i SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda

advertisement
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Vina Zumrotul A’la
NIM
: 206011000089
Tempat/Tgl lahir
: Pekalongan, 11 Oktober 1988
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Peranan Guru PAI Sebagai Motivator Dalam
Meningkatkan Disiplin Siswa SMP Nusantara Plus
Dosen Pembimbing
: Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya
tulis.
Jakarta, 29 Maret 2011
Vina Zumrotul A’la
NIM: 206011000089
i
ABSTRAK
Vina Zumrotul A’la
“Peran Guru PAI Sebagai Motivator dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Di SMP Nusantara Plus Ciputat.
Sekolah merupakan pendidikan lanjutan setelah pendidikan keluarga dan
guru sebagai pendidik setelah kedua orang tua. Guru sebagai pendidik di sekolah
tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan tetapi lebih dari itu, seorang
guru juga bertugas sebagai motivator dituntut untuk mampu meningkatkan
kedisiplinan dalam diri siswa.
Kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dikembangkan kepada
peserta didik di sekolah. Karena dengan kedisiplinan maka proses pendidikan
yang berlangsung di sekolah dapat berjalan lancar dan tertib serta tujuan
pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dengan pembiasaan
kedisiplinan di sekolah bukan mustahil dapat menjadikan anak kita menjadi
generasi yang memiliki pemahaman yang kuat tentang kedisiplinan yang akhirnya
akan membekas dan menghasilkan disiplin diri atau self dicipline pada diri
mereka. Akan tetapi fungsi guru sebagai pembentuk nilai dan norma dalam diri
peserta didik sekarang ini banyak menghadapi tantangan. Indikasi adanya
tantangan tersebut dapat dilihat dengan munculnya kenakalan peserta didik atau
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik terhadap aturan dan
tata tertib sekolah, yang merupakan salah satu unsur penghambat terhadap
keberhasilan belajar peserta didik khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan
pada umumnya.
Dan agar pelaksanaan disiplin siswa di sekolah bisa maksimal, guru
harus bisa memberikan motivasi baik dengan memberikan bimbingan, contoh
tauladan, pengawasan, maupun memberikan hukuman bahkan ganjaran. Tetapi
lebih dari usaha-usaha tersebut, pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah
kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan.
Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan guru
PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk itu
metodologi penelitian ini menggunakan Deskriptif Analisis dengan rumus
P
F
x100% . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Guru PAI sebagai
N
motivator mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan ke hadirat Ilahi Rabbi
Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah
mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini
berbagai kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri
maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bpk Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Bpk Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Dra. Hj Eri Rossatria. M. Ag, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan perhatian dan waktunya dengan segala
profesionalitas dan kesabaran, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang
ibu berikan menjadi amal yang shaleh yang tiada akan pernah putus.
5. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Cecep Setiawan MA, sebagai Kepala sekolah SMP Nusantara Plus
Ciputat yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sana.
beserta guru PAI (Bu Irma) dan staf TU yang telah membantu proses
iii
penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti dalam
skripsi.
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada
penulis selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.
8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H. A.Rifa’i Arif dan Ibunda Hj Nok
Hasanah dalam setiap hari-harimu selalu bermunajat untuk anakmu ini,
kaulah sahabat sekaligus seorang ibu, kau ajarkan aku kejujuran,
kesabaran dan ketulusan, kaulah sebaik-baik pengajar di dunia ini. Ayah
yang begitu bijak, baik dan sabar dalam mendidik. Tiada putus kau berikan
yang terbaik untuk anakmu. Kecup sayang dari anakmu.
9. Adikku tersayang Lana Qotrun Nada terima kasih atas dukungan do’a
yang selalu memberikan kerinduan canda dan tawa, serta sepupuku
tersayang (Mba Sakin dan De’ Ariz) dan semua saudaraku yang berada di
pulau seberang yang selalu tanya kapan skripsinya selesai, terima kasih
banyak atas dukungannya selama ini.
10. Untuk sahabat-sahabat kelasku (Semy, Uyung, Mahe, Mba Masning, Cici,
Mba Nung, Ocy, Mahfudz, Bu Masmidah, de2 Syahri) kalian semua
adalah inspirasi bagi penulis, makasih sudah mau mendukung, berbagi
cerita, share skripsi dan bai makanan. Bersama kalian telah menggoreskan
banyak kenangan manis, canda tawa, selama menjalani perkuliahan.
Smoga tali silaturrahmi kita selalu terjalin.
11. Untuk teman-teman tercinta Ekstensi 2006, khususnya kelas B PAI semua
pihak yang tidak disebutkan namanya yang memberikan sumbangsi
pikiran untuk kelancaran peneliti,
semoga jasa dan segala amal
kebaikanya dibalas oleh sang pencipta alam semesta ini.
12. Sahabat kozku (Reny, Mey-mey, Acy) kalian semua adalah adalah
saudaraku yang paling mengerti, bersama kalian penulis menemukan
sosok sahabat yang tanpa pamrih memberikan perhatiannya dan bersama
kalian adalah suka cita bersama, perjuangan yang tak tergantikan, nasehat,
iv
candaan, kekesalan dan saling tukar Fikiran adalah masa kita
mendewasakan dan didewasakan oleh waktu dan keadaan. I Miss U all.
13. Special thank for SomeOne M.Muharrom Ar-Rasyid (Jodie) yang telah
banyak mengisi hari-hari penulis dengan keceriaan dan support yang luar
biasa.
Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan
terima kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik mereka,
dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
peneliti dan umumnya kepada pembaca.
Jakarta, 16 Maret 2011
Penulis
Vina Zumrotul A’la
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING .......................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................x
LAMPIRAN .............................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kedisiplinan Siswa ................................................................................... 7
1. Pengertian Disiplin ............................................................................. 7
2. Macam-macam Disiplin .....................................................................11
3. Tujuan dan Fungsi Disiplin ................................................................13
4. Cara Menanamkan Disiplin ...............................................................16
5. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin ...............................................20
B. Guru PAI Sebagai Motivator ...................................................................22
1. Pengertian dan Karakteristik Guru PAI .............................................22
2. Tugas dan Peran Guru PAI ................................................................26
3. Guru PAI Sebagai Motivator .............................................................31
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................37
B. Metode Penelitian.....................................................................................37
C. Populasi dan Sampel ................................................................................37
D. Instrumen Penelitian.................................................................................38
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................39
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah SMP Nusantara Plus Ciputat .......................42
1. Biodata Sekolah ................................................................................42
2. Visi, Misi, dan Strategi SMP Nusantara Plus Ciputat .......................42
3. Keadaan Siswa ...................................................................................43
4. Keadaan Guru dan Karyawan ............................................................44
5. Sarana dan prasarana ..........................................................................45
B. Pengolahan dan Analisa Data...................................................................47
C. Interpretasi Data .......................................................................................67
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................................69
2. Saran-saran .....................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Kisi-kisi instrumen angket ............................................................................41
2. Kriteria penskoran Alternatif Jawaban...........................................................42
3. Tafsiran persentase .........................................................................................44
4. Memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
sekolah............................................................................................................51
5. Masuk tepat waktu setelah bel masuk berbunyi .............................................52
6. Keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai............................................52
7. Mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan ................................53
8. Mengikuti upacara bendera dengan rutin .......................................................54
9. Mengikuti upaca bendera sambil bercanda ....................................................55
10. Berbicara ketika pembina upacara menyampaikan amanat upacara ..............55
11. Berbaris rapi pada saat upacara ......................................................................56
12. Membuat keributan diluar jam pelajaran .......................................................56
13. Langsung bergegas pulang ketika jam pelajaran selesai ................................57
14. Terlibat tawuran antar sekolah .......................................................................57
15. Merokok diluar jam sekolah...........................................................................58
16. Mejeng di mall dengan memakai seragam sekolah........................................59
17. Menegur siswa yang tidur di dalam kelas pada saat pembelajaran ................59
18. Mengingatkan siswa dalam masalah disiplin .................................................60
19. Memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun
perbuatan ........................................................................................................61
20. Langsung menegur pada saat siswa melakukan kesalahan ............................61
21. Berpakaian rapi dan sopan setiap hari ............................................................62
22. Hadir sebelum bel masuk sekolah berbunyi...................................................63
23. Mengumpulkan tugas siswa setelah pembelajaran selesai .............................63
24. Memberikan nilai tepat waktu .......................................................................64
25. Memeriksa kehadiran siswa setiap pagi .........................................................64
26. Memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat ............................65
viii
27. Mencatat siswa yang terlambat datang ke sekolah ........................................66
28. Mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut gondrong secara rutin .........66
29. Mengadakan razia seperti:handphone,benda-benda tajam, bacaan porno
serta obat-obatan terlarang .............................................................................67
30. Memukul siswa yang terlambat hadir di sekolah ...........................................67
31. Memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah ..........................................68
32. Memberikan pujian kepada siswa yang mentaati peraturan sekolah .............68
33. Memberikan penghargaan kepada siswa yang mentaati peraturan sekolah ...69
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat pengajuan skripsi
Lampiran 2
: Surat bimbingan skripsi
Lampiran 3
: Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 4
: Surat observasi
Lampiran 5
: Surat izin wawancara
Lampiran 6
: Surat keterangan dari sekolah
Lampiran 7
: Berita wawancara
Lampiran 8
: Angket
Lampiran 9
: Profil SMP Nusantara Plus Ciputat
Lampiran 10 : Kartu inventaris ruangan SMP Nusantara Plus Ciputat
x
ABSTRAK
Vina Zumrotul A’la (206011000089). Peran Guru PAI Sebagai
Motivator dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. Skripsi dibawah
bimbingan Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag. jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011.
Sekolah merupakan pendidikan lanjutan setelah pendidikan keluarga dan
guru sebagai pendidik kedua setelah orang tua. Guru sebagai pendidik di sekolah
tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan tetapi lebih dari itu, seorang
guru juga bertugas sebagai motivator dituntut untuk mampu meningkatkan
kedisiplinan dalam diri siswa.
Kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dikembangkan kepada
peserta didik di sekolah. Karena dengan kedisiplinan maka proses pendidikan
yang berlangsung di sekolah dapat berjalan lancar dan tertib serta tujuan
pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dengan pembiasaan
kedisiplinan di sekolah bukan mustahil dapat menjadikan anak kita menjadi
generasi yang memiliki pemahaman yang kuat tentang kedisiplinan yang akhirnya
akan membekas dan menghasilkan disiplin diri atau self dicipline pada diri
mereka. Akan tetapi fungsi guru sebagai pembentuk nilai dan norma dalam diri
peserta didik sekarang ini banyak menghadapi tantangan. Indikasi adanya
tantangan tersebut dapat dilihat dengan munculnya kenakalan peserta didik atau
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik terhadap aturan dan
tata tertib sekolah, yang merupakan salah satu unsur penghambat terhadap
keberhasilan belajar peserta didik khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan
pada umumnya.
Dan agar pelaksanaan disiplin siswa di sekolah bisa maksimal, guru
harus bisa memberikan motivasi baik dengan memberikan bimbingan, contoh
tauladan, pengawasan, maupun memberikan hukuman bahkan ganjaran. Tetapi
lebih dari usaha-usaha tersebut, pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah
kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan.
Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan guru
PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Metodologi
penelitian ini menggunakan Deskriptif Analisis yang dilakukan di SMP Nusantara
Plus Ciputat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru PAI sebagai motivasi
mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
Untuk melihat bagaimana peranan guru PAI sebagai motivator, penulis
menggunakan rumus
P
F
x100% .
N
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disiplin memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membentuk
pribadi-pribadi yang memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan setiap
kewajiban. Dengan kata lain, disiplin
dapat membentuk karakter bangsa.
Pembiasaan-pembiasaan penerapan disiplin sejak dini akan memudahkan setiap
individu untuk melaksanakan setiap kewajiban dengan komitmen tinggi. Para
guru khususnya guru PAI memiliki peran yang signifikan untuk membentuk
pribadi yang berdisiplin tinggi, karena disiplin merupakan bagian terpenting yang
tidak bisa dipisahkan dari sebuah proses pendidikan.
Disiplin, sebagaimana dikemukakan oleh Alisuf Sabri dalam bukunya Ilmu
Pendidikan, merupakan salah satu alat pendidikan preventif dalam pendidikan
yaitu alat yang bersifat pencegahan. Yang bertujuan untuk mencegah atau
menghindarkan hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran proses pelaksanaan
atau pencapaian tujuan pendidikan.1
Sedangkan menurut S Margono, “disiplin merupakan suatu gambaran yang
menyatakan hasil kegiatan atau perubahan yang telah dicapai oleh seseorang
melalui keuletan bekerja, baik secara kualitas maupun kuantitas, dengan kata lain
disiplin adalah sebuah penilaian yang memang menjadi standarisasi bagi
1
Alisuf sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta:CV.Pedoman Ilmu Jaya,1999),h.36
1
2
keberhasilan tujuan pendidikan.”2 Disiplin termasuk salah satu upaya dan
perbuatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan disiplin
segala kegiatan pembelajaran akan teratur dan terarah, sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Maka dengan demikian
disiplin sebagai salah satu upaya meningkatkan proses pembelajaran penting
dilaksanakan oleh siswa, guru beserta seluruh tenaga kependidikan.
Dalam Penerapan disiplin peserta didik dapat belajar untuk hidup dengan
kebiasaan baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Pembiasaan dengan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh positif pula bagi
kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Mengingat akan pentingnya
disiplin pada siswa , maka pihak-pihak yang terkait seperti sekolah, masyarakat,
dan keluarga, semestinya menanamkan disiplin itu terhadap siswa. Disiplin
sekolah tidak hanya diterapkan dan dilakukan kepada siswa, akan tetapi disiplin
juga harus diterapkan dan dilaksanakan oleh seorang guru.
Muhammad zuhaili, dalam bukunya yang berjudul Pentingnya Pendidikan
Islam Sejak Dini menyatakan, bahwa guru merupakan tenaga kependidikan
terdepan dalam melaksanakan tugas pokok lembaga pendidikan, sehubungan
dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing serta motivator,
untuk itu diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini
akan senantiasa menggambarkan pada kepribadian, prilaku dan pengaruhnya yang
sangat besar terhadap jiwa anak didik. Banyak anak didik yang kepribadiannya
meniru salah satu gurunya dalam setiap tindakan, akhlak, pemikiran dan
prilakunya, khususnya dalam tingkat pendidikan awal dan kemudian menengah.3
Demikian juga bagi guru khususnya guru PAI, tugas dan tanggung jawab
mereka tidaklah mudah dan ringan, bahkan mungkin lebih berat dari guru bidang
studi lain, sebab terkait dengan siswa yang memiliki latar belakang beragamaan
yang berbeda serta permasalahan yang sangat kompleks. Oleh karena itu, guru
PAI harus memiliki persyaratan khusus, salah satunya adalah pengetahuan yang
mendalam tentang pendidikan agama dan keahlian dalam bidang studi PAI secara
professional.
2
S. Margono.Drs, Metodologi Penelitian Pendidkan, (Jakarta.Rineka Cipta,2004)Cet.Ke-
4,h.54.
3
Muhammada Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta:A..H.Ba’adillah
Press, 2002),h.106.
3
Sebagai pendidik, segala sikap dan prilaku yang dilakukannya, tentu akan
dilihat dan dicontohkan oleh siswanya. Jika guru memiliki sikap disiplin maka
siswanya juga mengikuti perilaku sang guru yang disiplin tersebut. Guru yang
disiplin dapat memotivasi anak didik untuk dapat berperilaku disiplin.
Bahwasanya guru sangat berperan dalam memotivasi anak didik agar dapat
meningkatkan kedisiplinan mereka, yaitu dengan cara menerapkan kedisiplinan
terhadap anak didik. Selain guru menerapkan kedisiplinan terhadap siswa,
gurupun seharusnya membiasakan sikap disiplin untuk dirinya agar dapat
memberikan motivasi kepada anak didiknya. Misalnya dari faktor guru,
berpakaian sopan, hadir sebelum bel masuk berbunyi, memberikan semangat
untuk berdisiplin baik secara lisan maupun perbuatan, tidak sering bolos ketika
jam mengajar, tidak meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai, dan
inilah merupakan contoh sikap disiplin pada guru. Dengan disiplin tersebut
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan tata tertib
yang ada di sekolah.
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib sekolah, maka dibutuhkan guruguru yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan dalam mematuhi tata tertib atau
peraturan yang telah diberlakukan di sekolah tersebut. Karena ini merupakan salah
satu cara agar mewujudkan kelancaran dalam proses pembelajaran untuk
mencapai visi dan misi sekolah.
