BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA ARAB DAN

advertisement
BAB II
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA ARAB
DAN PRESTASI BELAJAR
A. Kompetensi Profesional Guru
1.
Pengertian Kompetensi Guru
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, menurut
Broke dan Stone yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa
kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku
guru yang penuh arti.47
Syaiful Sagala dalam bukunya yang berjudul “Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan” mengemukakan bahwa
kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
melalui pendidikan dan latihan.48
Sedangkan E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru” mengatakan bahwa kompetensi
mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada performance dan
perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam
melaksanakan tugas-tugas pendidikan.49
47
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 25.
48
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, cet. kedua
(Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 29.
49
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm, 26.
23
24
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1
ayat 10 disebutkan “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.50
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan
personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah
membentuk
kompetensi
standar
profesi
guru,
yang
mencakup
penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran
yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.51
Syaiful
Sagala mengatakan bahwa
kompetensi
merupakan
peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan
keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan.
Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak dalam melaksanakn tugas/pekerjaannya.52
Rumusan kompetensi tersebut mengandung tiga aspek, yaitu :
a. Kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman,
apresiasi dan harapan yang menjadi ciri dan karakteristik
seseorang dalam menjalankan tugas.
b. Ciri dan karakteristik kompetensi tersebut tampil nyata dalam
tindakan, tingkah laku, dan unjuk kerjanya.
50
Undang-Undang Guru dan Dosen, cet. Ke-1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm.
5.
51
Ibid.
Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 23
52
25
c. Hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas
tertentu.53
Jadi, kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam
menyusun dan mengelola proses pembelajaran di kelas agar tercapai
tujuan dan hasil pembelajaran yang maksimal.
Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan
mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari
keterampilan-keterampilan
mengajar
tertentu,
tetapi
merupakan
penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang
saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata.54
2.
Macam-macam Kompetensi Guru
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, Ayat 3 dan UU No. 14
Tahun 2005 Pasal 10, Ayat 1 menyatakan kompetensi pendidik sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi : (a) kompetensi pedagogik, (b)
kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi
profesional.55
Sedangkan menurut Sanjaya yang dikutip oleh Syaiful Sagala,
kompetensi guru bukan hanya kompetensi pribadi dan kompetensi
profesional, tetapi terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang
53
Ibid.
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm, 31.
55
Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 30.
54
26
guru
meliputi
kompetensi
pribadi,
profesional,
dan
sosial
kemasyarakatan.56
Merujuk pada konsep yang dianut di lingkungan Depdiknas,
sebagai “instructional leader” guru harus memiliki 10 kompetensi, yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
3.
Mengembangkan kepribadian,
Menguasai landasan kependidikan
Menguasai bahan pengajaran
Menyusun program pengajaran
Melaksanakan program pengajaran
Menilai proses dan hasil belajar-mengajar
Menyelenggarakan program bimbingan
Menyelenggarakan administrasi sekolah
Kerjasama dengan sejawat dan masyarakat
Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran.57
Kompetensi Profesional Guru
Istilah profesi yang secara etimologi berasal dari kata profession
berarti pekerjaan. Profesional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli.
Sedangkan secara leksikal, kata profesi mengandung berbagai makna dan
pengertian, antara lain :
a. Profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu
kepercayaan, bahkan suatu keyakinan atas suatu kebenaran
atas kreadibilitas seseorang.
b. Profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan
suatu pekerjaan atau urusan tertentu.58
56
Ibid.
Prof. Dr. Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), hlm. 32.
58
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, cet. Ke 2(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2013), hlm. 2.
57
27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesional
diartikan sebagai berikut : Profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasipendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya)
tertentu. Profesional adalah : (1) bersangkutan dengan profesi, (2)
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, dan (3)
mengharuskan
adanya
pembayaran
untuk
melakukannya
(lawan
amatir).59
Menurut rumusan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005Bab 1
Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi
standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.60
Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan
guru dalam memahami dan menguasai bahan ajar secara mendalam serta
kemampuan
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran,
sehingga
menjadikan pelajar paham akan apa yang diajarkan.
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)
butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
59
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 1104.
60
Undang-Undang Guru dan Dosen, Op. Cit., hlm. 4.
28
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan
nasional.61
Menurut Buchari Alma dkk dalam bukunya yang berjudul “Guru
Profesional” menyebutkan bahwa kemampuan profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam,
serta metode dan teknik mengajar yang sesuai, yang dipahami oleh
murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan.62
Kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata
pelajaran yang diasuh secara luas dan mendalam, sehingga dapat
membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau
keterampilan secara optimal.63
Dalam UU Nomor 14 tentang Guru dan Dosen Pasal 7 ayat 1,
prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut :
a) Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealisme.
b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas.
c) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
d) Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi.
e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja.
g) Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
profesi
berkelanjutan.
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
keprofesionalan.
61
E. Mulyasa, Op. Cit., hal. 135.
Buchari Alma, Guru Profesional (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 142.
63
Marsecus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Jakarta Barat : Indeks, 2011), hal. 43 –
62
44.
29
i) Memiliki organisasi profesi yeng mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesian.64
4.
