BAB II terbaru

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendekatan Keterampilan Proses
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang
skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai
suatu tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dilakukan untuk menjelaskan
materi pelajaran yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa
untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori. Suatu prinsip untuk memilih
pendekatan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 148) adalah belajar melalui
proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna.
Menurut Soli Abimanyu (2008: 2-6) “pendekatan pembelajaran adalah cara
umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian pembelajaran”. Syaiful
Sagala (2009: 69) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan
yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu
satuan instruksional tertentu. Tujuan instruksional tersebut dapat diamati dalam
bentuk hasil belajar siswa.
Muhibin Syah (2004: 139) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran
adalah segala cara atau seperangkat langkah operasional yang direkayasa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar dalam menunjang efektifitas dan
efesiensi proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran menurut Wenno (2008: 50)
merupakan teknik guru dalam menyajikan berbagai materi. Hal ini, dilakukan agar
proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan efektif dan efisien,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan targetnya. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pendekatan dapat dilakukan dengan baik, jika guru dapat memahami materi yang
akan disajikan dan disesuaikan dengan tipe belajar siswa.
7
8
b. Pendekatan Keterampilan Proses
1) Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses menekankan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut Syaiful Sagala (2008: 74) “pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut
menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses”. Keterampilan proses berfungsi sebagai roda penggerak dalam
penemuan
dan
pengembangan
fakta
dan
konsep
serta
penumbuhan
dan
pengembangan sikap dan nilai yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan
kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar.
Pendekatan keterampilan proses menurut E.Mulyasa (2009: 99) adalah
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan
kreativitas peserta didik termasuk keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik
dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut, Dimyati dan
Mudjiono (2006: 138) mengemukakan bahwa pendekatan keterampilan proses
diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan
intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar
yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Penerapan pendekatan dalam proses
belajar mengajar diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar
dalam diri siswa supaya mampu menemukan dan mengelola perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan menekankan pada
bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa mengelola perolehannya, sehingga
menjadi miliknya, dipahami, dimengerti dan diterapkan sebagai bekal dalam
kehidupan dimasyarakat sesuai kebutuhannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan
penemuan menyebabkan pengetahuan dapat bertahan lebih lama, dapat diingat, dan
lebih mudah diterapkan pada situasi baru. Dimyati dan Mudjiono (2006: 43)
mengemukan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi harus
9
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya. Tujuan pembelajaran dari keterampilan proses adalah untuk memperoleh
pengetahuan yang dapat melatih kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan,
dan dapat memotivasi kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baru
diperoleh.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau
intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan
melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan
manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan pengunaan alat
dan bahan, pengukuran, penyusunan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan
siswa dapat berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar denagn keterampilan proses (Nuryani R, 2005: 78).
Menurut Meltem Duran dan Oğuz Özdemir (2010) ilmu pengetahuan dan
pengajaran menjadi efektif apabila siswa memperoleh pengalaman belajar di mana
siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses dan langkah-langkah penelitian ilmiah
harus dimasukkan dalam proses itu. Pengajaran ilmu yang efektif terdiri dari proses
yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan proses penyelidikan ilmiah,
menampilkan kemampuan berpikir kritis dan menginternalisasikan konsep ilmiah dan
prinsip-prinsip.
2) Jenis-jenis Keterampilan Proses
Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 141-145) mengemukakan bahwa
ada dua kelompok keterampilan didalam keterampilan proses, yaitu keterampilan
dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan
dasar terdiri atas enam keterampilan, yaitu mengobservasi, mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan
terintegrasi terdiri atas mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan
data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan
dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, memdefinisikan
variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
10
Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain
tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing
keterampilan proses tersebut. Nuryani R (2005: 80) menyatakan bahwa keterampilan
proses meliputi melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan (interpretasi),
mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), berkomunikasi, berhipotesis,
merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan.
