BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu memiliki kararkteristik yang berbedabeda. Dari perbedaan inilah yang membuat tiap-tiap individu adalah pribadi yang unik. Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosio-emosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio-emosional mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif siswa. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. Melalui proses belajar akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri. Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor ( Taksonomi Bloom ) 1 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimanakah proses perkembangan peserta didik? 1.2.2. Apa yang dimaksud psikologi pendidikan dan manfaatnya bagi proses pembelajaran? 1.2.3. Apa pengaruh perbedaan karakter peserta didik dalam proses belajar? 1.3 Tujuan 1.3.1. Untuk mengetahui proses perkembangan peserta didik. 1.3.2. Untuk mengetahui psikologi pendidikan dan manfaatnya bagi proses pembelajaran. 1.3.3. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan karakter peserta didik dalam proses pembelajaran. 2 BAB 2 PEMBAHASAN Setiap individu pasti mengalami suatu proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikis (emosi). Bagi guru, sangatlah esensial untuk mengetahui dampak dari perkembangan peserta didik itu sendiri. Dengan mengetahui proses serta dampak dari perkembangan peserta didik, guru mampu menganalisa dan merencanakan suatu prose belajar yang kondusif, efektif, dan efisien. Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. 2.1 Proses Perkembangan Peserta Didik Perkembangan peserta didik e perkembangan fisik dan perkembangan sosio-emosional. a. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal (prepubertal) dan remaja pubertas akhir (postpubertal) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seks primer dan sekunder. 3 Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak matang yang sama usianya mulai mengalami pubertas. b. Perkembangan sosio-emosional Menjelang masuk SD, anak telah rnengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri), dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak kanaknya. Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap 'I can do it my self'. Mereka dimungkinkan untuk diberikan suatu tugas. Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas tinggi SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok, dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih muda menggunakan perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma norma 4 sosial dan kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri. Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku. Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas tinggi SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin secara terbuka menentang gurunya.. Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang 5 mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sarnpai 22 tahun, urnumnya telah mengembangkan suatu status pencapaian identitas. 2.2 Psikologi Pendidikan Dalam dunia pendidikan juga dikenal istilah “Psikologi Perkembangan”. Psikologi perkembangan juga memegang peranan dalam proses pembelajaran, utamanya mengenai perkembangan peserta didik. 2.2.1. Pengertian Psikologi Pendidikan Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. [1]Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak, oeh karena itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam wujud perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari berinteraksi tentang perilaku individu dengan dalam lingkungannya. Menurut Whiterington (1982:10) bahwa pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. [2] Itu artinya bahwa tindakan-tindakan belajar yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan pertumbuhan pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan pembelajaran 6 yang dilalui oleh individu sendiri melalui proses belajar-mengajar, karena itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, metode dan pendekatan yang benar dalam proses pendidikan sangat diperlukan. Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka kita akan bertemu dengan beberapa keunikan perilaku atau jiwa (psyche), dan faktor ini akan berhubungan erat bahkan menentukan dalam keberhasilan proses belajar, di dasari pada begitu eratnya antara tugas psikologi (jiwa) dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi pendidikan (educational psychology). Istilah individu berasal dari kata individera berarti satu kesatuan organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak dapat dipisahkan. [3] Sejak lahir, bahkan sejak masih di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis (jasmani dan rokhani) yang khas (unik) dan terus menerus mengalami pertumbuhan dan perkembangan, yang keduanya merupakan sipat kodrati manusia yang harus mendapat tempat dan perhatian. Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar. Psikologi perkembangan adalah suatu sikap atau perubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar, psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran. Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai 7 mati. ( Ross Vasta. dkk, 1992 ). Dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari karakteristik jiwa dan tingkah laku manusia. 2.2.2. Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Pembelajaran Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si. [4] mendefinisikan bahwa Psikologi Pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar. Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam yaitu : 1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya. 2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya. 3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik. Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu : 1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of educational psychology).. 2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity) 3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure). 4.Perkembangan siswa (growth). 5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses). 6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning). 7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition learning) 8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of 8 learning). 9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran atau evaluasi. (measurement: basic principles and definitions). 10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters) 11.Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement). 12. Ilmu statistic dasar (element of statistics). 13. Kesehatan rohani (mental hygiene). 14. Pendidikan membentuk watak (character education). 15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah. (Psychology of secondary school subjects). 16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school). Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didik, bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, 9 sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat : 1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu. 2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami diharapkan guru psikologi dapat pendidikan menentukan yang strategi memadai atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. 3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru di samping melaksanakan pembelajaran juga diharapkan dapat membimbing para siswanya dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar melalui proses hubungan interpersonal 4. yang Memfasilitasi dan penuh kehangatan memotivasi belajar dan keakraban. peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa seperti bakat, kecerdasan dan minat, sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai tampaknya guru akan mengalami 10 kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator. 5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif, guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat 6. belajar dengan Berinteraksi nyaman secara dan tepat menyenangkan. dengan siswanya Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. 7. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian. Beberapa peran penting psikologi perkembangan peserta didik dalam 1. proses Memahami belajar peserta didik mengajar sebagai adalah pelajar, : meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain. 2. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran. 3. Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran. 4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran. 5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif. 6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran. 7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. 8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran. 11 9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran. 10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru. 11. Membimbing perkembangan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Menurut Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metodemetode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut: 1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan. 2.Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar. 3. Teori dan proses belajar. 4. Hubungan antara teknik mengajar danhasil belajar. 5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu. 6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya. 7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan. 8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid. 9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan. 10. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan belajar. 12 3. Konsribusi Psikologi Perkembangan terhadap Proses Pembelajaran. Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran. Di samping itu kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip dalam belajar diantaranya : 1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempuyai tujuan yang jelas. 2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksanakan oleh orang lain. 3. Orang itu harus bersedia mengalami berbagai macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya. 4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya. 5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan. 6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan. 7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya asfek intelektual namun termasuk pula asfek emosional, sosial, etis dan sebagainya. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain. 13 8. Untukbelajar diperlukan insighat, apa yang dipelajari harus benar-benar dipahamai, belajar bukan sekedar menghapal fakta secara verbalistis. 9. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain. 10. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan. 11. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman. 12. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauuan dan hasrat untuk belajar. Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan, karakteristik suatu teori ialah memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi dan dapat prinsip yang dapat diuji. Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah: 1. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pengajaran. 2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas. 3. Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas. 4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarrkan teoriteori tertentu. Teori pembelajaran behaviorisme yang berpendapat bahwa perilaku terbentuk melelui perkaiatan antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respon). Perubahan perilaku lebih banyak karena pengaruh lingkungan. Teori behaviorisme dibedakan antara teori pelaziman klasik dan teori pelaziman operan. Teori pelaziman klasik dipelopori oleh Ivan Pavlov, konsep atau prisip pembelajaran yaitu: 1. Excitation (pergetaran) 2. Irradiaton (penularan) 14 3. Stimulus generalization 4. Extinction (penghapuan) Menurur teori pembelajaran Gestalt, pembelajaran merupakan suatu fenomena kognitif yang melibatkan persepsi terhadap suatu benda, orang, atau peristiwa dalam cara-cara yang berbeda. Beberapa aplikasi tori gestalt dalam proses pembelajaran adalah pengalaman tilikan (insight), pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), perilaku bertujuan (purposive behavior), prinsip ruangg hidup (life space), dan transfer dalam pembelajaran (learning transfer). 2.3 Dampak Perbedaan Karakter Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran. Banyak aspek yang berpengaruh dalam proses belajar. Faktor itu seperti faktor kognitif, afektif, psikomotor maupun faktor campuran dari ketiga aspek sebelumnya. Pengaruh faktor-faktor ini menentukan bagaimana hasil pencapaian siswa dalam belajar. Dengan kata lain, karakter peserta didik dipengaruhi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif, afektif, dan psikomotor adalah aspek-aspek kepribadian yang sering disama-artikan dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga istilah ini berasal dari ahli yang berbeda. Kognitif (aspek penalaran) dikembangkan oleh Bloom; afektif (aspek budi pekerti) dikembangkan oleh Krathwohl; psikomotor (aspek keterampilan psikomotor) dikembangkan oleh Simpson. a. Faktor Kognitif Faktor kognitif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengetahui --- Mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur, dan perangkat. 2. Mengerti --- Memahami 3. Mengaplikasikan --- Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit. 15 4. Menganalisis --- Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagianbagian atau komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam sesuatu komunikasi. 5. Mensintesiskan ---Kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh. 6. Mengevaluasi --- Kemampuan untuk menetapkan nilai/ harga dari suatu bahan dan metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu. Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap sesuatu obyek selalu berbeda dengan orang lain. Artinya, obyekyang sama, mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda dalam penalaran (kognitif) à berbeda pula dalam kepribadian à maka terjadilah perbedaan individu. b. Faktor Afektif Faktor afektif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menerima atau memperhatikan --- Kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu. 2. Merespon --- Mereaksi perangsang atau gejala tertentu. 3. Menghargai, berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga atau nilai tertentu. 4. Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai yang dominan. 5. Mewatak --- suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budipekertinya mendekati kesempurnaan. Orang yang berbudipekerti luhur akan sangat berbeda dengan orang yang tidak berbudi hapir dalam segala sepak terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan 16 kepribadiannya. Jadi dengan kata lain, faktor afektif sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perbedaan individual. c. Faktor Psikomotor Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengindera ---- Kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera. 2. Menyiagakan diri --- Mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan. 3. Bertindak secara terpimpin --- Melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu. 4. Bertindak secara mekanik --- Bertindak mengikuti prosedur baku. 5. Bertindak secara kompleks --- Bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru. Orang yang telah sampai pada tingkat puncak keterampilan psikomotor dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada penciptaan teknologi baru. Jadi keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap perbedaan individual. Dari uraian di atas, faktor kognitif, afektif, dan psikomotor sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan individual secara terpisah. Tetapi sebenarnya baik secara sendiri-sendiri (terpisah) maupun secara bersama-sama (campuran), maka ketiga faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan individual. Ada 4 kemungkinan campuran, yaitu: 1. Percampuran antara faktor kognitif, afektif, dan psikomotor. 2. Percampuran antara faktor kognitif dan afektif. 3. Percampuran antara faktor kognitif dan psikomotor. 4. Percampuran antara faktor afektif dan psikomotor. 17 Bagaimanapun variasi campurannya, semua berpengaruh terhadap perbedaan individual. Perbedaan ini juga akan berdampak pada proses pembelajaran peserta didik. Dampak dari perbedaan ini bisa kearah positif (positive side)atau malah menjurus ke arah negatif (negative side). Maka dari hal tersebut, guru harus menguasai mengenai psikologi pendidikan guna menanganinya. 18 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam proses pembelajaran, perbedaan karakter peserta didik mempunyai pengaruh yang sangat besar. Perbedaan ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perbedaan inilah yang mempengaruhi apakah anak tersebut merupakan fast-learner atau bukan. Seorang guru juga harus jeli dalam menganalisa suasana kelas agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sebagai objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Sehingga dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi Guru sebagai pendidik atau pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan materi pelajaran. 19 DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/karakteristik-peserta-didikdalam.html http://anneahira.com/pengertian-kognitif-afektif-psikomotorik.html http://lenterailmu.com/kontribusi-psikologi-perkembangan-peserta-didikterhadap-proses-pembelajaran_LentERA Ilmu.html http://bambangsubahri.blogspot.com/belajar-kognitifafektif-dan.html 20