i BAB II KOMUNIKASI DAN PRILAKU A. KOMUNIKASI Komunikasi

advertisement
BAB II
KOMUNIKASI DAN PRILAKU
A. KOMUNIKASI
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia, baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang
yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara
kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Bahkan sejak manusia
dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis
yang pertama pada saat itu ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.1
1. Pengertian komunikasi
Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa latin, yaitu communication, yang akar katanya
adalah communis, tetapi bukan pasti komunis dalam kegiatan politik.
Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu
sama makna mengenai suatu hal.2
Jadi komunikasi berlangsung bila antara oaring-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
Disini pengertian diperlukan agar komunikasi dapat berlangsung,
sehingga hubungan mereka itu bersifat komunikatif.
1
Syaiful Bahri Djamah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga,
(Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2004), hlm. 9.
2
Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2008), Cet.
VII, hlm. 3.
i
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas
bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain. komunikasi dalam konteks ini
dinamakan komunikasi atau disebut juga komunikasi masyarakat.
Kecuali
komunikasi
transcendental,
maka
tanpa
masyarakat,
komunikasi tidak dapat berlangsung. Meski dia adalah manusia, tetapi
bila hidup seoarang diri, tidak bermasyarakat, maka tidak ada
komunikasi, karena dia tidak berbicara dengan siapa pun.3
Secara pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada
yang dilakuakan secara lisan, tatap muka, atau via media massa
maupun media non massa, misalnya surat, telepon, dan sebagainya.
Jadi, komunikasi dalam pengertian pragmatis bersifat intensinal atau
mengandung tujuan tertentu, yang diawali dengan suatu perencanaan.
Entah komunikasi itu dengan maksud untuk memberi tahu, mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku orang lain. jadi, dalam perspektif
pragmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media.4
3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2000), Cet. II, hlm.5.
4
A. Supraktiknya, Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis, (Yogyakarta :
Kanisisus, 2003), Cet. VIII, hlm. 32-34.
ii
2. Komponen komunikasi
Berdasarkan pengertian komunikasi di atas, jika dilakukan analisis
dengan cermat, ditemukan sejumlah komponen komunikasi yang
menjadi unsur-unsur utama untuk terjadinya proses komunikasi.
Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a) Komunikator yaitu : orang yang menyampaikan pesan. Dalam hal
ini komunikator boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan atau bahkan suatu Negara.5
b) Pesan yaitu : pernyataan yang didukung oleh symbol, baik verbal
maupun non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau
maksud sumber tadi.
c) Komunikan yaitu : orang yang menerima pesan. Penerima pesan ini
menafsirkan seperangkat symbol verbal atau non verbal yang ia
terima menjadi gagasan yang dapat ia fahami.6
d) Media yaitu : alat yang digunkan untuk menyampaikan pesan
kepada penerima.
e) Efek yaitu : apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima
pesan tersebut.7
Dari komponen itulah yang berinteraksi. Ketika suatu pesan
disampaikan oleh komunikator dengan perantaraan media kepada
komunikan, maka komunikator memformulasikan pesan yang akan
disampaikannya dalam bentuk kode tertentu, yang sedapat mungkin
5
Deddy Mulyana, Op,Cit., hlm. 69.
Onong Uchjana Effendy,Op,Cit., hlm. 6.
7
Deddy Mulyana,,Op,Cit., hlm. 70-71.
6
iii
dapat ditafsirkan oleh komunikasi dengan baik. Berhasil tidaknya
komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari
ketiga komponen (komunikator, pesan dan komunikan) tersebut.
Dilihat
dari prosesnya, komunikasi
dapat
dibedakan
atas
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunika verbal
adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis
maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah
komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang,
mimik muka, dan lain sebagainya.8
3. Tahapan komunikasi
Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan
tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan
memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara
berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan
pergaulan dengan orang lain, yang intinya adalah komunikasi. Bahkan
orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa
dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan untuk menata
dirinya dalam suatu lingkungan sosial.9
Demi berhasilnya komunikasi perlu dilaksanakan secara sistematis.
