BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pengertian Komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Pengertian Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin
“communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “Communis”yang berarti sama.
Sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator
dan diterima oleh komunikan.3
Katz dan Khan menegaskan bahwa “komunikasi adalah suatu proses sosial
yang mempunyai relevansi terluas di dalam memfungsikan setiap kelompok,
organisasi atau masyarakat.4
Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain
baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar,
dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada.5
3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
halaman 30
4
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2003, halaman 185
5
Muhammad Arni, Komunikasi organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, halaman 23
6
7
Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons
pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol,
baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk nonverbal (nonkata-kata), tanpa harus
memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem
simbol yang sama. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang mewakili sesuatu
lainnya berdasarkan kesepakatan bersama, misalnya kata atau ucapan “kucing”
mewakili suatu makhluk berbulu dan berkaki empat yang bisa mengeong, tanpa
memerlukan kehadiran hewan tersebut. Simbol dapat pula mempresentasikan suatu
konsep atau gagasan yang lebih abstrak, seperti ditunjukkan oleh gambar palu arit
yang mempresentasikan komunisme atau kata-kata : kemerdekaan, perdamaian,
kapitalisme, atau komunikasi yang membutuhkan penjelasan panjang. Pendeknya,
sebagaimana dikatakan Geert Hofstede, simbol adalah kata, jargon, isyarat, gambar,
gaya (pakaian dan rambut) atau objek (simbol status) yang mengandung suatu makna
tertentu yang hanya dikenali oleh mereka yang menganut suatu budaya.6
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari satu sumber berita kepada penerima melalui saluran tertentu
dengan tujuan untuk mendapatkan tanggapan atau respon dari penerima. Untuk itu,
komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan kita, karena melalui
komunikasi kita bisa mempengaruhi orang-orang disekitar kita melalui pesan yang
6
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, halaman 3
8
disampaikan dan dapat berinteraksi dengan lebih mudah antara satu dengan yang
lainnya.
2.1.1 Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni
komunikasi untuk menyampaikan informasi (to inform), komunikasi untuk mendidik
(to educate), komunikasi untuk menghibur (to entertain) dan komunikasi untuk
mempengaruhi (to influence).7
Seseorang tentu saja tidak dapat berkomunikasi dengan patung karena akan
sia-sia, sebab dia tidak akan mendapatkan respons apapun. Pada saat seseorang
berkomunikasi dengan orang lain, dia berusaha memahami respons yang diberikan
oleh orang lain tersebut. Kemudian, dia akan memberikan reaksi dengan pikiran dan
perasaannya. Perilaku seperti ini terus menerus dibentuk oleh respons internal dalam
dirinya sendiri terhadap apa yang dia lihat dan dia dengar. Artinya hanya dengan
memperhatikan orang lain, dia akan mempunyai gagasan tentang apa yang hendak dia
katakana atau dia lakukan sebagai respons terhadap orang itu. Tentunya, komunikan
(partner)nya pun akan merespons perilakunya dengan cara yang sama. Proses
komunikasi ini dapat diilustrasikan sebagai berikut : seseorang berkomunikasi dengan
menggunakan kata-kata, dengan kualitas suaranya, dengan badannya (postur), isyarat
7
Onong Uchjana Effendy, op.cit., 31
9
(gesture), dan raut muka (expression). Seseorang tidak pernah tidak berkomunikasi.
Dengan demikian, komunikasi menyangkut suatu pesan yang mengalir dari satu
orang kepada orang lain. Diberikan sama persis seperti pesan yang mereka terima?
Pertanyaan ini menyadarkan kita bahwa fungsi komunikasi lebih dari sekedar katakata yang diucapkan. Kata-kata hanyalah bagian kecil dari bentuk ungkapan atau
ekspresi manusia. Komunikasi tidak hanya berupa proses penyampaian dan
penerimaan informasi, tetapi juga memiliki peran dan fungsi sebagai proses
membangun hubungan antara pelaku komunikasi.8
Komunikasi membantu setiap orang untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dan orang lain, menyampaikan informasi dan menerima informasi dan juga
menjaga keberlangsungan hidup sebagai manusia. Jadi komunikasi pada umumnya
berfungsi menjembatani hubungan antar manusia dalam masyarakat. Karena melalui
komunikasi dengan sesama manusia kita bisa mendapatkan dan memperbanyak
sahabat, memperbanyak rezeki, dan juga memelihara hubungan baik antara bawahan
dan atasan dalam suatu organisasi.
