BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendekatan Keterampilan Proses a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dilakukan untuk menjelaskan materi pelajaran yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 148) adalah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Menurut Soli Abimanyu (2008: 2-6) “pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian pembelajaran”. Syaiful Sagala (2009: 69) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Tujuan instruksional tersebut dapat diamati dalam bentuk hasil belajar siswa. Muhibin Syah (2004: 139) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah segala cara atau seperangkat langkah operasional yang direkayasa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran menurut Wenno (2008: 50) merupakan teknik guru dalam menyajikan berbagai materi. Hal ini, dilakukan agar proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan targetnya. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pendekatan dapat dilakukan dengan baik, jika guru dapat memahami materi yang akan disajikan dan disesuaikan dengan tipe belajar siswa. 7 8 b. Pendekatan Keterampilan Proses 1) Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses menekankan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Syaiful Sagala (2008: 74) “pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses”. Keterampilan proses berfungsi sebagai roda penggerak dalam penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Pendekatan keterampilan proses menurut E.Mulyasa (2009: 99) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik termasuk keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut, Dimyati dan Mudjiono (2006: 138) mengemukakan bahwa pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Penerapan pendekatan dalam proses belajar mengajar diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam diri siswa supaya mampu menemukan dan mengelola perolehannya. Pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa mengelola perolehannya, sehingga menjadi miliknya, dipahami, dimengerti dan diterapkan sebagai bekal dalam kehidupan dimasyarakat sesuai kebutuhannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan penemuan menyebabkan pengetahuan dapat bertahan lebih lama, dapat diingat, dan lebih mudah diterapkan pada situasi baru. Dimyati dan Mudjiono (2006: 43) mengemukan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi harus 9 menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Tujuan pembelajaran dari keterampilan proses adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat melatih kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan, dan dapat memotivasi kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperoleh. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan pengunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan siswa dapat berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar denagn keterampilan proses (Nuryani R, 2005: 78). Menurut Meltem Duran dan Oğuz Özdemir (2010) ilmu pengetahuan dan pengajaran menjadi efektif apabila siswa memperoleh pengalaman belajar di mana siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses dan langkah-langkah penelitian ilmiah harus dimasukkan dalam proses itu. Pengajaran ilmu yang efektif terdiri dari proses yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan proses penyelidikan ilmiah, menampilkan kemampuan berpikir kritis dan menginternalisasikan konsep ilmiah dan prinsip-prinsip. 2) Jenis-jenis Keterampilan Proses Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 141-145) mengemukakan bahwa ada dua kelompok keterampilan didalam keterampilan proses, yaitu keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan dasar terdiri atas enam keterampilan, yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi terdiri atas mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, memdefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. 10 Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut. Nuryani R (2005: 80) menyatakan bahwa keterampilan proses meliputi melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan. Adrian rustaman (2010: 9) mengemukakan bahwa jenis-jenis keterampilan antara lain: mengamati, mengklasifikasikan (mengelompokkan), menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis (berhipotesis), merencanakan percobaan/penelitian, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melaksanakan percobaan/penelitian. a) Melakukan pengamatan (observasi) Keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan pancaindera dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dengan hasil pengamatan. b) Mengklasifikasikan Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilahkan berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifatsifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengamati meliputi: mencatat setiap pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan persamaan, mengkontraskan ciri-ciri, membandingkan, mencari dasar pengelompokan. 11 c) Menafsirkan (interpretasi) Keterampilan menginterpretasi meliputi: keterampilan mencatat setiap hasil pengamatan, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola dalam suatu seri pengamatan kemudian menyimpulkan. d) Meramalkan (prediksi) Suatu prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati. Jadi, memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan. e) Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan adalah menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. f) Mengajukan pertanyaan Pertanyaan yang diajukan dapat berupa meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana, atau tentang latar belakang hipotesis. g) Mengajukan hipotesis Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab terjadinya sesuatu. Berhipotesis diungkapkan dengan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis terkandung cara mengujinya. h) Merencanakan percobaan Suatu percobaan dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna, maka diperlukan adanya rancangan percobaan. Merencanakan percobaan dapat diartikan suatu kegiatan mendeskripsikan variabelvariabel yang dimanipulasi dalam penelitian secara operasional, kemungkinan variabel yang dikontrol, hipotesis dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari percobaan yang akan dilaksanakan. 