PERBEDAAN INDIVIDUAL A. Pendahuluan Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi “pintar”. Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja. Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi. Otak Sebagai Pusat Belajar Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan. Menurut Mac Lean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/ three in one brain (dalam DePorter & Hernacki). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua adalah sistem limbik, dan yang ketiga adalah neokorteks. Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indera. Perilaku yang dikembangkan pada bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dan dorongan untuk mempertahankan spesies. Di sekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu, sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks. Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupakan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya “pusat kecerdasan manusia”. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah: kecerdasan linguistik, matematika, spasial/ visual, kinestetik/ perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi. B. Perbedaan Karakteristik Cara Belajar Individu Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam tiga kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol, sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi “pintar” sehingga kursuskursus atau pun les privat secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi. Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut De Porter & Hernacki, adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar visual Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. Rapi dan teratur. Berbicara dengan cepat. Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik. Teliti dan rinci. Mementingkan penampilan. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual. h. Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik. i. Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar. j. Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis). k. Merupakan pembaca yang cepat dan tekun. l. Lebih suka membaca daripada dibacakan. m. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain. n. Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan. o. Jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara. p. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”. q. Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/ berceramah. r. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik. s. Seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata. 2. Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar auditorial Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja. Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca. Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras. Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara. Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita. Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik. Berbicara dengan sangat fasih. Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat. k. Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar. l. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi. m. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya. n. Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/ komik. 3. Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar kinestetik Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Berbicara dengan perlahan. Menanggapi perhatian fisik. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka. Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain. Banyak gerak fisik. Memiliki perkembangan otot yang baik. Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi. Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung. Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca. Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal). Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama. Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut. m. n. o. p. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Pada umumnya tulisannya jelek. Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik). Ingin melakukan segala sesuatu Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. C. Perbedaan Jenis Kelamin dalam Kemampuan Spesifik Pria dan wanita memiliki nilai yang kira-kira sama pada tes inteligensia. (seperti Stanford- Binet dan Wechsler Intelligence Scales). Sebagian besar tes inteligensia disusun untuk meminimalkan perbedaan jenis kelamin dengan menghapus soal yang menunjukkan perbedaan jenis kelamin atau dengan menyeimbangkan soal yang menguntungkan pria dengan yang menguntungkan wanita. Tetapi, sampai sekarang, tes kemampuan spesifik telah menunjukkan suatu perbedaan antara pria dan wanita. Wanita rata-ratanya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pria pada kemampuan verbal. Pria rata-ratanya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan wanita pada penalaran kecakapan matematika dan visual-spasial. Kecakapan visual spasial diperlukan untuk tugas seperti mengkonseptualisasikan bagaimana suatu benda di dalam ruang terlihat dari sudut pandang yang berbeda dan membaca peta atau cetak biru. Perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan kognitif itu, yang telah diamati hampir sejak awal pengujian sistematik, tampaknya semakin menghilang. Analisis selama lebih dari 3 dasawarsa (dari 1947 sampai 1980) terhadap nilai tes kemampuan spesifik yang diberikan kepada siswa sekolah lanjutan di seluruh Amerika menemukan bahwa perbedaan antara anak pria dan wanita menurun secara progresif selama periode tersebut. Analisis terakhir yang meninjau ratusan penelitian perbedaan jenis kelamin pada kemampuan yang dilakukan selama 20 tahun terakhir mencapai kesimpulan yang sama: kecakapan verbal pria semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyamai wanita, sedangkan kecakapan wanita pada tes penalaran matematika telah meningkat sehingga menyamai pria. Satusatunya tes yang terus menunjukkan perbedaan pada kemampuan tersebut adalah SAT ( Scholastic Aptitude Test); pria dan wanita memiliki nilai yang kira-kira sama pada bagian verbal tetapi pria memiliki nilai yang lebih tinggi secara bermakna pada bagian matematika. Fakta bahwa perbedaan jenis kelamin telah menurun selama tahun demi tahun menyatakan bahwa perbedaan nilai tes dahulu mencerminkan perbedaan latihan dan harapan sosial: sampai belum lama ini, anak perempuan didorong untuk mengembangkan minat dalam puisi dan literatur; anak laki-laki diharapkan lebih memperhatikan hal-hal ilmiah dan mekanika. Walaupun masyarakat semakin mengakui kesederajatan antara pria dan wanita, dan orangtua serta guru semakin tidak stereotipe terhadap kemampuan yang mereka dorongkan, masih terdapat perbedaan dalam cara bagaimana anak laki-laki dan perempuan diperlakukan sehingga banyak anak perempuan kurang percaya diri dalam bidang matematika. Orangtua masih percaya ilmu pengetahuan dan matematika kurang penting bagi anak perempuan dibandingkan bagi anak laki-laki; mereka cenderung membesar-besarkan kemampuan anak laki-laki mereka di dalam bidang tersebut dan meremehkan kemampuan anak perempuannya. Dan mereka lebih sering membeli komputer dan permainan ilmiah untuk anak lakilaki dibandingkan anak untuk perempuan. Guru pelajaran ilmiah dan matematika juga cenderung memberikan lebih banyak dorongan dan penguatan bagi anak laki-laki dibandingkan untuk anak perempuan. Jadi, perbedaan pada tes matematika SAT mungkin mencerminkan perbedaan percaya diri pada laki-laki dan perempuan. Tampaknya pula pertanyaan matematika menunjukkan bias ke arah pria. Sebagai contohnya, soal mengambil situasi dari olahraga di mana laki-laki lebih mengenalnya. Satu bidang kemampuan kognitif yang terus menunjukkan perbedaan jenis kelamin yang konsisten adalah hubungan visual-spasial. Tes masih menunjukkan nilai yang lebih tinggi untuk pria, terutama jika tugas itu ditentukan waktunya dan mengharuskan rotasi mental terhadap objek. Perbedaan jenis kelamin pada kemampuan spasial mungkin turut menyebabkan perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan matematika, karena visualisasi spasial adalah salah satu strategi untuk memecahkan soal matematika. Akan menarik mencari tahu apakah perbedaan jenis kelamin di kemampuan spasial akan berkurang tahun demi tahun kemudian, saat lingkungan untuk wanita berubah. Sebagian peneliti berpendapat hal itu akan terjadi. Peneliti lain berpendapat bahwa perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan visual-spasial berakar dari pengaruh hormon seks pada perkembangan otak selama periode janin. Mereka menyatakan bahwa kemampuan memvisualisasikan objek secara mental berhubungan dengan kecepatan pertumbuhan kedua hemisfer serebral; hormon pria, testosteron, mungkin memperlambat perkembangan hemisfer kiri, yang menyebabkan hemisfer kanan yang sangat terspesialisasi pada pria. D. Pengaruh Faktor Keturunan dan Lingkungan 1. Pengaruh faktor keturunan (heriditer) Menurut ahli biologi, terjadinya individu adalah akibat bertemunya sel jantan dan sel betina. Baik sel jantan maupun sel betina terdiri dari chromosome-chromosome yang berupa benangbenang protoplasma yang berpasangan. Pada