Dalam mencapai visi dan misi sekolah maka sekolah harus memiliki disiplin
yang tinggi. Disiplin siswa juga dapat dimulai dari kebiasaan yang sering
dilakukan diantaranya siswa mampu mempergunakan waktu yang baik, memiliki
rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan menyusun jadwal
pelajaran. Namun kenyataan di masa sekarang, terjadi ketidaktertiban yang tiada
habis-habisnya. Setiap hari ada saja pelanggaran yang terjadi, mulai dari hal yang
sepele sekalipun, misalnya: cara berpakaian yang tidak rapi, tidak tepat waktu
datang ke sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) , berbicara pada
teman pada saat guru sedang menjelaskan pelajaran, keluar kelas saat jam
pelajaran belum habis, jajan disaat jam pelajaran berlangsung, terlambat datang ke
sekolah, ketidak ikutsertaan dalam upacara atau kegiatan sekolah, dan masih
4
banyaknya siswa yang pulang sebelum waktu pelajaran selesai (bolos), hingga
hal-hal yang cukup besar seperti merokok, rambut gondrong, membuat keributan
di kelas, melawan guru, berkelahi, mejeng di mall dengan menggunakan seragam
sekolah. E Mulyasa menambahkan,
bahwasanya, “siswa banyak melakukan
tawuran, perkelahian, pelanggaran moral yang dilakukan peserta didik sehingga
akan mengganggu efektifitas pembelajaran.”4
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kedisiplinan siswa itu sangat
diperlukan dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah, oleh
karena itu guru sebagai motivator diharapkan dapat memberikan motivasi yang
positif kepada siswa agar dapat meningkatkan kedisiplinan siswa khususnya bagi
guru PAI dalam menciptakan peserta didik yang memiliki kedisiplinan yang
tinggi dan memiliki sifat akhlakul karimah.
Disiplin yang diterapkan di SMP Nusantara plus ini tidak jauh berbeda
dengan disiplin yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Disiplin-disiplin
yang ada tidak hanya berlaku untuk para siswa, melainkan juga bagi guru. Dengan
penanaman disiplin diharapkan siswa terbiasa untuk disiplin dan pada akhirnya
disiplin dapat menjadi karakter kepribadiannya. Namun dalam kenyataannya di
SMP Nusantara Plus ada siswa yang tidak disiplin dalam melaksanakan peraturanperaturan yang ada di sekolah. Misalnya siswa yang terlambat datang ke sekolah,
keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai, mengobrol dengan teman pada
saat guru menerangkan, mengikuti upacara sambil bercanda, membuat keributan
di luar jam sekolah, membawa telepon genggam ke sekolah, terlibat tawuran, dll.
Meskipun pelanggaran tata tertib sekolah tersebut angkanya tidak besar, namun
masalah tersebut tidak boleh dibiarkan dan harus segera diatasi. Oleh karena itu
diperlukan peran dari guru PAI dalam memotivasi disiplin siswa agar kedisiplinan
siswa meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan
penilitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Peran Guru PAI
4
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung:PT .Remaja Rosdakarya,2005), Cet.1,h.19
5
Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMP
Nusantara Plus Ciputat”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka timbul berbagai masalah
sebagai berikut:
1. Masih kurangnya peran guru PAI dalam menanamkan disiplin pada siswa
2. Kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru dalam meningkatkan disiplin
siswa
3. Masih ada siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankan
peraturan sekolah.
4. Peran guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di
SMP Nusantara Ciputat.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat
luasnya
cakupan
yang berhubungan
dengan masalah
pendidikan, makla perlu diadakan pembatasan masalah. Agar pembatasan
dalam skripsi ini dapat terarah sehingga mempermudah dalam menjelaskan
permasalahan yang akan dibahas maka penulis akan membatasi pada Peran
Guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP
Nusantara Ciputat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana peran guru PAI dalam memberikan motivasi kepada
siswa untuk meningkatkan disiplin siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat”.
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui peranan guru agama
sebagai
motivator dalam meningkatkan disiplin Siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah:
a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi guru PAI
sebagai motivator dalam upaya meningkatkan disiplin siswa
b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk kajian lebih
lanjut mengenai disiplin siswa.
c. Menambah
Khazanah
ilmu
pengetahuan
bagi
kedisiplinan, khususnya di SMP Nusantara Plus.
penulis
dalam
hal
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kedisiplinan siswa
1. Pengertian Disiplin
Sebelum berbicara tentang disiplin, penulis akan mengemukakan arti dari
disiplin terlebih dahulu. Sebenarnya disiplin bukanlah kata Indonesia asli, ia
adalah kata serapan dari bahasa asing “disciphline” (Inggris), “disciplin”
(Belanda) atau “disciplina” (Latin) yang artinya “belajar”.1
Berbeda dengan itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “disiplin adalah
tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan
kepada peraturan atau tata tertib.”2
Sedangkan menurut istilah, para ahli mengemukakan berbagai macam
pandangannya dalam memakai istilah disiplin, diantaranya adalah:
Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Good Dictionary of Education
menjelaskan “disiplin” sebagai berikut:
a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan, atau
kepentingan demi sesuatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih
efektif dan dapat diandalkan.
b. Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan
diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan dan gangguan.
1
Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1986),Cet.Ke-21,h.114
Pusat Bahasa Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed.3, cet.2, h. 268.
2
7
8
c. Pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman
dan hadiah.3
Menurut Tulus Tu‟u, istilah disiplin berasal dari Bahasa Latin yaitu
“disciplina yang menujuk pada kegiatan belajar dan mengajar, yang berarti
mengikuti orang-orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin,
dalam kegiatan belajar tersebut bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada
peraturan-peraturan
yang dibuat
oleh
pemimpin.”4
Sejalan
dengan
itu
Ensiklopedia Nasional Indonesia mengartikan istilah disiplin sebagai “sikap yang
menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung
ketentuan, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku.”5
Selanjutnya, menurut Elizabeth B.Hurlock, “disiplin sama dengan hukuman,
disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang
diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwewenang mengatur
kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal.”6 Sedangkan, Menurut E
Mulyasa, “disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang
bergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan
senang hati.”7 Selanjutnya, Nitisemito S.Alex dalam bukunya Menejemen
Personalia merumuskan pengertian disiplin adalah: “sebagai suatu sikap,tingkah laku
dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak.”8
Lebih lanjut, disiplin menurut Soedijarto ialah “kemampuan untuk
mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang
tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan
melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah
ditetapkan.”9 Menurut Habiburrahman El Shirazi dalam sebuah tulisannya di
harian Seputar Indonesia, yang mengutip pendapat Soegeng Prijodarminto
mengartikan disiplin sebagai berikut: Suatu kondisi yang tercipta dan
3
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
(Bandung:Angkasa,1993), Cet.1,h.109.
4
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta:PT Gramedia
Widia Sarana Indonesia.2004)h.30
5
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta:PT.Delta Pamungkas,2004), jilid IV,h.93.
6
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2.Terj dari Child Development Sixth
Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga,), h. 82.
7
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru
dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 191.
8
Nitisemito S.Alex, Menejemen Personalia, (Jakarta: Balai Aksara,1984), cet.Ke-5, h. 1999
9
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relefan Dan Bermutu, (Jakarta: Balai
Pustaka), cet.1,h.163
9
terbentuk melalui serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Karena sudah
menyatu dalam dirinya sehingga, sikap atau perbuatan yang dilakukannya
bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya
akan membebani dirinya bilamana ia berbuat tidak sebagaimana lazimnya. 10
Berbeda dengan hal di atas, Nurcholish Madjid mengatakan bahwa “ditinjau
dari sudut ajaran keagamaan, disiplin adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang
sangat terpuji.”11
Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa “disiplin mempunyai makna dan
konotasi yang berbeda-beda. Ada yang mengartikan disiplin sebagai hukuman,
pengawasan, kepatuhan, latihan dan kemampuan tingkah laku”.12
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
segala peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh setiap lembaga baik
keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Dimana yang seluruhnya itu harus
dijalankan, ditegakkan dan dipatuhi oleh semua individu yang ada di lembaga
tersebut, sehingga kedisiplinan dapat berjalan dengan baik. Maka segala tujuan
yang diharapkan dan dicita-citakan akan dapat tercapai secara maksimal.
Mengenai pengertian siswa, Sardiman berpendapat bahwa, siswa adalah
Salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak
yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin
mencapainya secara optimal. Dalam berbagai statement dikatakan bahwa
siswa dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum
dewasa dalam artian rohani maupun jasmani. Oleh karena itu memerlukan
pembinaan, pembimbingan dan pendidikan serta usaha orang lain yang
dipandang sudah dewasa, agar anak didik dapat mencapai tingkat
kedewasaannya.13
Menurut Al-Rasyid, Samsul Nizar peserta didik merupakan “orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
perlu dikembangkan. Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki
10
Habiburrahman El Shirazi, “Mencintai Disiplin” dalam Seputar Indonesia, (Jakarta: 11
Februari 2010), h.32.
11
Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 87.
12
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994),
Cet ke-1, h. 126
13
Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi belajar-Mengajar, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2003), Cet.10,h.112.
10
fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik
bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian lainnya.”14
Selain pendapat di atas, Abudin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan
Islam, mengemukakan: Peserta didik dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah
yang sering digunakan untuk menunjukkan pada anak didik. Tiga istilah
tersebut adalah murid yang secara harfiyah berarti orang yang menginginkan
atau membutuhkan sesuatu, tilmidz jamaknya talamidz yang berarti murid,
dan thalib al-„ilm yang menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah
tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh
pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya pada
tingkatannya.15
Di dalam bukunya yang berbeda, Abudin Nata menyebutkan bahwa dari
“ketiga istilah yang telah beliau kemukakan seperti di atas, maka anak didik
merupakan semua orang yang belajar, baik pada lembaga pendidikan formal
maupun lembaga pendidikan non formal.”16
Dari pengertian disiplin dan siswa di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin
siswa adalah kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib
yang berlaku di sekolah. Sehingga dapat membiasakan perilaku yang disiplin, dan
tidak melanggar peraturan-peraturan yang ada di sekolah.
Selanjutnya, penulis membahas tentang pengertian disiplin sekolah.
Menurut Oteng Sutisna disiplin sekolah adalah: “sebagai kadar karakteristik dan
jenis keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara dengan
mana keadaan teratur itu diperoleh, pemeliharaan kondisi yang membantu kepada
pencapaian dengan efisiensi fungsi-fungsi sekolah.”17
Selanjutnya dari Dictionary of Education, yang dikutip oleh E Mulyasa
menyatakan disiplin sekolah adalah “the maintenance of conditions condusive to
the efficient achievement of the school’s function.”18
14
Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan
Praktis, (Jakarta:PT Ciputat Press, 2005), Cet Ke-2,h.47
15
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997),cet.3,h.79
16
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta:UIN
Press,2005),cet.1,h.249
17
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Professional,
(Bandung:Angkasa,1989),Cet.Ke-10,h.110
18
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum …., h. 192.
11
Berdasarkan definisi yang dikutip oleh E Mulyasa, penulis memberi
kesimpulan bahwa disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, ketika
guru, kepala sekolah dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam sekolah
tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.
Dari beberapa pendapat di atas tentang disiplin sekolah, penulis
menyimpulkan bahwasanya disiplin di sekolah bukan bermaksud mempersulit
kehidupan peserta didik dan bukan pula menghalangi kesenangan orang-orang
yang tergabung dalam lembaga tersebut. Akan tetapi dengan adanya disiplin yang
konsisten maka sekolah dapat menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan
yang mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa dan orang-orang yang
tergabung dalam lembaga tersebut.
2. Macam-macam Disiplin
Pembahasan berikutnya akan membahas tentang beberapa macam disiplin
yang akan dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
Menurut Piet A. Sahertian, disiplin dapat terbagi dalam tiga macam
yaitu:
a. Disiplin tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum,
mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.
b. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang
memungkinkan agar peserta didik dapat mengatur dirinya. Jadi,situasi yang
akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga terdidik mengembangkan
kemampuan dirinya.
c. Disiplin liberal, disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki
kebebasan tanpa batas.19
Menurut Soedijarto, dalam bukunya Menuju Pendidikan Nasional yang
Relevan dan Bermutu, dalam kehidupan sehari-hari disiplin terbagi menjadi
tiga macam yaitu: Disiplin diri, disiplin belajar, dan disiplin kerja. Seseorang
dikatakan memiliki disiplin diri yang kuat bila ia dapat mengendalikan
dirinya sendiri. Seseorang anak yang menginjak dewasa akan memiliki
disiplin yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh
pengalaman yang positif dari usahanya melaksanakan disiplin, tetapi
19
Piet A. Sahartian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya:Usaha
Nasional,1994),Cet.Ke1.h.127
12
sebaliknya akan goyah kalau dalam perjalanan menuju kedewasaan dalam
mencoba berdisiplin.20
Menurut bukunya Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar
disiplin dibedakan empat macam, yaitu: Disiplin buatan guru, disiplin buatan
kelompok, disiplin yang dibuat oleh diri sendiri dan disiplin karena tugas.
Disiplin yang dibuat oleh guru tersebut menurut Amir Achin dimaksudkan
untuk menciptakan situasi yang baik demi berlangsungnya proses belajar
mengajar. Situasi yang berstruktur itu (the structured situation) diciptakan dan
dibina serta dikembangkan oleh guru yang baik, tanpa melupakan peserta
didik. Menurut Amir Achin, kelompok peserta didik ini memiliki peran
penting dalam memusatkan nilai dan norma masyarakat kepada setiap diri
peserta didik. Dalam kaitan ini Amir achin berpendapat bahwa: apabila proses
ini bertumbuh terus di mana anak itu semakin menjadi remaja yang
bertanggung jawab dan matang berfikir, maka ia akan mulai berfikir
bagaimana menyumbang dan mengembangkan serta bertanggung jawab
terhadap kelompok dan akhirnya terhadap masyarakat lingkungannya. Amir
Achin berpendapat bahwa, yang terpenting bagi seorang murid adalah
bagaimana mempersiapkan dan memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat
kematangan siswa, yang dapat memotivasi siswa agar di dalam mengerjakan
tugas para siswa dapat mendisiplinkan diri sehingga tujuan intruksional dapat
tercapainya dan pembentukan keadilan disiplin pribadi dapat terbentuk secara
wajar dan sehat.21
Sedangkan menurut John Pearce menyatakan macam-macam disiplin
sebagai berikut:
a. Keras dan otoriter.
Orang tua yang terlalu keras berisiko mempunyai anak yang pendiam yang
mungkin pada masa-masa selanjutnya akan menjadi anak yang pemberontak
dan mendendam terhadap orangtua serta orang lain yang berkuasa.
b. Tidak mau repot dan murah hati.
Orang tua yang lembut dan murah hati, anak biasanya merasa bahwa ia
dapat melakukan sebagian besar yang ia inginkan dan mendapatkan apa
yang ia inginkan.
c. Tidak konsisten dan tidak terduga.
Ini merupakan disiplin yang paling umum dan yang paling tidak efektif.
Namun, kita semua melakukannya karena tidaklah mungkin untuk
senantiasa bersikap konsisten. Karena anak tidak dapat menduga apa yang
20
Soedijarto ,Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta:Balai
Pustaka, 1989), Cet.Ke-1,h.164
21
Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung
Pandang:IKIP. Ujung Pandang Press,1990)Cet.Ke-2,h.62.
13
akan terjadi bila ia berbuat salah, ia menjadi kacau dan bingung dan
akhirnya biasanya melakukan apa saja yang ia sukai.22
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa guru dapat memilih
macam-macam disiplin yang sesuai dengan kepribadian siswa tersebut. Sehingga
dengan disiplin yang di terapkan oleh guru, siswa diharapkan akan mampu
mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan atau tata tertib
yang berlaku baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitar.
3. Tujuan dan Fungsi Disiplin.
a. Tujuan Disiplin.
Menurut T. Rusyadi dalam bukunya Menjadi Guru Tauladan, tujuan
dari kedisiplinan adalah Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
dapat menuntaskan materi pelajaran (kognitif) yang telah ditentukan,
menanamkan sikap disiplin kepada para siswa (afektif), dan dapat
meminimalisir perilaku indisipliner yang dilakukan siswa dalam proses
belajar mengajar, dan agar siswa terampil dan terbiasa melakukan
kewajiban-kewajibannya (psikomotorik).23
Pendapat lainnya adalah dari Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi yang
mengatakan bahwa tujuan dari disiplin adalah sebagai berikut:
1) Membantu guru agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungannya.
2) Membuat guru agar patuh terhadap peraturan dan kepentingan serta
kelancaran tugas di sekolah.
3) Membiasakan guru agar terbiasa hidup dengan baik, positif dan
bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
4) Mengontrol tingkah laku guru agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan
secara maksimal.24
Tholib Kasan dalam bukunya Teori dan Aplikasi Administrasi
Pendidikan mengemukakan disiplin mempunyai dua macam tujuan, yaitu:
22
John Pearce, Mengatasi Perilaku Buruk dan Menanamkan Disiplin pada Anak,
(Jakarta:Arcan,1999)h.43-44.
23
T. Rusyadi, Menjadi Guru Tauladan, (Cianjur: Kendala Cipta, 1996), h. 151
24
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta:Rineka
Cipta,2004),Cet.Ke-2,h.133-134.
14
1) Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan
dari sifat-sifat ketergantungan menuju tidak ketergantungan. Sehingga ia
mampu berdiri di atas tanggung jawab sendiri.
2) Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya problemproblem disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang favorable bagi
kegiatan belajar mengajar, di mana mereka mentaati segala peraturan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian diharapkan bahwa disiplin dapat
merupakan bantuan kepada siswa agar mereka mampu berdiri sendiri
(help for self help).25
Kemudian menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Perkembangan
Anak “disiplin mempunyai tujuan untuk membentuk perilaku sedemikian rupa
hingga ia akan menyesuaikan dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok
budaya, tempat individu itu diidentifikaksi.”26
Menurut E. Mulyasa, “disiplin bertujuan untuk membantu peserta didik
menemukan dirinya, mengatasi, mencegah timbulnya problem-problem
disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan dalam
pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah
ditetapkan.”27
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya
tujuan
disiplin
kemungkinan
diperoleh
ketertiban,
keamanan,
serta
keberhasilan penyelenggaraan program-program sekolah dan Siswa belajar
hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
lingkungannya.
b. Fungsi Disiplin
Dalam dunia pendidikan, disiplin menjadi prasyarat dalam pembentukan
sikap, prilaku dan tata kehidupan berdisiplin. Menurut Elizabeth. B. Hurlock,
fungsi disiplin sebagai berikut:
1) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
2) Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan
mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih
25
Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta:Studia Press)h.80
Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak…,h.82
27
E. Mulyasa, Implementasi …., h. 192.
26
15
sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil
dan kebahagiaan.
3) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi, sebagai motivasi
pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan
darinya.
4) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani – “suara dari
dalam” pembimbing dalam pengembalian keputusan dan pengendalian
perilaku.28
Menurut Alex Sobur dalam bukunya Pembinaan Anak dalam Keluarga,
mengemukakan fungsi disiplin yang utama adalah “mengejar mengendalikan
diri, menghormati dan mematuhi otoritas. Disiplin diperlukan dalam mendidik
anak secara tegas terhadap hal yang harus dilakukan dan yang dilarang.”29
Selain pendapat di atas, Nakila mengemukakan fungsi disiplin, yaitu:
1) Menumbuhkan kepekaan.
Anak tumbuh menjadi pribadi yang peka/berperasaan halus dan percaya
pada orang lain.
2) Menumbuhkan kepedulian
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Disiplin
membuat anak memiliki integritas, selain dapat memecahkan masalah
dengan baik dan mudah mempelajari sesuatu.
3) Mengajarkan keteraturan
Anak jadi memiliki pola hidup yang teratur dan mampu mengelola
waktunya dengan baik.
4) Menumbuhkan ketenangan
Penelitian menunjukkan, bayi yang tenang/jarang menangis ternyata
lebih mampu memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan baik dan bisa
cepat berinteraksi dengan orang lain.
5) Menumbuhkan sikap percaya diri
Sikap ini tumbuh saat anak diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu
yang mampu ia kerjakan sendiri.
6) Menumbuhkan kemandirian
Dengan kemandirian anak dapat diandalkan untuk bisa memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri. Anak juga dapat mengeksplorasi
lingkungannya dengan baik
7) Menumbuhkan keakraban
Anak jadi cepat akrab dan ramah terhadap orang lain, karena
kemampuannya beradaptasi lebih terasah.
8) Membantu perkembangan otak
28
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, Terj. Child Development Sixth
Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 83.
29
Alex Sobur, Pembinaan Anak dalam Keluarga, (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,1988),h.84
16
Pada usia 3 tahun pertama, pertumbuhan otak anak sangat pesat. Di usia
ini, ia menjadi peniru perilaku yang sangat piawi.
9) Membantu anak yang sulit, misalnya anak yang hiperaktif,
perkembangan terlambat. Dengan menerapkan disiplin, maka anak
dengan kebutuhan khusus tersebut akan mampu hidup lebih baik.
10) Menumbuhkan kepatuhan
Hasil nyata dari penerapan disiplin adalah kepatuhan. Anak akan
menuruti aturan yang diterapkan orang tua atas dasar kemauan sendiri.30
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
fungsi kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur
dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti bahwa
kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat
membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa diharapkan berguna bagi
semua pihak. Dengan disiplin yang dimiliki siswa diharapkan akan dapat
mengendalikan perilakunya serta dapat membimbing, mengarahkan serta
menjadi pendorong bagi anak dalam mencapai apa yang menjadi tujuan dan
cita-citanya.
4. Cara Menanamkan Disiplin
Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan dihati para siswa, sehingga
disiplin itu akan tumbuh dari hati sanubari anak itu sendiri. Adapun langkahlangkah untuk menanamkan disiplin pada anak menurut Alisuf Sabri adalah:
a. Dengan Pembiasaan
Menurut Alisuf Sabri, Anak dibiasakan hidup atau melakukan sesuatu
dengan tertib, baik dan teratur. Misalnya berpakaian rapi, masuk dan keluar
kelas dengan teratur, menyimpan tas dan sepatu pada tempatnya dengan baik,
makan dan tidur pada waktunya, dan sebagainya sampai semua hal biasa
dilakukan dengan tertib dan teratur.31
Selain yang dicontohkan oleh Alisuf Sabri, ada contoh lain dalam
membiasakan anak untuk disiplin, seperti: siswa diharuskan memakai
seragam lengkap sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka wujud
dari pembiasaan adalah adanya pemeriksaan kerapian berpakaian yang
dilakukan oleh guru kepada siswa. Contoh lainnya adalah pelaksanaan
upacara bendera. Karena dalam pelaksanaan upacara bendera banyak hal
30
Nakila , Manfaat Disiplin, http://axel-nakila-hiariej.blogspot.com/2009/04/15-manfaatdisiplin.html
31
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan ….,h.40
17
yang jika dijalankan dengan baik maka hal itu akan mempunyai pengaruh
yang baik untuk kedisiplinan. Seperti deretan barisan yang lurus, sikap
sempurna yang benar, kepatuhan memenuhi aba-aba, tidak berbicara sendiri
ketika pembina upacara menyampaikan amanat dan mendengarkan dengan
tertib semua pengumuman sekolah adalah sejumlah perbuatan yang dilakukan
oleh siswa dalam upacara yang akan mendatangkan rasa hormat kepada para
guru dan menjalankan peraturan yang telah ada.32
b. Contoh dan tauladan
Menurut Alisuf Sabri, Untuk menanamkan disiplin agar anak terbiasa hidup
dan melakukan segala sesuatu dengan tertib, baik dan teratur perlu didukung
oleh adanya contoh dan teladan dari pihak orang tua di rumah dan dari guru di
sekolah. Tanpa adanya contoh dan tauladan dari pihak orang tua dan guru
maka membiasakan yang ditanamkan kepada anak akan dilakukan dengan rasa
terpaksa sehingga tidak mungkin dapat membentuk rasa disiplin dari dalam
(self discipline). Seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain sebagai pembimbing, guru juga
sebagai inspirasi bagi para siswanya dalam bertingkah laku, termasuk dalam
berdisiplin. Misalnya saja, siswa harus datang atau tiba di sekolah sebelum bel
masuk berbunyi, maka guru seharusnya berada di sekolah maksimal sebelum
jam pelajaran dilaksanakan. Keteladanan merupakan hal-hal yang baik yang
harus ditampilkan oleh para guru melalui sikap dan perbuatan, yang termasuk
didalamnya penampilan kerja dan penampilan fisik. Maka posisi para siswa
adalah sebagai peniru dari perbuatan baik tersebut. Jadi jangan berharap siswa
akan berdisiplin jika pihak guru di sekolah tidak disiplin.33
c. Dengan Penyadaran
Menurut Alisuf Sabri, Selain dengan menanamkan pembiasaan yang disertai
dengan contoh dan tauladan dari pihak orang tua dan guru, maka apabila anak
yang mulai kritis pikirannya, sedikit demi sedikit harus diberikan penjelasanpenjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Anak lambat
laun akan menyadari kegunaan peraturan tersebut. Apabila kesadaran telah
timbul, maka pada diri anak telah tumbuh disiplin diri.
d. Dengan Pengawasan
Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah, agar tidak terjadi
pelanggararn terhadap peraturan atau tata tertib yang biasa dilakukan oleh
anak. Pengawasan harus terus menerus dilakukan, lebih-lebih dalam situasi
yang sangat memberi kemungkinan untuk terjadinya pelanggaran terhadap
peraturan. Dan untuk memperkuat kedudukan dari pengawasan, maka dapat
diikuti dengan adanya hukuman-hukuman. Hukuman adalah tindakan pendidik
yang sengaja dan secara sadar diberikan kepada anak didik yang melakukan
sesuatu kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari kesalahannya dan
berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.
Adapun bentuk hukuman dapat berupa: hukuman badan, hukuman
perasaan, dan hukuman intelektual. Sebaiknya jangan menggunakan hukuman
32
33
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan ….,h.41.
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan ….,h.41.
18
badan dan hukuman perasaan, karena hal itu dapat mengganggu hubungan
kasih sayang antara pendidik dan anak didik.34
Dalam memberikan hukuman, hukuman intelektual yang baik diterapkan
untuk siswa. Dengan hukuman intelektual yaitu anak didik diberikan kegiatan
tertentu sebagai hukuman dengan pertimbangan kegiatan tersebut dapat
membawanya kearah perbaikan. Contoh, seorang siswa yang terlambat datang
ke sekolah, tidak dihukum dengan dipukul atau disuruh berdiri di muka kelas
atau dengan hukuman badan lainnya, juga tidak dengan hukuman perasaan
dengan cara dimaki-maki dan sebagainya. Kedua bentuk hukuman tersebut
tidak akan memperbaiki kesalahan bahkan dapat menimbulkan hubungan yang
tidak baik antara guru dan siswa. Hukuman yang baik adalah dengan hukuman
intelektual yaitu siswa diberikan nasehat supaya tidak mengulangi
perbuatannya lagi, jika terulang lagi maka diberikan hukuman untuk
membersihkan kamar mandi. Hukuman ini bertujuan, agar siswa dapat
bertanggung jawab apa yang telah dilakukannya, sehingga siswa akan merasa
jera untuk tidak akan terlambat datang ke sekolah.
Pemberian hukuman ini berlaku untuk setiap pelanggaran dan
pemberiannya harus bertahap dari yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat. Untuk pelanggaran yang ringan maka sanksinya adalah diberikan
nasehat, maka guru dapat memberikan sanksi berupa teguran yang bersifat
menasehati sehingga siswa tersebut menyadari kesalahan yang dilakukannya. 35
Selain melalui hukuman pembentukan sikap disiplin juga dapat berupa
ganjaran. Menurut Alisuf Sabri, ganjaran yang diberikan oleh pendidik dapat
berupa pujian, penghormatan, hadiah, dan tanda penghargaan.
1) Pujian adalah bentuk ganjaran yang paling mudah karena hanya berupa
kata-kata seperti baik sekali, bagus, dan lain sebagainya.
2) Penghormatan, ganjaran yang berbentuk penghormatan dibagi 2 macam,
yaitu a. Berbentuk semacam penobatan yaitu anak yang dapat ganjaran
mendapat kehormatan diumumkan/ditampilkan di depan teman-temannya
sekelas atau sekolah, b. Penghormatan yang berbentuk pemberian
kekuasaan/kesempatan untuk melakukan sesuatu.
3) Hadiah, hadiah adalah ganjaran yang diberikan dalam bentuk barang.
Ganjaran dalam bentuk barang ini sering mendatangkan pengaruh negatif
dalam belajar yaitu anak belajar bukannya karena ingin mengejar
pengetahuan, tetapi semata-mata karena ingin mendapat hadiah,
akibatnya apabila dalam belajarnya tidak memperoleh hadiah maka anak
menjadi malas belajarnya.
4) Tanda penghargaan, tanda penghargaan adalah bentuk ganjaran yang
bukan dalam bentuk barang tetapi dalam bentuk surat/sertifikat sebagai
34
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan ….h.41.
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan ….h.42-43
35
19
simbol tanda penghargaan yang diberikan atas prestasi yang dicapai oleh
si anak. Tanda penghargaan ini sering juga disebut ganjaran simbolis.
Pada umumnya ganjaran simbolis ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kehidupan pribadi anak sehingga dapat menjadi pendorong bagi
perkembangan anak selanjutnya.
Pemberian ganjaran kepada siswa yang mentaati peraturan dengan baik
dapat menimbulkan perasaan senang dan bangga atas usaha untuk berdisiplin
yang dilakukan oleh siswa. Pemberian penghargaan bisa berbentuk pemberian
pujian, perhatian, senyuman, dan juga penambahan poin pada salah satu aspek
penilaian prestasi akademik. Hal ini tentunya akan menimbulkan motivasi yang
juga berperan dalam mencapai sikap disiplin. Jika siswa sudah dapat
menemukan motivasi dari dalam dirinya maka akan timbul sikap moral yang
membekas dan bahkan melekat dalam dirinya.36
Sedangkan Menurut Elizabeth B.Hurlock, dalam menanamkan disiplin
terbagi tiga unsur, diantaranya :
a. Cara Otoriter.
Menurut Elizabeth B.Hurlock, Peraturan dan pengaturan yang keras
untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin
yang otoriter. Tehniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan
memenuhi standar dan sedikit atau sama sekali tidak ada persetujuan, pujian,
atau tanda-tanda penghagaan lainnya bila anak memenuhi standar yang
diharapkan. Pada cara disiplin otoriter ini, orang tua, guru, atau kepala sekolah
menentukan batasan mutlak yang harus ditaati oleh anak. Dalam hal ini anak
harus patuh dan tunduk serta tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan
kemampuan dan pendapatnya sendiri, dan kalau anak melanggar atau tidak
memenuhi tuntutan tersebut anak akan dihukum. Dalam kondisi ini anak
melaksanakan perbuatan karena takut, bukan karena kesadaran yang lahir dari
dalam dirinya. 37
b. Cara Bebas/Permisif.
Menurut Elizabeth B.Hurlock, Cara permisif sebetulnya berarti sedikit
atau tidak berdisiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak
kepada pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan
hukuman. Dalam menerapkan disiplin cara bebas ini, tokoh yang menanamkan
disiplin umumnya membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara
yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Salah satu ciri yang
menonjol dari cara ini adalah longgarnya pengawasan dan pengontrolan,
sehingga anak memiliki kebiasaan mengatur dan menentukan sendiri apa yang
dianggap baik. Hal ini akan mengakibatkan perkembangan kepribadiannya
menjadi tidak terarah.38
36
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan ….h.45-47.
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2,Terj. Child Development Sixth
Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 93.
38
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 Terj. Child Development Sixth
Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 93.
37
20
c. Cara Demokratis.
Menurut Elizabeth B.Hurlock, Cara demokratis ini biasanya tokoh yang
menanamkan disiplin menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk
membantu anak menjawab mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini
lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya.
Disiplin yang demokratis juga memberi kebebasan dalam arti yang positif
kepada siswa. Maksudnya kebebasan siswa untuk mengembangkan potensipotensi yang ada dalam dirinya serta mempertimbangkan pendapat dan
keinginan siswa. Namun demikian keinginan dan pendapat tersebut harus
sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dan apabila pendapat dan keinginan
anak tersebut tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, maka siswa
diberikan bimbingan melalui penjelasan yang rasional untuk menanamkan
kedisiplinan siswa.39
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa disiplin dapat
ditanamkan kepada peserta didik dengan menggunakan cara-cara seperti:
membiasakan siswa hidup disiplin, mengawasi siswa supaya tidak melanggar
peraturan sekolah, membuat peraturan yang otoriter, bebas, dan demokratis. Dari
sekian banyak, cara menanamkan disiplin siswa, cara demokratis hendaknya
menjadi pilihan utama bagi kepala sekolah, guru dan orang tua dalam
menanamkan disiplin kepada anak, sedangkan cara-cara yang lain dapat
digunakan pada situasi dan kondisi tertentu. Apabila unsur-unsur disiplin tersebut
sudah terpenuhi, maka diharapkan disiplin dapat di tegakkan di sekolah.
5. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin.
Sepintas bila kita mendengar kata “disiplin” makna yang selalu terbayang
ialah usaha untuk mengawal, membatasi, dan menahan. Sehingga siswa banyak
yang melakukan pelanggaran tata-tertib di sekolah. Untuk menghindari
pelanggaran-pelanggaran tersebut perlu cara yang harus di tempuh oleh para
guru, dan pihak yang terkait.
Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Ada berbagai cara yang dapat
ditempuh dalam menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain:
a. Pengenalan Murid
39
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2,Terj. Child Development Sixth
Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 93-94
21
Makin baik mengenal murid makin besar kemungkinan mencegah terjadinya
pelanggaran disiplin. Sebaliknya murid merasa frustasi karena merasakan tidak
mendapat perhatian dengan semestinya.
b. Melakukan tindakan korektif
Dalam kegiatan pengelolaan tindakan tepat dan segera sangat diperlukan.
Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh kepala
sekolah dan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Kepala sekolah dan guru
yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan
perbuatan murid secepat dan setepat mungkin serta mengingatkan peraturan
tata tertib (yang dibuat dan ditetapkan bersama) dan konsekuensinya dan
kemudian melaksanakan sanksi yang seharusnya berlaku. Cara melakukan
dimensi tindakan ini beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi
kepala sekolah dan guru antara lain:
c. Melakukan tindakan penyembuhan
Pelanggaran yang sudah dilakukan murid perlu ditanggulangi dengan
tindakan penyembuhan baik secara individual maupun kelompok. Situasi
pelanggaran ini dapat berbentuk yaitu: murid melanggar peraturan sekolah
yang telah disepakati bersama, murid menolak konsekuensi sebagai akibat dari
perbuatannya, murid menolak sama sekali tata tertib sekolah.40
Menurut Tarmidzi Rammadhan langkah awal dalam upaya untuk
menanggulangi pelanggaran yaitu:
a. Meningkatkan disiplin anak & sedikit demi sedikit mengurangi indisipliner
pembelajaran
b. Mewujudkan kinerja sekolah.yang dinamis, mengasyikkan, menyenangkan
& mencerdaskan
c. Mengadakan antisipasi dalam mengatasi berbagai hal dalam proses
pembelajaran.41
Menurut Nursisto, ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam
upaya
mengatasi
ketertiban
sekolah
dan
diharapkan
dapat
mengatasi
permasalahan ketertiban yang ada di sekolah, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Mencegah siswa yang suka mencoret- coret .
Mencegah Siswa membawa alat main dan buku porno.
Mencegah Siswa merokok dan membawa narkoba.
Mencegah perkelahian siswa di ingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Mencegah siswa tidak menggunakan seragam dan kelengkapan dengan baik
Membuat tabel point disiplin siswa.42
40
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan
Sekolah, (Jakarta:Bumi Aksara,1991),h.131-136
41
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/12/menangkal-pelanggaran-disiplin-dan-tatatertib-sekolah/
42
tp://dhunalsblog.blogspot.com/2010/12/kiat-menangkal-pelanggaran-ketertiban.html
22
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwasanya dalam
pelanggaran disiplin dapat di tanggulangi dengan beberapa cara antara lain dengan
cara pendekatan pada siswa. Makin baik guru mengenal murid makin besar
kemungkinan mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Kemudian salah satu
langkah yang dilakukan oleh guru yaitu dengan cara guru memberikan sikap
tauladan yang baik, bukan dengan hanya teori, karena itu akan membuat siswa
merasa bingung. Dengan adanya cara-cara dalam menanggulangi pelanggaran
disiplin, siswa akan lebih berprilaku disiplin terhadap peraturan-peraturan yang
ada di sekolah. Sehingga dengan cara ini diharapkan dapat membantu guru dalam
membentuk sikap kedisiplinan siswa.
B. Guru Agama Sebagai Motivator
1. Pengertian dan karakteristik Guru PAI.
a. Pengertian Guru PAI
Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah
menurut Abuddin Nata, “kata guru berasal dari Bahasa Indonesia yang berarti
orang yang mengajar. Dalam Bahasa Inggris, dijumpai kata Teacher yang
berarti pengajar. Selain itu terdapat pula istilah Ustadz untuk menunjukkan
kepada arti guru secara khusus mengajar bidang ilmu pengetahuan agama.”43
Selanjutnya istilah yang berkaitan dengan guru adalah “al-Ras- bibuna fi
al-ilm, yaitu orang yang memahami pesan-pesan ajaran Al-Qur‟an yang
memerlukan penalaran dan ta’wil, yaitu mengalihkan makna Al-Qur‟an secara
harfiah kepada makna majaziyah tanpa harus bertentangan dengan makna AlQur‟an secara keseluruhan.”44
Menurut Departement Pendidikan dan Kebudayaan, “guru adalah
seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan dalam kepentingan
anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik,
43
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid(Study Pemikiran
al-ghazali), (Jakarta: Pt. Raja Grafindo,2001),h.41
44
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid….,h.46.
23
sehingga menjunjung tinggi pengembangan dan menerapkan yang menyangkut
agama, kebudayaan dan keilmuan.”45
Sedangkan, menurut Zakiah Darajat, guru adalah “seorang yang memiliki
kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan
peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa
berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Selain itu perlu diperhatikan pula dalam hal dimana ia memiliki kemampuan
dan kelemahan.”46
Lebih lanjut, menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Pendidikan Guru
Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, “guru adalah jabatan professional yang
memerlukan berbagai keahlian khusus.”47
Berbeda dengan hal di atas, Menurut Muhammad Nurdin dalam
bukunya Kiat menjadi Guru Profesional, guru dalam islam adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri
sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba ALLAH SWT.
Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk hidup
yang mandiri.48
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, guru dianggap
sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru
sering dianggap sebagai model atau panutan. Sehingga, guru harus memiliki
kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian.
Sedangkan dalam mendefinisikan agama, memang tidaklah mudah sebab
definisi itu sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh sudut pandang pemikiran
45
Syafruddin Nurdin, Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:ciputat
pers,2002), cet.1`,h.8
46
Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi
Aksara,1996),Cet.Ke-1,h.226.
47
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetetif, (Jakarta:Bumi
Aksara,2002),h.36.
48
Muhammad Nurdin, KIat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta:Prisma Sophie
Jogjakarta,1995),h.156
24
masing-masing individu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika timbul
beberapa pengertian tentang agama.
Menurut Zakiah Daradjat,”agama adalah kebutuhan jiwa (psykhis)
manusia yang mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan,
dan cara menghadapi masalah.”49
K.H.M. Taib Thohir Abdul Muin, “agama ialah suatu peraturan tuhan
yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan
tuhan itu dengan hendaknya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan
kebahagiaan di akhirat (istilah ini meliputi kepercayaan dan perbuatan).”50
Selanjutnya, H .Agus Salim, “agama ialah ajaran tentang kewajiban dan
kepatuhan terhadap aturan, petunjuk, perintah yang diberikan Allah kepada
manusia lewat utusan-utusan-Nya dan oleh Rasul-Rasul-Nya di ajarkan kepada
orang-orang dengan pendidikan dan tauladan.”51
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru agama
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang dilakukan
dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju ke arah
kedewasaan. Guru agama tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan agama
saja, tetapi ia juga harus dapat membentuk, menumbuhkan, dan memberikan
nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
b. Karakterisrik guru Agama
Setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami
bagaimana karakteristik kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan
para siswanya. Secara konstitusional, pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, dasar,
dan menengah (makna guru yang tercantum dalam Undang-Undang Republik
49
Zakiah daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta:bulan
bintang,1975),h.47
50
Aslam hady, Pengantar Filsafat Agama, (Jakarta:rajawali,1986),h.7
51
Mudjahid abdul manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,1996),h.4
25
Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab 1 Pasal 1
Ayat 1) . 52
Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang karakteristik
guru agama, diantaranya:
Menurut Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan
Baru,
Karakteristik
kepribadian
yang
berkaitan
dengan
keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi:
1) Fleksibilitas kognitif
Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan
berfikir yang diikuti dengan tindakan secara stimultan dan memadai
dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai
dengan keterbukaan berfikir dan beradaptasi.
2) Keterbukaan psikologis
Keterbukaan psikologis merupakan dasar kompetensi profesional
(kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus
dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya
ditandai
dengan
kesediannya
yang
relativ
tinggi
untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain
siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.53
Menurut E Mulyasa, selain karakterisitik yang disebutkan di atas,
setidaknya terdapat tiga hal yang dapat menjadikan seorang guru penting, tidak
saja dalam hal pembelajaran di kelas, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat.
Tiga hal tersebut sekaligus menjadi sifat dan karakteristik guru, yakni: kreatif,
professional, dan menyenangkan. Guru harus kreatif dalam memilih dan
mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Guru juga harus menyenangkan, tidak saja bagi
peserta didik, tetapi bagi dirinya. Artinya, belajar dan pembelajaran harus
menjadi makanan pokok para guru sehari-hari, harus mencintai dan dicintai,
agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta
didik.54
Sedangkan Fuad bin Abdul Aziz Al-Syalhub menyebutkan bahwa
karakteristik seorang pendidik adalah “mengharap ridha Allah, jujur dan
amanah, komitmen dalam ucapan dan tindakan, adil dan egaliter, berakhlak
52
Hasbullah, Dasar- dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
cet. 5,.h. 356- 371.
53
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,1999),Cet.4,h.226
54
E. Mulyasa , Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung :PT.Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.1,h.iv
26
karimah, rendah hati, berani, menciptakan nuansa keakraban, sabar dan
mengekang hawa nafsu, baik dalam tutur kata dan tidak egois.”55
Abdurrahman An-Nawawi menyebutkan bahwa sifat-sifat seorang
pendidik (guru agama) adalah sebagai berikut:
1) Seorang pendidik harus memiliki sifat rabbani.
2) Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan
keikhlasan.
3) Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar.
4) Ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang pendidik
harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam
kehidupan pribadinya.
5) Seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan dan
kajiannya.
6) Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode
pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi pelajaran.
7) Seorang guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai
proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai siswa.
8) Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi
perkembangan, dan psikologi pendidikan.
9) Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga
ia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan
akibatnya terhadap anak didik, terutama dampak terhadap akidah dan
pola pikir mereka.56
Dari berbagai pendapat yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
sifat dan karakteristik yang harus dimiliki seorang guru agama adalah takwa
kepada Allah SWT, berpengetahuan luas, berkepribadian pancasila, kreatif,
professional, dan menyenangkan.
2. Tugas dan Peran Guru PAI
a. Tugas Guru PAI
Menurut H Malayu, Secara sederhana “tugas guru adalah mengarahkan
dan membimbing para murid agar semakin meningkat pengetahuannya,
55
Fuad bin Abd(Jakarta: Zikrul Hakim,2005), Cet.2,h.2-36
Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press,1995),Cet.1,h.170-174
56
27
semakin mahir keterampilannya, dan semakin terbina serta berkembang
potensinya.”57
Para ahli mengemukakan berbagai macam pandangannya dalam
mendefinisikan tugas guru PAI, diantaranya adalah
Menurut Moh. Uzer Usman pada bukunya yang berjudul Menjadi Guru
Profesional “tugas guru dikelompokkan menjadi tiga, yakni tugas dalam
bidang profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan.”58 Penjelasan sebagai berikut:
1) Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan siswa.
2) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi siswanya. Ia harus
mampu menarik simpati para siswanya dengan tujuan memotivasi belajar
siswanya dan mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Ia harus bisa
membantu siswanya ketika mengalami kesulitan belajar atau ia bisa
menjadi solusi bagi siswa yang menghadapi masalah.
3) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan. Ini berarti guru berkewajiban
mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia yang berdasarkan pancasila.59
Menurut Zakiah Daradjat, secara umum ada tiga unsur tugas dan
tanggung jawab guru, yaitu: “tugas sebagai pengajar, sebagai pembimbing, dan
sebagai administrator kelas.”60 Ketiga tugas ini harus berjalan dengan serasi
dan seimbang.
1) Tugas guru sebagai pengajar. Dalam halini lebih ditekankan pada tugas
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru
dituntut untuk memiliki seangkaian pengetahuan dan keterampilan
tekhnis mengajar, di samping menguasai ilmu atau materi yang akan
disampaikan.
2) Tugas sebagai pembimbing. Dalam hal ini guru diharapkan dapat
memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang
57
H . Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi
Aksara,2009) h.195-198.
58
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…., h.6
59
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…., h.7
60
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi
Aksara,1995),Cet.Ke-2,h.265
28
dihadapi siswa, sebab tugas guru tidak hanya berkenaan dengan
penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan
kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
3) Tugas administrasi. Tugas guru sebagai administrator adalah sebagai
pengelola kelas dalam proses atau interaksi belajar mengajar61.
Selanjutnya menurut pendapat Abu Ahmadi, Widodo Supriono merinci
tugas-tugas guru berpusat pada:
1) Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek.
2) Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman-pengalaman
belajar yang memadai.
3) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,
dan penyesuaian diri.62
Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam
adalah: membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta
didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses
kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
guna ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri
terhadap seluruh kelemahan dan kekurangannya. 63
Imam Ghazali mengemukakan bahwa, tugas pendidik yang utama adalah
“menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati manusia
untuk taqarrub ila ALLAH.”64
Jadi dapat disimpulkan bahwa, guru agama tidak hanya bertugas
melaksanakan pendidikan agama dengan baik, tetapi guru agama juga harus
bisa mengarahkan peserta didik untuk mengenal Allah lebih dekat melalui
seluruh ciptaannya.
b. Peran Guru
Guru pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam
hal perkembangan jiwa dan tingkah laku anak didik agar mempunyai akhlak
61
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus....,Cet.Ke-2,h.266
A. Abu Ahmadi, Widodo Supriono, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka
Cipta,2000),h.104
63
Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan
Praktis, (Jakarta:PT Ciputat Press, 2005), Cet Ke-2,h.44
64
Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h.44
62
29
yang baik. Sebelum membahas tentang peran guru PAI, penulis akan
mengemukakan pengertian tentang peran terlebih dahulu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata peran diartikan dengan
“Perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat.”65 Sedangkan, Menurut Wahjosumijo, peran adalah
“Sejumlah tanggung jawab atau tugas
yang dibebankan dan harus
dilaksanakan oleh seseorang.”66 Selanjutnya, Soerjono Soekanto mengatakan,
“Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seeorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka ia menjalankan suatu peranan.”67
Pendapat Koentjaraningrat yang dikutip oleh Soleman B. Toneko dalam
Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan
mengatakan bahwa “Adapun segala cara berlaku dari individu-individu untuk
memenuhi kewajiban dan untuk mendapatkan hak-hak tadi, merupakan aspek
dinamis dari status atau kedudukan. Cara-cara berlaku itu disebut peranan,
yang dalam bahasa asingnya disebut role.”68
Berdasarkan pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa peran/peranan
adalah sejumlah tugas dan kewajiban atau tanggung jawab yang harus
dijalankan oleh seseorang yang menempati suatu kedudukan.
Jadi yang dimaksud dengan peran guru adalah sejumlah tugas dan
kewajiban atau tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh seorang guru
dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah.
Selanjutnya Menurut Moh.Uzer Usman, peran guru di bagi beberapa
macam, diantaranya sebagai berikut:
a. Guru sebagai demonstrator
65
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed. 3, h. 854.
66
Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Raja Grafingo Persada, 2007),
h. 155
67
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
Ed. Baru, h. 243.
68
Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, (Jakarta: Rajawali, 19900, Ed. 1, Cet. 2, h. 88.
30
Sebagai demonstrator atau yang biasa disebut pengajar, sudah seharusnya
guru menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan dipelajari dan
disampaikan.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas hendaknya guru mampu mengatur, mengarahkan
dan mengkondisikan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suasana
belajar yang menyenangkan.
c. Guru sebagai mediator dan fasilator
Sebagai mediator hendaknya seorang guru memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup mengenai media pendidikan dan guru harus mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna bagi anak didik untuk
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, seperti
penggunaan nara sumber berupa buku teks, majalah, surat kabar atau audio
visual.
d. Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator guru harus melakukan penilaian dalam satu kali proses
belajar mengajar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan yang telah dirumuskan, dan apakah materi yang sudah dipelajari
sudah sesuai atau sebaliknya. Selain itu juga guru harus mampu melakukan
penilaian terhadap siswa selama proses pembelajaran, hal ini bertujuan agar
prestasi siswa dapat diketahui dan diklasifasikan.69
Sedangkan menurut Imam Musbikin, dalam bukunya “Guru yang
Menakjubkan”, mengemukakan enam peran guru, diantaranya:
a. Guru sebagai korektor
Seorang guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan yang buruk.
Semua nilai yang baik harus terus dipertahankan dan nilai yang buruk harus
dihilangkan dari watak dan jiwa anak didik.
b. Guru sebagai inspirator
Seorang guru harus menjadi petunjuk yang baik bagi kemajuan anak
didik. Guru harus dapat memberi petunjuk bagaimana belajar yang baik
c. Guru sebagai organisator
Seorang guru harus memiliki kegiatan pengelolaan akademik, menyusun
tata tertib sekolah, menyusun kalender akaemik dan sebagainya.
d. Guru sebagai motivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bersemangat dan aktif
belajar. Peran ini sangat penting dalam interaksi edukatif.
e. Guru sebagai inisiator
Seorang guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ideide inovasi.
f. Guru sebagai pembimbing
69
Moh . Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..h.9-11
31
Seorang guru harus bisa membimbing muridnya yang masih anak-anak
menjadi manusia dewasa sehingga memiliki kecakapan dan mandiri.70
Adi W. Gunawan, dalam bukunya Genius Learning Strategy
menambahkan, Guru sebagai katalisator. Peran guru sebagai katalisator
adalah membantu anak didik dalam menemukan talenta dan kelebihan
mereka. Disini guru bertindak sebagai pembimbing, membantu
mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter, emosi
serta aspek intelektual anak didik. Kemudian guru juga harus mampu
menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta murid akan proses
pembelajaran.71
Menurut Oemar Malik yang mengutip pendapat Adam dan Dickey,
bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor).
b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor).
c. Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist).
d. Guru sebagai pribadi (teacher as person).72
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa guru
memiliki peran yang penting dalam mendorong keberhasilan siswa sehingga
seorang guru harus dapat memahami cara-cara yang digunakan untuk
menjadikan siswa disiplin karena guru yang disiplin maka akan menghasilkan
siswa yang disiplin pula.