8
Kadar Nurjaman & Khaerul Umam, Komunikasi dan Public Relation, CV Pustaka Setia, Bandung,
2012, halaman 44-45
10
2.1.2
Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi”atau pesan-
pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima
pesan sebagai komunikan. Tujuan dari proses komunikasi tersebut adalah tercapainya
saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak.9
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara
sekunder, sebagai berikut:10
a. Proses komunikasi secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa , kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah
bahasa. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat
sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Pertama-tama
9
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan media komunikasi konsepsi dan aplikasi (edisi
revisi), RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, Halaman 81
10
Ibid.11-17
11
komunikator menyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi
(decoder).
b. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat dan sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media
kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya
berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan
sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka
dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi,
komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan
digunakan. Penentuan media yang akan digunakan sebagai hasil pilihan dari sekian
banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang dituju.
2.1.3
Tujuan Komunikasi
Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain
supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai pimpinan ataupun
komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan
12
dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita
maksudkan.
a. Memahami orang lain
Kita sebagai pimpinan harus mengetahui benar aspirasi bawahan tentang apa
yang diinginkannya.
b. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain. Kita harus berusaha agar
gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif
bukan yang memaksakan kehendak.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan sesuatu itu
dapat bermacam-macam, mungkin bisa berupa kegiatan. Kegiatan yang
dimaksudkan disini adalah kegiatan yang mendorong, namun yang penting
harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
Jadi secara singkat dapat kita rasakan bahwa komunikasi itu bertujuan
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan.11
Dan akhirnya tujuan dilakukannya komunikasi adalah untuk mengubah sikap
( to change the attidue), untuk mengubah opini/pendapat/pandangan ( to change the
11
A.W Widjadja, Komunikasi Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, halaman 10
13
opinion ), Untuk mengubah perilaku ( to change the behavior ) dan untuk mengubah
masyarakat ( to change the society).12
2.1.4
Gangguan dan Rintangan Komunikasi
Menurut Shanon dan Weaver gangguan komunikasi terjadi jika terdapat
intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses
komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi
dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat
berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima.13
Meskipun gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan, tetapi
sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan karena adanya
gangguan. Gangguan dan rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas
tujuh macam, yakni sebagai berikut:14
1.
Gangguan Teknis
12
Onong Uchjana Effendy, Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,
halaman 55
13
Cangara, H. Hafied, Pengantar ilmu komunikasi edisi kedua, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012,
halaman 167
14
Ibid. 167-170
14
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang
ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (Chanel noise).
2.
Gangguan Semantik dan Psikologis
Gangguan semantic ialah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.
Gangguan semantik sering terjadi karena:
a.
kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon
bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
b.
Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa
yang digunakan oleh penerima.
c.
Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,
sehingga membingungkan penerima.
d.
Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi
terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan.
Selain gangguan semantik, juga terdapat gangguan psikologis.
Gangguan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan
oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga
penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan
15
kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak
sempurna.
3.
Rintangan Fisik
Rintangan fisik ialah rintangan yang disebabkan karena kondisi
geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai. Dalam
komunikasi antarmanusia, rintangan fisik juga bisa diartikan karena
adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu
pancaindra pada penerima.
4.
Rintangan Status
Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial
diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan antara senior dan
junior atau status atasan dan bawahan.
5.
Rintangan Kerangka Berpikir
Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan
yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar
belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
6.