Adrian rustaman (2010: 9) mengemukakan bahwa jenis-jenis keterampilan
antara lain: mengamati, mengklasifikasikan (mengelompokkan), menafsirkan
(interpretasi),
meramalkan
(prediksi),
melakukan
komunikasi,
mengajukan
pertanyaan, mengajukan hipotesis (berhipotesis), merencanakan percobaan/penelitian,
menggunakan
alat/bahan/sumber,
menerapkan
konsep,
melaksanakan
percobaan/penelitian.
a) Melakukan pengamatan (observasi)
Keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam
memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan
tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan
pancaindera dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dengan hasil pengamatan.
b) Mengklasifikasikan
Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah
satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Mengklasifikasikan merupakan
keterampilan proses untuk memilahkan berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifatsifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek
peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengamati meliputi: mencatat setiap
pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan persamaan, mengkontraskan ciri-ciri,
membandingkan, mencari dasar pengelompokan.
11
c) Menafsirkan (interpretasi)
Keterampilan menginterpretasi meliputi: keterampilan mencatat setiap hasil
pengamatan, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola dalam
suatu seri pengamatan kemudian menyimpulkan.
d) Meramalkan (prediksi)
Suatu prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari
mungkin dapat diamati. Jadi, memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi
atau membuat ramalan.
e) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep,
dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.
f) Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat berupa meminta penjelasan tentang apa,
mengapa, bagaimana, atau tentang latar belakang hipotesis.
g) Mengajukan hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan
perkiraan penyebab terjadinya sesuatu. Berhipotesis diungkapkan dengan cara
melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis terkandung cara
mengujinya.
h) Merencanakan percobaan
Suatu percobaan dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan sesuatu
yang berguna dan bermakna, maka diperlukan adanya rancangan percobaan.
Merencanakan percobaan dapat diartikan suatu kegiatan mendeskripsikan variabelvariabel yang dimanipulasi dalam penelitian secara operasional, kemungkinan
variabel yang dikontrol, hipotesis dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan
dari percobaan yang akan dilaksanakan.
12
i) Menerapkan konsep
Menggunakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari dalam situasi baru.
Menggunakan konsep/prinsip pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi.
j) Melakukan percobaan/bereksperimen
Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan
pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, an prinsip ilmu
pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide
tersebut.
Keterampilan proses menciptakan sebuah kontinum penemuan-penemuan
sebagai lawan dari belajar hafalan berarti pengalaman. Keterampilan proses
meningkatkan kualitas dan tingkat pemahaman ilmiah yang dicapai oleh siswa. Ilmu
harus mencakup pengalaman yang melibatkan keterampilan proses, seperti
mengukur, mengamati, mengklasifikasi dan memprediksi. Keterampilan ini sangat
penting dalam pengembangan pemahaman konsep-konsep dan teori ilmiah yang
berharga dan bermanfaat. Pengalaman ini juga penting untuk mencapai keahlian
dalam penggunaan prosedur ilmiah untuk memecahkan masalah dan untuk
menerapkan pemahaman ilmiah kehidupan sehari-hari (Mary L. Ango, 2002).
3) Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses
Kelebihan pendekatan keterampilan proses menurut Syaiful Sagala (2009: 74)
antara lain: a) Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sanat penting
untuk pengetahuan dan masa depan; b) Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa
aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Kelemahan pendekatan keterampilan proses antara lain: a) Memerlukan
banyak waktu sehingga sulit untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang ditetapkan
dalam kurikulum; b) Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga
tidak semua sekolah mampu menyediakannya.
13
c. Metode yang Digunakan dalam Pendekatan Keterampilan Proses
1) Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan
peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan
(Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:137). Lebih lanjut, E.Mulyasa (2009:
110) mengemukakan bahwa metode eksperimen merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahanbahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok.
Eksperimen dilakukan orang agar diketahui kebenaran suatu gejala dan dapat
menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori. Kegiatan eksperimen yang
dilakukan peserta didik merupakan kesempatan meneliti yang dapat mendorong
mereka mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional
serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang dimasa mendatang.
Langkah-langkah dalam metode eksperimen menurut Sumiati dan Asra (2008:
102 adalah:
a) Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan yang akan dicapai siswa.
b) Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
c) Memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.
d) Membicarakan
dengan
siswa
tentang
langkah
yang
ditempuh,
materi
pembelajaran yang diperlukan, variabel yang perlu diamati dan hal yang perlu
dicatat.
e) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen.
f) Menetapkan tindak lanjut setelah eksperimen.
2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Ekperimen
Teknik eksperimen menurut Roestiyah (2001: 82) kerap kali digunakan
karena memiliki keunggulan sebagai berikut:
a) Dengan bereksperimen siswa terlatih menggunkan metode ilmiah dalam
menghadapai segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatau yang
14
belum pasti kebenarannya, tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia
membuktikan kebenarannya.
b) Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh
kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar
sendiri dengan bimbingan guru.
c) Dengan melakukan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori,
sehingga akan mengubah sikap mereka yang percaya tahayul, ialah peristiwaperistiwa yang tidak masuk akal.
Adapun kelemahannya adalah :
a) Memerlukan peralatan yang komplit.
b) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu
yang lama.
c) Menimbulkan
kesulitan
bagi
guru
dan
peserta
didik
apabila
kurang
berpengalaman dalam penelitian.
d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan
menyimpulkan.
Dalam metode eksperimen siswa dituntut untuk selalu aktif mencermati gejala
atau fakta yang muncul dalam eksperimen tersebut selain itu siswa diharapkan akan
memahami inti pokok materi dari hasil pengamatan tersebut.
d. Pendekatan Konvensional
1) Pengertian Pendekatan Konvensional
Pendekatan pembelajaran yang paling disukai dan sering digunakan adalah
pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional dipandang sebagai suatu
aktivitas pemberian informasi yang harus diterima oleh siswa, yang wajib diingat dan
dihafal. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif.
Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar konvensional. Menurut Syaiful Sagala
(2008:78) pendekatan ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku dari
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Siswa
dipandang sebagai objek yang menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Guru
15
menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penejelasan dan
penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah ceramah. Siswa diharapkan
mampu menangkap dan mengungkapkan kembali informasi atau pengetahuan yang
telah diberikan oleh guru.
Ketut Juliantara (2009) mengemukakan bahwa penyelenggaraan pembelajaran
konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi),
daripada modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance
(memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung).
Pendekatan ini menunjukkan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep
bukan kompetensi, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dengan
mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Siswa mengetahui sesuatu
bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa
lebih banyak mendengarkan. Sehingga proses pembelajaran lebih banyak didominasi
guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.
Menurut Epon Ningrum (2009) pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri,
yaitu: a) Pembelajaran berpusat pada guru; b) Terjadi passive learning; c) Interaksi di
antara siswa kurang; d) Siswa belajar secara individual; e) Pembelajaran terlalu
abstrak dan teoritis; f) Siswa menerima informasi secara pasif; g) Tidak didasarkan
pada pengalaman siswa; h) Hasil belajar hanya diukur dari hasil tes kognitif.
Secara garis besar prosedur dalam pendekatan pembelajaran konvensional
menurut Syaiful Sagala (2008: 79-80) yaitu: persiapan, pertautan, penyajian dan
evaluasi.
a) Persiapan (preparation) yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara
sistematik dan rapi.
b) Pertautan (aperception) bahan terdahulu yaitu guru bertanya atau memberikan
uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah
diajarkan.
16
c) Penyajian (presentation) terhadap bahan yang baru, yaitu guru menyajikan
dengan cara member ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah
dipersiapkan diambil dari buku, teks tertentu atau ditulis oleh guru.
d) Evaluasi (evaluation) yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengtan
bahan yang dipelajari, atau siswa disuruh menyatakan kembali ndengan kata-kata
sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari baik lisan maupun tulisan.
2) Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konvensional
Kelebihan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional antara lain:
a) Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
b) Menyampaikan informasi dengan cepat.
c) Membangkitkan minat akan informasi.
d) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
Sedangkan kelemahan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional
antara lain:
a) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.
b) Kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari.
c) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.
d) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak
bersifat pribadi.
e. Metode yang Digunakan dalam Pendekatan Konvensional
1) Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan, informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta
masalah secara lisan. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 116)
mengemukakan bahwa metode ceramah adalah penyajian oleh guru dengan cara
memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Sesuai dengan pernyatan
Nuryani (2005: 104-105) “metode ceramah adalah metode penyampaian bahan
pelajaran secara lisan”. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan,
tidak membutuhkan alat bantu khusus, dan tidak perlu merancang kegiatan siswa.
17
Penggunaan metode ceramah kurang merangsang kreativitas siswa dan tidak
membuat siswa aktif mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan mencari dan
mengolah informasi karena pusat pengajaran berpusat pada guru (teacher center),
guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hakekat mengajar dalam pandangan ini
adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dan siswa dipandang sebagai
obyek penerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan informasi mengenai
suatu materi pelajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan. Siswa
diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh
guru, serta mengungkapkan kembali apa yang diberikan guru melalui respon yang
diberikan pada saat diberi pertanyaan. Metode ceramah akan berhasil baik, bila
didukung oleh metode-metode yang lain. Seperti; tanya jawab, tugas, latihan,
demonstrasi, eksperimen dan metode lainya supaya siswa aktif belajar dan berpikir
mengkonstruksi pengetahuannya (Wenno, 2008: 86).
2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah
Kelebihan metode ceramah menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana
(2001: 118-119) antara lain:
a) Efesien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya.
b) Materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan peralatan.
c) Meningkatkan daya dengar pesa didik dan menumbuhkan minat belajar
dari sumber lain.
d) Guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari
peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan peserta didik.
e) Memberikan wawasan yang luas pada guru karena dapat menjelaskan
topik dengan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode ceramah antara lain:
a) Dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik.
b) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru.
c) Menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus.
d) Informasi yang digunakan mudah usang dan ketinggalan jaman.
e) Tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik.
f) Terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta didik.
18
2. Hasil Belajar Biologi
a) Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur,
yaitu tujuan pembelajaran, pengalaman belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil
belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut tampak
dalam perubahan perilaku yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Rumusan
tujuan pembelajaran berisi hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Belajar merupakan proses suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana,
2005: 22). Hasil belajar Menurut Ella Yulaelawati (2004: 21) mencerminkan
kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman
belajar dalam kompetensi dasar. Syaiful Sagala (2008: 75) mengemukakan bahwa
hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan
keterampilan dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana,
dan mengadakan pembagian kerja. Aktivitas dan produk yang dihasilkan dari proses
belajar ini mendapatkan penilaian.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 176) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup,
bagaimana interaksinya satu sama lain, dan bagaimana interaksinya dengan
lingkungan. Biologi merupakan komponen ilmu pengetahuan alam yang mengkaji
makhlik hidup sebagai objek kajiannya. Tema persoalan biologi berkembang secara
dinamis. Karakteristik ilmu biologi ditentukan oleh objek yang dipelajari dan
permasalahan yang dikaji (D. A Pratiwi, dkk 2007: 2).
19
Berdasarkan pernyatan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar biologi adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar
mengenai ilmu tentang makhluk hidup dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Ranah-ranah Hasil Belajar
Taksonomi Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan belajar
(learning domain) yaitu kognitif (kemampuan atau pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan). Ranah kognitif menyangkut aktivitas otak dan
kemampuan berfikir, ranah afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap dan nilainilai, sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan otot-otot yang terpadu
untuk dapat menyelesaikan suatu tugas.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
(Anas Sudijono, 2005: 50). Menurut Martinis Yamin (2009: 27) tujuan kognitif
berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk dapat menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang
sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Kompetensi aspek kognitif menurut Bloom (Anderson dan Krathwol, 2001:
31) dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi
pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri atas enam jenjang, dari yang rendah ke
yang tinggi. Adapun enam kategori dimensi proses kognitif yaitu:
a) Mengingat (remember), kemampuan menarik kembali pengetahuan dari memori
yang sudah lama seperti kemampuan mengenal dan mengingat kembali.
b) Mengerti (understand), kemampuan mengontruksi arti berdasarkan pengetahuan
awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke skema yang
telah ada dalam pemikiran siswa. Mengerti terdiri dari: menginterpretasi,
memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan,
menerangkan.
20
c) Mengaplikasikan
(apply),
kemampuan
menggunakan
prosedur
guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, meliputi: menjalankan dan
mengimplementasikan.
d) Menganalisis (analyze), kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau obyek
ke bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-bagian
tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dengan struktur atau tujuan
keseluruhan.
Menganalisis
meliputi:
mendeferensiasi,
mengorganisasi,
menemukan pesan tersirat.
e) Mengevaluasi (evaluate), kemampuan membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar, meliputi memeriksa dan mengkritik.
f) Mengkreasi (create), kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk
kesatuan. Mengkreasi meliputi: membuat, merencanakan, memproduksi.
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu:
a) Faktual, unsur dasar yang harus dikenal siswa yaitu disiplin dan penyelesaian
masalah
b) Konseptual, hubungan antara elemen dasar dalam sebuah struktur yang bekerja
sama.
c) Prosedural, bagaimana melakukan sesuatu, cara penyelidikan dan kriteria untuk
menggunakan kemampuan, teknik dan metode.
d) Metakognitif, pengetahuan kognitif meliputi kesadaran dan pengetahuan
kognitifnya sendiri.
Ella Yulaelawati (2004: 59-61) mengemukakan bahwa kawasan kognitif
terdiri dari enam tingkatan. keenam tingkatan tersebut adalah C1 (pengetahuan)
merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya; C2
(pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3 (penerapan) merupakan
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam
situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan kemampuan untuk menguraikan materi
ke dalam komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dipahami; C5
(sintesis) merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu
21
bagian yang utuh dan menyeluruh; C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk
memperkirakan dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu.
2) Ranah Afektif
Hamzah B. Uno, dkk (2001: 9) mengemukakan bahwa hasil belajar kawasan
afektif berkaitan dengan sikap, nilai,-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan
penyesuaian perasaan sosial. Hasil belajar ranah afektif terdiri dari yang paling
sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang
merupakan faktor internal seseorang. Tingkatan kawasan afektif ada lima, dari yang
paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: a) kemauan menerima,
merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu; b)
kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menujuk pada partisipasi aktif
dalam kegiatan tertentu; c) berkeyakinan adalah suatu sikap yang berkenaan dengan
kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu; d) mengorganisasi,
berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda
berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi; e) tingkat karakteristik
(pembentukan pola), menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang
dipegangnya.
Menurut Karthwohl dalam Mimin Haryati (2007: 36-37) ada lima tingkatan
bidang afektif yaitu: a) Penerimaan (receiving), keinginan untuk memperhatikan
suatu fenomena khusus rangsangan (stimulasi) yang mengandung estetika; b)
Tanggapan (responding), merupakan partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu,
bereaksi terhadap fenomena yanga ada; c) Penilaian (valuing), melibatkan penentuan
nilai, kenyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen; d)
Organisasi (organitation), berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem
nilai yang berbeda-beda; e) Karakterisasi (characterization), berkenaan dengan
mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk pola hidup.
3) Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Martinis Yamin (2009: 37) mengemukakan bahwa
22
kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik
yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan
koordinasi antara syaraf dan otot. Kawasan psikomotor dibagi menjadi empat
kategori yaitu: a) Gerakan seluruh badan (gross body movements) yaitu perilaku
seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh;
b) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements) yaitu gerakan yang
dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan
salah satu anggota badan; c) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication); e)
Kebolehan dalam berbicara (speech behavior).
Menurut Hamzah B. Uno, dkk (2001: 12-13) ada enam tingkatan
keterampilan, yakni: a) Persepsi, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif,
motoris, dan lain-lain; b) Kesiapan, perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan
tertentu; c) Gerakan terbimbing, gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu
model; d) gerakan
terbiasa, penampilan respon yang sidah dan sudah menjadi
kebiasaan; e) gerakan kompleks, gerakan yang berada pada tingkat ketrampilan
tertinggi; f) Adaptasi, menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntut
persyaratan tertentu.
Kawasan Psikomotor menurut Winkel W.S (2005: 274) diklasifikasikan
menjadi tujuh tingkatan yaitu: a) Persepsi (perception); b) Kesiapan (set); c) Gerakan
terbimbing (guided response;) d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response); e)
Gerakan kompleks (complex response); f) Penyesuain pola gerakan (adjusment); g)
Kreativitas (creativity). Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan
keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif. Bukti
keberhasilan siswa selain hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa. Hal ini dapat
dilihat dari perubahan perilaku siswa setelah menerima pelajaran dimana ia mampu
mengaplikasikan teori.
23
B. Kerangka Pemikiran
Kegiatan pembelajaran terdapat dua aspek penting yaitu aspek hasil belajar
dan aspek proses belajar. Aspek hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri
siswa sedangkan aspek proses belajar adalah sejumlah pengalaman intelektual,
emosional, dan fisik pada diri siswa. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik
dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar akan tercapai tidak hanya jika siswa mampu menguasai
materi dari segi kognitif saja, tetapi juga mampu menguasai dari segi afektif dan
psikomotor. Untuk itu dibutuhkan pendekatan yang dapat mencakup tiga aspek
tersebut.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan
kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar. Dalam proses pembelajaran biologi
seharusnya tidak semata-mata diarahkan pada penguasaan materi, tetapi juga
menyentuh ranah psikomotor dan ranah attitude dalam wujud sikap dan nilai-nilai
positif. Penggunaan pendekatan keterampilan proses tentunya berpengaruh terhadap
hasil belajar biologi mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Karena siswa terlibat langsung saat pembelajaran dalam memperoleh konsep,
sehingga siswa dapat lebih lama menyimpan konsep yang dipelajari dalam struktur
kognitifnya, dan mampu melihat relevansi dari konsep yang telah dipelajari. Selain
itu, siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
24
Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat dibuat alur kerangka
pemikiran sebagai berikut :
X
x
x
x
X
X
x
X
X1
Y1
X1
Y1
X2
Y1
X2
Y1
X1
Y2
X1
Y2
X2
Y2
X2
Y2
X1
Y3
X1
Y3
X2
Y3
X2
Y3
X
X
Gambar 1 : Skema Paradigma Penelitian
Keterangan:
X
= Pendekatan Pembelajaran
X1
= Pendekatan pembelajaran konvensional
X2
= Pendekatan pembelajaran keterampilan proses
Y1
= Hasil belajar ranah kognitif
Y2
= Hasil belajar ranah afektif
Y3
= Hasil belajar ranah psikomotor
X1Y1 = Hasil belajar biologi ranah kognitif dengan pendekatan konvensional
X1Y2 = Hasil belajar biologi ranah afektif dengan pendekatan konvensional
X1Y3 = Hasil belajar biologi ranah psikomotor dengan pendekatan konvensional
X2Y1 = Hasil belajar biologi ranah kognitif dengan pendekatan keterampilan proses
X2Y2 = Hasil belajar biologi ranah afektif dengan pendekatan keterampilan proses
X2Y3 = Hasil belajar biologi ranah psikomotor dengan pendekatan keterampilan
proses pada
25
C. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil
belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta.
2. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil
belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta.
3. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil
belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta.
Download