Tamaknya suatu formula yang biasa disebut AIDDA dapat dijadikan
landasan pelaksanaan.
8
Syaiful Bahri Djamah, Op.Cit., hlm. 14.
Deddy Mulyana, Op, Cit., hlm.5.
9
iv
Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan dari tahap-tahap
komunikasi. Dengan penjelasan sebagai berikut :
1. A – Attention (Perhatian)
Komunikasi didahului dengan upaya membangkitkan perhatian.
Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan katakata yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan (appearance)
ketika menghadapi khalayak. Senyum yang tersungging pada wajah
yang cerah sudah bisa menimbulkan perhatian pada khalayak.
2. I – Interest (Minat)
Apabila perhatian sudah berhasil terbangkitkan, kini menyusul
upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan
mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan.
Karena itu komunikator harus mengenal siapa komunikan yang
dihadapi.10
3. D – Desire (Hasrat)
Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikasi
untuk melakukan ajakan, bujukan atau rayauan komunikator.
Dalam tahap inilah yang paling berat dan sulit dilakukan oleh
seseorang adalah mengungkapkan isi hati kepada orang lain.
jangankan kepada teman biasa, kepada oring tua pun sulit untuk
10
Onong Uchjana Effendy,Op,Cit., hlm. 25.
v
dilakukan bila seseorang tidak membuka diri untuk percaya kepada
orang lain.11
4. D – Decision (Keputusan)
Dalam tahap ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian
dan saling percaya. Tidak ada lagi ganjalan-ganjalan, sehingga
padat diambil suatu keputusan.
5. A – Action (Kegiatan)
Dalam tahap ini adalah tahap terakhir dimana komunikator sudah
mempunyai keputusan untuk melakukan kegiatan sebagaimana
diharapkan dari padanya.12
B. PERILAKU
1. Pengertian Prilaku Siswa
Sebelum menerangkan lebih jauh, terlebih dahulu ada baiknya kita
mengetahui apa perilaku itu sendiri. Banyak para ahli pendidikan
memberikan definisi, dianaranya :
a. Menurut Prof. Dr. Bimo Walgito
Perilaku dalam bahasa inggris disebut attitude, menurut psikologi
perilaku merupakan “aktivitas atau perbuatan sebagai respon
terhadap suatu rangsangan atau stimulus dalam kehidupan sehari –
hari.”13
b. Menurut Dr Sarlito Wirawan Sarwono
Perilaku adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu pada diri
11
Syaiful Bahri Djamah, Op.Cit., hlm. 10.
Onong Uchjana Effendy,Op,Cit., hlm. 25.
13
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2009), cet. IV, hlm 15.
12
vi
seseorang.14 Adapun obyek-obyek perilaku dapat terarah terhadap
benda-benda, manusia, peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan,
norma-norma, nilai-nilai dan sebagainya.
c. Menurut J.B. Waston (Amerika) dan I. Pavlov (Rusia)
Bahwa tujuan dari perilaku adalah untuk menyesuaian diri dengan
dunia dan lingkungan disekitarnya agar dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagi kehidupannya.
Berdasarkan uraian diatas bawa perilaku senantiasa diarahkan
kepada suatu obyek, sesuai dengan pendapat Sarlito Wirawan Sarwono
yang memberikan pengertian perilaku bahwa perilaku adalah kesiapan
pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu.15
Jadi yang dimaksud dengan perilaku siswa disini adalah segala
aktivitas baik dalam bentuk perbuatan atau tindakan, ucapan atau
dengan kata lain adalah akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari
yang merupakan hasil proses pembelajaran.
2. Macam-macam Perilaku Siswa
Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,
binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing.
Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Bimo Walgito,
membedakan perilaku menjadi dua, yaitu :
14
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), cet. V, hlm. 224.
15
Ibid, hlm.225.
vii
a. Perilaku yang alami atau Innate behavior
Yaitu perilaku yang dibawa sejak organism dilahirkan, yang
berupa reflex-refleks dan insting-insting. Perilaku yang refleks
merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi serta sepontan
terhadap stimulus yang mengenai organism yang bersangkutan.
