Perkembangan Peserta Didik

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap individu memiliki kararkteristik yang berbedabeda. Dari perbedaan inilah yang membuat tiap-tiap individu adalah pribadi
yang unik. Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan
peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan
fisik, perkembangan sosio-emosional, dan bermuara pada perkembangan
intelektual.
Perkembangan
fisik
dan
perkembangan
sosio-emosional
mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau
perkembangan mental atau perkembangan kognitif siswa.
Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat
diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan
dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran yang diinginkan. Melalui proses belajar akan
terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan
berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena
itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan
kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya
manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal
ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri. Perubahan tingkah laku
yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi
unsur kognitif, afektif dan psikomotor ( Taksonomi Bloom )
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimanakah proses perkembangan peserta didik?
1.2.2.
Apa yang dimaksud psikologi pendidikan dan manfaatnya bagi
proses pembelajaran?
1.2.3.
Apa pengaruh perbedaan karakter peserta didik dalam proses
belajar?
1.3 Tujuan
1.3.1.
Untuk mengetahui proses perkembangan peserta didik.
1.3.2.
Untuk mengetahui psikologi pendidikan dan manfaatnya bagi
proses pembelajaran.
1.3.3.
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan karakter peserta didik
dalam proses pembelajaran.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Setiap individu pasti mengalami suatu proses perkembangan baik dari segi
fisik maupun psikis (emosi). Bagi guru, sangatlah esensial untuk mengetahui
dampak dari perkembangan peserta didik itu sendiri. Dengan mengetahui proses
serta dampak dari perkembangan peserta didik, guru mampu menganalisa dan
merencanakan suatu prose belajar yang kondusif, efektif, dan efisien.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses
perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau
langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam
Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan
sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut
bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan
sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas
yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan
tertentu.
2.1 Proses Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan peserta didik e perkembangan fisik dan perkembangan
sosio-emosional.
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas.
Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang
belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap
organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak
pubertas awal (prepubertal) dan remaja pubertas akhir (postpubertal)
berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi
proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seks primer dan sekunder.
3
Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang,
waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi.
Rata rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun
lebih cepat dari anak laki laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi,
ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan
reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya
perbedaan perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak matang
yang sama usianya mulai mengalami pubertas.
b. Perkembangan sosio-emosional
Menjelang masuk SD, anak telah rnengembangkan keterampilan
berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai
dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri
sendiri), dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak
kanaknya.
Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga
sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan
bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa "saya dapat mengerjakan sendiri
tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap 'I can do it my self'. Mereka
dimungkinkan untuk diberikan suatu tugas.
Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas tinggi SD. Mereka
dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka,
dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini
juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok,
dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka.
Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini
mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya
dengan orang lain. Anak anak yang lebih muda menggunakan
perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma norma
4
sosial dan kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak anak
tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan
sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka
sendiri.
Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka,
anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka
ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan
yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar
SD anak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam
kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima
dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius
Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya.
Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering
berpakaian serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan
anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku.
Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di
SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada
guru. Di awal awal tahun kelas tinggi SD hubungan ini menjadi lebih
kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru,
tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra
remaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa
anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan
beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin secara
terbuka menentang gurunya..
Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja
adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang
sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri.
Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang
5
mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku.
Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Remaja
mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat
pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan
mencoba untuk mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun
sarnpai 22 tahun, urnumnya telah mengembangkan suatu status
pencapaian identitas.
2.2 Psikologi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan juga dikenal istilah “Psikologi Perkembangan”.
Psikologi perkembangan juga memegang peranan dalam proses pembelajaran,
utamanya mengenai perkembangan peserta didik.
2.2.1.
Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari
psikologi. [1]Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari
bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos
yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa,
atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun
apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek
yang dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai
ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak, oeh karena itu yang sangat
mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam
wujud perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu
ilmu
yang
mempelajari
berinteraksi
tentang
perilaku
individu
dengan
dalam
lingkungannya.
Menurut Whiterington (1982:10) bahwa pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.
[2] Itu artinya bahwa tindakan-tindakan belajar yang berlangsung
secara
terus
menerus
akan
menghasilkan
pertumbuhan
pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan pembelajaran
6
yang dilalui oleh individu sendiri melalui proses belajar-mengajar,
karena itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, metode dan
pendekatan yang benar dalam proses pendidikan sangat diperlukan.
Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka kita
akan bertemu dengan beberapa keunikan perilaku atau jiwa
(psyche), dan faktor ini akan berhubungan erat bahkan menentukan
dalam keberhasilan proses belajar, di dasari pada begitu eratnya
antara tugas psikologi (jiwa) dan ilmu pendidikan, kemudian
lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi pendidikan (educational
psychology).
Istilah individu berasal dari kata individera berarti satu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak dapat
dipisahkan. [3] Sejak lahir, bahkan sejak masih di dalam
kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis
(jasmani dan rokhani) yang khas (unik) dan terus menerus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan, yang keduanya
merupakan sipat kodrati manusia yang harus mendapat tempat dan
perhatian.
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan, sedangkan
pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui
tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus
dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Psikologi perkembangan adalah suatu sikap atau perubahan
tingkah
laku
dalam
proses
belajar
mengajar,
psikologi
perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari
proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah
kelahiran.
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang
mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang
proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai
7
mati. ( Ross Vasta. dkk, 1992 ). Dari kedua ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa psikologi perkembangan adalah ilmu yang
mempelajari karakteristik jiwa dan tingkah laku manusia.
2.2.2.
Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Pembelajaran
Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si. [4] mendefinisikan
bahwa Psikologi Pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang
mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan yang
meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi
pendidikan
dibatasi
atas
tiga
macam
yaitu
:
1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan
ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa
yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan
baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan
kegiatan belajar peserta didik.
Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang
perlu dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu :
1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of
educational psychology)..
2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4.Perkembangan siswa (growth).
5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses).
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that
condition learning)
8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of
8
learning).
9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan
pengukuran atau evaluasi. (measurement: basic principles and
definitions).
10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning
subject matters)
11.Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical
aspects of measurement).
12. Ilmu statistic dasar (element of statistics).
13. Kesehatan rohani (mental hygiene).
14. Pendidikan membentuk watak (character education).
15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah
menengah. (Psychology of secondary school subjects).
16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar
(psychology of elementary school).
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa inti
permasalahan psikiologis terletak pada anak didik, bukan berarti
mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam
hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui
proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu
kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi
pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai
guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003)
mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu
dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta
didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek
perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya,
9
sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif
yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi
pencapaian
tujuan
pendidikan
di
sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui
pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan
memahami
psikologi
pendidikan
yang
memadai
diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan
teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan
memahami
diharapkan
guru
psikologi
dapat
pendidikan
menentukan
yang
strategi
memadai
atau
metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai dan mampu mengaitkannya
dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya
belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru di samping melaksanakan pembelajaran juga
diharapkan dapat membimbing para siswanya dengan memahami
psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan
bantuan psikologis secara tepat dan benar melalui proses hubungan
interpersonal
4.
yang
Memfasilitasi
dan
penuh
kehangatan
memotivasi
belajar
dan
keakraban.
peserta
didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap
potensi yang dimiliki siswa seperti bakat, kecerdasan dan minat,
sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan
dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,
khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi
pendidikan yang memadai tampaknya guru akan mengalami
10
kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun
motivator.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar
yang kondusif, guru dengan pemahaman psikologi pendidikan
yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa
dapat
6.
belajar
dengan
Berinteraksi
nyaman
secara
dan
tepat
menyenangkan.
dengan
siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan
untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh
empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan
siswanya.
7.
Menilai
hasil
pembelajaran
yang
adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu
guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang
lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip
penilaian
maupun
menentukan
hasil-hasil
penilaian.
Beberapa peran penting psikologi perkembangan peserta didik
dalam
1.
proses
Memahami
belajar
peserta
didik
mengajar
sebagai
adalah
pelajar,
:
meliputi
perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi,
minat,
fisik,
pengalaman,
kepribadian,
dan
lain-lain.
2. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran.
3. Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran.
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
11
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru.
11. Membimbing perkembangan peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
Menurut Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan
psikologi dalam pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk
memberikan
orientasi
mengenai
laporan
studi,
menelusuri
masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta
meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di
dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan
dan
pengajaran
banyak
mempengaruhi
perumusan
tujuan
pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metodemetode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk
mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses
pendidikan.
2.Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
3. Teori dan proses belajar.
4. Hubungan antara teknik mengajar danhasil belajar.
5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan
informal atas diri individu.
6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang
diterimanya.
7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para
petugas pendidikan.
8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid
dengan murid.
9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami
oleh anak didik selama proses pendidikan.
10. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang
lain dalam batas kemampuan belajar.
12
3.
Konsribusi
Psikologi
Perkembangan
terhadap
Proses
Pembelajaran.
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang
mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah
teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning,
connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori
kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori
tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan
sumbangan
yang
signifikan
dalam
proses
pembelajaran.
Di samping itu kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula
sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran,
prinsip-prinsip
dalam
belajar
diantaranya
:
1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempuyai tujuan
yang jelas.
2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksanakan oleh orang
lain.
3. Orang itu harus bersedia mengalami berbagai macam kesulitan
dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga
baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula
hasil sambilan.
6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya asfek
intelektual namun termasuk pula asfek emosional, sosial, etis dan
sebagainya. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari
orang lain.
13
8. Untukbelajar diperlukan insighat, apa yang dipelajari harus
benar-benar dipahamai, belajar bukan sekedar menghapal fakta
secara verbalistis.
9. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang
sering mengejar tujuan-tujuan lain.
10. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
11. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
12. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauuan dan hasrat untuk
belajar.
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang
terorganisasi
mengenai
peristiwa-peristiwa
tertentu
dalam
lingkungan, karakteristik suatu teori ialah memberikan kerangka
kerja konseptual untuk suatu informasi dan dapat prinsip yang
dapat diuji. Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah:
1. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pengajaran.
2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam
ruang kelas.
3.
Mendiagnosis
masalah-masalah
dalam
ruang
kelas.
4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarrkan teoriteori tertentu.
Teori pembelajaran behaviorisme yang berpendapat bahwa
perilaku terbentuk melelui perkaiatan antara rangsangan (stimulus)
dengan tindak balas (respon). Perubahan perilaku lebih banyak
karena pengaruh lingkungan. Teori behaviorisme dibedakan antara
teori pelaziman klasik dan teori pelaziman operan. Teori pelaziman
klasik
dipelopori
oleh
Ivan
Pavlov,
konsep
atau
prisip
pembelajaran yaitu:
1. Excitation (pergetaran)
2. Irradiaton (penularan)
14
3. Stimulus generalization
4. Extinction (penghapuan)
Menurur teori pembelajaran Gestalt, pembelajaran merupakan
suatu fenomena kognitif yang melibatkan persepsi terhadap suatu
benda, orang, atau peristiwa dalam cara-cara yang berbeda.
Beberapa aplikasi tori gestalt dalam proses pembelajaran adalah
pengalaman tilikan (insight), pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning), perilaku bertujuan (purposive behavior),
prinsip ruangg hidup (life space), dan transfer dalam pembelajaran
(learning transfer).
2.3
Dampak
Perbedaan
Karakter
Peserta
Didik
terhadap
Proses
Pembelajaran.
Banyak aspek yang berpengaruh dalam proses belajar. Faktor itu
seperti faktor kognitif, afektif, psikomotor maupun faktor campuran dari
ketiga aspek sebelumnya. Pengaruh faktor-faktor ini menentukan bagaimana
hasil pencapaian siswa dalam belajar. Dengan kata lain, karakter peserta
didik dipengaruhi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kognitif, afektif, dan psikomotor adalah aspek-aspek kepribadian yang
sering disama-artikan dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga istilah ini
berasal dari ahli yang berbeda. Kognitif (aspek penalaran) dikembangkan
oleh Bloom; afektif (aspek budi pekerti) dikembangkan oleh Krathwohl;
psikomotor (aspek keterampilan psikomotor) dikembangkan oleh Simpson.
a. Faktor Kognitif
Faktor kognitif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengetahui --- Mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas,
mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola,
struktur, dan perangkat.