3. Guru Agama sebagai Motivator
Untuk mengungkap pengertian motivasi, dapat dilihat dari pendapatpendapat tokoh sebagai berikut:
Menurut Iskandar, “Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.”73
70
Imam Musbikin, Guru yang Menakjubkan, (Jogjakarta:Buku Biru,2010), Cet.1,h.55-59
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2004), Cet.Ke-2,h.165
72
Oemar Malik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.123.
73
Dr. Iskandar, MPd, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Ciputat: Gaung
Persada Press, 2009), Cet. 1, h. 184.
71
32
Tidak jauh berbeda dengan pendapat M. Alisuf Sabri, motivasi adalah
“Segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya tingkah laku.”74 Sedangkan,
Menurut Jhon W. Santhrock, “Motivasi adalah proses yang memberi semangat,
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.”75
Selanjutnya, Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono, “Kata motivasi
digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan
untuk melakuan sesuatu yang khusus atau umum.”76 Lebih lanjut dikatakan oleh
Moh Uzer Usman, “Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atas tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.”77
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah proses yang memberi semangat, yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai tujuan.
Adapun pengertian motivator dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut: “orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada
orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak; petugas yang
ditunjuk untuk memberikan penerangan dan motivasi kepada
calon akseptor
keluarga berencana.”78
Jadi motivator adalah orang yang merangsang, mendorong, menggerakkan
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai
tujuan.
Menurut Martinis Yamin, motivasi di bagi menjadi dua, yaitu “motivasi
ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan yang
74
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 85.
75
John w. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psycologi, oleh Tri
Wibisono B.S., (Jakarta: Kencana, 2010), Ed, 2, Cet. 3, h. 510.
76
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 349.
77
Drs. Moh Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional (Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,2003)h.28
78
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed. 3, h. 756.
33
tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan
dengan kegiatannya sendiri,motivasi ini bukanlah tumbuh akibat oleh dorongan
dari luar diri seseorang seperti dorongan dari orang lain.”79
Selaras juga dikatakan oleh Muhaimin bahwasanya, motivasi dibagi
menjadi dua, Yaitu” Motivasi instristik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinstik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri peserta didik, sedangkan
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari lingkungan luar diri
peserta didik. Motivasi intrinsik atau motivasi yang datangnya dari dalam diri
siswa sendiri akan lebih baik bila didukung dengan motivasi ekstrinsik. Salah
satu motivasi ekstrinsik adalah peran guru dalam proses pembelajaran di
kelas. Selain menyampaikan ilmu pengetahuan, guru juga dituntut untuk
melakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan dan mengembangkan
motifasi kepada siswanya untuk berdisiplin, agar dapat melakukan aktifitas
dengan baik.80
Motivasi ekstrinsik dikondisikan oleh sekolah. Salah satunya dengan cara
menerapkan tata tertib yang dipatuhi oleh segenap komunitas sekolah tanpa
terkecuali. Sebagai tenaga pendidik di sekolah, seorang guru dituntut untuk dapat
mematuhi segala tata tertib yang telah diberlakukan di sekolah tersebut dan juga
menerapkan sikap disiplin dalam proses pembelajaran. Guru yang datang tepat
waktu dan tidak meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai merupakan
satu contoh sikap disiplin pada guru. Dengan disiplin tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah.
Sebagai motivator guru harus mampu menciptakan suasana yang
merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melakukan kegiatan–kegiatan
sekolah dan dapat meningkatkan disipin siswa.
Menurut E Mulyasa dalam bukunya Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, mengemukakan
bahwasanya: Guru sebagai motivator hendaknya guru bertanggung jawab
mengarahkan pada yang baik, harus menjadi contoh, sabar, dan penuh
pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta
didik, terutama disiplin diri (self dicipline). Untuk kepentingan tersebut, guru
harus mampu melakukan tiga hal sebagai berikut:
a. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya.
b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.
79
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta:Gaung Persada
Press, 2006), Cet,2,.h.178-179
80
Drs.Muhaimin,M.A,et.al. Paradigma Pendidikan Islam (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2004)h.138
34
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan
disiplin.81
Sedangkan, menurut Made Pidarta mengatakan: Guru sebagai motivator
hendaknya: Harus mencerminkan sikap kasih sayang kepada siswa dengan
mengetahui nama dan latar belakangnya. Selain itu guru harus memberikan
perhatian dan nasehat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa
seperti bahasa pikiran yang dapat merangsang terciptanya ketertiban di
sekolah, memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kehadiran
dan kerajinan guru juga sangat diperlukan. Karena itu merupakan contoh dan
suri tauladan yang baik bagi siswa sehingga tercipta ketertiban dan keamanan
di sekolah.82
Perhatian dan nasehat yang diberikan oleh guru berguna untuk memotivasi
siswa agar bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Adapun
keteladanan yang diberikan oleh guru dalam hal kehadiran dan kerajinan akan
memotivasi siswa untuk melakukan hal yang sama yaitu rajin dan selalu hadir di
sekolah. Sikap keteladanan ini sebagaimana dicontohkan oleh Nabi.
Firman
Allah Surat Al Ahzab ayat 21:
     
       
     
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.83
Menurut E Mulyasa, Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada
penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus
membentuk kompetensi dan pribadi siswa. Oleh karena itu, guru senantiasa
mengawasi perilaku siswa, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi
penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan
tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus menjadi
81
E. Mulyasa, Implementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara,2009),h.192.
82
Made Pidarta, Peran Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, (Jakarta: Gramedia
Widia Sarana Indonesia, 1995), h. 39.
83
Ahmad Tohaputra, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Ayat Pojok Bergaris) Departemen
Agama RI, ( Semarang: Asy Syifa, 1998), h. 336.
35
pembimbing, contoh atau teladan, pengawas dan pengendali seluruh perilaku
siswa.84
Seorang guru harus bisa membimbing peserta didik menjadi manusia
dewasa sehingga memiliki kecakapan dan mandiri. Sebagai seorang pembimbing
guru diharapkan memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu
menemukan masalahnya sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Seperti dalam halnya masalah disiplin, biasanya siswa merasa bosan dengan
penyampaian materi dengan metode ceramah yang disampaikan oleh guru
menyebabkan murid kurang antusias untuk mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini
tentu dapat memancing siswa untuk melakukan-tindakan-tindakan negatif seperti
tidur di dalam kelas, atau bahkan membolos pada saat pembelajaran sekedar untuk
menghindari kebosanan di dalam kelas. Dalam hal ini guru berkewajiban
memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun tulisan.
Seorang pendidik dalam memberikan contoh dan tauladan dapat
dicontohkan mulai dari kedatangan, pembelajaran, adab berpakaian, dan lainnya.
Misalnya saja seorang guru yang sangat menegaskan kepada siswa akan
pentingnya kehadiran di sekolah sebelum bel dibunyikan maka begitupun dengan
guru ia juga harus berada di sekolah sebelum bel berbunyi. Selain itu rasa segan
atau wibawa juga akan muncul jika pimpinan mempunyai adab dan sopan santun
yang baik seperti cara berpakaian yang rapi dan sopan. Jika guru melakukan
teladan ini dengan baik maka bukan hanya siswa yang termotivasi untuk
melakukan hal yang sama tetapi para guru dan staf lainnya pun juga akan
termotivasi untuk tetap memperlihatkan keteladanan meskipun secara bertahap.
Setelah menciptakan tindakan yang mendukung pembentukan kedisiplinan
melalui membimbing dan contoh tauladan, maka hal berikutnya yang harus
dilakukan guru adalah melakukan pengawasan. Salah satu bagian dari
pengawasan yang di ajukan disini adalah mengawasi perilaku siswa, terutama
pada jam-jam sekolah. Seperti: memeriksa kehadiran siswa setiap pagi,
memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat, atau memeriksa daftar
keterlambatan siswa, dan lain sebagainya.
84
E . Mulyasa, Implementasikan Kurikulum …, h.173.
36
Menurut E Mulyasa, “guru sebagai motivator bagi siswa, guru harus mampu
menciptakan suasana yang merangsang siswa untuk selalu bersemangat dalam
melaksanakan tugasnya yaitu belajar serta selalu berdisiplin. Dalam hal ini cara
yang dapat ditempuh guru antara lain dengan memberikan sikap yang ramah,
penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik.”85
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan guru agama sebagai
motivator adalah seorang guru dituntut untuk dapat mematuhi segala tata tertib
yang telah diberlakukan di sekolah tersebut dan juga menerapkan sikap disiplin
dalam proses pembelajaran. Guru yang datang tepat waktu dan tidak
meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai merupakan satu contoh sikap
disiplin pada guru. Dengan disiplin tersebut, diharapkan dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah.
85
E . Mulyasa,Implementasikan Kurikulum...., h.196.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nuasantara Plus Ciputat Tangerang
Selatan mulai 10 Januari 2011 sampai dengan 31 Februari 2011.
B. Metode Penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian tentang Peran
Guru PAI sebagai Motivator dalam Meningkatkan Disiplin Siswa, penulis
melaksanakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode
“Deskriptif Analisis”.
Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat memperoleh fakta, data dan
informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai peran guru PAI sebagai
motivator dalam meningkatkan disiplin siswa SMP Nusantara Plus Ciputat
Tangerang Selatan.
C.
Populasi dan Sampel
Adapun populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa/i SMP
Nusantara Plus, kelas VII, VIII, dan IX yang berjumlah 449 orang siswa.
Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas IX yang berjumlah 151 orang
siswa. Dari populasi terjangkau tersebut, penulis mengambil sample 20 % (30
orang) .
37
38
Selanjutnya dalam menentukan sample penelitian, penulis menggunakan
teknik Random Sampling (pengambilan secara acak). Penulis mengambil
berdasarkan siswa yang taat peraturan dan siswa yang suka melanggar peraturan
di sekolah.
D.
Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian
sebagai alat pengumpulan data. Instrument penelitian yang digunakan untuk
memperoleh data mengenai permasalahan yang dihadapi guru PAI dalam
meningkatkan disiplin siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket yang terdiri dari 29 butir soal untuk mengukur Peran Guru PAI dan 11
butir soal untuk mengukur Disiplin Siswa.
Kemudian instrument non tes dalam bentuk wawancara digunakan untuk
mempertajam informasi mengenai permasalahan yang dihadapi siswa dalam
disiplin, dan upaya yang dilakukan guru sebagai motivator dalam meningkatkan
disiplin siswa.
Tabel I
KISI-KISI ANGKET PERAN GURU PAI SEBAGAI
MOTIVATOR DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA
NO
JUMLAH
BUTIR
ITEM
ITEM
Kerapian Berpakaian
1
1
2
Disiplin dalam Belajar
3
2-4
3
Disiplin dalam Tingkah
9
5-13
Membimbing
4
14-17
Contoh dan Tauladan
4
18-21
1
VARIABEL
Disiplin Siswa
INDIKATOR
laku
4
Guru PAI sebagai
Motivator
5
39
6
Mengawasi
5
22-26
7
Hukuman
2
27-28
8
Ganjaran
2
29-30
Tabel 2
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban
Positif ()
Jawaban
Negatif ()
Skor
Skor
Selalu
4
Selalu
1
Sering
3
Sering
2
Jarang
2
Jarang
3
Tidak pernah
E.
Jawaban
1
Tidak pernah
4
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
pengumpulan
data,
penulis
menggunakan
empat
teknik
pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi/ Pengamatan
Dalam metode ini, penulis melihat dan mengamati secara langsung
keadaan sekolah di SMP Nusantara Plus. Observasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai keadaan dan peraturan-peraturan yang diterapkan di
SMP Nusantara Plus.
2. Wawancara
Wawancara penulis lakukan dengan bentuk wawancara terstruktur dengan
pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar pertanyaan yang akan
ditanyakan. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan guru Agama
40
SMP Nusantara Plus berkenaan dengan meningkatkan disiplin siswa. Wawancara
ini dilakukan untuk mempertajam data angket siswa.
3. Angket
Angket diberikan kepada seluruh responden penelitian sebanyak 30 orang
siswa. Angket yang disebarkan kepada responden berbentuk angket tertutup atau
terstruktur dengan alternative jawaban yang telah disediakan. Teknik angket
digunakan untuk mendapatkan data tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Disiplin Siswa.
4. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Teknik dokumentasi ini dilakukan
untuk memperoleh data-data tentang keadaan sekolah, guru dan murid.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh berdasarkan angket yang diberikan kepada
siswa, kemudian diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan teknik
deskriptif persentase. Dari angket yang telah terkumpulkan kemudian diolah
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, telaah dan
dirumuskan. Pada tahap ini penulis mengecek kembali kelengkapan dan
kebenaran pengisian angket agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan, yaitu
dengan memilih angket yang diisi dengan lengkap dan menyisihkan yang tidak
lengkap.
b. Tabulating,
yaitu
perhitungan
statistik
sederhana.
Dengan
cara
menstabulasikan atau memindahkan jawaban responden dalam tabel kemudian
dicari persentase untuk dianalisa dan dipersentasekan.
Untuk menganalisa data, yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa deskriptif, yaitu teknik menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul dan telah diolah dengan tujuan
untuk membuat deskriptif atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
41
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah
teknik persentase, dengan rumus:
P
F
x100%
N
Keterangan :
P
= Persentasi untuk setiap jawaban
F
= Frekuensi jawaban
N
= Jumlah responden
100% = Bilangan tetap (konstanta)
Dalam menetapkan ada tidaknya peran guru pendidikan agama Islam
sebagai Motivator dalam Meningkatkan Disiplin Siswa, peneliti menentukan
kriteria data-data kualitatif berdasarkan nilai-nilai angket yaitu:
Tabel 3
Tafsiran Persentase
No
Persentase %
Penafsiran
1
100
Seluruhnya
2
80-99
Hampir Seluruhnya
3
51-79
Sebagian Besar
4
50
Separuhnya
5
20-49
Sebagian Kecil
6
1-20
Sedikit
7
0
Tidak Sama Sekali
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Biodata Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Plus Nusantara yang berada di Jl.
Tarumanegara Dalam No.1 Pisangan Ciputat Tangerang Banten, didirikan
sejak tahun 2006 dengan nomor statistik sekolah 202280310031 dengan status
hak milik, dan luas tanah 5000
dengan gedung utama berlantai 4, sarana
olah raga, tempat parkir, masjid, dan kantin. Sekolah ini berstatus swasta dan
belum terakreditasi.
Sekolah Menengah Pertama Plus Nusantara ini di pimpin oleh seorang
kepala sekolah bernama Cecep Setiawan M.A dengan jumlah guru sebanyak 32
orang yang mayoritas lulusan Strata 1 (S1).
2. Visi, Misi, dan Strategi SMP Nusantara Plus
a. Visi sekolah
SMP Nusantara Plus Ciputat sebagai sekolah menginginkan anak
didiknya unggul dalam santun berbahasa, ramah dalam bergaul, maju dalam
IPTEK dan berakhlak mulia, maka terbentuklah suatu visi yaitu:
“Menciptakan lulusan yang santun dalam bahasa, ramah dalam
bergaul, maju dalam IPTEK dan berakhlak mulia”.
42
43
b. Misi Sekolah
Dengan terbentuknya visi yang berharap SMP Nusantara Plus Ciputat
sebagai sekolah menciptakan lulusan santun dalam bahasa, ramah dalam
bergaul, maju dalam IPTEK dan berakhlak mulia maka dibentuklah misi
yang akan mendukung terwujudnya Visi. Misi SMP Nusantara Plus Ciputat
adalah:
1) Mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama yang bermoral dan
religius.
2) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis dan
praktis dalam kerangka profesionalitas.
3) Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan lulusan yang
berakhlak mulia
4) Mendidik
lulusan
yang
berpengalaman
dan
dapat
dipertanggungjawabkan guna kepentingan universal.
5) Setiap alumni dibekali sikap mental dan mampu bersaing dalam
memasuki dunia pendidikan yang unggul.1
3. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat penting,
karena tidak mungkin suatu sekolah mengadakan pembelajaran jika tidak
mempunyai siswa. Setiap tahun SMP Nusantara Plus Ciputat mengalami
peningkatan jumlah siswa. Pada Tahun Ajaran 2010/ 2011 SMP Nusantara
Plus Ciputat menerima siswa sebanyak 449 siswa yang terdiri dari kelas VII
yang berjumlah 162 siswa (Laki-laki 67 dan Perempuan 95) dengan jumlah 4
rombongan belajar (Rombel), kelas VIII yang berjumlah 136 (Laki-laki 72 dan
Perempuan 64) dengan jumlah 4 rombongan belajar (Rombel), dan kelas IX
yang berjumlah 151 siswa (Laki-laki 69 dan Perempuan 82) dengan jumlah 4
rombongan belajar (Rombel).
1
Profil SLTP Nusantara Ciputat Tahun Pelajaran 2008-2009, lampiran 9.
44
4. Keadaan Guru dan Karyawan.
Berkembangnya suatu sekolah dan berjalannya proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) tidak pernah terlepas dari kerja keras guru dan staff
karyawan yang selalu membantu Kepala Sekolah dalam menjalankan roda
kehidupan di sekolah.
a. Keadaan Guru
Guru adalah seorang pengajar sekaligus pendidik bagi siswa serta
sosok yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena atas jasanya,
para anak didiknya mengetahui ilmu pengetahuan walaupun pada dasarnya
guru bukan hanya sebagai transformator ilmu saja. Selain itu juga tanpa ada
guru maka proses pembelajaran tidak akan berlangsung dan guru
bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak menuju kearah
kedewasaan.