Misal reaksi kedip mata bila mata kena sinar yang kuat, menarik
jari bila jari kena api dan sebagainya. Perilaku ini terjadi secara
sendrinya, tidak diperintah oleh pusat susunan syaraf atau otak.
b. Operant behavior
Yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku ini
dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak. Dalam ini stimulus
setelah diterima oleh reseptor, kemudian diteruskan ke otak
sebagai pusat susunan syaraf, sebagai pusat kesadaran, kemudian
baru terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam
otak atau pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis.
Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis ini disebut
perilaku psikologis.16
3. Bentuk-bentuk Perilaku Siswa
Bentuk-bentuk perilaku siswa dapat dibedakan menjadi :
a. Perilaku bermasalah (Problem behavior)
Masalh perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan
masih dalam katagori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri
dan orang lain. dampak perilaku yang bermasalah yang dilakukan
remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya
dengan remaja lain, dengan guru dan dengan masyarakat. Perilaku
malu dalam berbagai aktivitas yang digelar sekolah misalnya,
termasuk dalam katagori perilaku bermasalah yang menyebabkan
seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi Problem
behavior akan merugikan secara tidak langsung pada seorang
remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
b. Perilaku menyimpang (Behaviour disorder)
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau
yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan
perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa
semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja
16
Bimo Walgito, Op.Cit., hlm. 15.
viii
mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan
menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku yang
menyimpan pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan
todak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan.
Penyebab Behaviour disorder lebih banyak karenapersaoalan
psikologis yang selalu menghantui dirinya.
c. Perilaku penyesuaian diri yang salah (behavior maladjustment)
Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya
didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan
sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku
menyontek, bolos dan melanggar peraturan sekolah merupakan
contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah
menengah (SLTP/SLTA).
d. Perilaku yang tidak dapat membedakan benar-salah (conduct
disorder)
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu
membedakan antara perilaku benar atau salah. Wujud dari
conductdisorder adalah munculnya cara fiker dan perilaku yang
kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah.
Penyebabnya, karena sejak kecil orang tua tidak bisa membedakan
perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua
harus mampu memberikan hukuman (punishment) pada anak saat
ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau
hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau
benar. Seorang remaja disekolah dikatategorikan dalam conduct
disorder apabila ia menunculkan perilaku anti sosial baik secara
verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak
sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu
conductdisorder juga dikategorikan padaremaja yang berperilaku
oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang
ditunjukkan remaja yang menjurus ke permusuhan yang akan
merugikan orang lain.
e. Perilaku perhatian yang kurang terhadap anak hiperaktif (Attention
deficit hyperactivity disorder)
Attention deficit hyperactivity disorder, yaitu anak yang
mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima
implus-implus sehingga gerakan-gerakanya tidak dapat terkontrol
dan menjadi hyperactif. Remaja sekolah yang hyperactive biasanya
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak
dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau
tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak
ix
berbicara, remaja yang hiyperactif tersebut tidak memperhatikan
lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactive sangat mudah
terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami
kesulitan dalam bermain bersama dengan temanya.17
Menurut Hasan Langgulung menyebutkan bahwa perilaku secara
umum memiliki 2 bentuk yaitu perilaku intelektual dan perilaku
reflektif, hal ini pun sebagaimana terjadi pada siswa, terhadap kedua
bentuk tersebut. Kedua bentuk tersebut adalah :
a. Perilaku intelektual
Perilaku intelektualmaksudnya adalah sejumlah perbuatan yang
dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan. Ciri
utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu.
b. Perilaku reflektif
Perilaku reflektifmaksudnya adalah respon yang timbul pada
manusia secara mekanisme dan tetap, seperti kedipan mata yang
terkena cahaya, dan gerakan-gerakan tubuh yang kitalihat dan lainlain.18
4. Karakteristik Perilaku Siswa
Secara bahasa Karakter berasal dari bahasa Yunani dan latin
Charassein-character, kata tersebut berarti mengukir corak yang tetap
dan tidak terhapuskan. Kata tersebut kemudian menujukan arti yang
berbeda.19
Dalam bahasa Inggris, Character bermakna hampir sama dengan
sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat, dan budi pekerti.
