BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penyajian dan analisis data yang dilakukan penulis tentang pola komunikasi pekerja sosial pada penerima manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta, maka penulis dapat menyimpulkan : 1. Dalam proses komunikasi yang dilakukan pekerja sosial terhadap penerima manfaat menggunakan pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal yang digunakan pekerja sosial dalam berkomunikasi dengan penerima manfaat melalui kalimat, ucapan atau kata-kata saat berbicara pada penerima manfaat, film, tata tertib balai yang di temple di dinding, madding, brosur, leaflet. Sedangkan pesan non verbal berupa ekspresi wajah, baik itu sorotan mata atau mimik wajah, serta gerakan tubuh pekerja sosial. 2. Pola komunikasi pekerja sosial pada penerima manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta menggunakan komunikasi antarpribadi/interpersonal communication, komunikasi kelompok dan komunikasi bermedia. Komunikasi antarpribadi digunakan pada saat bimbingan sosial pada bimbingan konseling individu. Komunikasi antarpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan pekerja sosial terhadap penerima manfaat secara langsung atau face to face. Sedangkan komunikasi kelompok digunakan pekerja sosial pada saat bimbingan fisik, bimbingan sosial yaitu pada bimbingan konseling kelompok, dinamika kelompok, ketrampilan. Dalam bimbingan komunikasi mental kelompok dan bimbingan pekerja sosial menyampaikan pesan kepada penerima manfaat secara langsung dengan sekumpulan penerima manfaat yang memiliki tujuan bersama. Selanjutnya komunikasi bermedia diterapkan penerima manfaat untuk membantu kelancaran proses penerimaan pesan kepada penerima manfaat. Komunikasi bermedia biasanya dilakukan menggunakan media cetak, media elektronik, alat peraga, dan melalui gerakan. Masing-masing komunikasi yang digunakan pekerja sosial memiliki keunikan tersendiri sesuai dengan tujuan komunikasi. 3. Yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat pekerja sosial berkomunikasi dengan penerima manfaat berasal dari dalam diri penerima manfaat dan dari luar diri penerima manfaat. a. Faktor penghambat yang berasal dari luar penerima manfaat meliputi tingkat pendidikan penerima manfaat rendah sehingga ada penerima manfaat yang buta huruf, sikap keluarga yang tidak mendukung. Faktor penghambat dari dalam diri penerima manfaat meliputi sikap tertutup atau introvert penerima manfaat, sifat penerima manfaat yang tidak jujur, kelainan psikologis dan kekurangan fisik penerima manfaat, tingkat kecerdasan atau IQ penerima manfaat rendah. b. Faktor pendukung dari dalam diri penerima manfaat seperti sikap terbuka, sifat jujur, sikap percaya, sikap mau dibantu dan sikap ingin berubah dari penerima manfaat. Kemudian tingkat kecerdasan IQ yang lumayan tinggi. Sedangkan faktor pendukung dari luar penerima manfaat adalah tingkat pendidikan penerima manfaat lumayan tinggi, sehingga melalui potensi dan kemampuan yang dimikili penerima manfaat, pekerja sosial dapat dengan mudah menyampaikan pesan dari proses komunikasi yang dilakukan diantara keduanya. B. SARAN 1. Bagi Balai Rehabilitasi “Wanita Utama” Surakarta. a) Untuk memaksimalkan pemberian fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan ketrampilan bagi Penerima Manfaat. b) Untuk menyediakan tenaga ahli psikolog bagi penerima manfaat, sehingga disamping adanya peran pekerja sosial sebagai pembimbing, tetapi juga ada seseorang yang bertugas memberi terapi untuk penerima manfaat secara khusus. c) Untuk memperbolehkan penggunaan alat-alat dapur tidak pada saat jam operasional balai saja, tetapi pada saat keadaan tertentu, misalnya untuk membuat makanan sahur bagi penerima manfaat yang akan melaksanakan puasa sunah. 