Ruang Lingkup Kompetensi Profesional
Menurut Slamet PH yang dikutip oleh Syaiful Sagala, Kompetensi
profesional berkaitan dengan bidang studi terdiri dari sub-kompetensi,
antara lain :
a. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk
mengajar.
b. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran
yan tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
c. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi materi ajar.
d. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
e. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan seharihari.65
Sedangkan kompetensi profesional menurut Moh. Uzer Usman
meliputi :
a. Menguasai landasan kependidikan, mencakup :
(1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
a) Mengkaji tujuan pendidikan nasional
b) Mengkaji pendidikan dasar dan menengah
c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan
menengah dengan tujuan pendidikan nasional
d) Mengkaji
kegiatan-kegiatan
pengajaran
yang
menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional
(2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.
a) Mengkaji peranana sekolah sebagai pusat pendidikan
dan kebudayaan
b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan
sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
64
Ali Mudlofir, Op. Cit., hlm. 8.
Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 39.
65
30
b.
c.
d.
e.
c) Mengelola program sekolah yang mencerminkan
sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
(3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
Menguasai bahan pengajaran
(1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
(2) Menguasai bahan pengayaan.
Menyusun program pengajaran, mencakup :
(1) Menetapkan tujuan pembelajaran
(2) Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran
(3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
(4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
(5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
Melaksanakan program pengajaran.
(1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
(2) Mengatur ruangan belajar
(3) Mengelola interaksi belajar mengajar
Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
(1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
(2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.66
Dr. E. Mulyasa dalam buku “Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru” mengemukakan bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru
antara lain :
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan
baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang
menjadi tanggung jawabnya.
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,
media dan sumber belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.67
66
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
hlm. 17-19.
67
E. Mulyasa, Op. Cit., hal. 135
31
Secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi :
1) Standar isi
2) Standar proses
3) Standar kompetensi lulusan
4) Standar sarana dan prasarana
5) Standar pengelolaan
6) Standar pembiayaan
7) Standar penilaian pendidikan
b. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
meliputi :
1) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SKKD)
2) Mengembangkan silabus
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
4) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik
5) Menilai hasil belajar
6) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan
zaman.
c. Menguasai materi standar, yang meliputi :
1) Menguasai bahan pembelajaran (bidang studi)
2) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan)
d. Mengelola program pembelajaran, yang meliputi :
1) Merumuskan tujuan
2) Menjabarkan kompetensi dasar
3) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran
4) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran
5) Melaksanakan pembelajaran
e. Mengelola kelas, yang meliputi :
1) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran
2) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
f. Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi :
1) Memilih dan menggunakan media pembelajaran
2) Membuat alat-alat pembelajaran
3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka
pembelajaran
4) Mengembangkan laboratorium
5) Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran
6) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
g. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi :
1) Landasan filosofis
32
h.
i.
j.
k.
l.
m.
2) Landasan psikologis
3) Landasan sosiologis
Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang
meliputi :
1) Memahami fungsi pengembangan peserta didik
2) Menyelenggarakan ekstra kurikuler (ekskul) dalam rangka
pengembangan peserta didik
3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka
pengembangan peserta didik
Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang
meliputi :
1) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah
2) Menyelenggarakan administrasi sekolah
Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi :
1) Mengembangkan rancangan pendidikan
2) Melaksanakan penelitian
3) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
Menampilkan
keteladanan
dan
kepemimpinan
dalam
pembelajaran.
1) Memberikan contoh perilaku keteladanan
2) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran
Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan.
1) Mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan
dengan kebutuhan peserta didik
2) Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang
relevan dengan kebutuhan peserta didik
Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual,
yang meliputi :
1) Memahami strategi pembelajaran individual
2) Melaksanakan pembelajaran individual.68
B. Bahasa Arab
1. Karakteristik Bahasa Arab
Setiap
bahasa
memiliki
karakteristik
tersendiri
yang
membedakannya dari bahasa lain, juga sebagai kekuatan yang kadang
dalam hal tertentu tak ada tandingannya. Bahasa Arab memiliki
karakteristik yang unik dan universal. Unik artinya bahasa arab memiliki
68
Ibid., hlm.136-138.
33
ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan
universal berarti pula adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan
bahasa lainnya.69
Karakteristik universalitas bahasa Arab antara lain sebagai
berikut:
a. Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam. Keberagaman gaya
bahasa tersebut meliputi :
(1) ragam social/sosiolek, ragam bahasa yang menunjukkan
stratifikasi social ekonomi penuturnya.
(2) beragam geografis, ragam bahasa yang menunjukkan letak
geografis penutur antara satu daerah dengan daerah lain.
(3) ragam idiolek, ragam bahasa yang menunjukkan integritas
kepribadian setiap individu masyarakat.
b. Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan maupun tulisan.
c. Bahasa Arab memiliki system, aturan, dan perangkat yang khas,
dengan kata lain, bahasa itu :
(1) Sistemik, Bahasa memiliki satu system standar yang terdiri
dari sejumlah sub-sub system ( tata bunyi, tata kata, kalimat,
syntax, gramatikal, dsb)
(2) Sistematis, maksudnya setiap bahasa mempunyai aturan-aturan
yang khas.