17
Robert E Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm
180-182.
18
Hasan Langgulung , Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Pustaka Al-husna Baru,
2008), hlm. 268.
19
Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Bulding, (Yogyakarta : Tiara
Wacana, 2008), hlm. 92.
x
Menurut Ki Hadjar Dewantara sebagaimana yang dikutip oleh
Arismantoro Mengemukakan bahwa kalimat : “Runah uni mempunyai
karakter batak”, “Tingkahlaku orang itu berkarakter luhut, kasar, suka
berkorban” dan lain-lain. Berarti, kata karakter mengandung makna
penggambaran yang bertujuan untuk mengenalkan suatu benda atau
orang berdasarkan ciri atau tanda yang dilihat.20
Menurut Griek sebagaimana yang dikutip oleh Arismantoro
mengemukakan bahwa karakter dapat di definisikan sebagai panduan
dari pada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi
tanda yang husus untuk membedakan orang yang satu dengan yang
lain.21
Menurut Syaikh M. Jamaluddin Mahfudzh, karakteristik tingkah
laku siswa yang positif dan matang dapat dibedakan dengan
karakteristik-karakteristik berikut ini :
a. Mampu menguasai diri
b. Berani memikul tanggung jawab dan menghargainya
c. Mau bekerja sama
d. Mampu saling mencintai dan mempercayai
e. Mampu saling memberi dan menerima
f. Bisa diajak bekerja sama dan mendorong perkembangan dan
kemajuan
g. Mampu memperhatikan orang lain
h. Mampu menghadapi perkumpulan, ketakutan,kegelisahan, dan
persaan bersalah
i. Menikmati kepercayaan diri dan kemampuan menarik orang lain
dan berbuat hal yang sama
j. Fleksibel dalam menghadapi kenyataan.22
Tingkah laku positif dengan semua karakteristik inilah yang
mampu mewujudkan adaptasi peribadi dan sosial bagi seserang.
20
Ibid, hlm.109.
Ibid, hlm. 92.
22
Syaikh M. Jamaluddin Mahfudzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:
Pustaka Al-Kausar, 2001), hlm. 14.
21
xi
Sehingga ia punya kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan
masyarakat di mana ia hidup.
Selain tingkah laku yang positif, siswa juga mempunyai tingkah
laku yang negatif. Menurut Baharuddin, ada beberapa permasalahan
siswa di sekolah yaitu antara lain :
a. Perkelahian siswa dilingkungan sekolah maupun luar sekolah
b. Siswa yang suka mencoret-coret
c. Siswa membawa alat mainan dan buku porno
d. Siswa merokok dan membawa narkoba
e. Siswa tidak menggunakan seragam dan kelengkapan dengan
baik.23
Didalam upaya ketertiban siswa disekolah, tidak hanya siswa saja
yang dijadikan obyek yang selalu disalahkan namun diperlukan juga
manajemen sekolah yang baik agar dalam pelaksanaan ketertiban
sekolah dapat berjalan dengan baik.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku Siswa
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku
siswa, antara lain :
a. Faktor dari dalam (Intrinsik), meliputi :
1) Intelegensi
Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbedabeda. Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak
lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu
dengan cara yang tertentu. Orang yang mempunyai
inteligensi tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul,
belajar, dan berinteraksi di masyarakat. Sebaliknya orang
23
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007),
hlm. 74.
xii
yang inteligensinya rendah akan mengalami berbagai
kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan
diri di masyarakat. Akibatnya terjadi penyimpanganpenyimpangan, seperti malas belajar, emosional, bersikap
kasar, tidak bisa berfikir logis.24
2) Jenis kelamin
Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena
perbedaan
jenis
kelamin.
Anak
laki-laki
biasanya
cenderung sok berkuasa dan menganggap remeh pada anak
perempuan. Contohnya dalam keluarga yang sebagian besar
anaknya perempuan, jika terdapat satu anak laki – laki
biasanya minta diistimewakan, ingin dimanja.