Rintangan Budaya
16
Rintangan budaya ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
Berdasarkan penjabaran diatas bisa dilihat proses melakukan komunikasi
sering terjadi gangguan-gangguan atau rintangan-rintangan yang disebabkan oleh
faktor teknis, semantik dan psikologis, fisik, status, kerangka berpikir, budaya dan
sebagainya. Hal tersebut menyebabkan terjadi miss komunikasi antara komunikator
dan komunikan khususnya dalam ruang lingkup pekerjaan mengakibatkan miss
koordinasi kerja yang membawa kepada kerugian bagi organisasi. Untuk itu hal-hal
seperti diatas sangat perlu untuk diperhatikan dan tidak boleh dianggap remeh
meskipun terlihat hanya sebagai masalah kecil dan sepele. Tetapi bisa menimbulkan
masalah besar jika penanganannya tidak benar.
2.2
Komunikasi Organisasi
Manusia sebagai individu, niscaya hidup dalam suatu masyarakat. Hal ini
merupakan kodrat selama manusia hidup di dunia. Manusia akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh segala hal yang terjadi dan berlaku dalam masyarakatnya, baik
17
dalam jumlah banyak maupun dalam jumlah sedikit. Demikian pula organisasi, yang
terdiri dari kumpulan manusia, tentu akan mempunyai ciri dan karakteristik sendiri.15
Istilah “organisasi” dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa
inggris bersumber pada perkataan latin organization yang berasal dari kata kerja
bahasa latin, organizare, yang berarti to inform as or into a whole consisting of
interdependent or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan
dari bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi). Jadi, secara harfiah
organisasi itu berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung.16
Suatu organisasi pada dasarnya menjalani tahap demi tahap dari waktu ke
waktu, atau yang biasa disebut dengan siklus organisasi. Artinya suatu organisasi
yang tumbuh dan berkembang dia akan menjalani suatu proses kehidupan atau living
organism. Ini sebagaimana dikatakan oleh Taliziduhu Ndraha bahwa “sebagai living
organism yang sudah ada suatu organisasi merupakan output proses panjang di masa
lalu, sedangkan sebagai produk proses organizing, organisasi adalah alat bantu atau
input bagi usaha mencapai tujuan”. Dan lebih jauh Taliziduhu Ndraha menegaskan,
“sebagai living organism ia melalui periode balita (fase infancy, fase survival yang
berakhir pada breakevent point, BEP), sebagai remaja ia bergaul, penuh gairah,
15
16
Ec.H.Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, halaman 7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006,
halaman 114
18
pacaran, dan menikah (bermitra, berekan, bekerja sama, membentuk grup dengan
organisasi lain, merger), beranak cucu (membentuk cabang, mendirikan anak
perusahaan), supaya ia mampu menjalankan job ia harus belajar (training), diberi
bimbingan dan penyuluhan (konseling), bisa sakit (deterioratif), dibedah (direengineering), mungkin melakukan kejahatan (melanggar peraturan), mengalami
masa jaya atau kemapanan (establisment), menolak perubahan, mengalami
kejenuhan, dan cepat atau lambat, mati (dibubarkan, ubah bentuk, dirombak besarbesaran) menggenaskan”.17
Dalam organisasi pasti akan tercipta komunikasi organisasi, Redding dan
Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang
ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola,
komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi
upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau
komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi,
keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi
evaluasi program.18
Komunikasi organisasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
17
Fahmi Irham, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, Alfabeta, Bandung, 2010, halaman 47-48
18
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, halaman 65
19
berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun
komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya
bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.19
Aliran komunikasi formal dalam organisasi dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu:20
1.
komunikasi dari atas ke bawah
merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah
melalui hierarki organisasi, yaitu berupa prosedur organisasi, instruksi
tentang bagaimana melakukan tugas, umpan balik terhadap prestasi
bawahan, penjelasan tentang tujuan organisasi dan lain sebagainya.
Salah satu kelemahan komunikasi ini adalah ketidakakuratan
informasi karena harus melewati beberapa tingkatan.
2.
Komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi dari bawah ke atas dirancang untuk menyediakan umpan
balik tentang seberapa baik organisasi telah berfungsi. Bawahan
diharapkan memberikan informasi tentang prestasinya, praktik serta
19
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2004, halaman 54-55
20
Romli, Khomsahrial, Komunikasi Organisasi Lengkap, Grasindo, Jakarta, 2011, halaman 176-177
20
kebijakan organisasi. Komunikasi dari bawahan ke atas dapat
berbentuk laporan tertulis maupun lisan, kotak saran, pertemuan
kelompok, dan sebagainya. Bawahan seringkali memberikan informasi
yang tidak mengenakkan. Akibatnya, komunikasi dari bawah ke atas
seringkali
dikatakan
sebagai
penyampaian
informasi
yang
menyenangkan atasan dan bukan informasi yang perlu diketahui oleh
atasan.
3.
Komunikasi Horizontal
Merupakan komunikasi kepada orang-orang yang memiliki hirearki
yang sama dalam suatu organisasi.
4.
Komunikasi Diagonal
Merupakan aliran komunikasi dari orang-orang yang memiliki hierarki
yang berbeda dan tidak memiliki hubungan kewenangan secara
langsung.
Seperti sudah dijelaskan diatas aliran komunikasi formal dalam organisasi
terbagi menjadi empat yaitu komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah
ke atas, komunikasi horizontal (komunikasi antara sesama karyawan) , dan
komunikasi diagonal. Semua aktivitas komunikasi di dalam organisasi mengalir
sesuai dengan tujuan dan maksud dari setiap individu berdasarkan tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing, ada saat atasan memberikan perintah, bawahan
21
memberikan laporan, ataupun saling memberikan informasi antara sesama karyawan
yang berada dalam satu divisi ataupun berbeda divisi.
2.3
Komunikasi Internal di dalam Organisasi
Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai
“interchange of ideas among the administrators and its particular structure
(organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm
which gets work done (operation and management).” Pertukaran gagasan di antara
para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang
menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan
strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan
vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung
(operasi dan manajemen).21
Komunikasi internal menjadi suatu hal yang mutlak dalam organisasi, hal ini
berkaitan dengan semakin bergesernya kebutuhan atas orientasi organisasi. Yang
awalnya sangat mengarah pada konsumen. Menjadi semakin kompetitifnya organisasi
21
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993,
halaman 122
22
sehingga memerlukan khalayak internal dalam hal ini karyawan yang mendukung
kebutuhan organisasi untuk lebih progresif.22
Jadi komunikasi internal merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
dalam operasional organisasi dan membangun hubungan internal yang baik didalam
organisasi.
Komunikasi internal dapat dilakukan dengan lisan, melalui media elektronik,
visual dan tulisan.23
2.3.1
Dimensi Komunikasi Internal
Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan komunikasi
horizontal, yakni:24
1) Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah keatas (upward communication), adalah
komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
pimpinan secara timbal balik (two-way traffic communication).
22
BPP PERHUMAS editor Muslim Basya dan Irmulan Sati, Tantangan Indonesia Baru : strategi dan
aktivitas public relations, BPP PERHUMAS, Jakarta, 2006, halaman 23
23
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen. M Broom, Effective Public relations, Kencana, Jakarta,
2011, halaman 268
24
Onong Uchjana Effendy, op.cit., 123-128
23
2) Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf
dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berbeda
dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal
seringkali berlangsung tidak formal.
Dalam komunikasi internal ini pengelolaan arus informasi keatas perlu
dicermati. Komunikasi keatas sama pentingnya dengan komunikasi kebawah. Untuk
membuat keputusan yang cerdas manajer atau pimpinan perusahaan harus
mempelajari apa yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi.
Ada 5 jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada
bawahan (Katz & Kahn, 1966), yaitu:25
1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
4. Informasi mengenai kinerja pegawai
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas.
Seperti yang disebutkan diatas terdapat jenis-jenis informasi yang perlu
disampaikan oleh atasan kepada bawahan agar bawahan bisa lebih mengerti apa yang
menjadi tugas dan tanggug jawabnya, paham dengan kebijakan-kebijakan maupun
25
R. Wayne. Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, halaman 185
24
program-program
yang
berada
diperusahaan
sehingga
mampu
melakukan
pekerjaannya dengan baik dan menghasilkan kinerja yang baik juga.