69
RandliyahZaenudin, MetodedanStrategiAlternatifPembelajaranBahasa Arab, (Cirebon:
STAIN Press Cirebon, 2005), hlm.11
34
(3) Komplit, bahasa mempunyai semua perangkat yang diperlukan
oleh
masyarakat
pemilik
bahasa
itu
dalam
rangka
bersosialisasi antar mereka.
d. Bahasa Arab memiliki system yang arbitrer dan simbolis. Arbitrer
berarti manasuka, artinya tidak terdapat hubungan yang rasional
antara lambang verbal dan acuannya. Dengan sifat simbolis yang
dimiliki
bahasa,
manusia
dapat
mengabstraksikan
berbagai
pengalaman dan pikirannya tentang berbagai hal termasuk hal-hal
yang belum pernah dialaminya sekalipun.
e. Bahasa Arab senantiasa berkembang, produktif, dan kreatif.
f. Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena social
manusia. Sebagai fenomena individual manusia, Bahasa merupakan
ciri khas kemanusiaan. Ia hanya bersifat insani karena hanya
merupakan produk manusia, hanya manusialah yang mempunyai
kemampuan untuk berbahasa. Adapun sebagai fenomena social,
bahasa merupakan konvensi suatu masyarakat pemilik atau pengguna
bahasa itu.70
Disamping
karakteristik
universalitas
bahasa
arab
diatas,
karakteristik bahasa arab yang unik terdapat dalam beberapa hal berikut :
a. Bahasa Arab memiliki bunyi yang konsisten dengan hurufnya.
b. Bahasa Arab memiliki struktur kata yang dapat berubah dan
berproduksi.
70
Ibid.
35
c. Adanya I‟rab dalam struktur kalimat Arab.
d. Gerak tulisan dan bentuk huruf Arab.
e. Bahasa Arab sangat komitmen dengan bilangan (jumlah) dan jenis
kelamin.
f. Bahasa Arab kaya dengan Majazy.
g. Bahasa Arab memiliki keistimewaan dengan gejala berpindahpindahnya makna kata sesuai dengan konteks zaman, tempat dan
kondisi yang berlaku.71
2. Pengajaran Bahasa Arab
Pengajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti proses perbuatan,
cara mengajar atau mengajarkan, perihal mengajar, segala sesuatu
mengenai mengajar. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, pengajaran
adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai
pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yeng belum mengetahui
(pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar.72
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakatberupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Syaikh Mustofa alGhulayaini mengemukakan : Al-lughah al-arabiyyah hiya al-kalimat
allati yuabbiru biha al-arab an aghradlihim (bahasa Arab adalah katakata yang dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan segala tujuan
atau maksud mereka).73
71
Ibid., hlm. 13.
Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode-metodenya)
(Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 5.
73
Ibid, hlm. 6.
72
36
Bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang mengembangkan
keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis untuk memahami dan
mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu
pengetahuan agama, pengetahuan umum, dan sosial budaya.74
Pengajaran
bahasa
Arab
adalah
proses
penyajian
dan
penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru bahasa Arab kepada murid
dengan tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta
dapat mengembangkannya.
3. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab
Ahmad
Pengajaran
muhtadi
Bahasa
Anshor
Arab
dalam
(Media
bukunya
dan
yang
berjudul
Metode-metodenya)
mengemukakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab terbagi menjadi
dua (2), yaitu tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka
pendek (tujuan khusus).75
a. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan dari pelajaran itu sendiri dan yang
bertalian dengan bahan pelajaran tersebut. Tujuan umum pengajaran
bahasa Arab adalah sebagai berikut :
1) Agar siswa dapat memahami al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai
sumber hukum Islam dan ajarannya.
2) Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan
kebudayaan Islam yang ditulis dalam bahasa Arab.
74
Depag RI, Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab (Madrasah Tsanawiyah) (Jakarta :
Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003 ), hlm. 1.
75
Ahmad Muhtadi Anshor,Op. Cit., hlm. 7.
37
3) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab.
4) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain
(suplementary)76
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ialah tujuan yang ingin dicapai mata pelajaran saat
itu, merupakan penjabaran dari tujuan umum dan harus dicantumkan
dalam buku persiapan. Dalam pengajaran bahsa Arab terdapat
beberapa materi pelajaran untuk mencapai tujuan, dintaranya :
percakapan (hiwar), bentuk kata dan struktur kalimat (qawaid),
membaca (qiraah), dan menulis (insya’). Dan setiap materi mempuyai
tujuan masing-masing.77
Secara terperinci, tujuan khusus pengajaran bahsa Arab sebagai
berikut :
(1) Percakapan/dialog (hiwar)
Dalam materi percakapan, guru mengajarkan bahan pelajaran
dalam bentuk dialog yang mengandung mufradat baru dan
struktur yang dipergunakan. Tujuan khusus dari pengajaran ini
adalah :
a) Siswa dapat melengkapi materi hiwar dengan kata-kata
yang sesuai.
b) Siswa dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan tentang
kandungan hiwar.
76
Ibid.
Ibid., hlm. 8
77
38
c) Siswa dapat memilih kata-kata yang tepat untuk
melengkapi kalimat-kalimat yang disediakan yang
berhubungan dengan hiwar.
d) Siswa dapat memilih suatu kata yang maknanya
berbeda dengan tiga kata lainnya.78
(2) Bentuk kata dan struktur kalimat
Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi hiwar.
Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut :
a) Siswa dapat membedakan bentuk fiil dan bentuk
mashdar sharih.
b) Siswa dapat mengubah mashdar sharih dengan
mashdar muawwal dalam kalimat.
c) Siswa dapat mengubah mashdar muawwal dengan
mashdar sharih dalam kalimat.79
(3) Membaca
Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qawaid.
Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut :
a) Siswa dapat membaca bahan pelajaran dengan makhraj
dan intonasi yang baik dan benar.
b) Siswa dapat menyatakan sesuai atau tidaknya suatu
ungkapan yang disediakan dengan kandungan bahan
bacaan.
78
Ibid.
Ibid., hlm. 9.
79
39
c) Siswa dapat menceritakan kembali bahan bacaan dalam
bahasa Indonesia.
d) Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan kandungan bahan qiraah.80
(4) Menulis
Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qiraah.
Adapun tujuan khusus pengajaran materi ini adalah sebagai
berikut :
a) Siswa dapat melengkapi kalimat dengan susunan
mashdar muawwal.
b) Siswa dapat menterjemahkan kalimat-kalimat ke dalam
bahasa Arab yang mengandung mashdar muawwal
c) Siswa dapat menulis kalimat-kalimat yang disediakan
dengan mengubah susunan mashdar muawwal menjadi
mashdar sharih
d) Siswa dapat menjawab pertanyaan yang mengandung
mashdar muawwal
e) Siswa dapat menyusun paragraf dari ungkapanungkapan yang disediakan secara acak.81
Menurut Fuad Effendy dan Fachruddin Djalal yang dikutip oleh
Ahmad Muhtadi Anshor, tujuan pengajaran bahasa Arab dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
80
Ibid., hlm. 10.
Ibid., hlm. 10 – 11.
81
40
a. Tujuan strategis
Tujuan strategis pengajaran bahasa Arab di Indonesia meliputi :
1) Untuk menunjang pembinaan kebudayaan nasional. Tujuan ini
sehubungan dengan peranan bahasa Arab yang cukup berarti
dalam kebudayaan nasional.
2) Untuk menunjang pembangunan nasional, hal ini sehubungan
dengan tujuan pembangunan nasional yang tidak hanya
mementingkan aspek materiil tetapi juga mementingkan aspek
spiritual.
b. Tujuan umum (kurikuler)
Tujuan umum adalah tujuan pengajaran bahasa Arab yang tercantum
dalam kurikulum, antara lain :
1) Pengajaran bahasa Arab sebagai tujuan, dimaksudkan untuk
membina ahli bahasa Arab yang meliputi bidang ilmu bahasa
(linguistik), bidang pengajaran bahasa dan bidang sastra.
2) Pengajaran
bahasa
sebagai
alat,
dimaksudkan
untuk
memberikan kepada siswa kemahiran dalam bahasa Arab.
c. Tujuan khusus (instruksional)
Tujuan khusus yaitu tujuan masing-masing langkah pada setiap pokok
bahasan pada hari dan jam tertentu.82
Sedangkan menurut Moh. Amin dalam seminar nasional bahasa
Arab yang diselenggarakan oleh prodi PBA STAIN Pekalongan, dalam
82
Ibid., hlm.11-12.
41
peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008
tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama
Islam dan Bahasa Arab di Madrasah disebutkan tujuan utama pendidikan
bahasa Arab di madrasah atau sekolah di Indonesia adalah kemahiran
berbahasa bukan tata bahasa.83 Hal ini menyatakan bahwa tujuan mata
pelajaran
bahasa
Arab
adalah
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan yang
mencakup empat kecakapan berbahasa, yaitu menyimak (istima’),
berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
4. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa Arab
Menurut Ahmad Muhtadi Anshor, prinsip-prinsip pengajaran
bahasa Arab antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Prinsip berbicara sebelum menulis
Prinsip kalimat-kalimat dasar
Prinsip pola kalimat sebagai habit
Prinsip ungkapan/kalimat dan bukan kata
Prinsip sistem bunyi untuk digunakan/dipraktekkan
Prinsip kontrol/pembatasan kosakata
Prinsip menulis apa yang sudah dipelajari
Prinsip antara terjemah dan pemakaian bahasa
Prinsip pengajaran gramatika
Prinsip pemilihan materi
Prinsip dari manipulasi ke komunikasi.84
Sedangkan menurut Wa Muna, prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Arab ada tiga (3), yaitu :
83
Moh. Amin, “Mengembangkan Pembelajaran Bahasa Arab yang Efektif”, makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa Arab Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Arab
melalui Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif yang diselenggarakan oleh Prodi
Pendidikan Bahasa Arab STAIN Pekalongan, 24 Mei 2012.
84
Ibid., hlm.13-18.
42
a. Prinsip perencanaan
Sebelum melakukan proses pembelajaran bahasa Arab,
seorang guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta didik, sehingga materi
pelajaran akan tersampaikan secara terstruktur dan terprogram.
b. Prinsip pelaksanaan
Setelah menyiapkan materi, guru harus memperhatikan :
1) Tahapan-tahapan materi
Materi bahasa Arab harus diberikan secara bertahap, mulai
dari yang mudah, agak sukar, kemudian sukar. Hal ini agar
memudahkan siswa dalam memahami materi.
2) Motivasi
Guru bahasa Arab perlu memberikan motivasi kepada
peserta didiknya agar lebih bersemangat dalam belajar
bahasa Arab.
3) Pemberian pujian
Pujian perlu diberikan kepada peserta didik yang berhasil
menyelesaikan tugasnya, agar menjadi motivasi bagi
peserta didik yang lain.
