemanfaatan INSTITUSIONAL (menyatu dalam organisasi) INSTALASI (permanen dalam kurikulum) PEMAKAIAN (spontan, setiap waktu) 3. Pengelolaan Masalah pengelolaan dalam teknologi pembelajaran merefleksikan pengaruh behavioris dan berpikir sistematik dimana aspek-aspek komunikasi yang lebih humanities, motivasi, dan teori produktifitas. Pengaruh yang paling menonjol pada ranah pengelolaan ialah dari praktisi teknologi pembelajaran, dari pada dari ahli teori (Greer, 1992). Pengelolaan proyek, sebagai suatu konsep, “pertama kali diperkenalkan sebagai cara yang efisien dan efektif untuk mengatur sekelompok orang yang paduan pengetahuan dan 18 keahlianya dicocokan dengan tuntutan situasi unik dan teknis yang dikehendaki oleh tugas tertentu. “ (Rothwel dan Kazanas, 1992: 264). Konsep sumber kini mengacu padakonsep sumber yang lebih luas untuk belajar dan bukan hanya mengacu pada materi audiovisual. Dengan demikian, sumber diasumsikan mencangkup pula materi cetak, sumber lingkuan, dan nara sumber (Eraut, 1989). Komponen terkhir ranah pengelolaan ialah pengelolaan informasi. Wilayah kajian ini secara fundamental dipengaruhi oleh teori informasi yang “ memberikan jalan untuk memperlakukan bahasa tulis dan bahasa lisan sebagai serangkain informasi tertentu, pengelolaan informasi tanpa mempertimbangkan makan isinya”(Lindermayer, 1988 : 312). 4. Penilaian Dalam kerang ini,Worthen dan Sanders (1973: 1987) menyatakan bahwa penilaian dipandang sebagai bentuk penelitia menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang dapat dipergunakan oleh teknolog pembelajaran untuk membuat keputusan yang kompleks. Penilaian pendidikan digambarkan sebagai suatu unsure inquiry yang berorientasi secara: Sistematis Beracuan criteria, dan Biasanya positivistic Penilaian pada umumnya berhubungan dengan orientasi behavioral pada rancangan pembelajaran dan berkaitan yang dihasilkan oleh teori sistem umum (general systems teory). Need assessment, penilaian formatif dan penilaian sumatif, dan tes beracuan kriteria semuanya ditunjang oleh pendekataan sistem. Berbagai jenis penilaian itu didordong oleh perlunya untuk menciptakan sistem yang mengatur sendiri (seif-regulating system) peranan balikan secara positif. Tetapi sebagian constructivist akan menolak kedua bentuk tes tradisional ini, dan menginginkan pendekatan yang sama sekali berbeda. Demikian pula, need assessment berbagai dan jenis analisis front end pada umumnya berorientasi behavioral. Teknik-teknik rancangan seperti pemanfaatan hirarki 19 belajar dan analisis tugas kerja jelas bersifat behavioral. Meluasnya need assessment yang dianjurkan oleh teknolog performansi juga dipengaruhi oleh landasan behavioral. Tetapi dewasa ini terdapat meningkatnya kecenderungan untuk memasukkan orientasi kognitif dan kadang-kadang contructivist pada berbagai tugas analisis dan penelitian dalam proses rancangan system pembelajaran. Kedudukan ini mempunyai implikasi akan proses penilaian kebutuhan yang mengasumsikan peluang yang lebih lebar, yang bergerak dari konsentrasi hanya pada isi menjadi perhatian pada analisis pebelajar dan analisis organisasi dan lingkungan (Richey, 1992 : Tessmer dan Jarris, 1992). 