2.4
Strategi
Menurut Sjahfrizal, strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan
analisa terhadap faktor internal dan eksternal.26
Strategi itu sendiri berasal dari istilah Yunani, strategos, yang memiliki arti
harfiah “jenderal”. Sehingga, secara harfiah pula, strategi dimaknai sebagai seni
berperang para jenderal yang memimpin suatu peperangan. Sebagaimana dikatakan
oleh Robert Ernest Wood, Ketua Dewan Komisaris Sears, Roebuck & Co, dalam satu
segi, bisnis atau usaha merupakan medan pertempuran. Dalam pengertian kekinian,
strategi terkait erat dengan bagaimana manajemen puncak suatu organisasi atau
perusahaan yang harus mengatur siasat sedemikian rupa sehingga persaingan yang
ketat mampu dimenangkan. Alfred Chandler memandang strategi sebagai “penetapan
sasaran dan tujuan jangka panjang suatu perusahaan dan alokasi sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu.”27
26
Pengertian dan definisi strategi (2012, 27 Oktober). CARApedia (On-line). Diakses pada tanggal 27
Oktober 2012 dari http://carapedia.com/pengertian_definisi_strategi_info2036.html
27
Fitri Lukiastuti dan Muliawan Hamdani, Manajemen Strategik Dalam Organisasi, CAPS,
Yogyakarta, 2011, halaman 3-4
25
Sejak awal tahun 50-an, strategi telah mengalami beberapa metamorfosa atau
tahapan perkembangan. Tahapan itu antara lain:28
a. Perencanaan strategi yang lebih menitikberatkan pada aspek keuangan dan
anggaran.
b. Perencanaan strategi perusahaan yang ditunjang oleh proyeksi atas
penjualan dan arus investasi, peluang produk, serta peluang pasar.
c. Analisis industri dan posisi persaingan dengan bantuan serangkaian modal
strategi yang dirumuskan oleh konsultan.
d. Mengeksploitasi keunggulan strategi tertentu yang dimiliki oleh
perusahaan atas dasar penelusuruan ke dalam secara saksama.
Amstrong dalam kumpulan buku The Art of HRD menambahkan bahwa
setidaknya terdapat tiga pengertian strategi. Pertama, strategi merupakan deklarasi
maksud yang mendefinisikan cara untuk mencapai tujuan, dan memperhatikan
dengan sungguh-sunggu alokasi sumber daya perusahaan yang penting untuk jangka
panjang dan mencocokkan sumber daya dan kapabilitas dengan lingkungan eksternal.
Kedua, strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor keberhasilan dapat
dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk membuat dampak yang besar
serta jangka panjang kepada perilaku dan keberhasilan organisasi. Ketiga, strategi
pada dasarnya
28
Ibid. 7-8
adalah
mengenai
penetapan
tujuan (tujuan strategis)
dan
26
mengalokasikan atau menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi berbasis
sumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis
dan basis sumber dayanya.29
2.4.1
Strategi Komunikasi
Kegiatan komunikasi merupakan komponen yang jelas terlihat oleh siapa pun
karena komunikasi memang ditujukan untuk masyarakat.30
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan31:
“Bahwa strategi komunikasi adalah suatu cara yang dikerjakan demi
kelancaran suatu komunikasi. Dalam istilah lain strategi komunikasi adalah metode
atau langkah-langkah yang diambil untuk keberhasilan proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat
dan perilaku baik secara langsung secara lisan ataupun tidak langsung melalui
media”.
Onong Uchjana Effendy menjelaskan strategi komunikasi adalah :32
“Strategi Komunikasi merupakan paduan antara perencanaan komunikasi
(Communication Planning) dan manajemen komunikasi (Communication
Management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus
29
Triton PB, Manajemen Strategis Terapan Perusahaan dan Bisnis, Tugu Publisher, Yogyakarta,
2007, halaman 16-17
30
Morissan, Manajemen Public Relations: Strategi menjadi humas professional, Kencana, Jakarta,
2010, halaman 191
31
32
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, halaman 5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,
halaman 301
27
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) dapat berbeda-beda
sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi”.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dipastikan bahwa komunikasi
memiliki peranan penting dalam setiap unsur kehidupan masyarakat, Jika terjadi
komunikasi yang salah maka akan menyebabkan perselisihan maupun permasalahan
dan bisa merujuk menjadi bencana. Untuk itu diperlukan strategi komunikasi yang
tepat dalam pelaksanaan hidup sehari-hari baik itu dalam keluarga, lingkungan
sekitar, dalam berorganisasi maupun bermasyarakat. Khususnya dalam bekerja, setiap
individu memiliki karakter dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dalam
menerima maupun menyalurkan informasi yang bisa memicu pertentangan. Untuk
itu, setiap individu harus menyadari dengan betul bahwa memiliki strategi
komunikasi yang baik akan membawa kepada kesuksesan di masa mendatang.
Untuk meraih sukses seseorang harus mempunyai motif dan mencapai motif
tersebut berdasarkan hierarkinya. Untuk mencapai motif dan sukses, perlu cara dan
strategi. Berikut ini adalah strategi sukses dalam bekerja:33
1. Percaya diri ( Percaya diri adalah sifat yang mampu menunjukkan bahwa
ia mampu berbuat dan bekerja dengan baik. Pendayagunaan kepercayaan
diri berarti membangun kepercayaan menjadi kekuatan yang mampu
mengolah cara berpikir seseorang dan orang itu dapat bertindak untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya.)
33
Ibid. 47-50
28
2. Terampil dalam bersikap ( Dalam bersikap kita harus memperhatikan
kenyataan dan tata cara lingkungan tempat kita berada, seperti dimana dan
siapa yang diajak bergaul, untuk kepentingan apa dan bagaimana
kepantasan sikap kita yang harus disesuaikan dengan norma yang
berlaku.)
3. Mampu mengarahkan diri sendiri ( Orang sukses selalu proaktif dan tidak
didikte oleh suara mayoritas, sebab orang sukses memiliki rasa tanggung
jawab terhadap kehidupan pribadinya.)
4. Mampu memahami diri dan pekerjaan orang lain ( Bagi orang yang sukses
memahami orang lain adalah jauh lebih penting karena ia ingin belajar
memahami segala sesuatu. Orang sukses tidak pernah menuntut orang lain
memahami dirinya, tetapi ia lebih sering memahami orang lain dan belajar
menyesuaikan diri dengan orang lain sehingga di lingkungannya ia tidak
menemui kesulitan.)
5. Berani mencoba ( Orang yang sukses berani mencoba segala hal.)
6. Memiliki harga diri yang sehat ( Orang sukses tidak suka meminta-minta
dan berharap dari orang lain, sebaliknya suka memberi apa yang dimiliki
terutama pengetahuan kepada orang lain yang membutuhkannya.)
7. Menerima kekurangan dirinya ( Orang sukses tidak mengeluh atas
kelemahannya, namun berusaha mengembangkan pengetahuan untuk
mengatasi kelemahannya.)
29
8. Murah hati dan bijaksana
9. Cerdas dalam pergaulan ( Dalam bergaul ada beberapa yang harus
diperhatikan yaitu , (a) memperhatikan etika pergaulan baik dalam sikap
maupun perkataan, (b) bergaul dengan orang yang pandai dan berbudi
baik, dan (c) mengembangkan gaya bergaul yang khas dan menyenangkan
orang lain.)
10. Membuat orang lain berkesan ( Orang sukses adalah orang yang mampu
menghargai orang lain dan memandang sesuatu dengan arif dan tidak
harus merendahkan diri, tetapi melakukan sesuatu dengan hati-hati serta
mempelajari dan menyampaikan pendapat dengan benar.)
11. Meraih peluang ( Peluang tidak ditunggu, tetapi untuk diraih. Jangan siasiakan peluang dan kesempatan yang sudah dekat, sekalipun kesempatan
itu masih jauh, ia harus dicapai.)