43
c. Prinsip evaluasi
Setelah melakukan proses pembelajaran, guru perlu
mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan dalam pembelajaran.85
5. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Banyak kendala dan problematika bagi mayarakat non Arab
dalam pembelajaran bahasa Arab dengan berbagai karakteristiknya,
karena bahasa Arab bukanlah bahasa yang mudah untuk dikuasai secara
total. Problematika yang sering muncul dalam pembelajaran bahasa Arab
bagi pelajar non Arab terbagi dalam dua bagian, yaitu problematika
linguistik dan non linguistik.86
a. Aspek Linguistik
1) Tata bunyi
Terkait dengan tata bunyi, salah satu problem yang perlu
menjadi perhatian para pelajar non Arab adalah fonem Arab
yang tidak ada padanannya di bahasa Indonesia, Melayu
maupun Brunei, misalnya ‫(ث‬tsa), ‫( ي‬ha), ‫( خ‬kha), ‫( ذ‬dza), ‫ض‬
(dhad), ‫( ص‬sha), ‫( ط‬tha), ‫( ظ‬zha), ‫„( ع‬ain), dan ‫(غ‬ghain). Bagi
pemula, huruf-huruf tersebut tidak mudah, perlu waktu dan
keuletan berlatih. Selain itu, beberapa fonem Indonesia tidak
ada padanannya dalam bahasa Arab, seperti /p/, /g/, dan /ng/,
sehingga bunyi /p/ diucapkan orang Arab dengan ba seperti
85
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta : Teras, 2011), hlm. 7.
AcepHermawan, Metodologi PembelajaranBahasaArab(Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2011), halm, 100.
86
44
kata Jepang menjadi ‫ يابان‬/ Yaban, Spanyol menjadi ‫اسباويا‬
/Asbania; bunyi /g/ diucapkan menjadi ghain atau jim, seperti
kata Garut menjadi ‫ جاروت‬/Jarut, Mongol menjadi ‫مغول‬
/Magul.87
2) Kosakata
Banyak kosakata bahasa Arab yang diadopsi oleh bahasa
Indonesia, tentunya hal ini mempermudah orang Indonesia
dalam memahami dan mengingat makna kosakata tersebut.
Namun demikian, perpindahan makna dari bahasa Indonesia ke
bahasa Arab juga dapat menimbulkan persoalan, antara lain :
a) Pergeseran arti, seperti kata masyarakat berasal dari kata
ً‫ مشارك‬/musyarakah yang artinya adalah keikutsertaan,
partisipasi, atau kebersamaan. Sementara dalam bahasa
Indonesia artinya berubah menjadi masyarakat yang
dalam bahasa Arabnya ialah ‫ مجتمع‬/mujtama’.
b) Lafaznya berubah dari bunyi aslinya, seperti kata kabar
dari kata ‫ خبر‬/khabr, kata mungkin dari kata ‫ممكه‬
/mumkin dan kata mufakat yang berasal dari kata ‫موافقة‬
/muwafaqah.
c) Lafaznya tetap, tetapi artinya berubah, seperti kata ‫كهمة‬
/kalimah yang berarti susunan kata-kata yang bisa
87
Ibid., hlm. 101.
45
memberikan pengertian, berasal dari bahasa Arab ‫كهمات‬
yang berarti kata-kata.
Berkaitan denga kosakata, banyak segi-segi sharaf
(morfologi) dalam bahasa Arab yang tidak terdapat dalam
bahasa
Indonesia, misalnya
konjugasi
(tashrif), sistem
perubahan kata dari satu akar kata yang sama dengan pola-pola
tertentu yang menimbulkan makna tertentu. Seperti fi’il madhi
(kata kerja bentuk lampau) ‫ فتخ‬/fataha memiliki perubahan
sebagai berikut :
Fi’il mudhari’ (kata kerja sedang atau akan)= ‫ يفتخ‬/ yaftahu
Mashdar (kata kerja yang dibendakan) = ‫ فتخ‬/fath
Fi’il amr (kata kerja perintah)= ‫ افتخ‬/iftah
Isim fa’il (kata benda bermakna pelaku) = ‫ فاتخ‬/fatih
Isim maf’ul (kata benda bermakna yang dikenai pekerjaan) =
‫مفتوح‬/maftuh
Untuk bilangan kata benda, dalam bahasa Indonesia
hanya ada dua kategori, yaitu tunggal dan jamak. Sedangkan
dalam bahasa Arab ada tiga kategori, yaitu mufrad (tunggal),
mutsanna (dua/ ganda), dan jama‟ (jamak). Jamak pun dalam
bahasa Arab ada tiga macam, yaitu jama; mudzakar salim
(jamak untuk jenis laki-laki), jama‟ muanats salim (jama‟
untuk jenis perempuan), dan jama‟ taksir (jama‟ tidak
beraturan, baik untuk laki-laki maupun perempuan).
46
Morfologi bahasa Arab tersebut tidak ada persamaanya
dalam bahasa Indonesia, sehingga harus dijelaskan secara
cermat dan teliti dengan menjelaskan kedudukannya sebagai
hal yang kompleks serta perubahan-perubahan tersebut harus
diarahkan penggunaannya dalam kalimat.88
3) Tata kalimat
Untuk dapat membaca dan memahami teks bahasa Arab
dengan benar, tentunya tidak terlepas dari pengetahuan tentang
ilmu nahwu yang berkaitan dengan i‟rab dan bina‟. Selain itu
juga
dalam
penyusunan
kalimat
yang
mencakup
al-
muthabaqoh (kesesuaian), yakni kesesuaian antara mubtada‟ &
khabar, sifat & maushuf, persesuaian dalam mudzakar &
muanats, ma‟rifat & nakirah serta dalam jumlahnya, mufrad,
mutsanna, dan jama‟, juga al-mauqi’iyyah (tata urut kata)
seperti fi’il harus mendahului fa’il, dan khabar (predikat) harus
terletak setelah mubtada’ (subyek) kecuali jika khabar itu
zharaf (keterangan waktu/tempat).