12 i) Menerapkan konsep Menggunakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari dalam situasi baru. Menggunakan konsep/prinsip pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. j) Melakukan percobaan/bereksperimen Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, an prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide tersebut. Keterampilan proses menciptakan sebuah kontinum penemuan-penemuan sebagai lawan dari belajar hafalan berarti pengalaman. Keterampilan proses meningkatkan kualitas dan tingkat pemahaman ilmiah yang dicapai oleh siswa. Ilmu harus mencakup pengalaman yang melibatkan keterampilan proses, seperti mengukur, mengamati, mengklasifikasi dan memprediksi. Keterampilan ini sangat penting dalam pengembangan pemahaman konsep-konsep dan teori ilmiah yang berharga dan bermanfaat. Pengalaman ini juga penting untuk mencapai keahlian dalam penggunaan prosedur ilmiah untuk memecahkan masalah dan untuk menerapkan pemahaman ilmiah kehidupan sehari-hari (Mary L. Ango, 2002). 3) Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses Kelebihan pendekatan keterampilan proses menurut Syaiful Sagala (2009: 74) antara lain: a) Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sanat penting untuk pengetahuan dan masa depan; b) Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan. Kelemahan pendekatan keterampilan proses antara lain: a) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum; b) Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah mampu menyediakannya. 13 c. Metode yang Digunakan dalam Pendekatan Keterampilan Proses 1) Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:137). Lebih lanjut, E.Mulyasa (2009: 110) mengemukakan bahwa metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahanbahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen dilakukan orang agar diketahui kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori. Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik merupakan kesempatan meneliti yang dapat mendorong mereka mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang dimasa mendatang. Langkah-langkah dalam metode eksperimen menurut Sumiati dan Asra (2008: 102 adalah: a) Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan yang akan dicapai siswa. b) Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan. c) Memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen. d) Membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, materi pembelajaran yang diperlukan, variabel yang perlu diamati dan hal yang perlu dicatat. e) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen. f) Menetapkan tindak lanjut setelah eksperimen. 2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Ekperimen Teknik eksperimen menurut Roestiyah (2001: 82) kerap kali digunakan karena memiliki keunggulan sebagai berikut: a) Dengan bereksperimen siswa terlatih menggunkan metode ilmiah dalam menghadapai segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatau yang 14 belum pasti kebenarannya, tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya. b) Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru. c) Dengan melakukan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang percaya tahayul, ialah peristiwaperistiwa yang tidak masuk akal. Adapun kelemahannya adalah : a) Memerlukan peralatan yang komplit. b) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama. c) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian. d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan. Dalam metode eksperimen siswa dituntut untuk selalu aktif mencermati gejala atau fakta yang muncul dalam eksperimen tersebut selain itu siswa diharapkan akan memahami inti pokok materi dari hasil pengamatan tersebut. d. Pendekatan Konvensional 1) Pengertian Pendekatan Konvensional Pendekatan pembelajaran yang paling disukai dan sering digunakan adalah pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus diterima oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif. Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar konvensional. Menurut Syaiful Sagala (2008:78) pendekatan ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku dari penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Guru 15 menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penejelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah ceramah. Siswa diharapkan mampu menangkap dan mengungkapkan kembali informasi atau pengetahuan yang telah diberikan oleh guru. Ketut Juliantara (2009) mengemukakan bahwa penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), daripada modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Pendekatan ini menunjukkan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Sehingga proses pembelajaran lebih banyak didominasi guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Menurut Epon Ningrum (2009) pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: a) Pembelajaran berpusat pada guru; b) Terjadi passive learning; c) Interaksi di antara siswa kurang; d) Siswa belajar secara individual; e) Pembelajaran terlalu abstrak dan teoritis; f) Siswa menerima informasi secara pasif; g) Tidak didasarkan pada pengalaman siswa; h) Hasil belajar hanya diukur dari hasil tes kognitif. Secara garis besar prosedur dalam pendekatan pembelajaran konvensional menurut Syaiful Sagala (2008: 79-80) yaitu: persiapan, pertautan, penyajian dan evaluasi. a) Persiapan (preparation) yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematik dan rapi. b) Pertautan (aperception) bahan terdahulu yaitu guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah diajarkan. 16 c) Penyajian (presentation) terhadap bahan yang baru, yaitu guru menyajikan dengan cara member ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah dipersiapkan diambil dari buku, teks tertentu atau ditulis oleh guru. d) Evaluasi (evaluation) yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengtan bahan yang dipelajari, atau siswa disuruh menyatakan kembali ndengan kata-kata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari baik lisan maupun tulisan. 2) Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konvensional Kelebihan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional antara lain: a) Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. b) Menyampaikan informasi dengan cepat. c) Membangkitkan minat akan informasi. d) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Sedangkan kelemahan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional antara lain: a) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. b) Kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. c) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. d) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi. e. Metode yang Digunakan dalam Pendekatan Konvensional 1) Pengertian Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan, informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 116) mengemukakan bahwa metode ceramah adalah penyajian oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Sesuai dengan pernyatan Nuryani (2005: 104-105) “metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan”. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan, tidak membutuhkan alat bantu khusus, dan tidak perlu merancang kegiatan siswa. 17 Penggunaan metode ceramah kurang merangsang kreativitas siswa dan tidak membuat siswa aktif mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi karena pusat pengajaran berpusat pada guru (teacher center), guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hakekat mengajar dalam pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dan siswa dipandang sebagai obyek penerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan informasi mengenai suatu materi pelajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan. Siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru, serta mengungkapkan kembali apa yang diberikan guru melalui respon yang diberikan pada saat diberi pertanyaan. Metode ceramah akan berhasil baik, bila didukung oleh metode-metode yang lain. Seperti; tanya jawab, tugas, latihan, demonstrasi, eksperimen dan metode lainya supaya siswa aktif belajar dan berpikir mengkonstruksi pengetahuannya (Wenno, 2008: 86). 2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah Kelebihan metode ceramah menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 118-119) antara lain: a) Efesien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya. b) Materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan peralatan. c) Meningkatkan daya dengar pesa didik dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain. d) Guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan peserta didik. e) Memberikan wawasan yang luas pada guru karena dapat menjelaskan topik dengan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kekurangan metode ceramah antara lain: a) Dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik. b) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru. c) Menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus. d) Informasi yang digunakan mudah usang dan ketinggalan jaman. e) Tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik. f) Terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta didik. 18 2. Hasil Belajar Biologi a) Pengertian Hasil Belajar Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pembelajaran, pengalaman belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut tampak dalam perubahan perilaku yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran berisi hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar merupakan proses suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2005: 22). Hasil belajar Menurut Ella Yulaelawati (2004: 21) mencerminkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam kompetensi dasar. Syaiful Sagala (2008: 75) mengemukakan bahwa hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana, dan mengadakan pembagian kerja. Aktivitas dan produk yang dihasilkan dari proses belajar ini mendapatkan penilaian. Dimyati dan Mudjiono (2006: 176) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, bagaimana interaksinya satu sama lain, dan bagaimana interaksinya dengan lingkungan. Biologi merupakan komponen ilmu pengetahuan alam yang mengkaji makhlik hidup sebagai objek kajiannya. Tema persoalan biologi berkembang secara dinamis. Karakteristik ilmu biologi ditentukan oleh objek yang dipelajari dan permasalahan yang dikaji (D. A Pratiwi, dkk 2007: 2). 19 Berdasarkan pernyatan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar mengenai ilmu tentang makhluk hidup dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Ranah-ranah Hasil Belajar Taksonomi Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan belajar (learning domain) yaitu kognitif (kemampuan atau pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ranah kognitif menyangkut aktivitas otak dan kemampuan berfikir, ranah afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap dan nilainilai, sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan otot-otot yang terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas. 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (Anas Sudijono, 2005: 50). Menurut Martinis Yamin (2009: 27) tujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk dapat menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Kompetensi aspek kognitif menurut Bloom (Anderson dan Krathwol, 2001: 31) dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri atas enam jenjang, dari yang rendah ke yang tinggi. Adapun enam kategori dimensi proses kognitif yaitu: a) Mengingat (remember), kemampuan menarik kembali pengetahuan dari memori yang sudah lama seperti kemampuan mengenal dan mengingat kembali. b) Mengerti (understand), kemampuan mengontruksi arti berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Mengerti terdiri dari: menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menerangkan. 20 c) Mengaplikasikan (apply), kemampuan menggunakan prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, meliputi: menjalankan dan mengimplementasikan. d) Menganalisis (analyze), kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dengan struktur atau tujuan keseluruhan. Menganalisis meliputi: mendeferensiasi, mengorganisasi, menemukan pesan tersirat. e) Mengevaluasi (evaluate), kemampuan membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar, meliputi memeriksa dan mengkritik. f) Mengkreasi (create), kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Mengkreasi meliputi: membuat, merencanakan, memproduksi. Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu: a) Faktual, unsur dasar yang harus dikenal siswa yaitu disiplin dan penyelesaian masalah b) Konseptual, hubungan antara elemen dasar dalam sebuah struktur yang bekerja sama. c) Prosedural, bagaimana melakukan sesuatu, cara penyelidikan dan kriteria untuk menggunakan kemampuan, teknik dan metode. d) Metakognitif, pengetahuan kognitif meliputi kesadaran dan pengetahuan kognitifnya sendiri. Ella Yulaelawati (2004: 59-61) mengemukakan bahwa kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan. keenam tingkatan tersebut adalah C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3 (penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu 21 bagian yang utuh dan menyeluruh; C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. 2) Ranah Afektif Hamzah B. Uno, dkk (2001: 9) mengemukakan bahwa hasil belajar kawasan afektif berkaitan dengan sikap, nilai,-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Hasil belajar ranah afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang. Tingkatan kawasan afektif ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: a) kemauan menerima, merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu; b) kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menujuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu; c) berkeyakinan adalah suatu sikap yang berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu; d) mengorganisasi, berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi; e) tingkat karakteristik (pembentukan pola), menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya. Menurut Karthwohl dalam Mimin Haryati (2007: 36-37) ada lima tingkatan bidang afektif yaitu: a) Penerimaan (receiving), keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus rangsangan (stimulasi) yang mengandung estetika; b) Tanggapan (responding), merupakan partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, bereaksi terhadap fenomena yanga ada; c) Penilaian (valuing), melibatkan penentuan nilai, kenyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen; d) Organisasi (organitation), berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda; e) Karakterisasi (characterization), berkenaan dengan mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk pola hidup. 3) Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Martinis Yamin (2009: 37) mengemukakan bahwa 22 kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Kawasan psikomotor dibagi menjadi empat kategori yaitu: a) Gerakan seluruh badan (gross body movements) yaitu perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh; b) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements) yaitu gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan; c) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication); e) Kebolehan dalam berbicara (speech behavior). Menurut Hamzah B. Uno, dkk (2001: 12-13) ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a) Persepsi, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-lain; b) Kesiapan, perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan tertentu; c) Gerakan terbimbing, gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model; d) gerakan terbiasa, penampilan respon yang sidah dan sudah menjadi kebiasaan; e) gerakan kompleks, gerakan yang berada pada tingkat ketrampilan tertinggi; f) Adaptasi, menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntut persyaratan tertentu. Kawasan Psikomotor menurut Winkel W.S (2005: 274) diklasifikasikan menjadi tujuh tingkatan yaitu: a) Persepsi (perception); b) Kesiapan (set); c) Gerakan terbimbing (guided response;) d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response); e) Gerakan kompleks (complex response); f) Penyesuain pola gerakan (adjusment); g) Kreativitas (creativity). Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif. Bukti keberhasilan siswa selain hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa. Hal ini dapat dilihat dari perubahan perilaku siswa setelah menerima pelajaran dimana ia mampu mengaplikasikan teori. 23 B. Kerangka Pemikiran Kegiatan pembelajaran terdapat dua aspek penting yaitu aspek hasil belajar dan aspek proses belajar. Aspek hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri siswa sedangkan aspek proses belajar adalah sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar akan tercapai tidak hanya jika siswa mampu menguasai materi dari segi kognitif saja, tetapi juga mampu menguasai dari segi afektif dan psikomotor. Untuk itu dibutuhkan pendekatan yang dapat mencakup tiga aspek tersebut. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Dalam proses pembelajaran biologi seharusnya tidak semata-mata diarahkan pada penguasaan materi, tetapi juga menyentuh ranah psikomotor dan ranah attitude dalam wujud sikap dan nilai-nilai positif. Penggunaan pendekatan keterampilan proses tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar biologi mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Karena siswa terlibat langsung saat pembelajaran dalam memperoleh konsep, sehingga siswa dapat lebih lama menyimpan konsep yang dipelajari dalam struktur kognitifnya, dan mampu melihat relevansi dari konsep yang telah dipelajari. Selain itu, siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 24 Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat dibuat alur kerangka pemikiran sebagai berikut : X x x x X X x X X1 Y1 X1 Y1 X2 Y1 X2 Y1 X1 Y2 X1 Y2 X2 Y2 X2 Y2 X1 Y3 X1 Y3 X2 Y3 X2 Y3 X X Gambar 1 : Skema Paradigma Penelitian Keterangan: X = Pendekatan Pembelajaran X1 = Pendekatan pembelajaran konvensional X2 = Pendekatan pembelajaran keterampilan proses Y1 = Hasil belajar ranah kognitif Y2 = Hasil belajar ranah afektif Y3 = Hasil belajar ranah psikomotor X1Y1 = Hasil belajar biologi ranah kognitif dengan pendekatan konvensional X1Y2 = Hasil belajar biologi ranah afektif dengan pendekatan konvensional X1Y3 = Hasil belajar biologi ranah psikomotor dengan pendekatan konvensional X2Y1 = Hasil belajar biologi ranah kognitif dengan pendekatan keterampilan proses X2Y2 = Hasil belajar biologi ranah afektif dengan pendekatan keterampilan proses X2Y3 = Hasil belajar biologi ranah psikomotor dengan pendekatan keterampilan proses pada 25 C. Hipotesis Berdasarkan deskripsi kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. 2. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. 3. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta.