Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran IPA
Menurut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan
diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences
(ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,
mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi,
citologi, embriologi, mikrobiologi.
IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan
kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak
habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alarn itu satu persatu, serta mengalirnya
informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya,
yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit,
sehingga semboyan “Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang
berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi
budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata
uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang
lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada basil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
obervasi dan eksperimen.
Uraian di atas Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Objek, menggunakan
metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan
alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang
menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukan kedalam kurikulum suatu sekolah. Usman
6
7
Samatowa (2006) mengemukakan beberapa alasan sains dimasukan di kurikulum Sekolah
Dasar yaitu :
Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang
lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan
bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut
sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains.
Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang
cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan
mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah.
Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak,
maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Mata pelajaran
ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta
didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun
kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
2.1.2. Hasil Belajar Mengajar
2.1.2.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa raja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
8
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati
dan diukur.
Sedangkan Menurut Gagne (1984: 28) belajar didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti
Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya.
Dan pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau
terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru
perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada
siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar
proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus
merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang
memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas
guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung
optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas
membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar
dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi
pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung
optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol
(Arief Sukadi 1984: 8) tujuan-tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang
berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.
2.1.2.2. Pengertian Mengajar
Menurut Sumantri (2001:20) salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan
menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap-sikap
tertentu dari guru kepada peserta didik.
Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian
pesan-pesan dari seorang guru kepada para peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut
persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan
9
membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar diperlukan kemampuan profesional dari
guru.
Seianjutnya T. Raka Joni dalam Sumantri (2001:21) merumuskan pengertian mengajar
sebagai pencipta dan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan
instruksional yang ingin dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada
dalam hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan dilakukan serta
sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
2.1.2.3. Hasil Belajar
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa
dan basil mengajar guru. Informasi hasil belajar berupa kompetensi dasar yang sudah
dipahami dan yang belum dipahami oleh sebagian besar siswa. Hasil belajar siswa digunakan
untuk memotivasi siswa dan guru agar melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran dilakukan dalam bentuk
program remedial dan pengayaan berdasarkan hasil evaluasi basil penilaian. Apabila dalam
satu satuan waktu tertentu sebagian besar siswa belum mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar, maka guru melaksanakan program remedial, sedang bagi siswa yang telah
menguasai diberi program pengayaan. Jadi prinsip dasar kegiatan mengelola hash penilaian
adalah pemanfaatan hasil penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Laporan hasil belajar siswa mencakup aspek kognitif, aspek psikomotor, dan aspek
afektif Informasi aspek afektif dan psikomotor diperoleh dari sistem tagihan yang digunakan
untuk mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Tidak semua mata pelajaran
memiliki aspek psikomotor, hanya mata pelajaran tertentu saja yang dinilai aspek
psikomotomya, yaitu yang melakukan kegiatan praktek di laboratorium atau bengkel. Informasi
aspek afektif diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik.
Hasil belajar aspek kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan, karena dimensi
yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang
penting. Ada orang yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi, kemampuan psikomotor
cukup, dan memiliki minat belajar yang cukupan. Namun ada orang lain yang memiliki
kemampuan kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua orang
itu dijumlahkan, bisa jadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang itu tampak sama
10
walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda. Apabila skor kemampuan
kognitif dan psikomotor dijumlahkan maka akan berakibat ada informasi yang hilang. Yaitu
karakteristik spesifik kemampuan masing-masing individu.
Di dunia ini ada orang yang kemampuan berpikirnya tinggi, tetapi kemampuan
psikomotomya rendah. Agar sukses, orang ini harus bekerja pada bidang pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan berpikir tinggi dan tidak dituntut harus melakukan kegiatan yang
membutuhkan kemampuan psikomotor yang tinggi. Oleh karena itu, laporan hasil belajar,
selain muncul skor juga muncul keterangan tentang penguasaan siswa terhadap materi yang
telah dipelajari. Dengan demikian pada laporan itu selain ada ketentuan lulus atau tidak
lulusnya seseorang siswa juga ada keterangan materi apa saja yang sudah dikuasai dan
materi apa saja yang belum dikuasai siswa.
