e-learning perencanaan pembelajaran matematika pert

advertisement
E-LEARNING
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PERT-3
Oleh
Nanang Khuzaini, S.Pd.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2015
KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Perencanaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata dasar
rencana yang artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan berarti proses,
perbuatan, cara merencanakan. Selain itu, rencana dapat diartikan sebagai pengambilan
keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
proses perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui
analisia kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Beberapa ahli mendefinisikan perencanaan sebagai berikut:
1. Menurut
William
G.
Chunningham,
perencanaan
adalah
menyeleksi
dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan
datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan,
urutan kegiatan yang diperlukan dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima
yang akan digunakan dalam penyelesaian. Oleh karena itu, perencanaan lebih
menekankan pada wujud tujuan yang akan datang, dan usaha untuk mencapainya.
2. Menurut Arthur W. Steller,
perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada
sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang berhubungan
dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Oleh
karena itu, perencanaan menekankan pada usaha mengisi kesenjangan atau
menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadan yang akan datang
disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan.
3. Menurut Donald P. Ely, perencanaan adalah suatu proses untuk menetapkan ”ke
mana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ke ”tempat” itu dengan cara yang
paling efektif dan efisien. Menetapkan ”ke mana harus pergi” mengandung
pengertian sama dengan merumuskan tujuan dan sasaran yang hendak dituju,
sedangkan ”bagaimana untuk sampai ke tempat itu” berarti menyusun langkahlangkah yang efektif untuk mencapai tujuan.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan mengandung paling
sedikit 4 unsur yaitu:
a. ada tujuan yang harus dicapai
b. ada strategi untuk mencapai tujuan
c. sumber daya yang mendukung
d. implementasi setiap keputusan
Perencanaan selalu mempunyai arah yang hendak dicapai yaitu tujuan yang harus
dirumuskan dalam bentuk sasaran yang jelas dan terukur. Strategi untuk mencapai tujuan
berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh seorang perencana.
Penetapan sumber daya yang dapat mendukung diperlukan untuk mencapai tujuan
meliputi penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan, anggaran biaya dan sumber
daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi adalah
pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya. Untuk menilai efektivitas suatu
perencanaan dapat dilihat dari implementasinya.
Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan
baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif untuk memperkecil kesenjangan
yang ada dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan hasil
proses berpikir dan pengkajian dan penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap
lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi, yang merupakan awal dari semua proses
pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.
B. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berasal dari kata belajar
yang artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; atau berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah proses
atau cara menjadikan seseorang belajar.
Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahlia sebagai berikut:
1. Menurut Hamzah B. Uno, pembelajaran memilliki hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Sehingga dalam
belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru, tapi juga dengan segala sumber
belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2. Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang ada di luar diri siswa
sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
3. Menurut Gagne, ”instruction is a set of event that effect learner in such a way that
learning is facilitated”
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai suatu
proses kerjasama, tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa
saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
Tujuan dari pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku
dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pengembangan perilaku dalam
bidang kognitif adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa, misalnya
kemampuan penambahan pemahaman, dan informasi agar pengetahuan menjadi lebih
baik. Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap siswa
terhadap bahan dan proses pembelajaran, maupun pengembangan sikap sesuai dengan
norma-norna yang berlaku di masyarakat. Pengembangan perilaku dalam bidang
psikomotor adalah pengembangan kemampuan menggunakan otot atau alat tertentu,
maupun menggunakan potensi otak untuk memecahkan permasalahan tertentu.
Dari kedua pengertian perencanaan dan pembelajaran yang telah diuraikan di atas,
maka dapat disimpulkan pengertian dari perencanaan pembelajaran adalah proses
pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran tertentu, yaitu perubahan tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang hatus
dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi
dan sumber belajar yang ada. Hasil dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah
tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal dui atas, dan dokumen tersebut dapat
dijadikan acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa perencanaan pembelajaran
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir, artinya suatu
perencanaan
pembelajaran
tidak
disusun
sembarangan
tetapi
dengan
mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat berpengaruh, dan segala
sumber daya yang tersedia yang dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Sehingga ketercapaian tujuan merupakan fokus utama
dalam perencanaan pembelajaran.
3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan. Perencanaan pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman
dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
C. Perlunya perencanaan pembelajaran
Bagi seorang pekerja profesional, merencanakan sesuatu sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab profresinya merupakan tahapan yang tidak bisa ditinggalkan. Guru atau
pendidik merupakan pekerjaan profesional, sehingga guru yang akan melaksanakan
tugasnya perlu untuk melakukan perencanaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pembelajaran adalah proses yang bertujuan.
Sesederhana apapun proses pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru, pasti
mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Oleh karena itu, semakin kompleks
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, maka semakin kompleks pula perencanaan
pembelajaran yang harus disusun oleh guru.
2. Pembelajaran adalah proses kerjasama.
Proses pembelajaran pasti akan melibatkan guru dan siswa.
Tidak akan berarti
seorang guru sebagai pengelola pembelajaran tanpa ada siswa yang dikelola.
Demikian pula sebaliknya, siswa tanpa guru dalam proses pembelajaran tidak
mungkin akan dapat berjalan secara efektif, apalagi untuk siswa yang masih
memerlukan bimbingan sepenuhnya dari guru. Dengan demikian, dalam proses
pembelajaran guru dan siswa perlu bekerjasama secara harmonis. Guru perlu
merencanalan apa yang harus dilakukan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai
secara optimal, dan merencanakan apa yang sebaiknya diperankan sebagai pengelola
pembelajaran.
3. Proses pembelajaran ádalah proses yang kompleks.
Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi
merupakan proses pembentukan perilaku siswa. Proses pembelajaran merupakan
proses yang kompleks sebab siswa memiliki minat, bakat, dan gaya belajar yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus memperhitungkan segala
kemungkinan yang terjadi, sehingga memerlukan perencanaan yang matang dari
seorang pengajar.
4. Proses pembelajaran akan efektif jika memanfaatkan sarana dan prasarana yang
tersedia.
Salah satu kelemahan guru saat ini adalah dalam pengelolaan pembelajaran
kurang memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan
berbagai sumber belajar. Dewasa ini, sesuai dengan perkembangan teknologi maka
banyak sekali hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh guru
untuk
menunjang keberhasilan proses pembelajaran, misalnya penggunaan komputer, LCD,
dan lain-lain. Untuk mendapatkan dan memberikan sumber belajar yang
lebih
beragam dan mutakhir, guru dapat memanfaatkan internet. Oleh karena itu, proses
pembelajaran yang efektif perlu perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
D. Manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran.
1.
Manfaat preencanaan pembelajaran
Ada beberapa manfaat perencanaan pembelajaran , di antaranya adalah:
a. Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi seberapa
besar keberhasilan yang akan dicapai.
Oleh kasrena itu akan terhindar dari keberhasilan yang sifatnya untung-untungan
sebab segala kemungkinan kegagalan sudah dapat diantisipasi oleh guru. Dalam
perencanaan, guru harus paham tujuan apa yang akan dicapai, strategi apa yang
tepat dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari mana sumber
belajar yang dapat digunakan.
b.
Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
Dengan perencanaan yang mtang, maka segala kemungkinan dan masalah yang
akan
timbul
dapat
diantisipasi
sehingga
dapat
diprediksi
pula
jalan
penyelesaiannya.
c.
Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
Dengasn perencanaan yang tepat, maka guru dapat menentukan sumber-sumber
belajar yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran sebab
saat ini banyak sekali sumber belajar yang ditawarkan baik melalui media cetak
maupun elektronik.
d.
Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis.
Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan berlangsung
seadanya, tetapi akan terarah dan terorganisir dan guru dapat memanfaatkan
waktu seefektif mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Fungsi perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:
a. Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat
memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang
ada sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat
dipahami jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan
direncanakan dan diprogram secara utuh.
c. Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap
lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan
dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
d. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang
yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti
orang
tua
dan
masyarakat.
Dokumen
perencanaan
harus
dapat
mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan hasil yang
hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e. Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa
yang akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang
telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan
berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan
diperoleh.
f. Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam
pelajaran efektif.
g. Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk
manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja,
tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka
proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara seimbang.
h. Fungsi kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan
akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa
dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan balikan kepada guru dalam
mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
E. Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran
Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Merumuskan tujuan khusus
Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama dari seorang guru adalah
merumuskan tujuan pembelajaran khusus beserta materi pelajarannya. Sebab tujuan
umum (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dari pembelajaran sudah
dirumuskan oleh para pengembang kurikulum. Tugas guru adalah menterjemahkan
tujuan umum pembelajaran (SK dan KD) menjadi tujuan khusus (indikator)
pembelajaran yang lebih spesifik dan mudah terukur.
Rumusan tujuan pembelajaran menurut Bloom (1964) mencakup 3 aspek penting
yaitu domain kognitf, afektif, dan psikomotorik.
a.
Domain kognitif
Pada domain kognitif, tujuan pembelajaran berkaitan dengan aspek intelektual
siswa, melalui penguasaan pengetahuan dan informasi mengenai data dan fakta,
konsep, generalisasi, dan prinsip. Semakin kuat seseorang dalam menguasai
pengetahuan dan informasi, maka semakin mudah seseorang dalam melaksanakan
aktivitas belajar.
b.
Domain afektif
Domain afektif adalah domain yang berhubungan dengan penerimaan dan
apresiasi seseorang terhadap suatu hal dan perkembagan mental yang ada dalam
diri seseorang.
c.
Domain psikomotor
Domain psikomotor adalah domain yang menggambarkan kemampuan dan
ketrampilan seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau performance yang
berupa ketrampilan fisik dan ketrampilan non fisik. Ketrampilan fisik adalah
ketrampilan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan menggunakan oto,
sedangkan
ketrampilan
nonfisik
adalah
ketrampilan
seseorang
dalam
menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu
permasalahan.
2. Memilih pengalaman belajar
Belajar bukan hanya sekedar mencatat dan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman, sehingga siswa harus didorong secara aktif untuk melakukan kegiatan
tertentu, mencari dan menemukan sendiri fakta. Ada kalanya proses pembelajaran juga
dilakukan dengan simulasi dan dramatisasi. Tujuan yang hendak dicapai tidak hanya
sekedar untuk mengingat, tapi juga menghayati suatu peran tertentu yang berkaitan
dengan perkembangan mental dan emosi siswa. Ada kalanya siswa juga diberi
kesempatan untuk belajar secara berkelompok yang memberikan pengalaman pada
siswa untuk mampu bersosialisasi dengan orang lain.
3. Menentukan kegiatan belajar mengajar
Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai pada dasarnya dapat
dirancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan individual. Pendekatan
kelompok adalah pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan
klasikal, yakni pembelajaran di mana setiap siswa belajar secara berkelompok baik
kelompok besar maupun kelompok kecil. Pembelajaran Pembelajaran individual
adalah pembelajaran di mana siswa belajar secara mandiri melalui bahan ajar yang
dirancang demikian sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan
masing-masing.
4. Menentukan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran
Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran dan berperan sebagai
sumber belajar meliputi instruktur atau guru, dan tenaga profesional. Peran guru dalam
proses pembelajaran adalah sebagai pengelola pembelajaran. Agar guru dapat
melaksanakan fungsi dan tugasnya secara maksimal, maka guru harus memiliki
kemampuan untuk berbicara dang berkomunikasi dengan menggunakan berbagai
media. Selain itu, guru juga berperan sebagai pengatur lingkungan belajar yang
memberikan pengalaman belajar yang memadai bagi siswa. Guru dituntut untuk dapat
mendesain dan mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar dngan penuh semangat
sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.
5. Memilih bahan dan alat
Penentuan bahan dan alat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. keberagaman kemampuan intelektual siswa
b. jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa
c. tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus
d. berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
e. bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan
f. fasilitas fisik yang tersedia
6. Ketersediaan fasilitas fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas, pusat media, laboratorium,
dan lain-lain. Guru dan siswa akan bekerja sama menggunakan bahan pelajaran,
memanfaatkan alat, berdiskusi, dan lain sebagainya dan kesemuanya itu dapat
digunakan melalui proses perencanaan yang matang melalui pengaturan secara
profesional termasuk adanya dukungan finansial sesuai dengan kebutuhan.
7. Perencanaan evaluasi dan pengembangan
Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam perencanaan pembelajaran,
sebab dengan evaluasi akan dapat dilihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur W. Steller. 1983. Curriculum Planning. ASCD. Virginia.
Bloom, Benjamin S. 1964. Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain. David
McKay. New York.
Donald P. Ely. 1978. Instructional Design and Development. Syracuse University Publisher.
New York.
Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Gagne, R.M. 1975. Essensials of Learning for Instructional. The Dryden Press. Illionis.
Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi
Aksara. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
William G. Cunningham. 1982. Systematic Planning for Educational Change. 1st Edition.
Mayfield Publishing Company. California.
Wina Sanjaya. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta
Download