Tata kalimat bahasa Arab memang tidak mudah
dipahami oleh pelajar non Arab, seperti orang Indonesia,
meskipun ia telah menguasai gramatika bahasa Indonesia, ia
tidak akan menemukan perbandingannya dalam bahasa
88
Ibid., hlm. 102-103.
47
Indonesia.89 Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus memberi
perhatian yang lebih banyak agar mampu mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi para pelajar ketika mempelajari bahasa
Arab.
4) Tulisan
Tulisan Arab yang berbeda dengan tulisan Latin juga
menjadi kendala tersendiri bagi pelajar bahasa Arab non Arab.
Tulisan Latin dimulai dari kanan ke kiri, sedangkan tulisan
Arab dimulai dari kiri ke kanan. Huruf Latin hanya memiliki
dua bentuk, yaitu huruf kapital dan huruf kecil, sedangkan
huruf Arab mempunyai berbagai bentuk, yaitu bentuk berdiri
sendiri, awal, tengah, dan akhir.90 Dengan sejumlah perbedaan
tersebut, maka tidak mudah bagi pelajar non Arab untuk
menulis
huruf-huruf
Arab
dan
menuangkannya
dalam
karangan yang panjang dan indah.
b. Aspek non-linguistik
5) Faktor sosio-kultural
Masalah yang mungkin muncul dalam pembelajaran
bahasa Arab bagi orang non Arab (Indonesia) yang belum
mengenal sosial dan budaya bangsa Arab adalah ungkapanungkapan dan istilah-istilah yang tidak terdapat dalam bahasa
Indonesia, misalnya ungkapan :
89
Ibid., hlm. 103-104.
Ibid., hlm. 105.
90
48
‫ بهغ انسيم انزبا‬/balaga al-sail al-zuba
Arti harfiahnya adalah “air bah telah mencapai tempat
tinggi”, namun yang dimaksud yaitu sesuatu yang terlanjur
tidak dapat diulang lagi, seperti ungkapan “nasi telah menjadi
bubur”. Atau ungkapan :
‫ قبم انرماء تمأل انكىاوه‬/qabla al-rima’ tumla’u al-kanain,
yang arti harfiahnya ”sebelum memanah, penuhi dulu tempat
anak panah”, peribahasa ini sama dengan “sedia payung
sebelum hujan”.
Orang Arab dulu sering mengadakan perang sehingga
tercipta peribahasa seperti itu, sedangkan di Indonesia yang
timbul peribahasa lain karena Indonesia sering hujan.
Walaupun mempunyai makna yang sama, namun tercipta dua
peribahasa yang berbeda, hal ini disebabkan karena peribahasa
tersebut berkaitan dengan latar belakang sosio-kultural.
Implikasinya yaitu perlu diusahakan penyusunan materi
bahasa
Arab
yang
mengandung
ha-hal
yang
dapat
menggambarkan keadaan sosio-kultural bangsa Arab. Hal ini
dipandang penting karena wawasan dan pengetahuan tentang
sosiokultural Jazirah Arab dapat mempercepat pemahaman
dalam pembelajaran ungkapan-ungkapan bahasa Arab yang
tidak memiliki persamaan dengan bahasa Indonesia.91
91
Ibid., hlm. 105-106.
49
6) Faktor buku ajar
Faktor penggunaan buku ajar dalam proses pembelajaran
juga menjadi sesuatu yang urgen, karena peranannya sebagai
pendamping
guru
dalam
menentukan
keberhasilan
pembelajaran. Buku ajar yang tidak memperhatikan prinsipprinsip penyajian materi bahasa Arab sebagi bahasa asing akan
menjadi masalah tersendiri dalam pencapaian tujuan. Prinsipprinsip tersebut antara lain :
a) Seleksi, maksudnya buku ajar harus menunjukkan
pemilihan materi yang memang diperlukan oleh pelajar
ditingkat tertentu atau diprioritaskan untuk satuan
pendidikan tertentu.
b) Gradasi, yaitu berjenjang dalam penyajian, mulai dari
materi yang nudah sampai ke materi yang susah.
c) Korelasi, maksudnya setiap unit yang disajikan harus
memiliki sajian harus memiliki kaitan yang saling
menguatkan menjadi paduan yang utuh.
Buku-buku ajar yang banyak digunakan di Indonesia
sebagian ditulis oleh orang Indonesia dan sebagian ditulis oleh
orang Arab asli. Banyaknya buku ajar yang ditulis oleh para
pakar bahasa Arab di Indonesia menunjukkan bahwa motivasi
50
pembelajaran bahasa Arab bagi masyarakat Indonesia cukup
tinggi.92
7) Faktor lingkungan sosial
Belajar bahasa yang efektif adalah membawa pelajar ke
dalam lingkungan bahasa yang dipelajari dan menuntut pelajar
untuk menggunakan bahasa tersebut, sehingga perkembangan
penguasaan bahasa yang dipelajari dapat lebih cepat.93
Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku yang
memiliki bahasa ibu yang berbeda, dan memiliki bahasa
persatuan. Karakteristik bahasa-bahasa ibu dan bahasa
Indonesia yang berbeda dengan bahasa Arab dapat menjadi
salah satu
kendala
bagi
masyarakat
Indonesia dalam
mempelajari bahasa Arab.