2. Bagi Pekerja Sosial di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. a) Dalam hal berkomunikasi dengan penerima manfaat, hendaknya pekerja sosial lebih menonjolkan rasa kesetaraannya dengan penerima manfaat, sehingga penerima manfaat tidak merasa ada GAP diantara keduanya dan mau untuk bercerita kepada pekerja sosial tentang permasalahannya. b) Untuk lebih intensif kepada penerima manfaat, agar mereka merasa benar-benar diperhatikan. c) Untuk lebih cakap dalam membantu memberikan solusi kepada permasalahan penerima manfaat. d) Untuk lebih kreatif dalam memberikan Dinamika Kelompok kepada penerima manfaat. e) Untuk membuat sholat jama’ah dalam setiap 5 waktu sholat. Tidak hanya sholat dzuhur saja. f) Untuk lebih sering mengontrol penerima manfaat, agar penerima manfaat tidak kabur dari balai. g) Untuk membuat atau mengisi bimbingan dengan lebih menyenangkan sehingga penerima manfaat tidak jenuh. h) Untuk memberikan majalah dinding tentang informasi yang mendukung penerima manfaat untuk berkreasi, memberikan informasi atau berita aktual dan faktual yang sedang terjadi agar penerima manfaat paham dengan perkembangan dunia. 3. Bagi Penerima Manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. a) Untuk bersikap terbuka, dan jujur kepada pekerja sosial, sehingga memudahkan pekerja sosial dalam membantu mereka. b) Untuk berfikir positif tentang keberadaannya di balai, sehingga mampu menyadarkan diri penerima manfaat agar tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. c) Untuk mampu mengendalikan diri atau mengontrol diri dalam menjalani masa rehabilitasi. d) Untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan di balai, dengan aturan-aturan balai dan berinteraksi dengan penerima manfaat yang lainnya. e) Untuk mampu melihat progress dalam diri penerima manfaat selama masa rehabilitasi, sehingga dapat melihat potensi diri penerima manfaat untuk nantinya memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. 4. Bagi peneliti selanjutnya. Masih ada sudut pandang komunikasi yang lain, yang dapat diteliti dari Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dalam mencari studi evaluasi komunikasi pekerja sosial pada penerima manfaat dalam upaya perubahan sikap normatif di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. Daftar Pustaka Arianto. 2013. Komunikasi Kesehatan (Komunikasi antara Dokter dan Pasien). Jurnal Komunikasi. Volume 03 Nomor 2. Hal : 12 AW, Suranto. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana, 2008. Brenda, Dubois & Karla Miley. Social Work An Empowering Edisi 5. England : Allyn & Bacon incorporated, 2005. Djamarah, S.B. Pola Komunikasi Orangtua dan Anak (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung : Remaja karya, 1986. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Praktek dan Teori. Bandung : Rosda Karya, 2002. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004. Effendy, Onong Uchjana . Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Rosda Karya, 2006. Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Jakarta : Graha Ilmu, 2009. Gardner, Howard. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. NY: Basic Books, 1992. Hurlock. E. B. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga, 1987. Kartono Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: PT grafindo Persada, 2005. Leaflet Pemerintah Provinsi Jawa tengah Dinas Sosial tentang Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta Edisi 2015. Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2009. Little John, W Stephen Karen A Foss. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta : Salemba, 2009 Mardikanto, Totok. Komunikasi Pembangunan. Surakarta : UTP penerbitan dan percetakan UNS Press, 2010. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara. 2007 Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda Karya, 2007. Sendjaja Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta : Universitas terbuka, 1993. Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka, 2004 Sethi, Deepa & Seth, Manisha. 2009. Interpersonal Communication : Lifeblood of an Organization. The IUP Journal of Soft Skills, Vol. III, Nos. 3 & 4, pp. 32-40. Sunarto. Manajemen Komunikasi Antar Pribadi dan Gairah Kerja Karyawan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Kehakiman dan HAM, 2003. Surakhmad, Winarno. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. Jakarta: kompas Media, 2009. Suranto. Komunikasi Interpersonal. Yogjakakarta : Graha Ilmu, 2010. Sutopo.H.B. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Penerapannnya Dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press, 2002. Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo, 2004. Zastrow, Charles. Introduction to Social Work and Social Welfare. America : Paperback, 1999.