sumber-mber yg mempengaruhi TEP

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi alasan utama
pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber tenaga kependidikan.
Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu pendidikan sangat tergantung dari keberhasilan
proses belajar-mengajar yang merupakan sinergi dari komponen-komponen pendidikan
baik kurikulum tenaga pendidikan, sarana prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa
faktor lingkungan alamiah dan lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai subjeknya.
Proses belajar mengajar sebagai sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu di
antaranya adalah guru yang merupakan pelaksana utama pendidikan di lapangan. Kualitas
guru baik kualitas akademik maupun non akademik juga ikut mempengaruhi kualitas
pembelajaran.
Faktor lainnya yang tak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan
kegiatan belajar-mengajar, adalah sumber belajar. Dalam rangka mengupayakan
peningkatan kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan sistematik
terhadap kegiatan belajar-mengajar, yang juga harus didukung dengan upaya
pendayagunaan sumber belajar di antaranya internet. Ini di satu pihak, sedangkan di pihak
lain kenyataan menunjukkan bahwa sumber belajar dan sarana pembelajaran yang telah
dibakukan, diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah belum didayagunakan secara
optimal oleh guru, pelatih dan instruktur.
Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang
bersifat komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai
sumber belajar. Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan,
pembelajaran pada sekolah dasar belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang
mengajar tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya
sehingga pembelajaran berkesan teacher centris.
1
Teknologi pembelajaran telah berkembang dan muncul sebagai bidang studi
tersendiri dengan melalui berbagai penelitian dan praktek-praktek pembelajaran. Kegiatan
yang dicakup dalam teknologi pembelajaran meliputi rancangan, pengembangan,
pemanfaatan, pengolaan, dan penilaian. Masing-masing ranah ini telah didefinisikan dan di
bahas dalam bab tedahulu.
Rentang ranah dalam bidang ini merefleksikan sifatnya elektik. Elemen-elemen
penelitian, teori, dan praktek dari bidang studi yang berkaitan telah bertemu dalam
teknologi pembelajaran dalam proses adopsi dan adaptasi. Karena dirasakan adanya
pengaruh-pengaruh baru. Pengaruh itu pada umumnya mendominasi selama beberapa
waktu dan kemudian berbaur dalam paradigma yang ada, bahkan ketika orintasinya
menjadi kurang dominan, pengaruh itu tidak hilang sepenuhnya baik dalam pikiran
maupun dalam praktek. Tetapi, integrasi konsep-konsep baru terjadi dalam merefleksikan
dampaknya pada konteks bidang studi itu secara social dan teknologi secara lebih luas.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian sumber belajar menurut para ahli?
2. Bagaimana perkembangan historis teknologi pembelajaran ?
3. Apa saja sumber-sumber utama yang mempengaruhi teknologi pembelajaran ?
4. Bagaimana pengaruh penelitian dan teori terhadap teknologi pembelajaran ?
5. Cangkupan apa saja yang terdapat dalam teknologi pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Siswa dapat memahami pengertian dari sumber belajar
2. Siswa bisa mengerti perkembangan historis teknologi pembelajaran.
3. Siswa bisa mengerti sumber-sumber utama yang mempengaruhi teknologi
pembelajaran.
4. Siswa bisa mengerti pengaruh penelitian dan teori terhadap teknologi
pembelajaran.
5. Siswa bisa mengethui cangkupan yang tedapat dalam teknologi pembelajaran.
2
BAB II
ISI
.
A. Perkembangan Historis Teknologi Pembelajaran
Indikasi pertama bahwa sebuah bidang studi itu ada adalah munculnya pendidikan
visual yang berlanjut dengan pendidikan audiovisual sebagai konsep. Buku-buku yang
terdahulu ditulis oleh Hoban, Hoban dan Zisman(1937) dan Dale(1946), yang ditunjang
dengan pemanfaatan media secara intensif dan besar-besaran di Amerika Serikat untuk
pelatihan militer pada masa perang Dunia II, mengarahkan pada legimitasi bidang studi
teknologi pembelajaran. Peristiwa-peristiwa di belahan bumi yang lain juga mengangkat
pentingnya media. Misalnya, di Kanada, Badan Film Nasional, salah satu agen produksi
film dokumenter, didirikan pada tahun 1939.
Temuan-temuan penelitian Wood dan Freeman(1929), Knowiton dan Tilton(1929)
dan Carpenter dan Greenhil (1956) mengkonfirmasi nilai media dalam proses
pembelajaran dan belajar yang membantu menetapkan bidang studi. Pada masa kemudian,
Fleming dan Levie(1976; 1993) meringkas penelitian media dan penelitian psikologi
terdahulu dan menyajikan sintesisnya sebagai petunjuk untuk rancangan pesan.
Bersamaan dengan pengenalan dan perkembangan media pembelajaran sebagai
wilayah kajian, konsep ilmu pengetahuan pembelajaran mengalami evolusi. Para psikolog
pembelajaran memberikan landasan teoritis yang memfokuskan pada variable-variabel
yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran. Menurut para pioner terdahulu dalam
bidang itu, hakikat pembelajaran dan hakikat proses belajar itu sendiri lebih penting dari
pada hakikat metodologi penyampaiannya.
Sebagian spesialisasi audiovisual terdahulu mengacu pada karya Watson,
Thorndike, Ghuthrine,Tolman,Hult.Tetapi belum sampai muncul karya Skinner(1954)
mengenai mesin pembelajaran dan belajar pemrogaman, para profesional dalam bidang itu
sudah merasa bahwa mereka memiliki landasan psikologis. Karya Skinner dalam psikologi
behavioral, yang dipopulerkan oleh Mager (1962), membawa rasional yang lebih disegani
dalam bidang itu. Lumsdaine dan Gleser (1960), dan Lumsdaine (1964) memberikan
ilustrasi mengenai hubungan psikologi behavioral dengan bidang studi itu, dan Wiman dan
3
Meirhenry (1969) menyunting karya utama yang meringkas hubungan psikologi belajar
dengan munculnyan bidang teknologi pembelajaran. Bruner (1966), Glaser (1965), dan
Gagne (1965; 1989) memperkenalkan konsep-konsep baru yang kemudian mengarah pada
partisipasi para psikolog kognitif yang secara luas. Dewasa ini, teknologi pembelajaran
tidak saja yakin dengan pentingnya berbagai aspek pemrosesan informasi secara kognitif,
tetapi juga memberikan penekanan baru padaperanan konteks pembelajaran dan persepsi
pembelajar secara individual.
Mungkin salah satu perubahan yang paling menonjol dalam teknologi
pembelajaran adalah perluasan arena tempat dan wilayah bidang studi. Meskipun bidang
studi ini bermula dari pendidikan dasar dan menengah, bidang studi ini kemudian
dipengaruhi oleh pelatihan militer, pendidikan orang dewasa, pendidikan pasca sekolah
menengah, dan kebanykan kegiatan-kegiatan dalam wilayah kajian yang melibatkan
pelatihan karyawan sektor swasta . Oleh karena itu, dalam perkembangnya sekarang,
terdapat peningkatan konsentrasi dan isu-isu yang berhubungan dengan perubahan
organisasi, perbaikan performasi, dan cost benefet .
Prinsip-prinsip, produk-produk, dan prosedur-prosedur yang dihasilkan teknologi
pembelajaran terus berfungsi vital untuk meningkatkan efektivitas sekolah, khususnya
dalam restrukturiasi sekolah. Tetapi, banyak teknologi pembelajaran merasa bahwa mereka
tidak terlibat secara khusus dalam lingkungan sekolah, dan konsep-konsep mereka pun
tidak di perlukan secara khusus. Tetapi teknologi baru dan metodologi penyampaian baru
memberikan cara –cara memenuhi kebutuhan khusus pembelajaran dan sekolah. Sebuah
contoh fenomena ini ialah munculnya peran pendidikan jarak jauh dari semua tingkat
pendidikan, dari tingkat dasar sampai pada pengembangan staf pengajar dan pelatihan
karyawan.
Teknologi pembelajaran, khususnya prosedur rancangan pembelajaran, menjadi
semakin lazim di dalam pendidikan dan latihan perawatan kesehatan, dan lingkungan
diluar pendidikan formal. Masing-masing konteks pembelajaran ini menghendaki
keragaman kebutuhan pebelajar menurut usia dan minat mereka dalam kebutuhan
organisasi dengan keragaman tujuannya. Lingkungan yang beragam ini biasa menjadi
laboratorium eksperimentasi untuk pemanfaatan teknologi baru. Konteks teknologi
pembelajaran yang beragam juga memungkinkan adanya nilai dan sikap personal dan
organisasi secara lebih luas. Budaya, karakteristi masyarakat yang berbeda, dapat
4
menciptakan masalah baru maupun kemungkinan yang mengarah pada pertumbuhan dan
perkembangan dalam teknologi pembelajaran.
B. Pengertian Sumber Belajar Menurut Para Ahli
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994).
Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana
seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber belajar
mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si-belajar agar terjadi
prilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan
secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun
sumber belajar yang dimanfaatkan.
Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian
banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal senada juga
diperkuat oleh suatu hasil penelitian para dosen IKIP Semarang mengenai kebutuhan
informasi, yang menyatakan bahwa banyak sumber belajar diperpustakaan yang belum
dikenal dan belum diketahui penggunaannya. Keadaan ini diperparah pemanfaatan buku
sebagai sumber belajar juga masih bergantung pada kehadiran guru, kalau guru tidak hadir
maka sumber belajar lain termasuk bukupun tidak dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.
C. Sumber-Sumber Utama Yang Mempengaruhi Tekhnologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran dapat dipandang sebagai bidang yang berhubungan dengan
aplikasi, meskipun prinsip dan prosedurnya berorientasi teori. Rana-rana dalam bidang
studi ini mengalami evolusi melalui penelitian, pengalaman praktis, pengaruh nilai dan
kompetesi,
dan
khususnya
pengalaman
teknologi
yang
digunakan
dalam
pembelajaran.Tetapi, dasar pengetahuan profesi itu di pahami dan digunakan dari etos
khusus yang mendominasi mereka yang menamakan kelompok teknologi pembelajaran.
Setiap ranah teknologi pembelajaran dibentuk oleh:
5