Dalam masalah ini, menciptakan lingkungan bahasa
akan menjadi langkah yang tepat dalam pembelajaran bahasa
Arab. Setidaknya pada proses belajar mengajar di kelas, guru
senantiasa mengajak para pelajar untuk menggunakan bahasa
Arab saat menyampaikan materi. Namun, keahlian guru pun
kadang menjadi masalah. Dan sebagai solusinya, guru bahasa
Arab
harus
selalu
meningkatkan
kualitas
keahliannya
denganbanyak mengikuti pelatihan, seminar, diskusi, maupun
banyak membaca buku-buku pendidikan kebahasaaraban.
92
Ibid., hlm. 106-108.
Ibid.,halm. 110.
93
51
Adapun menurut Abdul Mu‟in, problematika pengajaran bahasa
Arab meliputi :
a. Masalah kebahasaan
1) Kesulitan dalam aspek bunyi, dikarenakan adanya fonemfonem bahasa Arab yang tidak ada bandingannya dalam
bahasa Indonesia
2) Kesalahan dalam mendengarkan huruf yang berdekatan
makhrajnya
3) Ada yang tidak sama antara yang didengar dengan yang
tertulis.
b. Masalah psikologis
Secara psikologis, belajar bahasa dilihat dari motivasinya. Pada
umumnya, motivasi warga Indonesia dalam belajar bahasa Arab lebih
cenderung pada motivasi instrumental, yaitu bahasa Arab dipakai
sebagai alat untuk belajar agama Islam. Sehingga pembelajaran lebih
terfokus pada kemampuan membaca dan menulis.
c. Masalah tenaga pengajar dan metode pengajarannya
Tenaga pengajar (guru) bahasa Arab di Indonesia masih banyak
yang tidak sesuai dengan bidangnya, sehingga mereka kurang mampu
menguasai materi dan metode pengajaran bahasa Arab. Metode yang
52
digunakan oleh guru bahasa Arab kebanyakan masih monoton, yaitu
metode gramatikal tarjamah.94
C. Prestasi Belajar
1.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar.
Prestasi adalah hasil yang dicapai setelah mengikuti pendidikan atau
latihan-latihan tertentu.95 Sedangkan belajar secara psikologis, adalah
suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Slameto, pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukanseseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang barusecara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.96
Prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar.97Istilah prestasi belajar ada juga yang
menyebutnya dengan hasil belajar.Prestasi belajar dapat ditunjukkan
melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi
yang telah dipelajari oleh peserta didik.
94
Abdul Mu‟in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta : PT.
Pustaka Al Husna Baru, 2004), hlm. 40-44.
95
IL Passaribu dan B. Simanjutak, Proses Belajar Mengajar (Bandung : Tarsito, 1989),
hlm. 14.
96
Slameto, Op. Cit., hlm. 2
97
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 151.
53
2.
Jenis-jenis Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa.98 Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa
merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh
karena itu, ketiga aspek tersebut menjadi indikator prestasi belajar.99
Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian
siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut.
a. Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif
Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Tipe-tipe prestasi belajar bidang ini meliputi :
1) Tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Pengetahuan ini mencakup aspek-aspek faktual dan ingatan
(sesuatu yang harus diingat kembali). Tipe prestasi belajar
pengetahuan merupakan tipe prestasi belajar yang paling
rendah, namun ini sebagai prasyarat untuk menguasai dan
mempelajari tipe-tipe prestasi belajar yang lebih tinggi.
2) Tipe prestasi belajar pemahaman (comprehention)
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau
arti dari suatu konsep. Pemahaman ada tiga macam, yaitu :
pemahaman
terjemahan,
pemahaman
penafsiran,
dan
98
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
99
Tohirin, Op. Cit., hlm. 151.
215.
54
pemahaman ekstrapolasi (kesanggupan melihat dibalik yang
tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu dan
memperluas wawasan).
3) Tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi)
Tipe prestasi belajar ini merupakan kesanggupan menerapkan
dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam
situasi yang baru.
4) Tipe prestasi belajar analisis
Tipe
prestasi
belajar
analisis
merupakan
kesanggupan
memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis
merupakan tipe prestasi belajar yang kompleks, yang
memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya. Berpikir
konvergent biasanya digunakan untuk menganalisis.
5) Tipe prestasi belajar sintesis
Sintesis merupakan lawan dari analisis. Sintesis adalah
kesanggupan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi
satu integritas. Dalam melakukan sintesis biasanya digunakan
pola berpikir devergent.
6) Tipe prestasi belajar evaluasi
Tipe prestasi belajar evaluasi merupakan kesanggupan
memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan
judgment yang dimilikinya dan kriteria yang digunakannya.
55
Tipe prestasi belajar ini dikategorikan paling tinggi, mencakup
semua tipe prestasi belajar yang telah disebutkan di atas.100
b. Tipe Prestasi Belajar Bidang Afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe prestasi
belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti
atensi atau perhatian pada pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman, kebiasaaan belajar dan lain-lain. Tipe
prestasi belajar bidang afektif mencakup :
1) Receiving atau attending, yakni kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan
seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.
3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan penilaian dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam suatu
sistem organisasi.