2.1.3. Metode Pembelajaran
2.1.3.1. Pengertian Metode Eksperimen
Menurut Sumantri (2001: 135-136) Eksperimen atau percobaan adalah suatu tuntutan
dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang
dinikmati masyarakat secara aman. Eksperimen-pun dilakukan orang agar diketahui
kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori.
Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik usia sekolah dasar merupakan kesempatan
meneliti yang dapat mendorong mereka mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir
ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bias berkembang di masa datang.
Metode eksperimen atau percobaan juga dapat diartikan sebagai cara belajar mengajar
yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil
percobaan itu.
2.1.3.2. Eksperimen dalam pembelajaran
Menurut Sumantri 2001: 136 alasan penggunaan metode Eksperimen dalam
pembelajaran yaitu:
1. Metode Eksperimen diberikan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar
dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu
objek, keadaan atau proses tertentu;
2. Metode Eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah.
11
2.1.3.3. Keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan metode eksperimen
Menurut Sumantri (2001:136) ada keuntungan dan kelemahan penggunaan metode
eksperimen yaitu:
Keuntungan penggunaan metode eksperimen adalah:
1. Membuat peserta didik percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri
daripada hanya menerima kata guru atau buku
2. Peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya
3. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah
4. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis, dan
menghilangkan verbalisme
5. Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama
Kelemahan penggunaan metode eksperimen adalah:
1. Memerlukan peralatan percobaan yang komplit
2. Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang
lama
3. Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam
penelitian
4. Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan
menyimpulkan
2.1.3.4. Langkah metode eksperimen yang akan dilaksanakan dalam penelitian
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi
tahap-tahap sebagai berikut :
1. Percobaan awal
Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau
dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi IPA
yang akan dipelajari.
2. Pengamatan
Merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk
mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
12
3. Hipotesis awal
Siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.
4. Verifikasi
Kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan
dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan
membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep, setelah siswa
merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan
ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari
5. Evaluasi
Merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran
dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman
konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun
aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk
menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan
pokok bahasan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
adalah :
1. Menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
2. Memberikan apersepsi.
3. Memotivasi siswa.
4. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen
5. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
6. Guru menjelaskan materi yang akan dieksperimenkan.
7. Guru membagikan LKS yang telah disiapkan pada setiap kelompok.
8. Siswa dengan bimbingan guru melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dalam
LKS yang telah dibagikan.
9. Pelaporan hasil eksperimen dan beberapa perwakilan kelompok diminta mempresentasikan hasil eksperimennya serta kelompok lain memberikan tanggapan.
10. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
11. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran.
13
Menurut Sulamah (2003:23) proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses. Juga meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang
pesat berkat metode ilmiah. Proses pembelajaran IPA menurut keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Dengan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dapat
melatih siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya. Diharapkan metode eksperimen
dalam proses pembelajaran IPA akan dapat meningkatkan presentasi belajar dan semangat
belajar secara aktif pada siswa
2.1.3.5. Pembelajaran Tentang Energi Gerak
Setiap benda yang melakukan kegiatan atau usaha memerlukan energi. Energi adalah
kemampuan untuk melakukan usaha. Bentuk-bentuk energi antara lain energi gerak, panas,
energi cahaya, energi listrik, energi bunyi, dan energi kimia.
Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak, energi
gerak dimiliki oleh air dan angin.
2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suwandi (2010/2011) yang berjudul “Peningkatan
Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Tentang Energi Gerak Siswa SD Negeri Sentul”.
Jenis Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Subjek yang akan di teliti
siswa Kelas IV SD Negeri Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Model PTK yang
digunakan adalah model Kemmis dan metode Eksperimen target dengan menggunakan 2
siklus. Tahapan Siklus ada 4 yaitu perecanaan, Implemintasi RRP dan observasi serta refleksi.
Teknis Analisis yang diogunakan adalah statistic deskretif yang terdiri dari distribusi
frekuensi,skror minimal –maksimal dan presentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. pra siklus tidak
terjadi ketuntasan hasil belajar, Hal ini disebabkan adanya tidakan di dalam proses
pembelajaran yaitu dengan penggunaan metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar
siswa Hal ini terlihat pada ketuntasan hasil belajar pada pra siklus,siklus I, dan siklus II sebab
yang tuntas pada pra siklus yang tuntas 5 siswa dari 11 siswa adalah (45% ) sedangkan pada
siklus I yang tuntas 9 siswa dari 11 siswa adalah (82% ) dan pada siklus II seluruh siswa
sebanyak 10 tuntas dari siswa 11 adalah ( 91% )yang telah mencapai tustas KKM ( 65 ).