Landasan penelitian dan teorinya

Nilai dan prespektif yang di yakininya, dan

Kemampuan teknologi itu sendiri
D.
Metode Pembelajaran Melalui Internet
Setelah semua perangkat untuk pembelajaran siap, guru mulai melakukan
pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar internet. Bagi siswa sekolah dasar
tentu saja akses-akses yang ringan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Guru memberikan topik tertentu pada siswa, kemudian siswa mencari hal-hal yang
berkaitan dengan hal tersebut dengan mencari (down load) dari internet. Guru juga dapat
memberikan tugas-tugas ringan yang mengharuskan siswa mengakses dari internet. Siswa
juga dapat belajar dari internet tentang hal-hal yang up to date yang berkaitan dengan
pengetahuan.
Dengan pembelajaran berbasis internet diharapkan siswa akan terbiasa berpikir kritis
dan mendorong siswa untuk menjadi pembelajar otodidak.Satu hal lagi yang tidak kalah
pentingnya yaitu dengan pembelajaran berbasis internet pengetahuan dan wawasan siswa
akan berkembang
E. Pengaruh Penelitian Dan Teori
1. Tinjauan
Teknologi pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari beberapa wilayah kajian.
Akar-akar pengetahuan intelektual tersebut juga sering di temukan dalam disiplin lain,
termasuk:

Psikologi

Teknik mesin

Komunikasi

Ilmu pengetahuan computer

Bisnis

Pendidikan
6
Model yang paling berpengaruh mendeskripsikan prosedur adalah rancangan
pembelajaran. Ditinjau dari sudut metodologis,penelitian teknologi pembelajaran bersifat
elektrik. Driscoll (1985) mengemukakan bahwa pemanfaatan berbagai paradigma
penelitian merupakan ciri umum pengetahuan yang sedang berkembang, dan oleh karena
itu sangat ideal untuk diterapkan dalam penelitian system pembelajaran. Akibatnya
dasarpenelitian dalam bidang studi itu tidak saja menggunakan metode penelitian
kuantitatif tradisional, tetapi juga variasi paradigma alternative, sepeti etnografi, penelitian
perkembangan dan penelitian (developmental and evaluation research), dan penelitian
efektifitas biaya (cost-effectivenees studies).
2. Rancangan
Sebuah pijakan rancangan pembelajaran didukung oleh penelitian. Meskipun
perspektif rancangan alternatif telah muncul,semua dukungan penelitian itu dipandu oleh
profil teoritis yang jelas, yakni ada alur pikiran yang memberikan arah pada teknologi
pembelajaran. Teori-teori itu akan dibahas berikut ini.
3. Teori Sistem Umum
Teori sistem umum (general systems teory) telah diaplikasikan dalam bidang studi
itu
melalui
pemanfaatan
model-model
rancangan
sistem
pembelajaran
(ISD).
Ketergantungan pada model-model ini sangat luas sehingga pendekatan itu berfungsi
sebagai paradigma yang mengikat kebanyakan perancang pembelajaran.
7
Bagan 5.1
Hubungan Antara Landasan Teori Teknologi Pembelajaran dengan Masing-Masing Ranah
PENGEMBANGAN




PEMANFAATAN

Komunikasi
Berpikir Visual
Belajar VIsual
Komunikasi Visual




Pemanfaatan
Pengetahuan
Kurikulum
Teori Umum Sistem
Perbedaan
Pengembangan
Organisasi
PERANCANGAN






Sistem Umum
Belajar
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Kurikulum
TEORI
PENILAIAN




Belajar Behaviour
Belajar Kognitif
Pengukuran
Umum
PENGELOLAAN




Managemen
Komunikasi
Motivasi
Ekonomi
8
Bagan 5.2
Hubungan antara Landasan Penelitian dengan masing-masing Ranah Teknologi
Pembelajaran
PENGEMBANGAN



Media
Teks
Belajar Visual
PEMANFAATAN



Adopsi inovasi
Konstektual
Pemasaran
PERANCANGAN





Perbedaan Individual
Karakteristik Pebelajar
Strategi Pembelajaran
Interaksi Intervensi
Sifat
Rancangan Pesan
PENELITIAN
PENGELOLAAN
PENILAIAN


Analisis Keuntungan
Analisis Kebutuhan



Kecenderungan
Efektifitas
Produktifitas
Sebagai teori, rancangan sistem pembelajaran (ISD) didukung oleh logika deduktif,
praktek evaluasi, dan pengalaman yang berhasil. Dasar penelitian yang terdapat pada
rancangan pembelajaran yang sistematis ini menunjang bagian komponen proses
rancangan itu, pengaruh pembelajaran berdasarkan tujuan,atau penguasan ini berdasarkan
analisis.
9
4. Teori dan Penelitian Psikologi
Rancangan pembelajaran berakar kuat pada teori belajar. Secara tradisional,
pandangan kaum behavioris sangat dominan dalam aplikasi rancangan pembelajaran.
Dewasa ini, bidang studi itu menekankan aplikasi dari psikologi kognitif (polson, 1993),
dan banyak juga yang melihat prinsip-prinsip Constructivist untuk acuan lebih lanjut.
Penekanan ini lebih bersifat orientasi internal (batin) (internal orientation), yang
bertentangan dengan pendekatan eksternal (lahir) (external approach) kalangan behaviorist
(Lajoie, 1993).kalangan costructivist juga berorientasi batin. Mereka menyatakan bahwa
pengetahuan seseorang, dan proses belajar itu sendiri berakar dalam interprestasi unik
tentang dunia.
Pentingnya motivasi pebelajar telah mengubah penekanan teknologi pembelajaran
dari alat bantu audiovisual sebagai motivator menjadi perhatian yang diberikan pada
rancangan motivasi ke dalam rancangan pembelajaran. Misalnya Keller (1987a; 1987b)
memformulasikan prosedur rancangan motivasi spesifik dari dasar penelitian psikologis
yang luas. Penelitian ini menyinggung topik-topik seperti peranan harapan dan perilaku,
minat, kesungguhan, perlunya motivasi berprestasi, sikap akademik pebelajar (Keller,
1979)
5. Teori Pembelajaran Dan Penelitian Mengajar-Belajar
Perancang menyeleksi peristiwa dan kegiatan pembelajaran tentu berdasarkan
berbagai faktor yang mempengaruhi proses mengajar-belajar. Klasifikasi mata pelajaran
itu pada umumnya digolongkan menurut berbagai taksonomi , termasuk:

Taksonomi ranah kognitif Bloom (1956)

Taksonomi ranah afektif Krathwol, Bloom dan Masia(1964)

Taksonomi ranah psikomotorik Harrow (1972)

Lima kemampuam belajar Gagne (1950, dan

Definisi Merill (1983)tenteng isis dalam component display theory.
Oleh karena itu, pendekatan umum untuk memilih strategi pembelajaran dimulai
dengan klasifikasi tugas belajar. Tetapi, fase-fase lain dalamproses rancang itu juga
10
tergantung pada sifat tugas belajar, termasuk teknik untuk memberikan balikan (Smith dan
Reagan ,1993).
Pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, kerucut pengalaman Dale (Dale’scone of
experience) (Dale, 1946) merupakan model yang mudah dipahami untuk menjelaskan level
kekongkretan yang diberikn oleh berbagai kategori media, dan kerucut itu memainkan
peranan dalam pemilihan media. Krucut Dale merupakan refleksi filosofi eksperimental
John Dewey mengenai pendidikan. Setelah itu, Heinich Molenda, dan Russel (1993)
menghubungkan berbagai level kerucut pengalaman itu dengan skema kegiatan
pembelajaran Bruner,kegiatan yang dilihat bersifat abstrak, iconis (berdasarkan simbol
ikon). Model pemilihan media yang ada dewasa ini (Raiser dan Gagne1982; Romiszowski,
1985) cenderung menekan analisis sistematis lingkungan pembelajaran, isi, dan
karakteristik pebelajar.
Kendatipun orientasi
penelitian ini (dan juga pentingnya media dalam proses
belajar) mendapat kritikan tajam (Clark, 1983), banyak kalangan masih mendukung
penelitian di bidang ini. Ross dan Marrison (1989) juga mempropagandakan penelitian
media, mereka menekankan nilai penelitian replikasi media untuk membandingkan
efektivitas dan efisiensi hasilnya.
6. Teori Kominikasi Dan Penelitian Persepsi- Atensi
Penelitian yang relevan persepsi, dan pemerolehan dan pengontrolan perhatian
yang cukup penting. Fleming (1987) mendeskripsikan aspek-aspek penarik atensi
(attention-getting) yang dipandang cukup penting bagi perancang. Di samping itu, Fleming
(1987) meringkas hal-hal yang relevan dengan rancangan karakteristik persepsi,termasuk
organisasi, perbandingan dan perbedaan, warna, kedekatan jarak, nilai, relative, dan
display.
F. Cangkupan dalam Teknologi Pembelajaran
-
Pengembangan
Proses pengembangan pembelajaran tergantung pada prosedur perancangannya,
tetapi prinsip-prinsip utama tergantung dari hakikat komunikasi dan proses belajar. Secara
spesifik, pengembangan tidak hanya dipengaruhi oleh teori komunikasi (communication
11
theory), tetapi juga teori pemrosesan visual dan auditori (visual and auditory processing),
pemikiran visual, estika. Selain itu, berbagai wilayah kajian didalam ranah pengembangan
juga memiliki alur tersendiri.
1.
Teori Yang Mempengaruhi Ranah Secara Keseluruhan
Para teknolog pendidikan baru menemukan penjelasan yang meyakinkan mengenai
apa yang dilakukan dalam teori Shanon Weaver(1990). Shanon dan Weaver
mendeskripsikan pemerolehan informasi dari pengiriman pesan ke penerima dengan
menggunakan alat sensori. Model ini mendeskripsikan hubungan, sirkulasi antar pengirim
(sender), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver), yang pada
umumnyan disebut SMCR model. Schram (1954), yang bekerja dalam bidang komunikasi
massa, juga mengaplikasikan karya Shanon dan Weaver pada audience dalam jumlah
besar, dengan menekan kan aspek-aspek komunikasi secara behavioral.
Mashall Mcluhan (1964) membantu menjelaskan sebagaian konsep komunikasi,
komunikasi massa dan teknologi pembelajaran menggunakan media yang sama, konsep
komunikasi massa tetap terdapat dalam batasan bidang studi itu.
Rusell (1993) mendefinisikan keaksaraan visual sebagai “kemampuan terpelajari
untuk menginterprestasikan pesan visual secara akurat untuk menciptakan pesan-pesan”.
Asumsi dasar keaksaran visual ialah bahasa visual memang ada,bahwa orang berpikir dan
belajar secara visual, dan bahwa orang dapat mengutarakan gagasan mereka secara visual
(Flory sebagaidikutip dalam Tovar,1988).
Pemikiran visual merupakan kondisi reaksi batin (internal reaction state)
pemikiran visual itu melibatkan lebih banyak manipulasi imagery mental dan sensory dan
asosiasi emosi daripada tahap-tahap yang lain (Seel, 1993d). Arnheim (1972)
mendeskripsikan pemikiran visual sebagai pemikiran prasadar, pemikiran metaforis.
Dalam hal ini, prinsip-prinsip estetika juga penting dalm proses pengembangan
(Schwier, 1987). Heinich, Molinda, dan Russel (1993) mendefinisikan elemen utama seni
yang digunakan dalam rancangan visual (garis, bentuk, tekstur, warna) dan prinsip-prinsip
rancangan estetis (penataan, keseimbangan, kesatuan). Tetapi masih banyak lagi elemen
rancangan visual dan prinsip-prinsipnya (Curtiss, 1987; Dondis, 1973). Prinsip-prinsip itu
12
digunakan untuk memandu rancangan seperti rancangan grafis dan editing (Petterson,
1993; Wilwows dan Houghton, 1987)
2. Penelitian Dan Teori Yang Mempengaruhi Subkategori Ranah
Beragam teknik telah muncul dan direvisi sebagai konsekuensi hasil-hasil
penelitian. Konsep menulis terstruktur dan elemen-elemennya juga diaplikasikan tidak saja
dalam rancangan pendidikan dan produk pelatihan, tetapi juga dalam tipe-tipe sarana
komunikasi yang lain, seperti memori (Jonassen, 1982).
Teknik programming dan authoring diterapkan dalam banyak lingkungan. Sering
kali khasanah pengetahuan ini digunakan secara terpadu dengan teori rancangan yang lebih
umum, prinsip rancangan grafis, prinsip belajar interaktif, maupun teknik elektronis.
Proses pengembangan multimedia atau media terpadu dan pembelajaran memadukan
produksi audio dan video, prinsip authoring berdasarkan komputer,prinsip rancangan
grafis, dan prinsip rancangan pembelajaran yang lebih fundamental.
Kendatipun kritik mengenai kurangnya kerang teori penelitian media di lontarkan
(Heidt, 1988), peranan media pembelajaran selalu menonjol dalam bidang itu. Penelitian
yang lebih baru juga mengkaji dampak pemanfaatan media pada pebelajar dan pada
pendekatan pembelajaran dalam proses informasi.
Penelitian tentang media (seperti film instruksional, televisi, audio tape, dan slide)
berfungsi sebagai sumber informasi yang memberikan arah pengembangan teknik dan
prosedur media yang efektif.
3.Pemanfaatan
Secara historis, konsep pemanfaatan berkonotasi pada aspek-aspek pemanfaatan
media bagi para praktisi dalam bidang itu, tetapi ranah ini berkembang dan mencakup
difusi dan pemanfaatan pengetahuan dan juga peranan kebijakan umum
sebagai
mekanisme institusionalisasi.
Prinsip yang sama juga mengarahkan pada pembuatan asumsi penting oleh
teknolog pembelajaran. Diasumsikan bahwa pemanfaatan dipengaruhi oleh:

Referensi individual

Kondisi social
13

Masalah sistem penerima secara keseluruhan

Tindakan pihak yang berkomunikasi (Dunn, Holzner, dan Zalman, 1989)
Contoh faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi pembelajaran
mencangkup:
1. Sikap pebelajarterhadap teknologi
2. Tingkat independen pebelajar
3. Factor-faktor lain yang menciptakan kendala bagi pemanfaatan media dan materi
dalam sistem pembelajaran.
Penelitian pemanfaatan dalam teknologi pembelajaran mengkaji masalah kondisi
optimal untuk pemanfaatan media, dampak media pada elemen belajar secara ekonomis,
dampak media pada waktu belajar (Thomson, Simoson, dan Hargrave, 1992). Yang cukup
menarik ialah adanya pemanfaatan prinsip dan teknik rancangan sistem pembelajaran
secara meluas dalam lingkungan sekolah (Martin dan Clemente, 1990)
4. Pemanfaatan IT Sebagai Sumber Belajar yang Kreatif dan Inovatif
Berikut ini dipaparkan tentang penggunaan tekhnologi IT dalam menunjang
pelaksanaan pembelajaran dalam setiap mata pelajaran.
a. Penggunaan Perangkat Komputer
Perangkat Komputer dalam pembelajaran sangat menunjang pelaksanaan
pembelajaran. Hal itu disebabkan oleh tersedianya banyak program aplikasi yang sangat
membantu guru dalam mengelola pembelajarannya.
1.Dalam mengelola nilai Guru dapat mengelola nilai siswa dengan menggunakan
Microsoft Excel.
2.Membuat artikel atau menyusun soal atau tugas yang akan diberikan kepada siswa dapat
dengan mudah dilakukan dengan menggunakan Microsoft Word.
3.Membuat Data Base siswa dapat dengan mudah dilakukan pada program Microsoft
Access.
14
4.Menyampaikan pembelajaran kepada siswa agar dapat lebih efektif, maka guru dapat
menggunanakan program Microsoft Power Point.
b. Perangkat Handphone.
Handphone adalah salah satu perangkat tekhnologi IT yang paling banyak digunakan
sebagai sarana komunikasi saat ini.
1.Guru dapat memberikan tugas di rumah.
2.Guru mengumumkan kepada siswa nomor handphone yang dapat dihubungi jika ada
nomor soal yang tidak dapat terjawab oleh siswa.
3.Guru hendaknya mengikhlaskan dirinya untuk melayani pertanyaan siswa lewat
handphone, kapan dan dimana saja itu terjadi.
4.Membiasakan siswa memamfaatkan handphone sebagai sarana belajar yang efektif.
c. Perangkat TV E-Dukasi.
Setiap guru, yang memberikan pelajaran kepada siswa dapat memamfaatkan siaran
Televisi edukasi dengan menyesuaikan jadwal pembelajaran dengan jadwal siaran Televisi
Edukasi.
Siswa diberi tugas untuk mencari informasi lewat siaran TV Edukasi, kemudian membuat
kesimpulan.
Dapat juga dijadikan sarana untuk memberikan program pengayaan kepada siswa dengan
cara merekam siaran pelajaran dari Televisi Edukasi, kemudian memutarnya kembali di
kelas atau ditempat belajar kelompok siswa.
d. Internet.
Internet adalah sumber informasi yang tak trbatas. Sehingga sangat tepat jika Internet
dijadikan sebagai sarana belajar dan pembelajaran.Guru dalam mata pelajarannya dapat
member tugas kepada siswa untuk menggali informasi melalui internet. Begitu banyak
informasi yang dapat kita peroleh melalui internet. Sehingga sebagian guru yang
15
memammfaatkan internet sebagai sumber informasi belajar mendapatkan kemudahan
berinovasi dalam pembelajaran.
5. Kendala Yang Dihadapi.
Meskipun penggunaan perangkat IT selalu memberikan kita kemudahan dan keleluasaan
dalam berkarya dan inovasi, bukan berarti kita tidak mendapat kendala ataupun hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut berupa :
1. Sumber Daya Manusia yang terkadang tidak siap dengan penggunaan Tekhnologi
Informasi dalam pembelajaran.
2. Sarana atau perangkat Tekhnologi Informasi yang membutuhkan biaya tinggi ( hight
coast ) sehinga sebagian guru menghindari penggunaan IT tersebut.
3. Sekolah atau pejabat kepala sekolah sebagai penentu kebijakan terkadang belum tahun
mamfaat penggunaan tekhnologi informasi dalam pembelajaran sehingga menganggap
penggunaan unsur tekhnologi informasi dapat menghabiskan biaya yang tinggi.
4. Internet, oleh pandangan sebagian orang tua siswa masih dianggap selau berkaitan
dengan hal-hal yang tabu. Karena di duni maya begitu mudah kita mendapatkan situs-situs
porno. Tapi kita menggunakan program untuk mendeteksi situs-situs porno tersebut
sehingga kita bisa menghidarkan siswa dari situs seperti itu.
1. Pemanfaatan Tergantung Pada Proses Difusi
Dalam hal ini, karya Rogers (1962, 1983) member pengaruh pada pemahaman
fenomena difusi inovasi.Model Rogers didasarkan pada proses, karakteristik, inovasi,
saluran komunikasi, waktu, dan, sistem sosial.
Selain itu, penelitian Havelock (1971) mengenai pengembangan dan difusi dan
model interaksi sosialnya memberikan penekanan pada upaya menghubungkan
pemanfaatan pada sumber pengetahuan baru. Konsep opini pemimpin dan pentingnya
pemimpin itu dalam proses komunikasi dikemukakan oleh Lazarfield, et al, 1944 seperti
dikutip Rogers, 1983).
Pada tahun 1957 Westley dan Mclean menerbitkan sebuah model komunikasi yang
tidak saja memberikan arus dua arah seperti yang diusulkan Lazarfield, tetapi juga memuat
16
peranan gatekeepers. Model mereka menjelaskan bagaimana komunikasi dyatic (yang
melibatkan dua orang), komunikasi massa,dan balikan memainkan peranan dalam proses
komunikasi (Westley dan Mclean,1957 seperti dikutip dalam Urgoon dan Ruffer, 1978).
Sejak saat itu peranan pemimpin opini dipandang penting dalam proses komunikasi umum,
dan secara khusus dalam komunikasi untuk difusi inovasi. Baik Havelock (1971) mapun
Rogers(1983) menekankan penting pemimpin opini.
Terdapat perkembangan khasanah pengetahuan mengenai cara-cara organisasi
beradaptasi dengan tantangan masyarakat modern,dengan pasar baru, teknologi baru, dan
dengan meningkatkan kebutuhan untuk perubahan (Marguelies dan Raia, 1972).
Tetapi,jaminan implementasi inovasi yang berhasil menghendaki adanya perhatian pada
isu-isu yang tidak berhubungan langsung dengan pembelajaran, hal ini memberikan
peluang kajian pada pendekatan teknologi informasi.
2. Difusi Merupakan Produk Berbagai Proses
Terdapat tujuh cara untuk memakai penelitian. Misalnya,difusi bisa merupakan
akumulasi hasil penelitian yang meyakinkan, atau hasil proses pemecahan masalah.
Sebaliknya, pendekatan politis pada difusi pengetahuan, berakhir dalam pembentukan
kebijakan dan aturan (Weiss seperti dikutip dalam Keeves, 1989). Sebagai
contoh,terdapat upaya untuk memberikan batasan pada penyajian kekerasan melalui
televisi, waktu dan jenis iklan yang ditunjukan pada jam-jam utama(prime time) saat
anak-anak nonton televisi.
Molenda (1993) meringkas teori dan komponen pemanfaatan dengan mengusulkan
bahwa terdapat tiga tahap dalam proses pemanfaatan. Hubungan antara ketiga tahap itu
(pemanfaatan, instalasi, dan institusionalisasi) ditunjukan dalam bagan 5.3
Di sisi lain, instalasi terjdi ketika materi teknik dimasukan dalam paket atau system
pembelajaran yang lebih besar,atau materi atau teknik yang dianggap pemanfaatan di
dalam struktur kurikulum atau organisasi secara permanen (atau semi permanen). Ketiga
proses itu ialah institusional, dalam tahap ini terdapat upaya sadar untuk memasukan
inovasi pembelajaran (materi, teknik, atau sistem) ke dalam struktur dan kultur organisasi.
17
Dalam upaya memberikan sintesis mengenai kerangka intelektual ranah
pemanfaatan, Molenda (1993) mengemukakan bahwa literatur ranah itu merefleksikan
“prespektif dari provider, seseorang yang berusaha meyakinkan orang lain untuk
menggunakan inovasi atau pengguna seseorang yang berpotensi mengadopsi inovasi itu”.
Bagan 5.3
Hubungan Antar Sub-Kategori Ranah Pemanfaatan
INSTITUSIONAL
(menyatu dalam organisasi)
INSTALASI
(permanen dalam kurikulum)
PEMAKAIAN
(spontan, setiap waktu)
3. Pengelolaan
Masalah pengelolaan dalam teknologi pembelajaran merefleksikan pengaruh
behavioris dan berpikir sistematik dimana aspek-aspek komunikasi yang lebih humanities,
motivasi, dan teori produktifitas. Pengaruh yang paling menonjol pada ranah pengelolaan
ialah dari praktisi teknologi pembelajaran, dari pada dari ahli teori (Greer, 1992).
Pengelolaan proyek, sebagai suatu konsep, “pertama kali diperkenalkan sebagai cara
yang efisien dan efektif untuk mengatur sekelompok orang yang paduan pengetahuan dan
18
keahlianya dicocokan dengan tuntutan situasi unik dan teknis yang dikehendaki oleh tugas
tertentu. “ (Rothwel dan Kazanas, 1992: 264).
Konsep sumber kini mengacu padakonsep sumber yang lebih luas untuk belajar dan
bukan hanya mengacu pada materi audiovisual. Dengan demikian, sumber diasumsikan
mencangkup pula materi cetak, sumber lingkuan, dan nara sumber (Eraut, 1989).
Komponen terkhir ranah pengelolaan ialah pengelolaan informasi. Wilayah kajian
ini secara fundamental dipengaruhi oleh teori informasi yang “ memberikan jalan untuk
memperlakukan bahasa tulis dan bahasa lisan sebagai serangkain informasi tertentu,
pengelolaan informasi tanpa mempertimbangkan makan isinya”(Lindermayer, 1988 : 312).
4. Penilaian
Dalam kerang ini,Worthen dan Sanders (1973: 1987) menyatakan bahwa penilaian
dipandang sebagai bentuk penelitia menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang
dapat dipergunakan oleh teknolog pembelajaran untuk membuat keputusan yang
kompleks. Penilaian pendidikan digambarkan sebagai suatu unsure inquiry yang
berorientasi secara:

Sistematis

Beracuan criteria, dan

Biasanya positivistic
Penilaian pada umumnya berhubungan dengan orientasi behavioral pada rancangan
pembelajaran dan berkaitan yang dihasilkan oleh teori sistem umum (general systems
teory). Need assessment, penilaian formatif dan penilaian sumatif, dan tes beracuan kriteria
semuanya ditunjang oleh pendekataan sistem. Berbagai jenis penilaian itu didordong oleh
perlunya untuk menciptakan sistem yang mengatur sendiri (seif-regulating system) peranan
balikan secara positif. Tetapi sebagian constructivist akan menolak kedua bentuk tes
tradisional ini, dan menginginkan pendekatan yang sama sekali berbeda.
Demikian pula, need assessment berbagai dan jenis analisis front end pada
umumnya berorientasi behavioral. Teknik-teknik rancangan seperti pemanfaatan hirarki
19
belajar dan analisis tugas kerja jelas bersifat behavioral. Meluasnya need assessment yang
dianjurkan oleh teknolog performansi juga dipengaruhi oleh landasan behavioral.
Tetapi dewasa ini terdapat meningkatnya kecenderungan untuk memasukkan
orientasi kognitif dan kadang-kadang contructivist pada berbagai tugas analisis dan
penelitian dalam proses rancangan system pembelajaran. Kedudukan ini mempunyai
implikasi akan proses penilaian kebutuhan yang mengasumsikan peluang yang lebih lebar,
yang bergerak dari konsentrasi hanya pada isi menjadi perhatian pada analisis pebelajar
dan analisis organisasi dan lingkungan (Richey, 1992 : Tessmer dan Jarris, 1992).
1. Nilai-Nilai Umum
Dalam banyak bidang terdapat nilai yang juga berfungsi sebagai landasan untuk
pemikiran dan praktek. Nilai-nilai ini bisa berasal dari pelatihan atau pengalaman
kerja yang sama, penyerapan nilai-nilai yang muncul dari dasar teori, atau
karakteristik kepribadian seseorang yang tertarik pada disiplin itu.
Teknologi pembelajaran sebagai masyarakat profesinal member perhatian pada
konsep-konsep nilai seperti:

Replicability pembelajaran

Individualisasi

Efisiensi

generalizability proses lintas bidang studi

Perencanaan rinci

Analisis dan spesifikasi

Kekutan visual

Pemanfaatan pembelajar bermedia
Nilai dibentuk oleh aspek-aspek kultur yang lain, penelitian dan teori,posisi
filosofis yang dominan, dan sifat lingkungan aplikasinya. Tetapi terlepas dari keberadaan
karakteristik umum bidang studi itu, sejumlah perspektif alternatif telah membentuk karya
teknologi pembelajaran.
20
2.
Prespektif
Teklonologi pembelajaran merupakan bidang studi yang berevolusi. Oleh karena
itu teknologi merupakan perekat bidang studi, teknologi pembelajaran menarik banyak ahli
teori dan praktisi dari berbagai bidang. Akibatnya, teknologi pembelajaran merupakan
bidang studi dengan kompleksitas dan sudut pandang tersendiri, terlepas dari adanya
kesamaan nilai yang juga memiliki bidang studi lain.
Konsepsi paradigma alternatif untuk menemukan dan memverifikasi pengetahuan
merupakan fokus utama teknologi pembelajaran sebagai sebuah disiplin. Dari perspektif
para cerdik pandai,
paradigma alternatif itu mencangkup gerak kearah penerimaan
metodologi penelitian kualitatif, pengenalan penelitian fenomenologis, dan gerak kearah
psikologis constructivist.
Teknologi pembelajaran cenderung mendudukan dirinya sendiri sebagai ilmu
pengetahuan (science) dan banyak teknolog berorientasi kearah positivism. Pandangan
kaum positivis ialah bahwa pengetahuan pada dasarnya bersifat ilmiah. Observasi yang
obyektif tentang nilai dan hubungan sarana-tujuan atau sebab akibat diantara aspek-aspek
lingkungan itu ditelusuri. Kendatipun penelitian itu masih dominan dalam banyak bidang
studi dewasa ini, pada kenyataannya tedapat peningkatan khasanah pandangan alternative
dalam bidang studi dewasa ini. Pandangan itu cenderung sebagi berikut:

Pengkajian kritis tentang akal sehat

Orientasi teoritis alternative

Dasar filosofi
3.
Pengkajian Kritis Bidang Studi
Pemikiran utama dalam khasanah teknologi pembelajaran adalah kedudukan
bidang studi initerhadap ilmu pengetahuan dan masyakat luas. Misalnya,Striebel (1991)
menyajikan tesis bahwa komputer “tidak saja merupakan sistem penyebaran tetapi juga
sistem lingkungan yang memiliki nilai dan bias” (hal 177). Bias yang melekat ialah
orientasi behavioral yang cenderung menolak orientasi teoritis yang lain. Dia juga
mempertanyakan feasibilitas kontrol pebelajar dalam situasi pembelajaran yang sudah
distruktur oleh pihak lain.
21
4. Posisi Teoritik
Representasi yang mewakili perspektif teori baru ialah psikologi contructivist
(Duffy dan Jonassen, 1991). Constructivism menyatakan bahwa tentang pengetahuan kita
tentang realitas berasal dari interprestasi pengalaman. Bermakna dan tidaknya sesuatuhal
terjadi setelah terlepas dari orang yang mengetahui itu. Belajar terdiri atas
keberlangsungan proses menginterprestasikan pengalaman kita dan menyesuaikan
interprestasikan kita dengan pengalaman baru. Constructivist berbicara tentang pembuatan
rancangan lingkungan belajar daripada pembuatan urutan pembelajaran secara diktatis.
Ketika sesorang menekankan belajar situasional, perluasan logisnya ialah melihat belajar
sebagai proses aktif dan terus berlangsung, dan dipandang lebih sebagai aplikasi daripada
sebagai pemerolehan (Brown dan Duguid, 1993). Winn (1993) telah menunjukkan
bagaimana manfaat rancangan pembelajaran dapat diaplikasikan untuk mencapai
keuntungan belajar situasional, dan menekankan pentingnya “pembelajaran pada level
generalisasi yang memungkinkan apilkasi dalam lingkungan yang bervariasi” (hal 17). Dia
juga meyebutkan kendala yang sering ditimbulkan oleh teknologi ketika berusaha
memperkenalkan fleksibiltas dalam rancangan pembelajaran.
Berkenaan dengan dasar yang lebih aplikatif, gerakan teknologi performansi (Geis,
1986) juga disajikan sebagai perspektif altenatif teknologi pembelajaran .Tetapi, teknologi
cenderung mengidentifikasi kebutuhan bisnis dengan tujuan organisasi mereka dan
bukannya pada tujuan belajar. Teknologi performansi, sebagai suatu pendekatan
pemecahan masalah merupakan produk berbagai pengaruh teoritis, termasuk cybernetics,
psikologi behavioral, teori informasi, teori system, ilmu pengetahuan manajemen, dan ilmu
pengetahuan kognitif (Geis, 1986). Teknologi performansi menyajikan pola umum
pengaruh teoritis yang beragam.
Teknologi pembelajaran tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai
solusi masalah mereka. Teknologi performansi cenderung memperhatikan injsentif,
rancangan kerja, seleksi personil, balikan, atau alokasi sumber sebagai intervensi seperti
ketika digunakan untuk merancang intervensi pembelajaran. Cukup sulit untuk
menggunakan prinsip teknologi pembelajaran dapat digunakan dalamberbagai situasi
pembelajaran, baik organisasi formal maupun di luar.
22
5.
Filosofi
Yang terakhir, filosofi post-modern mendorong analisis kritis mengenai landasan
kepercayaan dan nilai tradisional bidang studi itu. Perspektif post modern menekankan
konsep bahwa teknologi pembelajaran lebih merupakan seni daripada ilmu pengetahuan.
Hlynka (1991) mendeskripsikan post modernisme sebagai “cara berpikir yang
mengagungkan keragaman, kekontemporan, dan kompleksitas kearah hakikat yang
universal, yang stabil, dan yang sederhana (“a way of thinking which celebrates search for
universal, the stable, and the simple”). Post modernisme memandang bahwa satu filosofi,
atau satu teori itu lebih baik daripada teori yang lain, semua ada secara bersama dan harus
digunakan secara bersama. Kaum modernis mengenali dan menemukan rangsangan
intelektual dalam system penghasil pengetahuan yang kaya dan cenderung memandang
sebuah definisi tunggal dalam bidang itu (seperti definisi yang disajikan disini) sebagai
cara merangsang kreativitas yang diperluksn untuk mendorong inquiry.
6. Dampak Teknologi
Sebagai tambahan dampak latihan dan teori, teknologi pembelajaran sebagai
bidang studitelah dan akan dibentuk oleh pengaruh dan perkembangan teknologi. Hal ini
terlepas dari berlanjutnya upaya untuk mendefinisikan bidang itu dalam bentuk proses.
Dari aplikasi awal pembelajaran berprogram pada pertengahan 1950-an sampai pada
keberhasilan televisi pendidikan dengan menggunakan prinsip rancangan pembelajaran
(misalnya sesame street)pada akhir 1960-an, sampai pada pengenalan mikro komputer
apple II tahun 1977, teknologi telah mempengaruhi pertumbuhan bidang ini (Seels, 1989).
Dewasa ini, teknologi memberikandorongan peningkatan baik dalam teori maupun
prakteknya secara displiner. Ini merupakan apa yang disebut Salomon (1992) sebagai pola
“botton-up”perkembangan teori. Teknologi baru itu menjadi jalan perkembangan yang
mengangkat banyak isu mutakhir, termasuk perlunya untuk:

Merekayasa prinsip mengadatasikan pembelajaran disituasi unik

Merekayasa pedekatan-pendekatan baru untuk pembelajaran interaktif

Merekayasa pembelajaran untuk linkungan belajar non-formal
Dampak teknologi dideskripsikan dengan membedakan antara pengaruh dari
teknologi dan pengaruh dengan teknologi (Salomon, 1992). Teknologi baru menyajikan
prospek untuk menciptakan stimuli realitik, memberikan akses cepat pada informasi,
23
hubungan informasi antara instruktur dan pembelajaran yang kreatif dan terampil dapat
mengasilkan produk pembelajaran yang memanfaatkan kemampuan untuk:

Memadukan media,

Menyertakan control oleh pebelajar secara tak terbatas

Merancang meraka sendiri untuk mengadaptasikan kebutuhan, latar belakang
individual dan lingkungan kerja
Perkembangan dalam teknologi ini mengubah hakikat praktek dalam bidang studi
itu. Perkembangan itu juga memberikan implikasi pada penelitian dengan menggunakan
teknologi baru yang dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendeskripsikan
peranan secara lebih lengkap dan dampak interaksi dalam belajar
Tetapi, ketika mempertimbangkan pengaruh dengan teknologi, pertanyaan itu
memfokuskanpada peran lingkungan dengan teknologi yang meningkat pada pemikiran
yang lebih tinggi dan proses kognitif lain (Salomon, 1992). Teknologi, dari pandangan ini,
menjadi kekuatan yang mendorong teori dan praktek yang berorientasi kognitif.Di
samping memberikan penjelasan pengaruh berbagai media pembelajaran,teknologi juga
mempengaruhipraktek dalam bidang itu dengan memberikan instrument berbasiskomputer untuk mendukung tugas rancangan itu sendiri (Gustafson dan Reeves, 1990).
Automatic design workstation dan exepert design system akan meningkatkan produktivitas
perancang pembelajaran dengan mengurangi kendala. Adanya prosedur rancangan yang
rinci dan sistematis, tanpa mengorbankan kualitas yang dicapai oleh pemanfaatan prosedur
rancangan system pembelajaran tradisional pembelajaran lebih efektif. Merrill, Li, dan
Jones (1990) menyarakan bahwa inovasi ini akan menghasilkan rancangan pembeljaran
generasi kedua.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teknologi dari pandangan ini menjadi kekuatan yang mendorong teori dan praktek
yang berorientasi kognitif.Di samping memberikan penjelasan pengaruh berbagai media
pembelajaran,teknologi juga mempengaruhipraktek dalam bidang itu dengan memberikan
instrument berbasis-komputer untuk mendukung tugas rancangan itu sendiri. Automatic
design workstation dan exepert design system akan meningkatkan produktivitas perancang
pembelajaran dengan mengurangi kendala. Adanya prosedur rancangan yang rinci dan
sistematis, tanpa mengorbankan kualitas yang dicapai oleh pemanfaatan prosedur
rancangan system pembelajaran tradisional pembelajaran lebih efektif.
Perkembangan dalam teknologi mengubah hakikat praktek dalam bidang studi itu.
Perkembangan itu juga memberikan implikasi pada penelitian dengan menggunakan
teknologi baru yang dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendeskripsikan
peranan secara lebih lengkap dan dampak interaksi dalam belajar
Teknologi pembelajaran tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai
solusi masalah mereka. Teknologi performansi cenderung memperhatikan injsentif,
rancangan kerja, seleksi personil, balikan, atau alokasi sumber sebagai intervensi seperti
ketika digunakan untuk merancang intervensi pembelajaran. Cukup sulit untuk
menggunakan prinsip teknologi pembelajaran dapat digunakan dalamberbagai situasi
pembelajaran, baik organisasi formal maupun di luar.
25
DAFTAR RUJUKAN
D.Dwiyogo M. Pd, Dr. Wasis. 2010. DIMENSI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Wineka Media
Mudhofir. 1992. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Setijadi. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan (Satuan Tugas Definisi dan Terminologi
AECT). Jakarta: Rajawali.
Shirky, C.1995. Internet lewat E-mail. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
Sidharta, L.1996. Internet: Informasi Bebas Hambatan 1. Jakarta: PT Alex Media
Komputindo.
26
27
Download