SMP Nusantara Plus Ciputat memiliki guru-guru yang profesional
dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Jumlah guru SMP Nusantara Plus
sebanyak 30 orang yang terdiri dari guru laki-laki 15 orang dan perempuan
15 orang. Jenjang pendidikan yang dimiliki guru lulusan D3 berjumlah 1
orang, lulusan S1 berjumlah 26 orang, dan lulusan S2 berjumlah 3 orang.2
Kepala sekolah berusaha menempatkan pendidik dan tenaga
kependidikan yang berkompeten dengan bidangnya, beliau menyatakan
hampir 70% pendidik yang mengajar bidang studi sesuai dengan latar
belakang pendidikannya.
Dengan demikian SMP Nusantara Plus Ciputat dapat berkembang
dengan pesat dan menjadi sekolah unggulan karena guru-guru yang
professional dan sesuai dengan bidang yang dimilikinya.
b. Keadaan Staff Karyawan
Kalancaran dan kebutuhan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh
peran serta karyawan. Kelancaran pendidikan di sekolah tidak terlepas dari
administrasi yang baik, teratur serta terencana. Yang dimaksud pegawai
2
Kartu Invertaris Ruangan...., lampiran 10
45
pada unit pelaksanaan teknis SMP Nusantara Plus Ciputat adalah
keseluruhan karyawan sekolah yang diantaranya staf tata usaha, staf
Perpustakaan (Pustakawan), staf Laboratorium (Laboran), dan staf
keamanan..
Jumlah staf karyawan SMP Nusantara Plus ciputat sebanyak 16 orang
yang terdiri dari 6 orang Tata Usaha (TU), 1 orang Pustakawan, 4 orang
Laboran, 5 staf keamanan.
5. Sarana dan Prasarana
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan dapat berjalan dengan baik jika
didukung oleh sarana prasarana yang lengkap. SMP Nusantara Plus Ciputat
memiliki fasilitas yang memadai yang dapat menunjang kegiatan belajar siswa
agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Fasilitas-fasilitas yang
disediakan sekolah antara lain:
a. Ruang kelas
Ruang kelas adalah suatu ruangan yang berfungsi sebagai tempat
untuk kegiatan tatap muka dalam proses belajar mengajar (PBM).
Banyaknya ruangan kelas yang dimiliki SMP Nusantara Plus terdiri atas 8
ruangan yang terdiri dari 4 ruangan untuk kelas VII, 4 ruangan untuk kelas
VIII, dan 4 ruangan untuk kelas IX. Mebeler yang terdapat dalam ruangan
kelas terdiri dari 1 meja guru, 20 meja siswa, 40 kursi siswa, 1 whiteboard,
1AC, 1 kipas angin, 2 lampu neon, gambar presiden dan wakil presiden,
serta vas bunga di meja guru.3
b. Ruang perpustakaan
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan dalam
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa. Keberadaan
perpustakaan berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar di
kelas.oleh karena itu, ruangannnya harus ditata dengan baik dan semakin
lengkap koleksi bukunya maka semakin baik pula menunjang KBM siswa.
Perpustakaan SMP Nusantara ditata agara suasananya kondusif dan
3
Kartu Invertasris Ruangan SLTP Nusantara Plus Ciputat, lampiran 10.
46
dilengkapi dengan fasilitas seperti, 1 meja panjang, 1meja berkaca, 1 rak
buku kecil, 3 rak buku tinggi, 6 rak buku berukuran medium, 1 kipas angin,
3 kursi busa, 1 kursi stainless, 3 kursi kayu, dan 1 rak majalah.4
c. Ruang laboratorium
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah atau eksperimen. SMP
Nusantara Plus Ciputat memiliki laboratorium yang terdiri dari:
1) 1 ruang laboratorium IPA (Biologi) dengan kondisi yang cukup
memadai. Mebeler dalam ruangan ini adalah 1 meja praktikum, 1
statif, 1 etalase, 3 spatula, 10 pengaduk, 5 erlen meyer, 5 gelas beker
100ml, 15 gelas beker 50ml, 5 pencepit, 10 sikat tabung large, 1 sikat
tabung small, 6 rak tabung reaksi, 20 tabung reaksi besar, 20 tabung
reaksi kecil, 5 gelas ukur, 1 labu ukur, 1 buret, pipet bor 25 ml, 2 pipet
bor 10ml, 1 bola pipet bor, 2 mikroskop, 1 lampu, 1 kursi pelastik.5
2) 1 ruang laboratorium IPA (Fisika) dengfan kondisi yang cukup
memadai. Mebeler dalam ruangan ini adalah 1 kit optik, 1 kit listrik, 1
kit hidrostatika, 5 hidro mekanika, 5 kalori meter, 5 kalori batang besi,
5 thermometer Hg, 5 thermometer alkohol, 5 jangka serong, 5 mikro
meter, 5 skrup, 5 loupe, 3 globe.6
3) 1 ruang laboratorium IPA (Kimia) dengan kondisi yang cukup
memadai. Mebeler dalam ruangan ini adalah 5 botol zat 125 ml, 5
botol zat 250 ml, 3 botol zat 500 ml, 3 botol cuci 250 ml, 5 batang
pengaduk, 5 rak tabung reaksi, 5 sikat tabung reaksi, 50 tabung reaksi,
5 gelas kimia 250 ml, 3 gelas kimia 1000 ml, 5 labu erlen meyer, 3
labu ukur 50 ml, 3 labu ukur 100 ml, 5 corong kaca, 3 buret, klem, 3
statif, 5 kaca arloji, 5 pembakar spirtus, 5 kaki 3, 5 alas kasa kawat, 3
stop watch digital, 5 tang gelas kimia, 10 pencepit tabung reaksi, 5
sarung tangan, 5 pelat tetes, 5 lumpang dan alu, 2 sikat buret, 5
spatula, 5 kawat nikrom, 5 pinggan penguap, 1 carta system periodik
unsur, 1 model molekul, 3 cincin bertangkai, 1 neraca digital ohaus.
4
Kartu Invertaris Ruangan...., lampiran 10
Kartu Invertaris Ruangan...., lampiran 10
6
Kartu Invertaris Ruangan...., lampiran 10
5
47
4) 1 laboratorium komputer dengan kondisi yang cukup memadai.
Mebeler dalam ruangan ini adalah 16 komputer, 16 handset, 15 kursi
pelastik putih, 1 AC, 1 lampu, 1 set meja computer, 1 meja kayu
panjang.7
Sekolah selalu berusaha mengembangkan sarana dan prasarana agar
semakin lengkap untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Hal tersebut saat
penulis melakukan kunjungan atau observasi ke sekolah, dan sesuai dengan
data invertaris ruangan SMP Nusantara Plus Ciputat, seperti sekolah sudah
memiliki ruang kelas yang memadai, laboratorium fisika, biologi, dan kimia
yang cukup memadai, serta laboratorium computer dan perpustakaan yang
kondusif.
B. Pengolahan dan Analisa Data
Pada pembahasan sebelumnya penulis telah mengemukakan bahwa salah
satu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket. Angket
yang penulis sebarkan adalah berjumlah 30 angket yang dibagikan adalah 30
siswa dari 151 siswa-siswi kelas IX SMP Nusantara Plus sebagai sampel .
Angket yang penulis sebarkan terdiri dari 2 komponen pertanyaan yang
berjumlah 30 item pertanyaan yang disusun berdasarkan pokok penelitian dan
indikator dari variabel yang diteliti, yaitu mengenai peranan guru PAI sebagai
motivator dalam meningkatkan disiplin siswa.
Setelah dilakukan tahap penelitian melalui penyebaran angket, maka
hasil data (angket) yang sudah terkumpul, ditabulasikan ke dalam bentuk
persentase. Kemudian langkah selanjutnya pendeskripsian data, yaitu
gambaran dari semua data yang penulis peroleh dari hasil penelitian, sehingga
diperoleh kesimpulan, hal ini dapat dilihat dan dijelaskan dalam analisis secara
keseluruhan.
Data yang telah terkumpulkan dari hasil angket yang disebarkan kepada
siswa kemudian di olah dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi
sebagai berikut:
7
Kartu Invertaris Ruangan...., lampiran 10.
48
P
F
x100%
N
Keterangan :
P
= Persentasi untuk setiap jawaban
F
= Frekuensi jawaban
N
= Jumlah responden
100% = Bilangan tetap (konstanta)
Berikut ini dikemukakan tentang disiplin siswa:
Tabel 4
Memakai seragam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di sekolah
No
1
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
a.
Selalu
16
53,34
b.
Sering
6
20
c.
Jarang
7
23,33
d.
Tidak Pernah
1
3,33
Jumlah
30
100%
Tabel tersebut menunjukkan presentase terbesar sebagian besar (53,34%)
siswa selalu memakai seragam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di
sekolah. Sebagian kecil (23,3%) siswa jarang memakai seragam sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan di sekolah. Dan sebagian kecil pula (20%) siswa
sering memakai seragam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di
sekolah. Sedikit (3,33) siswa tidak pernah memakai seragam sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan di sekolah. Ini berarti kedisiplinan siswa dalam
hal memakai seragam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di sekolah
sudah bagus.
49
Tabel 5
Masuk kelas tepat waktu setelah bel masuk berbunyi
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
2
a.
Selalu
10
33,34
b.
Sering
4
13,33
c.
Jarang
15
50
d.
Tidak Pernah
1
3,33
30
100%
Jumlah
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa separuhnya (50%)
siswa
jarang masuk tepat waktu setelah bel masuk berbunyi. Sebagian kecil (33,34%)
siswa selalu masuk tepat waktu setelah bel masuk berbunyi. Sedikit (13,3%)
siswa sering masuk tepat waktu setelah bel masuk berbunyi dan begitu juga
sedikit lainnya (3,33%) siswa tidak pernah masuk tepat waktu setelah bel
masuk berbunyi. Ini berarti kedisiplinan siswa dalam kehadiran di sekolah
setelah bel masuk berbunyi masih perlu ditingkatkan karena masih ada
setengahnya siswa yang belum melakukannya dan kondisi ini rawan
pelanggaran keterlambatan siswa.
Tabel 6
Keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
3
a.
Selalu
2
6,67
b.
Sering
7
23,33
c.
Jarang
14
46,67
d.
Tidak Pernah
7
23,33
30
100%
Jumlah
50
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil (46,67%) siswa jarang keluar
kelas ketika jam pelajaran belum selesai. Dan sebagian kecil lainnya (23,33%)
siswa selalu keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai. Sedikit (19,5%)
siswa tidak pernah keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai. Dan sedikit
juga (6,67%) siswa selalu keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai. Ini
berarti kedisiplinan siswa ketika proses pembelajaran kurang efektif dan perlu
ditingkatkan lagi.
Tabel 7
Mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
4
a.
Selalu
3
10
b.
Sering
16
53,33
c.
Jarang
8
26,67
d.
Tidak Pernah
3
10
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan presentase terbesar sebagian besar (53,33%)
siswa sering mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan, sebagian
kecil (26,67%) siswa jarang mengobrol dengan teman pada saat guru
menerangkan. Sedikit (10%) siswa selalu mengobrol dengan teman pada saat
guru menerangkan. dan sedikit pula (10%) siswa tidak pernah mengobrol
dengan teman pada saat guru menerangkan. ini artinya masih banyak siswa
yang belum disiplin pada saat guru menerangkan di dalam kelas. Dan masih
perlu ditingkatkan karena karena kedisiplinan ini terkait dengan kesiapan siswa
untuk menerima pelajaran.
51
Tabel 8
Mengikuti upacara bendera dengan rutin
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
No
5
a.
Selalu
17
56,67
b.
Sering
9
30
c.
Jarang
4
13,33
d.
Tidak Pernah
0
-
Jumlah
30
100%
Persentase terbesar dari tabel di atas menunjukkan sebagian besar
(56,67%) siswa menjawab selalu mengikuti upacara bendera dengan rutin.
Selanjutnya, sebagian kecil (30%) siswa yang menjawab sering mengikuti
upacara bendera dengan rutin, sedikit (13,33%) siswa yang menjawab jarang
mengikuti upacara bendera dengan rutin. Dan tidak sama sekali (0%) siswa
yang menjawab tidak pernah mengikuti upacara bendera dengan rutin. Dari
keterangan di atas berarti kedisiplinan siswa untuk mengikuti upacara bendera
dengan rutin sudah bisa dikatakan cukup bagus.
Tabel 9
Mengikuti upacara bendera sambil bercanda
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
6
a.
Selalu
2
6,67
b.
Sering
23
76,67
c.
Jarang
4
13,33
d.
Tidak Pernah
1
3,33
30
100%
Jumlah
Tabel di atas memberikan keterangan bahwa sebagian besar (76,67%)
siswa sering mengikuti upacara bendera sambil bercanda, sedikit (13,33%)
siswa kadanmg-kadang mengikuti upacara bendera sambil bercanda. Dan
52
sedikit juga (6,67%) siswa selalu mengikuti upacara bendera sambil bercanda,
dan begitu juga sedikit yang lainnya (3,33%) siswa tidak pernah mengikuti
upacara bendera sambil bercanda. Dari presentase di atas maka kedisiplinan
siswa untuk mengikuti upacara bendera sambil bercanda masih perlu
ditingkatkan lagi karena sebagian besar siswa yang mengikuti upacara sambil
bercanda.
Tabel 10
Berbicara ketika pembina upacara menyampaikan amanat upacara
No
7
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
a. Selalu
1
3,33
b.
Sering
10
33,34
c.
Jarang
15
50
d.
Tidak Pernah
4
13,33
Jumlah
30
100%
Dari tebel tersebut dapat dipahami bahwa dalam hal berbicara ketika
pembina upacara menyampaikan amanat upacara separuhnya (50%) siswa yang
menjawab jarang berbicara ketika pembina upacara menyampaikan amanat
upacara, sebagian kecil (33,34%) siswa yang sering berbicara ketika pembina
upacara menyampaikan amanat upacara, sedikit (13,33%) siswa tidak pernah
berbicara ketika pembina upacara menyampaikan amanat upacara, dan sedikit
juga (3,33) siswa selalu berbicara ketika pembina upacara menyampaikan
amanat upacara. Berarti kedisiplinan siswa dalam aspek ini dapat dikatakan
cukup dan masih perlu perbaikan karena presentase untuk menjawab sering dan
selalu masih sedikit.
53
No
Tabel 11
Berbaris rapi pada saat upacara
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
8
a. Selalu
15
50
b.
Sering
13
43,33
c.
Jarang
2
6,67
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Presentase terbesar dari tabel di atas menunjukkan bahwa separuhnya
(50%) siswa selalu berbaris rapi pada saat upacara, sebagian kecil (43,3%)
siswa sering berbaris rapi pada saaat upacara, dan sedikit (6,67%) siswa jarang
berbaris rapi pada saat upacara. Dan tidak sama sekali (0%) siswa tidak pernah
berbaris rapi pada saat upacara. Dari keterangan di atas berarti kedisiplinann
siswa dalam kerapihan berbaris pada saat upacara sudah maksimal karena
siswa yang berbaris rapi mencapai setengahnya.
Tabel 12
Membuat keributan diluar jam pelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
9
a. Selalu
1
3,33
b.
Sering
9
30
c.
Jarang
15
50
d.
Tidak Pernah
5
16,67
30
100%
Jumlah
Tabel 9 ini dapat diketahui bahwa separuhnya (50%) siswa jarang
membuat keributan di luar jam pelajaran. Begitu pula yang menjawab sering,
sebagian kecil (30%) siswa membuat keributan di luar jam pelajaran, dan
sedikit (16,67%) siswa tidak pernah membuat keributan di luar jam pelajaran.
54
Serta sedikit juga (3,33%) siswa selalu membuat keributan di luar jam
pelajaran. Berarti kedisiplinan siswa dalam aspek ini dapat dikatakan belum
maksimal dan masih perlu perbaikan karena siswa ada yang masih menjawab
sering dan selalu.
Tabel 13
Langsung bergegas pulang, ketika jam pelajaran selesai
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
10
a.
Selalu
12
40
b.
Sering
13
43,34
c.
Jarang
4
13,33
d.
Tidak Pernah
1
3,33
Jumlah
30
100%
Presentase terbesar dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir
sebagian kecil (43,3%) siswa sering bergegas pulang ketika jam pelajaran
selesai. Dan sebagian kecil pula (40%) siswa selalu bergegas pulang ketika jam
pelajaran selesai. Dan sedikit (13,33%) siswa menjawab jarang bergegas
pulang ketika jam pelajaran selesai. Sedikit juga(3,33%) siswa menjawab tidak
pernah bergegas pulang ketika jam pelajaran selesai. Dari presentase di atas
maka kedisiplinan siswa untuk bergegas pulang ketika jam pelajaran selesai
dapat dikatakan cukup bagus, tetapi harus ada peningkatan lebih baik lagi
No
Tabel 14
Terlibat tawuran antar sekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
11
a.
Selalu
2
6,67
b.
Sering
3
10
c.
Jarang
16
53,33
d.
Tidak Pernah
9
30
30
100%
Jumlah
55
Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar (53,33%) siswa jarang
terlibat tawuran antar sekolah. Selanjutnya, sebagian kecil (30%) siswa yang
menjawab tidak pernah terlibat tawuran antar sekolah, sedikit (10%) siswa
yang sering terlibat tawuran antar sekolah, dan sedikit pula (6,67%) selalu
selalu terlibat tawuran antar sekolah. Ini berarti penanaman kedisiplinan siswa
pada tawuran antar sekolah sudah bagus, ini terlihat dari banyaknya siswa yang
tidak terlibat tawuran antar sekolah walaupun masih ada siswa yang menjawab
sering dan selalu.
Tabel 15
Merokok di luar jam sekolah
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
12
a.
Selalu
0
-
b.
Sering
10
33,34
c.
Jarang
13
43,33
d.
Tidak Pernah
7
23,33
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan sebagian kecil (43,33%) siswa jarang
merokok di luar jam sekolah. Sebagian kecil juga (33,34%) siswa menjawab
sering merokok di luar jam sekolah. Sementara itu , dan sebagian kecil juga
lainnya (23,33%) siswa menjawab tidak pernah merokok di luar jam sekolah
dan tidak sama sekali (0%) siswa yang tidak pernah merokok di luar jam
sekolah. Artinya dalam hal kedisiplinan siswa merokok di luar jam sekolah
dapat dikatakan cukup bagus, tapi bukan berarti dalam posisi yang nyaman.
56
Tabel 16
Mejeng di mall dengan memakai baju seragam sekolah
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
13
a. Selalu
1
3,33
b. Sering
1
3,33
c. Jarang
15
50
d. Tidak Pernah
13
43,34
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa separuhnya (50%) siswa jarang
mejeng di mall dengan memakai baju seragam. Selanjutnya, sebagian kecil
(43,34) siswa tidak pernah mejeng di mall dengan memakai baju seragam,
sedikit (3,33%) siswa menjawab sering dan selalu mejeng di mall dengan
memakai baju seragam. Hal ini dalam hal siswa mejeng di mall dengan
memakai baju seragam dikatakan sudah cukup.
Peran guru PAI sebagai Motivator
Tabel 17
Menegur siswa yang tidur di dalam kelas pada saat pembelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
14
a.
Selalu
12
40
b.
Sering
11
36,67
c.
Jarang
7
23,33
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Tabel 23 ini dapat diketahui bahwa sebagian kecil (40%) guru selalu
menegur siswa ketika tidur di dalam kelas pada saat pembelajaran, dan
57
sebagian kecil juga (36,67) guru sering menegur siswa yang tidur di dalam
kelas pada saat pembelajaran, begitu juga sebagian kecil lainnya (23,33) guru
jarang menegur siswa yang tidur di dalam kelas pada saat pembelajaran, dan
tidak sama sekali (0%) guru tidak pernah menegur siswa yang tidur di kelas
pada saat pembelajaran. Ini berarti penanaman kedisiplinan siswa di dalam
kelas dengan menegur siswa tidur di dalam kelas sudah bagus, ini terlihat dari
banyaknya guru yang menegur siswa.
Tabel 18
Mengingatkan siswa dalam masalah disiplin
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
15
a.
Selalu
12
40
b.
Sering
14
46,67
c.
Jarang
3
10
d.
Tidak Pernah
1
3,33
30
100%
Jumlah
Menurut Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (46,67%)
siswa menjawab guru sering mengingatkan siswa dalam masalah disiplin, dan
sebagian kecil juga (40%) siswa yang menjawab guru selalu mengingatkan
siswa dalam masalah disiplin. Kemudian, sedikit (10%) siswa yang menjawab
guru jarang mengingatkan siswa dalam masalah disiplin, dan sedikit juga
(3,33%) siswa yang menjawab guru tidak pernah mengingatkan siswa dalam
masalah disiplin. Artinya, usaha guru mengingatkan siswa dalam masalah
disiplin dapat dikatakan cukup.
58
Tabel 19
Memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun
perbuatan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
16
a.
Selalu
15
50
b.
Sering
12
46,67
c.
Jarang
3
3,33
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Menurut tabel di atas dapat diketahui presentase terbesar untuk
pernyataan guru memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan
maupun perbuatan, separuhnya (50%) guru yang selalu memberikan semangat
untuk berdisiplin baik secara lisan maupun perbuatan. Dan sebagian kecil
(46,67%) guru yang sering memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara
lisan maupun perbuatan, sedikit (3,33%) guru yang jarang
memberikan
semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun perbuatan, dan tidak sama
sekali (0%) guru yang tidak pernah memberikan semangat untuk berdisiplin
baik secara lisan maupun perbuatan. Ini berarti upaya penanaman kedisiplinan
dengan pemberi semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun
perbuatan sudah bagus.
No
Tabel 20
Langsung menegur, pada saat siswa melakukan kesalahan
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
17
a.
Selalu
6
20
b.
Sering
11
36,67
c.
Jarang
13
43,33
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
59
Tabel 26 ini dapat diketahui bahwa sebagian kecil (43,33%) guru yang
jarang langsung menegur siswa pada saat melakukan kesalahan. Begitu pula
yang menjawab sering sebagian kecil lainnya (36,67) guru yang sering
menegur siswa pada saat melakukan kesalahan, dan sedikit (20%) guru yang
selalu menegur siswa pada saat melakukan kesalahan. Menegur siswa pada saat
melakukan kesalahan sebagai motivator guru PAI dapat dikatakan cukup baik,
dan harus dapat ditingkatkan lagi.
Tabel 21
Berpakaian rapi dan sopan setiap hari
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
18
a.
Selalu
19
63,33
b.
Sering
11
36,67
c.
Jarang
0
-
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Tabel 27 ini dapat diketahui bahwa sebagian besar (63,33%) siswa
menjawab bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar,
sebagian kecil (36,67) siswa menjawab guru sering berpakaian rapi dan sopan
pada saat mengajar, dan tidak ada sama sekali (0%) siswa yang menjawab guru
jarang dan tidak pernah berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar.
Presentase ini berarti bahwa usaha sekolah untuk menanamkan sikap disiplin
melalui keteladanan guru dalam berpakaian sudah bagus dan ini dapat menjadi
contoh untuk siswa khususnya dalam memakai seragam sekolah.
60
Tabel 22
Hadir sebelum bel masuk sekolah berbunyi
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
19
a.
Selalu
2
6,67
b.
Sering
9
30
c.
Jarang
18
60
d.
Tidak Pernah
1
3,33
30
100%
Jumlah
Menurut tabel di atas, sebagian besar (60%) siswa menjawab guru yang
jarang hadir sebelum bel berbunyi, sebagian kecil (30%) guru yang sering hadir
sebelum bel berbunyi, sedikit (6,67%) guru yang selalu hadir sebelum bel
berbunyi, dan sedikit juga (3,33) guru yang selalu hadir sebelum bel berbunyi.
Ini berarti kehadiran guru sebelum bel berbunyi sebagian upaya penanaman
disiplin dapat dikatakan cukup bagus.
Tabel 23
Mengumpulkan tugas siswa setelah pembelajaran selesai
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
20
a.
Selalu
9
30
b.
Sering
13
43,33
c.
Jarang
8
26,67
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar (68,3) siswa menjawab guru
sering mengumpulkan tugas siswa seletah pembelajaran selesai, sebagian kecil
(30%) siswa selalu menjawab guru sering mengumpulkan tugas siswa setelah
pembelajaran selesai, sebagian kecil juga (26,67%) guru jarang mengumpulkan
tugas siswa setelah pembelajaran selesai, sedikit (9,7) guru yang sering
61
mengembalikan tugas siswa tepat waktu, dan sedikit juga (4,9) guru yang tidak
pernah mengembalikan tugas siswa tepat waktu bisa dikatakan cukup dan
perlu ditingkatkan lagi karena hal ini dapat memotivasi siswa untuk
mengumpulkan tugasnya kepada guru tepat waktu.
No
Tabel 24
Memberikan nilai tepat waktu
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
21
a.
Selalu
3
10
b.
Sering
15
50
c.
Jarang
11
36,67
d.
Tidak Pernah
1
3,33
30
100%
Jumlah
Tabel 30 ini dapat diketahui bahwa separuhnya (50%) siswa yang
menjawab sering guru memberikan nilai tepat waktu, sebagian kecil (36,67%)
siswa menjawab jarang guru memberikan nilai tepat waktu, sedikit (10%)
siswa menjawab guru selalu memberikan nilai tepat waktu, dan sedikit juga
(3,33) siswa menjawab guru tidak pernah memberikan nilai tepat waktu. Dari
keterangan di atas maka tindakan guru memberikan nilai tepat waktu sudah
bagus.
No
22
Tabel 25
Memeriksa kehadiran siswa setiap pagi
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
a.
Selalu
18
60
b.
Sering
9
30
c.
Jarang
3
10
d.
Tidak Pernah
0
-
Jumlah
30
100%
62
Tabel di atas memberikan keterangan bahwa sebagian besar (60%) guru
yang selalu memeriksa kehadiran siswa, sebagian kecil (30%) guru yang sering
memeriksa kehadiran siswa, dan sedikit (10%) guru yang jarang memeriksa
kehadiran siswa. Ini berarti peran guru sebagai motivator melalui pengawasan
dalam pemeriksaan kehadiran siswa setiap pagi bisa dikatakan cukup bagus.
Tabel 26
Memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat
No
23
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
a.
Selalu
8
26,67
b.
Sering
8
26,67
c.
Jarang
12
40
d.
Tidak Pernah
2
6,66
Jumlah
30
100%
Tabel 32 ini menunjukkan bahwa sebagian kecil (40%) siswa menjawab
guru jarang memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat, sebagian
kecil (26,67%) siswa menjawab guru selalu dan sering memeriksa kembali
kehadirn siswa setelah jam istirahat, dan sedikit (6,66%) siswa yang menjawab
guru tidak pernah memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat.
Dari keterangan di atas berarti peran guru pai sebagai motivator
melalui
pemeriksaan kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat bisa dikatakan
cukup dan perlu ditingkatkan lagi karena melalui usaha ini dapat dicegah siswa
yang bermaksud untuk membolos setelah jam istirahat.
63
Tabel 27
Mencatat siswa yang terlambat datang ke sekolah
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
24
a.
Selalu
9
30
b.
Sering
15
50
c.
Jarang
6
20
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan presentase terbesar bahwa separuhnya
(50%) siswa yang menjawab guru sering mencatat siswa yang terlambat.
Sebagian kecil (30%) siswa yang menjawab guru selalu mencatat siswa yang
terlambat, sedikit (20%) siswa yang menjawab jarang mencatat siswa yang
terlambat. Ini berarti usaha penanaman kedisiplinan siswa dalam hal
kedatangan siswa bisa dikatakan cukup.
Tabel 28
Mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut gondrong secara rutin
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
25
a.
Selalu
8
26,67
b.
Sering
15
50
c.
Jarang
7
23,33
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan presentase terbesar separuhnya (50%) siswa
menjawab guru sering mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut gondrong
secara rutin, sebagian kecil (26,67%) siswa menjawab guru selalu mengadakan
pemeriksaan pakaian dan rambut gondrong secara rutin, begitu juga sebagian
kecil (23,33%) siswa menjawab guru jarang mengadakan pemeriksaan pakaian
64
dan rambut gondrong secara rutin. Dari keterangan di atas maka tindakan guru
mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut gondrong secara rutin sudah
cukup bagus.
Tabel 29
Mengadakan razia seperti: handphone, benda-benda tajam, bacaan porno
serta obat-obatan terlarang
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
26
a.
Selalu
5
16,66
b.
Sering
17
56,67
c.
Jarang
8
26,67
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan presentase terbesar sebagian besar (56,67%)
siswa menjawab guru sering melakukan razia handphone, benda-benda tajam,
bacaan porno serta obat-obatan terlarang, sebagian kecil (26,67%) siswa
menjawab guru jarang melakukan razia handphone, benda-benda tajam, bacaan
porno serta obat-obatan terlarang, dan sedikit (16,66%) siswa menjawab guru
selalu melakukan razia handphone, benda-benda tajam, bacaan porno serta
obat-obatan terlarang. Dari keterangan di atas maka tindakan guru melakukan
razia handphone, benda-benda tajam, bacaan porno serta obat-obatan terlarang
sudah cukup.
No
27
Tabel 30
Memukul siswa yang terlambat hadir di sekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
a.
Selalu
0
-
b.
Sering
1
3,33
c.
Jarang
9
30
d.
Tidak Pernah
20
66,67
30
100%
Jumlah
65
Tabel 36 ini dapat diketahui bahwa sebagian besar (66,67%) guru tidak
pernah memukul siswa yang terlambat hadir di sekolah. Sebagian kecil (30%)
guru jarang memukul siswa yang terlambat hadir di sekolah, dan sedikit sekali
(3,33%) guru sering memukul siswa yang terlambat hadir di sekolah. Memukul
siswa yang terlambat hadir di sekolah dapat dikatakan cukup.
Tabel 31
Memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
28
a.
Selalu
4
13,33
b.
Sering
17
56,67
c.
Jarang
6
20
d.
Tidak Pernah
3
10
30
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan presentase terbesar sebagian besar (56,67%)
guru sering memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah, sedikit (20%)
guru jarang memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah, sedikit juga
(13,33%) guru selalu memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah, dan
begitu juga sedikit lainnya (10%) guru tidak pernah memarahi siswa yang
terlambat hadir di sekolah. Ini berarti peran guru sebagai motivator dengan
memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah sudah cukup.
Tabel 32
Memberikan pujian kepada siswa yang mentaati peraturan sekolah
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
29
a.
Selalu
15
50
b.
Sering
11
36,67
c.
Jarang
4
13,33
d.
Tidak Pernah
0
-
30
100%
Jumlah
66
Tabel tersebut menunjukkan separuhnya (50%) guru selalu memberikan
pujian kepada siswa yang mentaati peraturan. Selanjutnya, sebagian kecil
(36,67%) guru yang menjawab sering memberikan pujian kepada siswa yang
mentaati peraturan, sedikit (13,33%) guru jarang memberikan pujian kepada
siswa yang mentaati peraturan, dan tidak sama sekali (0%) guru tidak pernah
memberikan pujian kepada siswa yang mentaati peraturan. Pemberian pujian
kepada siswa yang mentaati peraturan pada pelaksanaannya berarti sudah
cukup bagus.
Tabel 33
Memberikan penghargaan kepada siswa yang mentaati peraturan sekolah
No
30
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentasi (P)
a.
Selalu
4
13,33
b.
Sering
8
26,67
c.
Jarang
14
46,67
d.
Tidak Pernah
4
13,33
Jumlah
30
100%
Tabel 30 ini dapat diketahui bahwa sebagian kecil (46,67%) siswa yang
mengatakan bahwa guru jarang memberikan penghargaan kepada siswa yang
mentaati peraturan, sebagian kecil lainnya (26,67%) siswa menjawab guru
sering memberikan penghargaan kepada siswa yang mentaati peraturan, sedikit
(13,33%) siswa menjawab guru selalu dan tidak pernah memberikan
penghargaan kepada siswa yang mentaati peraturan. Ini berarti pemberian
hadiah sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kedisiplinan siswa sudah
cukup.
67
C. Interpretasi Data
Berdasarkan data keseluruhan yang telah diuraikan pada temuan
penelitian, dapat diketahui bahwa peran guru PAI sebagai motivator dalam
meningkatkan disiplin siswa yaitu pada aspek kerapian berpakaian sebagian
besar (53,34%) siswa menjawab selalu memakai seragam sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan di sekolah,
Sedangkan untuk aspek disiplin dalam belajar separuhnya (50%) siswa
masuk tepat waktu setelah bel masuk berbunyi, sebagian kecil (46,67%) siswa
jarang keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai, dan sebagian besar
(53,33%) siswa sering mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan.
Selanjutnya untuk aspek disiplin siswa dalam tingkah laku, yaitu
sebagian besar (56,67%) siswa selalu mengikuti upacara bendera dengan rutin,
sebagian besar (76,67%) siswa sering mengikuti upacara bendera sambil
bercanda,
separuhnya (50%) siswa jarang tidak berbicara ketika pembina
upacara menyampaikan amanat upacara, separuhnya (50%) siswa selalu
berbaris rapi pada saat upacara, separuhnya (50%) siswa jarang membuat
keributan diluar jam pelajaran, sebagian kecil (43,34) siswa sering langsung
bergegas pulang, ketika jam pelajaran selesai, sebagian besar (53,33%) siswa
jarang terlibat tawuran antar sekolah, sebagian kecil (43,33) siswa jarang
merokok di luar jam sekolah, dan sebagian kecil (43,34%) siswa tidak pernah
mejeng di mall dengan memakai baju seragam sekolah.
Aspek keempat dari peran guru PAI sebagai motivator dalam
meningkatkan disiplin siswa adalah aspek membimbing, yaitu sebagian kecil
(40%) guru selalu menegur siswa ketika tidur di dalam kelas pada saat
pembelajaran, sebagian kecil juga (46,67%) guru sering mengingatkan siswa
dalam masalah disiplin, sebagian kecil (46,67%) guru sering memberikan
semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun perbuatan, dan sebagian
kecil lainnya (43,33%) guru jarang langsung menegur saya, pada saat saya
melakukan kesalahan.
Aspek kelima peran guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan
disiplin siswa adalah aspek contoh dan tauladan, yaitu sebagian besar (63,33%)
68
siswa yang menjawab bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan pada saat
mengajar, sebagian besar (60%) siswa menjawab jarang guru hadir sebelum bel
berbunyi,
sebagian
kecil
(43,33%)
siswa
menjawab
sering
guru
mengembalikan tugas siswa tepat waktu, dan separuhnya (50%) guru sering
memberikan nilai tepat waktu.
Selanjutnya, dari aspek mengawasi
mendapatkan jawaban sebagian
besar (60%) guru selalu memeriksa kehadiran siswa setiap pagi, sebagian kecil
(40%) guru jarang memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat,
separuhnya (50%) guru sering mencatat siswa yang terlambat datang ke
sekolah, separuhnya (50%) guru sering mengadakan pemeriksaan pakaian dan
rambut gondrong secara rutin, dan sebagian besar (56,67%) Guru sering
mengadakan razia seperti: handphone, benda-benda tajam, bacaan porno serta
obat-obatan terlarang.
Sedangkan aspek ketujuh dari peran guru PAI sebagai motivator dalam
meningkatkan disiplin siswa adalah aspek hukuman sebagian besar (66,67%)
siswa menjawab guru tidak pernah memukul siswa yang terlambat hadir di
sekolah, dan sebagian besar (56,67%) guru sering memarahi siswa yang
terlambat hadir di sekolah.
Aspek terakhir yaitu pemberian ganjaran mendapatkan jawaban
separuhnya (50%) siswa menjawab guru selalu memberikan pujian kepada
siswa yang mentaati peraturan, dan sebagian kecil (46,67%) siswa menjawab
jarang guru memberikan pujian kepada siswa yang mentaati peraturan.
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan penelitian dan melakukan pengolahan terhadap data
yang penulis peroleh, maka tahap akhir dari penyusunan skripsi ini adalah
memberikan kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan keseluruhan skripsi ini ditemukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Peranan guru PAI SMP Nusantara Plus dalam memotivasi siswa untuk
meningkatkan disiplin siswa adalah sangat baik karena dalam menjalankan
perannya sebagai motivator dalam meningkatkan disiplin siswa dalam
aspek membimbing yaitu sebagian kecil (40%) persepsi siswa menjawab
guru selalu menegur siswa ketika tidur di dalam kelas pada saat
pembelajaran, sebagian kecil juga (46,67%) persepsi siswa menjawab guru
sering mengingatkan siswa dalam masalah disiplin dan guru sering
memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun
perbuatan, dan sebagian kecil lainnya (43,33%) persepsi siswa menjawab
guru jarang langsung menegur saya, pada saat saya melakukan kesalahan.
Selain itu dalam menjalankan perannya sebagai motivator untuk
meningkatkan disiplin siswa, guru memberikan contoh dan tauladan
dengan berpakaian rapi dan sopan setiap hari, yaitu sebagian besar
69
70
(63,33%) persepsi siswa menjawab bahwa guru selalu berpakaian rapi dan
sopan pada saat mengajar, sebagian besar (60%) persepsi siswa menjawab
guru jarang hadir sebelum bel berbunyi, sebagian kecil (43,33%) persepsi
siswa menjawab guru sering mengembalikan tugas siswa tepat waktu, dan
separuhnya (50%) guru sering memberikan nilai tepat waktu.
Selanjutnya, dari aspek mengawasi
mendapatkan jawaban
sebagian besar (60%) persepsi siswa menjawab guru selalu memeriksa
kehadiran siswa setiap pagi, sebagian kecil (40%) persepsi siswa
menjawab guru jarang memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam
istirahat, separuhnya (50%) persepsi siswa menjawab guru sering mencatat
siswa yang terlambat datang ke sekolah, separuhnya (50%) persepsi siswa
menjawab guru sering mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut
gondrong secara rutin, dan sebagian besar (56,67%) persepsi siswa
menjawab Guru sering mengadakan razia seperti: handphone, benda-benda
tajam, bacaan porno serta obat-obatan terlarang. Sedangkan aspek
memberikan hukuman dari peran guru PAI sebagai motivator dalam
meningkatkan disiplin siswa adalah aspek hukuman sebagian besar
(66,67%) persepsi siswa menjawab siswa menjawab guru tidak pernah
memukul
siswa yang terlambat hadir di sekolah, dan sebagian besar
(56,67%) persepsi siswa menjawab guru sering memarahi siswa yang
terlambat hadir di sekolah. Aspek terakhir yaitu pemberian ganjaran
mendapatkan jawaban separuhnya (50%) persepsi siswa menjawab guru
selalu memberikan pujian kepada siswa yang mentaati peraturan, dan
sebagian kecil
(46,67%)
persepsi
siswa
menjawab jarang guru
memberikan pujian kepada siswa yang mentaati peraturan. Namun dalam
memberikan bimbingan dan memberi ganjaran dikatakan cukup, karena
aspek-aspek ini pada pelaksanaannya belum menyeluruh.
2. Disiplin siswa dalam menjalankan peraturan-peraturan yang ada di sekolah
adalah baik. Hal ini dilihat dari aspek kerapihan berpakaian siswa
menjawab (53,34%) sebagian besar siswa selalu memakai seragam sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan di sekolah. Sedangkan untuk aspek
71
disiplin dalam belajar separuhnya (50%) siswa masuk tepat waktu setelah
bel masuk berbunyi, sebagian kecil (46,67%) siswa jarang keluar kelas
ketika jam pelajaran belum selesai, dan sebagian besar (53,33%) siswa
sering mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan. Selanjutnya
untuk aspek disiplin siswa dalam tingkah laku, yaitu sebagian besar
(56,67%) siswa selalu mengikuti upacara bendera dengan rutin, sebagian
besar (76,67%) siswa sering mengikuti upacara bendera sambil bercanda,
separuhnya (50%) siswa jarang tidak berbicara ketika pembina upacara
menyampaikan amanat upacara, separuhnya (50%) siswa selalu berbaris
rapi pada saat upacara, separuhnya (50%) siswa jarang membuat keributan
diluar jam pelajaran, sebagian kecil (43,34) siswa sering langsung
bergegas pulang, ketika jam pelajaran selesai, sebagian besar (53,33%)
siswa jarang terlibat tawuran antar sekolah, sebagian kecil (43,33) siswa
jarang merokok di luar jam sekolah, dan sebagian kecil (43,34%) siswa
tidak pernah mejeng di mall dengan memakai baju seragam sekolah.
Namun masih ada siswa yang sering mengobrol dengan teman pada saat
guru menerangkan dan masih ada siswa yang sering mengikuti upacara
bendera sambil bercanda.
Dengan demikian kesimpulannya adalah bahwa guru PAI sudah
berperan penting dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah SMP
Nusantara Plus. Walaupun masih ada siswa yang melanggar tetapi masi
dapat teratasi dengan adanya peran guru PAI melalui contoh tauladan,
bimbingan dan pengawasan, maka disiplin siswa baik sekali (meningkat).
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan oleh penulis, maka
penulis memberikan saran-saran antara lain sebagai berikut:
1. Kepada guru PAI diharapkan dapat meningkatkan dan bahkan tetap
mempertahankan peran guru sebagai motivator , sehingga disiplin yang
dilakukan siswa sudah terjaga dan dapat tertanam dalam diri siswa
sehingga menjadi karakteristik siswa.
72
2. Bagi siswa hendaknya mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolah Dan perlu ditingkatkan dalam disiplin siswa agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang ada di sekolah. sehingga siswa menjadi
terbiasa disiplin dan motivasi yang tertanam dalam diri siswa adalah
motivasi instrinsik.
DAFTAR PUSTAKA
Achin,
Amir. Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, Ujung
Pandang:IKIP. Ujung Pandang Press,1990. Cet.Ke-2.
Ahmadi, Abu dan Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta:Rineka
Cipta,2004,Cet.Ke-2.
, dan A Ahmad Rohani Pedoman Penyelenggaraan Administrasi
Pendidikan Sekolah, Jakarta:Bumi Aksara,1991.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriono. Psikologi Belajar, Jakarta:PT Rineka
Cipta,2000.
Alex, Nitisemito S. Menejemen Personalia, Jakarta: Balai Aksara,1984, cet.Ke-5.
An-Nawawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, Jakarta:gema insani press,1995,Cet.1.
Darajat,
Zakiah.
Metodologi
Pengajaran
Agama
Islam,
Jakarta:Bumi
Aksara,1996,Cet.Ke-1.
. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta:bulan
bintang,1975.
. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:Bumi
Aksara,1995,Cet.Ke-2.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2004.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta:PT.Delta Pamungkas,2004, jilid IV.
El Shirazi, Habiburrahman. “Mencintai Disiplin” dalam Seputar Indonesia,
Jakarta: 11 Februari 2010.
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2004, Cet.Ke-2.
Hady, Aslam. Pengantar Filsafat Agama, Jakarta:rajawali,1986.
Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetetif,
Jakarta:Bumi Aksara,2002.
Hasbullah, Dasar- dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006, cet. 5
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bumi
Aksara,2009).
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/12/menangkal-pelanggaran-disiplin-dantata-tertib-sekolah/
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2.Terj dari Child Development
Sixth Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Jakarta: Erlangga.
IskandarPsikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, Ciputat: Gaung Persada
Press, 2009, Cet. 1.
Kasan, Tholib. Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, Jakarta:Studia Press.
Madjid, Nurcholish. Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997.
Malik, Oemar Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, .
Manaf, Mudjahid abdul. Sejarah Agama-Agama, Jakarta:PT
Raja Grafindo
Persada,1996.
M,
Sardiman A. Interaksi dan Motivasi belajar-Mengajar, Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada,2003, Cet.10.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidkan, Jakarta: Rineka Cipta,2004,
Cet.Ke-4.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan, Bandung:PT .Remaja Rosdakarya,2005, Cet.1.
Musbikin, Imam. Guru yang Menakjubkan, Jogjakarta: Buku Biru,2010, Cet.1.
Nakila , Manfaat Disiplin, http://axel-nakila-hiariej.blogspot.com/2009/04/15manfaat-disiplin.html
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997,cet.3.
,
Pendidikan
Press,2005,cet.1.
Dalam
Perspektif
Hadits,
Jakarta:UIN
Nata,
Abuddin. Prespektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid(study
pemikiran al-ghazali), Jakarta: PT Raja Grafindo,2001.
Nizar, Samsul Al-Rasyid. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis, dan Praktis, Jakarta:PT Ciputat Press, 2005, Cet Ke-2.
Nizar, Samsul Al-Rasyid. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis, dan Praktis, Jakarta:PT Ciputat Press, 2005, Cet Ke-2.
Nurdin, Muhammad. KIat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta:Prisma Sophie
Jogjakarta,1995.
Nurdin, Syafruddin. Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Ciputat Pers,2002, cet.1.
Pearce, John. Mengatasi Perilaku Buruk dan Menanamkan Disiplin pada Anak,
Jakarta:Arcan,1999.
Pidarta, Made. Peran Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Jakarta: Gramedia
Widia Sarana Indonesia, 1995.
Pusat Bahasa Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002, ed.3, cet.2.
, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Ed. 3.
Rusyadi, T. Menjadi Guru Tauladan, Cianjur: Kendala Cipta, 1996.
Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan, Jakarta:CV.Pedoman Ilmu Jaya,1999.
Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. 2.
Sahertian, Piet A. Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,
1994, Cet ke-1.
Santrock, John w. Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psycologi, oleh
Tri Wibisono B.S., Jakarta: Kencana, 2010, Ed, 2, Cet. 3.
Sobur, Alex. Anak Masa Depan, Bandung: Penerbit Angkasa, 1986,Cet.Ke-21.
Sobur,
Alex. Pembinaan Anak dalam Keluarga, Jakarta:BPK Gunung
Mulia,1988.
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relefan Dan Bermutu, Jakarta:
Balai Pustaka, cet.1.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006, Ed. Baru.
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk
Praktek
Profesional, Bandung:Angkasa,1993, Cet.1.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,1999,Cet.4.
Taneko, Soleman B,
Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, Jakarta: Rajawali, 1990, Ed. 1, Cet. 2.
Tohaputra, Ahmad. Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Ayat Pojok Bergaris)
Departemen Agama RI, Semarang: Asy Syifa, 1998.
Tu’u, Tulus. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:PT
Gramedia Widia Sarana Indonesia.2004.
Usman,
Moh
Uzer.
Menjadi
Guru
Profesional,
Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,2003.
tp://dhunalsblog.blogspot.com/2010/12/kiat-menangkal-pelanggaranketertiban.html
Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafingo Persada,
2007.
Yamin,
Martinis Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta:Gaung
Persada Press, 2006, Cet,2.
Zuhaili,
Muhammad.
Pentingnya
Pendidikan
Jakarta:A..H.Ba’adillah Press, 2002.
Islam
Sejak
Dini,
ANGKET PENELITIAN
PERAN GURU PAI SEBAGAI MOTIVATOR DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA DI SMP NUSANTARA
PLUS CIPUTAT
I.
II.
Identitas
1. Nama
:
2. Kelas
:
3. Jenis kelamin
:
Petunjuk pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama
2. Angket ini bertujuan untuk mengumpulkan data dalam rangka
penyelesaian karya ilmiah/skripsi, oleh karena itu dimohon siswa/i
mengisi angket ini dengan sejujurnya.
3. Jawaban siswa/i dijamin kerahasiaannya.
4. Cara pengisian ini dengan memberikan tanda check list (√ ) untuk
alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai.
5. Ketentuan prihal jawaban :
a. (SL)
Selalu
b. (SR)
Sering
c. (J)
Jarang
d. (TP)
Tidak Pernah
ANGKET PENELITIAN
PERAN GURU PAI SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MENINGKATKAN
DISIPLIN SISWA DI SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT
NO
1
Pernyataan
Saya memakai seragam sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan di sekolah
2
Saya masuk kelas tepat waktu setelah bel masuk
berbunyi
3
Saya keluar kelas ketika jam pelajaran belum
selesai
4
Siswa mengobrol dengan teman pada saat guru
menerangkan pelajaran
5
Saya mengikuti upacara bendera dengan rutin
6
Saya mengikuti upacara bendera sambil bercanda
7
Saya berbicara ketika pembina upacara
menyampaikan amanat upacara
8
Saya berbaris rapi pada saat upacara
9
Saya membuat keributan di luar jam pelajaran
10
Saya langsung bergegas pulang, ketika jam
pelajaran selesai
11
Saya terlibat tawuran antar sekolah
12
Saya merokok di luar jam sekolah
13
Saya mejeng di mall dengan memakai baju
seragam sekolah
14
Guru menegur saya ketika tidur didalam kelas
SL
SR
J
TDK
pada saat pembelajaran
15
Guru mengingatkan saya dalam masalah disiplin
16
Guru memberikan semangat untuk berdisiplin baik
secara lisan maupun perbuatan
17
Guru langsung menegur saya, pada saat saya
melakukan kesalahan
18
Guru berpakaian rapi dan sopan setiap hari
19
Guru hadir sebelum bel masuk sekolah berbunyi
20
Guru mengumpulkan tugas saya setelah
pembelajaran selesai
21
Guru memberikan nilai tepat waktu
22
Guru memeriksa kehadiran saya setiap pagi
23
Guru memeriksa kembali kehadiran saya setelah
jam istirahat
24
Guru mencatat saya jika terlambat datang ke
sekolah
25
Guru mengadakan pemeriksaan pakaian dan
rambut gondrong secara rutin
26
Guru mengadakan razia seperti: handphone, bendabenda tajam, bacaan porno serta obat-obatan
terlarang
27
Guru memukul siswa yang terlambat hadir di
sekolah
28
Guru memarahi siswa yang terlambat hadir di
sekolah
29
Guru memberikan pujian kepada saya yang
mentaati peraturan ke sekolah
30
Guru memberikan penghargaan kepada saya yang
mentaati peraturan sekolah
INVENTORY KELAS
RUANG:
Kondisi
No
NAMA
BAHAN
JUMLAH
Ruangan
B
S
R
√
1
Meja guru
Kayu +kaca
1
2
Meja siswa
Kayu
20
√
3
Kursi siswa
Tralis+busa
40
√
4
Kersi Guru
1
√
5
White board
1
√
6
AC
1
√
7
Kipas angin
1
√
8
Gambar Presiden
1
√
9
Wakil Presiden
1
√
10
Lampu neon
2
√
11
Vas bunga
1
√
INVENTORY KELAS
RUANG:
No.
NAMA
Jml.
Ukuran P x L
1
Meja guru
8
2
Meja siswa
3
Kondisi Ruangan
B
CB
TB
6x7
√
-
-
1
8x9
√
-
-
Kursi siswa
1
6x7
√
-
-
4
Kursi guru
1
6x7
√
-
-
5
White board
1
6x7
√
-
-
6
1
6x7
√
-
-
7
2
12 x 14
√
-
-
8
1
6x7
√
-
-
Ket.
Download