setiap species (jenis makhluk) jumlah dan bentuk chromosome-nya selalu sama. Dan bila speciesnya berbeda, akan berbeda pula jumlah dan bentuk chromosome-nya. Tiap chromosome mengandung unsur-unsur yang mengandung gene-gene, berupa bintik-bintik dan letaknya menyerupai mata kalung yang tersusun secara linier dan terikat pada pasangan-pasangan chromosome. Gene yang berasal dari chromosome sel jantan saling berpasangan dengan gene yang berasal dari chromosome sel betina.dengan cara yang berbedabeda. Cara yang berbeda-beda inilah yang menyebabkan perbedaan sifat individu. Dan perbedaan sifat individu inilah yang akhirnya menjadi penyebab terjadinya perbedaan individu manusia berdasarkan faktor keturunan. 2. Pengaruh faktor lingkungan (melieu) Lingkungan membawa pengaruh pada individu yang berada di lingkungan tersebut. Lingkungan meliputi: a. Lingkungan Statis (keadaan tempat dan alam) Orang yang tinggal di daerah pegunungan tentu akan beda dengan orang yang tinggal di daerah ngarai. Dari segi jasmani, orang yang tinggal di daerah pegunungan badannya akan lebih kuat, paru-parunya lebih bersih daripada orang yang tinggal di daerah ngarai. Sebaliknya dari segi rohani, orang yang tinggal di daerah ngarai pada umumnya lebih bisa menggunakan akalnya daripada orang yang tinggal di daerah pegunungan. Jadi lingkungan statis berpengaruh terhadap perbedaan individu baik dari segi jasmani maupun rohani. b. Lingkungan Dinamis (keadaan sosial atau manusia) Dari segi jasmani, orang yang tinggal di daerah perkampungan orang yang suka olahraga untuk kesehatan, besar kemungkinan akan ikut-ikutan yang akhirnya menjadi kebiasaan dan mendatangkan kesehatan bagi dirinya. Dari segi rohani, orang yang tinggal di lingkungan atau daerah “hitam” besar kemungkinan akan terpengaruh menjadi orang jahat. Sebaliknya orang yang tinggal di lingkungan orang-orang yang “tekun beragama” sedikit banyak tentu akan mempengaruhinya, dan besar kemungkinan dia akan menjadi orang baik-baik meskipun semula termasuk orang jahat. E. Pengaruh Faktor Kognitif, Afektif, Psikomotor dan Campuran Kognitif, afektif, dan psikomotor adalah aspek-aspek kepribadian yang sering disama-artikan dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga istilah ini berasal dari ahli yang berbeda. Kognitif (aspek penalaran) dikembangkan oleh Bloom; afektif (aspek budi pekerti) dikembangkan oleh Krathwohl; psikomotor (aspek keterampilan psikomotor) dikembangkan oleh Simpson. 1. Pengaruh faktor kognitif Faktor kognitif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Mengetahui Mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur, dan perangkat. b. Mengerti Memahami c. Mengaplikasikan Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit. d. Menganalisis Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam sesuatu komunikasi. e. Mensintesiskan Kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh. f. Mengevaluasi Kemampuan untuk menetapkan nilai/ harga dari suatu bahan dan metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu. Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap sesuatu obyek selalu berbeda dengan orang lain. Artinya, obyekyang sama, mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda dalam penalaran (kognitif) berbeda pula dalam kepribadian maka terjadilah perbedaan individu. 2. Pengaruh faktor afektif Faktor afektif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menerima atau memperhatikan Kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu. b. Merespon Mereaksi perangsang atau gejala tertentu. c. Menghargai, berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga atau nilai tertentu. d. Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai yang dominan. e. Mewatak suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah benarbenar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budipekertinya mendekati kesempurnaan. Orang yang berbudipekerti luhur akan sangat berbeda dengan orang yang tidak berbudi hapir dalam segala sepak terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan kepribadiannya. Jadi dengan kata lain, faktor afektif sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perbedaan individual. 3. Pengaruh faktor psikomotor Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Mengindera Kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera. b. Menyiagakan diri Mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan. c. Bertindak secara terpimpin Melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu. d. Bertindak secara mekanik Bertindak mengikuti prosedur baku. e. Bertindak secara kompleks Bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru. Orang yang telah sampai pada tingkat puncak keterampilan psikomotor dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada penciptaan teknologi baru. Jadi keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap perbedaan individual. 