1. Nilai-Nilai Umum Dalam banyak bidang terdapat nilai yang juga berfungsi sebagai landasan untuk pemikiran dan praktek. Nilai-nilai ini bisa berasal dari pelatihan atau pengalaman kerja yang sama, penyerapan nilai-nilai yang muncul dari dasar teori, atau karakteristik kepribadian seseorang yang tertarik pada disiplin itu. Teknologi pembelajaran sebagai masyarakat profesinal member perhatian pada konsep-konsep nilai seperti: Replicability pembelajaran Individualisasi Efisiensi generalizability proses lintas bidang studi Perencanaan rinci Analisis dan spesifikasi Kekutan visual Pemanfaatan pembelajar bermedia Nilai dibentuk oleh aspek-aspek kultur yang lain, penelitian dan teori,posisi filosofis yang dominan, dan sifat lingkungan aplikasinya. Tetapi terlepas dari keberadaan karakteristik umum bidang studi itu, sejumlah perspektif alternatif telah membentuk karya teknologi pembelajaran. 20 2. Prespektif Teklonologi pembelajaran merupakan bidang studi yang berevolusi. Oleh karena itu teknologi merupakan perekat bidang studi, teknologi pembelajaran menarik banyak ahli teori dan praktisi dari berbagai bidang. Akibatnya, teknologi pembelajaran merupakan bidang studi dengan kompleksitas dan sudut pandang tersendiri, terlepas dari adanya kesamaan nilai yang juga memiliki bidang studi lain. Konsepsi paradigma alternatif untuk menemukan dan memverifikasi pengetahuan merupakan fokus utama teknologi pembelajaran sebagai sebuah disiplin. Dari perspektif para cerdik pandai, paradigma alternatif itu mencangkup gerak kearah penerimaan metodologi penelitian kualitatif, pengenalan penelitian fenomenologis, dan gerak kearah psikologis constructivist. Teknologi pembelajaran cenderung mendudukan dirinya sendiri sebagai ilmu pengetahuan (science) dan banyak teknolog berorientasi kearah positivism. Pandangan kaum positivis ialah bahwa pengetahuan pada dasarnya bersifat ilmiah. Observasi yang obyektif tentang nilai dan hubungan sarana-tujuan atau sebab akibat diantara aspek-aspek lingkungan itu ditelusuri. Kendatipun penelitian itu masih dominan dalam banyak bidang studi dewasa ini, pada kenyataannya tedapat peningkatan khasanah pandangan alternative dalam bidang studi dewasa ini. Pandangan itu cenderung sebagi berikut: Pengkajian kritis tentang akal sehat Orientasi teoritis alternative Dasar filosofi 3. Pengkajian Kritis Bidang Studi Pemikiran utama dalam khasanah teknologi pembelajaran adalah kedudukan bidang studi initerhadap ilmu pengetahuan dan masyakat luas. Misalnya,Striebel (1991) menyajikan tesis bahwa komputer “tidak saja merupakan sistem penyebaran tetapi juga sistem lingkungan yang memiliki nilai dan bias” (hal 177). Bias yang melekat ialah orientasi behavioral yang cenderung menolak orientasi teoritis yang lain. Dia juga mempertanyakan feasibilitas kontrol pebelajar dalam situasi pembelajaran yang sudah distruktur oleh pihak lain. 21 4. Posisi Teoritik Representasi yang mewakili perspektif teori baru ialah psikologi contructivist (Duffy dan Jonassen, 1991). Constructivism menyatakan bahwa tentang pengetahuan kita tentang realitas berasal dari interprestasi pengalaman. Bermakna dan tidaknya sesuatuhal terjadi setelah terlepas dari orang yang mengetahui itu. Belajar terdiri atas keberlangsungan proses menginterprestasikan pengalaman kita dan menyesuaikan interprestasikan kita dengan pengalaman baru. Constructivist berbicara tentang pembuatan rancangan lingkungan belajar daripada pembuatan urutan pembelajaran secara diktatis. Ketika sesorang menekankan belajar situasional, perluasan logisnya ialah melihat belajar sebagai proses aktif dan terus berlangsung, dan dipandang lebih sebagai aplikasi daripada sebagai pemerolehan (Brown dan Duguid, 1993). Winn (1993) telah menunjukkan bagaimana manfaat rancangan pembelajaran dapat diaplikasikan untuk mencapai keuntungan belajar situasional, dan menekankan pentingnya “pembelajaran pada level generalisasi yang memungkinkan apilkasi dalam lingkungan yang bervariasi” (hal 17). Dia juga meyebutkan kendala yang sering ditimbulkan oleh teknologi ketika berusaha memperkenalkan fleksibiltas dalam rancangan pembelajaran. Berkenaan dengan dasar yang lebih aplikatif, gerakan teknologi performansi (Geis, 1986) juga disajikan sebagai perspektif altenatif teknologi pembelajaran .Tetapi, teknologi cenderung mengidentifikasi kebutuhan bisnis dengan tujuan organisasi mereka dan bukannya pada tujuan belajar. Teknologi performansi, sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah merupakan produk berbagai pengaruh teoritis, termasuk cybernetics, psikologi behavioral, teori informasi, teori system, ilmu pengetahuan manajemen, dan ilmu pengetahuan kognitif (Geis, 1986). Teknologi performansi menyajikan pola umum pengaruh teoritis yang beragam. Teknologi pembelajaran tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai solusi masalah mereka. Teknologi performansi cenderung memperhatikan injsentif, rancangan kerja, seleksi personil, balikan, atau alokasi sumber sebagai intervensi seperti ketika digunakan untuk merancang intervensi pembelajaran. Cukup sulit untuk menggunakan prinsip teknologi pembelajaran dapat digunakan dalamberbagai situasi pembelajaran, baik organisasi formal maupun di luar. 22 5. Filosofi Yang terakhir, filosofi post-modern mendorong analisis kritis mengenai landasan kepercayaan dan nilai tradisional bidang studi itu. Perspektif post modern menekankan konsep bahwa teknologi pembelajaran lebih merupakan seni daripada ilmu pengetahuan. Hlynka (1991) mendeskripsikan post modernisme sebagai “cara berpikir yang mengagungkan keragaman, kekontemporan, dan kompleksitas kearah hakikat yang universal, yang stabil, dan yang sederhana (“a way of thinking which celebrates search for universal, the stable, and the simple”). Post modernisme memandang bahwa satu filosofi, atau satu teori itu lebih baik daripada teori yang lain, semua ada secara bersama dan harus digunakan secara bersama. Kaum modernis mengenali dan menemukan rangsangan intelektual dalam system penghasil pengetahuan yang kaya dan cenderung memandang sebuah definisi tunggal dalam bidang itu (seperti definisi yang disajikan disini) sebagai cara merangsang kreativitas yang diperluksn untuk mendorong inquiry. 6. Dampak Teknologi Sebagai tambahan dampak latihan dan teori, teknologi pembelajaran sebagai bidang studitelah dan akan dibentuk oleh pengaruh dan perkembangan teknologi. Hal ini terlepas dari berlanjutnya upaya untuk mendefinisikan bidang itu dalam bentuk proses. Dari aplikasi awal pembelajaran berprogram pada pertengahan 1950-an sampai pada keberhasilan televisi pendidikan dengan menggunakan prinsip rancangan pembelajaran (misalnya sesame street)pada akhir 1960-an, sampai pada pengenalan mikro komputer apple II tahun 1977, teknologi telah mempengaruhi pertumbuhan bidang ini (Seels, 1989). Dewasa ini, teknologi memberikandorongan peningkatan baik dalam teori maupun prakteknya secara displiner. Ini merupakan apa yang disebut Salomon (1992) sebagai pola “botton-up”perkembangan teori. Teknologi baru itu menjadi jalan perkembangan yang mengangkat banyak isu mutakhir, termasuk perlunya untuk: Merekayasa prinsip mengadatasikan pembelajaran disituasi unik Merekayasa pedekatan-pendekatan baru untuk pembelajaran interaktif Merekayasa pembelajaran untuk linkungan belajar non-formal Dampak teknologi dideskripsikan dengan membedakan antara pengaruh dari teknologi dan pengaruh dengan teknologi (Salomon, 1992). Teknologi baru menyajikan prospek untuk menciptakan stimuli realitik, memberikan akses cepat pada informasi, 23 hubungan informasi antara instruktur dan pembelajaran yang kreatif dan terampil dapat mengasilkan produk pembelajaran yang memanfaatkan kemampuan untuk: Memadukan media, Menyertakan control oleh pebelajar secara tak terbatas Merancang meraka sendiri untuk mengadaptasikan kebutuhan, latar belakang individual dan lingkungan kerja Perkembangan dalam teknologi ini mengubah hakikat praktek dalam bidang studi itu. Perkembangan itu juga memberikan implikasi pada penelitian dengan menggunakan teknologi baru yang dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendeskripsikan peranan secara lebih lengkap dan dampak interaksi dalam belajar Tetapi, ketika mempertimbangkan pengaruh dengan teknologi, pertanyaan itu memfokuskanpada peran lingkungan dengan teknologi yang meningkat pada pemikiran yang lebih tinggi dan proses kognitif lain (Salomon, 1992). Teknologi, dari pandangan ini, menjadi kekuatan yang mendorong teori dan praktek yang berorientasi kognitif.Di samping memberikan penjelasan pengaruh berbagai media pembelajaran,teknologi juga mempengaruhipraktek dalam bidang itu dengan memberikan instrument berbasiskomputer untuk mendukung tugas rancangan itu sendiri (Gustafson dan Reeves, 1990). Automatic design workstation dan exepert design system akan meningkatkan produktivitas perancang pembelajaran dengan mengurangi kendala. Adanya prosedur rancangan yang rinci dan sistematis, tanpa mengorbankan kualitas yang dicapai oleh pemanfaatan prosedur rancangan system pembelajaran tradisional pembelajaran lebih efektif. Merrill, Li, dan Jones (1990) menyarakan bahwa inovasi ini akan menghasilkan rancangan pembeljaran generasi kedua. 24 BAB III PENUTUP Kesimpulan Teknologi dari pandangan ini menjadi kekuatan yang mendorong teori dan praktek yang berorientasi kognitif.Di samping memberikan penjelasan pengaruh berbagai media pembelajaran,teknologi juga mempengaruhipraktek dalam bidang itu dengan memberikan instrument berbasis-komputer untuk mendukung tugas rancangan itu sendiri. Automatic design workstation dan exepert design system akan meningkatkan produktivitas perancang pembelajaran dengan mengurangi kendala. Adanya prosedur rancangan yang rinci dan sistematis, tanpa mengorbankan kualitas yang dicapai oleh pemanfaatan prosedur rancangan system pembelajaran tradisional pembelajaran lebih efektif. Perkembangan dalam teknologi mengubah hakikat praktek dalam bidang studi itu. Perkembangan itu juga memberikan implikasi pada penelitian dengan menggunakan teknologi baru yang dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendeskripsikan peranan secara lebih lengkap dan dampak interaksi dalam belajar Teknologi pembelajaran tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai solusi masalah mereka. Teknologi performansi cenderung memperhatikan injsentif, rancangan kerja, seleksi personil, balikan, atau alokasi sumber sebagai intervensi seperti ketika digunakan untuk merancang intervensi pembelajaran. Cukup sulit untuk menggunakan prinsip teknologi pembelajaran dapat digunakan dalamberbagai situasi pembelajaran, baik organisasi formal maupun di luar. 25 DAFTAR RUJUKAN D.Dwiyogo M. Pd, Dr. Wasis. 2010. DIMENSI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Wineka Media Mudhofir. 1992. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Setijadi. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan (Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT). Jakarta: Rajawali. Shirky, C.1995. Internet lewat E-mail. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Sidharta, L.1996. Internet: Informasi Bebas Hambatan 1. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. 26 27