2. Mengerti --- Memahami
3. Mengaplikasikan --- Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam
situasi-situasi konkrit.
15
4. Menganalisis --- Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagianbagian atau komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak
jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak
jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam
sesuatu komunikasi.
5. Mensintesiskan ---Kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau
bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan
yang utuh.
6. Mengevaluasi --- Kemampuan untuk menetapkan nilai/ harga dari suatu
bahan dan metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap sesuatu obyek selalu berbeda
dengan orang lain. Artinya, obyekyang sama, mungkin akan mendapat penalaran
yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda dalam penalaran
(kognitif) à berbeda pula dalam kepribadian à maka terjadilah perbedaan individu.
b. Faktor Afektif
Faktor afektif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menerima atau memperhatikan --- Kepekaan terhadap kehadiran gejala
dan perangsang tertentu.
2. Merespon --- Mereaksi perangsang atau gejala tertentu.
3. Menghargai, berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku
mempunyai harga atau nilai tertentu.
4. Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu
sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya
nilai-nilai yang dominan.
5. Mewatak --- suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang
diyakini telah benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang
seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budipekertinya mendekati
kesempurnaan.
Orang yang berbudipekerti luhur akan sangat berbeda dengan orang yang
tidak berbudi hapir dalam segala sepak terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan
16
kepribadiannya. Jadi dengan kata lain, faktor afektif sangat besar pengaruhnya
terhadap terjadinya perbedaan individual.
c. Faktor Psikomotor
Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Mengindera ---- Kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan
dengan alat-alat indera.
2. Menyiagakan diri --- Mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu
tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
3. Bertindak secara terpimpin --- Melakukan tindakan-tindakan dengan
mengikuti prosedur tertentu.
4. Bertindak secara mekanik --- Bertindak mengikuti prosedur baku.
5. Bertindak secara kompleks --- Bertindak secara teknologi yang didukung
oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari
berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak
secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi
baru.
Orang yang telah sampai pada tingkat puncak keterampilan psikomotor
dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada penciptaan teknologi baru. Jadi
keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap perbedaan individual.
Dari uraian di atas, faktor kognitif, afektif, dan psikomotor sangat besar
pengaruhnya terhadap perbedaan individual secara terpisah. Tetapi sebenarnya
baik secara sendiri-sendiri (terpisah) maupun secara bersama-sama (campuran),
maka ketiga faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan
individual.
Ada 4 kemungkinan campuran, yaitu:
1. Percampuran antara faktor kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Percampuran antara faktor kognitif dan afektif.
3. Percampuran antara faktor kognitif dan psikomotor.
4. Percampuran antara faktor afektif dan psikomotor.
17
Bagaimanapun variasi campurannya, semua berpengaruh terhadap perbedaan
individual. Perbedaan ini juga akan berdampak pada proses pembelajaran peserta
didik. Dampak dari perbedaan ini bisa kearah positif (positive side)atau malah
menjurus ke arah negatif (negative side). Maka dari hal tersebut, guru harus
menguasai mengenai psikologi pendidikan guna menanganinya.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran, perbedaan karakter peserta didik mempunyai
pengaruh yang sangat besar. Perbedaan ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Perbedaan inilah yang mempengaruhi apakah anak tersebut
merupakan fast-learner atau bukan. Seorang guru juga harus jeli dalam
menganalisa suasana kelas agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Sebagai objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai
manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang
berbeda satu sama lain. Sehingga dalam proses belajar mengajar, seorang
pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu
proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak
dapat dipisahkan dari psikologi
Guru sebagai pendidik atau pengajar menjadi subjek yang mutlak harus
memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan
dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan
materi pelajaran.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/karakteristik-peserta-didikdalam.html
http://anneahira.com/pengertian-kognitif-afektif-psikomotorik.html
http://lenterailmu.com/kontribusi-psikologi-perkembangan-peserta-didikterhadap-proses-pembelajaran_LentERA Ilmu.html
http://bambangsubahri.blogspot.com/belajar-kognitifafektif-dan.html
20
Download