4. Pengaruh campuran (dari faktor kognitif, afektif, dan psikomotor) Dari uraian di atas, faktor kognitif, afektif, dan psikomotor sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan individual secara terpisah. Tetapi sebenarnya baik secara sendiri-sendiri (terpisah) maupun secara bersama-sama (campuran), maka ketiga faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan individual. Ada 4 kemungkinan campuran, yaitu: a. Percampuran antara faktor kognitif, afektif, dan psikomotor. b. Percampuran antara faktor kognitif dan afektif. c. Percampuran antara faktor kognitif dan psikomotor. d. Percampuran antara faktor afektif dan psikomotor. Bagaimanapun variasi campurannya, semua berpengaruh terhadap perbedaan individual. F. Pengaruh dalam Aspek Kecakapan Perbedaan dalam aspek ini, nampak pada diri seseorang untuk dapat bertindak secara cepat (waktunya singkat) dan tepat (hasilnya sesuai dengan harapan) dan dengan mudah tanpa menghadapi banyak hambatan maupun kesulitan. Berdasarkan cepat-lambatnya atau tepattidaknya dalam bertindak, siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Ada Ada Ada Ada siswa siswa siswa siswa yang yang yang yang cepat dan tepat dalam bertindak, penuh kemudahan. cepat, tetapi tidak tepat. tidak cepat tetapi tepat. tidak cepat dan tidak tepat, bahkan banyak kesulitan dan hambatan. Masalah cepat dan tepatnya seseorang dalam bertindak ini lazimnya disebut orang yang cakap. Dalam bidang psikologi, orang yang cakap disebut orang yang berperilaku inteligen. Pengertian perilaku intelegen ada kaitannya dengan konsep intelegensi. Intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah dalam segala situasi. Seseorang yang memiliki kecakapan tertentu bukan semata-mata karena kelahirannya saja melainkan juga karena perkembangan dan pengalamannya. Kecakapan individu atau yang sering disebut abilitas (ability), dapat dibedakan menjadi: 1. Kecakapan nyata aktual (actual ability) Kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan pada setiap saat, karena merupakan hasil usaha belajar yang telah dijalaninya (prestasi belajar). 2. Kecakapan potensi (potensial ability) Kecakapan yang masih terpendam dalam diri seseorang, yang bersifat laten dan diperoleh melalui keturunan (pembawaan) yang meliputi abilitas dasar umum (general, intelegence) dan abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, talent, aptitudes). Kedua macam kecakapan potensi ini dapat dideteksi dengan cara mengidentifikasi perilakunya. Menurut Witherington, manifestasi dari indikator perilaku inteligen adalah: a. Kecakapan dalam menggunakan bilangan. b. c. d. e. f. Ketepatan menggunakan bahasa. Kecepatan dalam persepsi. Kecakapan dalam mengingat. Kecakapan dalam memahami hubungan. Berimajinasi. Dengan mengetahui indikator-indikator perilaku inteligen tersebut, para ahli telah mengembangkan alat ukur yang telah dibakukan (standardized test) baik untuk kecakapan dasar umum (general intelegence test) maupun kecakapan dasar khusus (aptitude test). Kecakapan dasar umum dikategorikan sebagai berikut: a. Orang yang superior atau genius orang yang dapat bertindak jauh lebih cepat, tepat dan penuh kemudahan. b. Orang normal orang yang bertindak biasa-biasa saja kecepatan maupun ketepatannya, seperti yang tampak pada sebagian besar orang menurut batasan-batasan waktu dan tingkat kesukaran yang telah ditetapkan. c. Orang sub normal atau mentally defective atau mentally retarded orang yang jauh lebih lambat kecepatannya dan jauh tidak tepat serta lebih banyak mengalami kesulitan. Kecakapan dasar khusus dikategorikan sebagai berikut: a. b. c. d. Bidang Bidang Bidang Bidang bilangan (numerical abilities). bahasa (verbal abilities). hubungan sosial (social abilities). gerak motorik (motorical abilities). Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa perbedaan dari segi kecakapan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini tampak, meskipun guru sudah bersungguh-sungguh dalam mengajar tetapi siswa tidak dapat memperoleh prestasi yang optimal karena perbedaan pada kecakapan. G. Pengaruh dalam Aspek Kepribadian (Personality) Perbedaan pada aspek kepribadian akan tampak pada kualitas total perilaku individu dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan secara unik. Unik maksudnya menunjukkan bahwa totalitas perilaku seseorang bersifat khas, artinya kualitas perilaku antara individu yang satu dengan yang lain berbeda. Keunikannya tersebut didukung oleh struktur organisasi ciri-ciri jiwa dan raga, yang terbentuk secara dinamis. Ciri-ciri jiwa dan raga tersebut meliputi konstitusi dan kondisi fisik, tampang dan penampilan, kondisi dan proporsi horman, cairan dalam tubuh, keadaan emosionalnya, aspek kognitif, afektif, psikomotornya, dll. Hal-hal tersebut mempengaruhi kualitas perilaku seseorang, yang akan tampak dalam interaksinya dengan lingkungan, berupa karakter, temperamen, sikap, stabilitas, emosional, tanggung jawab maupun sosiobilitas. Dari keseluruhan indikator kepribadian inilah yang sangat mempengaruhi seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, baik lingkungan sekolah, masyarakat ataupun keluarga. H. Teori Tentang Perbedaan Individu dari Hippocrates-Galenus Kepribadian seseorang ditentukan oleh proporsi cairan tubuh yang mendominasinya, sehingga pribadi seseorang kan berbeda dengan orang lain, karena pribadi yang berbeda-beda inilah yang menimbulkan terjadinya perbedaan individual. Ada 4 tipe golongan manusia berdasarkan temperamen atau wataknya, sebagai berikut: No. Cairan tubuh yang dominan Prinsip Tipe Sifat-sifat khas 1. Chole Tegangan (tension) Choleris Besar semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, optimistis. 2. Melanchole Penegaran (regidity) Melancholis Mudah kecewa, daya juang kecil, mudah dipengaruhi, setia. 3. Phlegma Ilastisita Phlegmatis Tidak suka terburu-buru, dipengaruhi, setia. 4. Sanguis Ekspansivita Sanguisis Hidup, mudah berganti haluan, mudah lekas bertindak namun juga lekas berhenti. tdak mudah Tipologi yang menerangkan perbedaan individu atas dasar cairan yang ada dalam tubuh ini belum dapat menerangkan keadaan yang terjadi dalam masyarakat, sebab cairan dalam tubuh dibawa sejak lahir; sedangkan sifat kejiwaan tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh cairan yang mengalir dalam tubuhnya saja, tetapi pengaruh lingkungan yaitu sesuatu yang berada di luar dirinya memilki pengaruh yang besar pula. I. Teori Tentang Perbedaan Individu dari Kretschmer Perbedaan individu ditinjau dari segi struktur badaniah. Ada 4 tipe golongan manusia berdasarkan bentuk tubuhnya, sebagai berikut: No. Struktur badan Sifat-sifat khas 1. Athletis Ukuran-ukran tubuh seimbang, kokoh, kuat, tulang-tulang otot kuat, bahu lebar dan kuat, tengkorak besar, kepala dan leher tegak, muka bulat telur, mudah menyesuaikan diri. 2. Leptosom/ asthenis Badan kurus jangkung, lengan dan kaki kurus, perut kecil, bahu sempit, muka bulat telur, berat badan kurang, mudah terkena kritik. 3. Pyknis Badan gemuk pendek, perut besar, leher pendek dan kuat, lengan dan kaki lemah, mudah bergaul. 4. Dysplastis Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe di atas, bentuk badannya tidak normal, tidak memiliki ciri-ciri yang khas. J. Teori Tentang Perbedaan Individu dari C.G. Jung Perbedaan-perbedaan individu ditinjau dari segi perkembangan sosial. Kepribadian manusia didasarkan pada perkembangan sosial seseorang dalam masyarakatnya. Dan perkembangan kepribadian itulah yang menjadi dasar, yang menyebabkan individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Ada 2 tipe kepribadian manusia yang penggolongannya didasarkan pada perkembangan sosial, sebagai berikut: 1. Type introvert. Memiliki sifat khas: menarik diri, pemalu, sukar bergaul, senang berangan-angan, mendapat kepuasan dalam perasaaan dan angan-angan, menutup diri. 2. Type extrovert. Memiliki sifat khas: mudah bergaul, mudah menyesuaikan diri, menaruh minat pada orang lain serta kegiatan-kegiatan sosial, ramah, banyak teman. Dari kenyataan yang ada, sesungguhnya orang berkeyakinan bahwa perilaku manusia menunjuk pada sifat introvert dan extrovert secara bersama-sama, atau termasuk campuran antara introvert dan extrovert dimana dalam hal ini mereka termasuk dalam golongan ambivert. K. Teori Tentang Perbedaan Individu dari E. Spranger Perbedaan-perbedaan individu ditinjau dari nilai-nilai kebudayaan yang ada pada tiap individu, yang dalam kenyataannya bahwa biasanya hanya salah satu nilai saja yang dominan dan nilai yang dominan inilah yang memberi corak atau bentuk kepada kepribadian seseorang. Manusia dikelompokkan ke dalam tipe-tipe, sebagai berikut: No. Nilai kebudayaan yang dominan Tipe Tingkah laku manusia 1. Ilmu pengetahuan Manusia teori Berpikir 2. Ekonomi Manusia ekonomi Bekerja 3. Kesenian Manusia esthetis Menikmati keindahan 4. Keagamaan Manusia agama Memuja 5. Kemasyarakatan Manusia sosial Berbakti/ berkorban 6. Politik Manusia kuasa (Ingin) memerintah