5) Karakteristik dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari
semua sistem nilai yang telah dimilki seseorang.101
c. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotor
Tipe prestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Tingkatan
keterampilan itu meliputi :
100
Ibid., hlm. 151-154.
Ibid., hlm. 154-155.
101
56
1) Gerakan refleks
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
3) Kemampuan perspektual
4) Kemampuan di bidang fisik
5) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill
6) Kemampuan
yang
berkenaan
dengan
non
decursive
komunikasi, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.102
3.
Faktor-faktor (aspek) yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa berhubungan dengan
perubahan dalam diri siswa sebagai hasil pengalamannya di lingkungan.
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam (internal)
maupun dari luar (eksternal) individu.103
a. Faktor internal
1) Faktor jasmaniah (fisiologis)
Keadaan umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya,
dapat
mempengaruhi
semangat
dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ
tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta
(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang
atau bahkan tidak membekas. Selain itu, fungsi-fungsi
102
Ibid., hlm.155-156.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1991), hlm. 130.
103
57
jasmani tertentu terutama pancaindera juga berpengaruh
terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.104
2) Faktor psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran siswa, baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Faktor tersebut antara lain :
a) Faktor intelektif yang meliputi :
(1) Faktor
potensial,
yaitu
kecerdasan
(intelegensi) dan bakat
(2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang
telah dimiliki
b) Faktor
non
intelektif,
yaitu
unsur-unsur
kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,
minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian
diri.105
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis106
b. Faktor eksternal
1) Faktor sosial, yang terdiri atas :
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
104
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm. 235.
105
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., hlm. 130.
Ibid.
106
58
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2) Faktor non-sosial
Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami
ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu
(pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan
sebagainya.107
3) Faktor instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana
fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru
dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar
mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa.108
4) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian.
5) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.109
Menurut
Abu
Ahmadi
dan
Widodo
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi tiga (3) macam,
yaitu :
107
Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 233.
AlisufSabri, PsikologiPendidikan, cet. Ke.2 (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm.
108
59-60.
109
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., hlm. 131.
59
a. Faktor-faktor stimuli belajar
Faktor stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu
dalam mengadakan reaksi atau kegiatan belajar. Stimuli ini
mencakup materi pelajaran, tugas, serta suasana lingkungan
eksternal yang harus diterima siswa dalam belajar.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode yang dipakai oleh guru dalam mengajar sangat
berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa, sehingga hasil belajar
siswa pun ikut berpengaruh.
c. Faktor-faktor individual
Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap
pembelajaran siswa, faktor individual meliputi : kematangan fisik,
faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman
sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi
kesehatan rohani, dan motivasi.110
4.
Evaluasi Hasil Belajar / Teknik Penilaian Prestasi Belajar
Pembelajaran merupakan proses yang kondisional, artinya terkait
erat dengan kondisi-kondisi tertentu. Oleh karena itu, hasil belajar siswa
juga terkait dengan kondisi-kondisi tertentu, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar diri siswa.
110
Ibid., hlm. 131-138.
60
Dalam mengevaluasi hasil belajar, guru hendaknya memperhatikan
aspek-aspek psikologis siswa karena kondisi psikologis siswa sangat
berpengaruh dalam aktivitas dan hasil belajarnya.
Penilaian hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik harus dijiwai oleh psikologi pembelajaran. Namun, selain
itu kondisi-kondisi di luar siswa juga turut mempengaruhi hasil
belajarnya.111
5.
Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar
Ada dua macam pendekatan dalam mengevaluasi atau menilai
tingkat keberhasilan/prestasi belajar, yaitu penilaian acuan norma dan
penilaian acuan kriteria.112
a.
Penilaian Acuan Norma (Norm-References Assessment)
Dalam penilain ini, prestasi belajar seorang siswa diukur
dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai
teman-teman sekelas atau sekelompoknya.
b.
Penilaian Acuan Kriteria
Penilaian dengan pendekatan ini merupakan proses
pengukuran
prestasi
belajar
dengan
cara
membandingkan
pencapaian seorang siswa dengan berbagai perilaku ranah yang
telah ditetapkan secara baik sebagai patokan absolut. Artinya, nilai
siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai
oleh
111
teman-teman
sekelasnya,
melainkan
ditentukan
oleh
Tohirin, Op. Cit., hlm. 158.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
112
216-218.
61
penguasaan materi pelajaran sesuai batas yang ditentukan
(ketuntasan kriteria minimum).
6.
Klasifikasi Prestasi Belajar
Klasifikasi prestasi belajar merupakan peringkat pencapaian
prestasi peserta didik selama mereka mengikuti pendidikan.
Pemeringkatan tersebut terdiri atas level 1 sampai 10 sebagaimana
yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 1
Peringkat Prestasi Belajar
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nilai
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Keterangan
Istemewa
Baik sekali
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang dari cukup
Kurang
Kurang sekali
Buruk
Belum mencapai prestasi
Pemeringkatan ini dimaksudkan sebagai alat untuk mengetahui
posisi pencapaian kompetensi atau prestasi belajar pada suatu kurun
waktu tertentu sesuai dengan perkembangan peserta didik yang
bermanfaat bagi pelayanan individual.113
113
Departemen Pendidikan Nasional,Kurikulum Berbasisi Kompetensi (Jakarta :
Depdiknas, 2004), hlm. 17.
Download