Saran yang dapat diambil dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mendapat pengetahuan
14
yang baru tentang pembelajaran IPA dengan metode Eksperimen yang dapat meningkatkan
hasil belajar IPA. Bagi guru menggunakan metode ini bisa mengetahui kekurangan dalam
proses KBM dan siswa dalam menggunakan metode Eksperimen aktivitas belajarnya
meningkat. Maka bagi sekolah dapat memberikan masukan pada guru tentang upaya
peningkatan hasil belajar tentang IPA dengan metode Eksperimen.
Penelitian yang dilakukan oleh Saiful Kumain dengan judul penggunaan metode
eksperimen berbasis verifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata
pelajaran IPA konsep gaya di SDN Gejugjati I Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Dalam
penelitian tersebut disimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 68%,
siklus II89% berarti telah mengalami peningkatan.Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan
ketuntasan pada siklus I, kelemahannya metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah
ada penelitian yang membuktikan metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan Liling Nuryefi Rinjanna dengan judul Penerapan metode
eksperimen untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi panas bidang studi sains
kelas IV SDN Klenong Lor I Banyuanyar, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa sebelum diberikan tindakan ketuntasan belajarnya hanya mencapai 16% dan setelah
diberi tindakan pada siklus II meningkat menjadi 84%.
Dengan demikian dalam penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan
ketuntasan pada siklus II, kelemahannya metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah
ada penelitian yang membuktikan metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh samsul Arif yang berjudul penerapan metode eksperimen
untuk meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan tumbuhan hijau siwa kelas V SDN
Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan oleh SamsulArif. Dalam penelitian
itu disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen telah berhasil
meningkatkan aktivitas dan kreatifitas belajar siswa. Hal ini terbukti semua siswa ( 100% )
telah mencapai kreteria yang diharapkan yaitu aktif, kreatif dan hasil belajar yang baik, dan
juga terbukti sebagian besar siswa ( 82, 05% ) telah mencapai ketuntasan individu yang
ditetapkan yaitu 70, walaupun beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan, namun
ketuntasan belajar siswa sudah tercapai di atas 80%.
15
2.3. Kerangka Pikir
Keberhasilan proses pembelajaran IPA tentu tidak terlepas dari beberapa faktor yang
mendukungnya, antara lain: sistem pendidikan, media pembelajaran, sarana dan prasarana
pendidikan, guru, dan metode pembelajaran. Pembelajaran IPA akan meningkat kualitasnya,
maka harus disertai dengan adanya faktor yang mendukung kegiatan tersebut, seperti yang
telah disebutkan salah satunya adalah metode pembelajaran. Faktor tersebut merupakan
salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran IPA.
Diharapkan dengan adanya penggunaan metode eksperimen dalam proses
pembelajaran IPA akan sangat membantu dalam kelancaran pembelajaran tersebut dan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA itu sendiri. Metode eksperimen atau percobaan
dapat membantu siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri, befikir ilmiah
dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa mendatang.
Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada upaya Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Melalui Penerapan Metode Eksperimen Dengan Sumber Belajar Lingkungan Pada Siswa
Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo.Hasil analisis dalam
penelitian
ini diharapkan
menyelenggarakan
proses
dapat memberikan masukan
pembelajaran
IPA
untuk
pada
semua
meningkatkan
SD
yang
keterampilan,
pengembangan bakat dan peningkatan prestasi dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran IPA melalui penggunaan metode Eksperimen.
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah
1. Jika penerapan metode eksperimen dengan sumber belajar lingkungan dilaksanakan
dengan baik (sesuai sintaks) diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas 4 SD
Negeri Selomerto semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Berdasarkan sintaks metode eksperimen maka penerapan metode eksperimen dengan
sumber belajar lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas 4 SD Negeri
Selomerto semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat dilakukan dengan tahapan 1)
Percobaan awal 2) Pengamatan 3) Hipoteis awal 4) Verifikasi 5) Evaluasi.
Download