3) Umur
Umur mempengaruhi pembentukan sikap dan pola
tingkah laku sesorang. Makin bertambah umur diharapkan
seseorang bertambah pula kedewasaanya dan mampu
mengendalikan emosinya. Namun kadang kita jumpai
penyimpangan-penyimpangan yang dilakuakan oleh orang
yang sudah berusia lanjut, sikapnya seperti anak kecil dan
minta diistimewakan oleh anak-anaknya.25
b. Faktor dari luar (Ekstrinsik), meliputi :
24
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet 24,
hlm.52.
25
Arie Arumwardhani, Psikologi Kesehtan (Yogyakarta : Galang Press, 20011), hlm.
129-131.
xiii
1) Peran keluarga (Orang tua)
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan
sosial sangat besar peranannya dalam perkembangan
tingkah laku anaknya. Orang tua yang menginginkan anakanaknya bertingkah laku altruistik seharusnya memulai dari
dirinya sendiri beringkah laku tersebut.
2) Guru
Meskipun keluarga merupakan agen sosialisasi yang
utama, sekolah pun mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkah laku anak. Di sekolah, guru mungkin
memudahkan memperkembangkan tingkah laku menolong
dengan menggunakan beberapa teknik. Meskipun mereka
mungkin tidak selalu menciptakan hubungan yang berarti
dengan anak, anak-anak dapat dilatih dan diarahkan dengan
menggunakan teknikyang efektif. Misalnya guru dapat
mengajarkan teknik bermain peran dan menggunakan story
contents. Dengan teknik ini dapat mengembangkan
sensitivitas terhadap kebutuhan orang laindan menambah
kemampuan role-taking dan empati.
3) Pergaulan (Teman sebaya)
Yang merupakan lingkungan sosial kedua bagi anak
setelah
keluarga,
dalam
kelompok
ini
anak
akan
menemukan berbagi nilai, norma yang berbeda bahkan
xiv
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga.
Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak mulai
mengenal harga diri, citra diri dan hasrat pribadi.
26
Ketika
anak tumbuh dewasa, kelompok sosial menjadi sumber
utama dalam perolehan informasi, termasuk tingkah laku
yang diinginkan. Meskipun kelompok teman sebaya jarang
merasakan tujuan mereka sebagai pengajaran aktif., mereka
dapat memudahkan perkembangan tingkah laku tersebut
melalui
penggunaan
penguatan,
pemodelan
dan
pengarahan. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan
menerima konsep-konsep norma
yang positif. Namun
apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan
menerima konsep-konsep yang negatife. Akibatnya akan
terjadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak.
4) Media massa
Media massa merupakan sarana yang efektif dan
efisien untuk mendapat informasi, melalui media, seseorang
dapat mengetahui keadaan dan keberadaan lingkungan dan
kebudayaaan, sehingga dengan informasi tersebut dapat
menambah wawasan seseorang.27
Namun anak-anak yang belum mempunyai konsep
yang benar tentang norma-norma dan nilai-nilai sosial
26
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan, (Jakarta :
Raja Grafindo, 2011), hlm. 113.
27
Ibid, hlm.113.
xv
dalam masyarakat, sering kali menerima mentah-mentah
semua tanyangan yang ada di televisi. Penerimaan
tayangangan
-tanyangan
yang
negative
yang
ditiru
mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Namun anak
juga dapat mempelajari tingkah laku yang tepat dalam
situasi tertentu. Televisi tidak hanya mengajarkan anak
untuk mempertimbangkan berbagai tindakan, tapi juga bisa
mengerti dengan kebutuhan orang lain, membentuk tingkah
laku menolong, sekaligus juga memudahkan perkembangan
empati.28
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak khususnya remaja adalah
individu yang memilki perilaku labil, untuk itu diperlukan pengawasan dari
segenap elemen baik dari orang tua, guru maupun masyarakat sekita
28
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta didik (Bandung : PT. Rosda Karya, 2009),
hlm. 253-256.
xvi
Download