2.4.2
Strategi Public Relations
Menurut Rhenald Khasali, dalam bukunya Management Public Relation
hampir semua pihak sadar pentingnya PR bagi perusahaan, dan mereka juga sadar
bagaimana kerugian yang bakal ditimbulkan kalau perusahaan tidak memperhatikan
PR. Hanya saja masing-masing memandang dari sudut pandang yang berbeda. Ada
yang melihat PR dari sudut kepribadian, kemudian dari segi komunikasi, lantas ada
juga yang memandang PR dari sudut publikasi. Belum lagi yang melihat kepentingan
30
PR dari sisi pemasaran, manajemen, dan periklanan. PR dipersepsikan dalam banyak
dimensi.34
Tidak jarang peran PR identik dengan profesi penjaga gawang yang tidak
akan mendapatkan sanjungan ketika berhasil menyelamatkan gawang, tapi langsung
dicaci maki begitu gawangnya kebobolan. Ini memang bukan suatu situasi yang
menyenangkan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh PR untuk meyakinkan
manajemen mengenai seberapa jauh peranan PR untuk mendukung kinerja
manajemen. Secara umum bisa dibedakan dalam 2 pendekatan, yaitu:35
1. Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis merupakan pendekatan yang membutuhkan waktu yang
relatif singkat untuk membuktikan kepada manajemen bagaimana PR sangat
dibutuhkan oleh perusahaan. Satu hal yang dibutuhkan dalam membangun
krisis ini adalah kapasitas personal dari pelaku PR plus ketajaman intuisi yang
mampu dengan jitu menebak apa yang terjadi kemudian dari perkembangan
suatu krisis. Ada 2 pendekatan yaitu
a. Krisis Parsial yaitu krisis yang dibuat secara sedikit demi sedikit, sekedar
untuk membangkitkan kesadaran manajemen bagaimana citra perusahaan
akan melorot jika terjadi krisis sekecil apapun.
34
Silih Agung. Wasesa & Jim Macnamara, Strategi Public Relations, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2010, halaman 146-147
35
Ibid. 148-150
31
b. Krisis Menyeluruh, dalam kasus ini membutuhkan tingkat keahlian yang
tinggi serta jaringan yang kuat dan baik dengan media massa karena krisis
menyeluruh di desain dengan memanfaatkan masalah internal dan
mengubahnya menjadi krisis citra yang kuat. Kemampuan menganalisis
perkembangan krisis juga mutlak diperlukan untuk menghindari
perkembangan krisis pada tingkat yang tidak diinginkan.
2. Pendekatan sistem
Merupakan pendekatan yang dibuat secara sistematis untuk memasukkan
peran PR kedalam fungsi manajemen secara utuh. Secara bertahap fungsi PR
dimasukkan ke dalam setiap sisi manajemen, kemudian dikembangkan
menjadi bentuk-bentuk yang menguntungkan sisi-sisi tersebut. Ada beberapa
hal yang biasa dilakukan untuk melakukan pembuktian PR kepada
manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem ini yaitu
a. Interviu Ringan yaitu mendatangkan wartawan yang mempunyai rubrik
tokoh atau rubrik yang bersifat paparan tentang suatu yang unik. Dengan
begitu yang muncul adalah pemberitaan positif tentang manajemen atau
CEO perusahaan, atau gambaran positif mengenai bidang usaha yang
dilakukan oleh perusahaan.
b. Peta Aktivitas Pencitraan Kompetitor yaitu mengembangkan sebuah
gambaran aktivitas PR competitor melalui news round up, sebuah kliping
32
harian yang disebarkan ke jajaran manajemen dan direksi. Sertakan
analisis mingguan mengenai dampak pemberitaan tersebut, serta
keuntungan yang didapat kompetitor dari hasil tersebut.
c. Studi Banding Pencitraan yaitu lakukan studi berkelanjutan di mana
sebuah produk mampu mengembangkan brand awareness yang tinggi
dengan mendapatkan dukungan dari media massa, terutama pada saat di
mana produk tersebut sedang melakukan peluncuran produk.
Langkah awal yang dilakukan oleh PR dalam konteks pengelolaan
komunikasi organisasi, adalah memahami dan memetahkan lebih dahulu organisasi.
Hal ini sangatlah penting bagi PR sebelum menyusun program-programnya,
khususnya dalam pola interaksi antar karyawan yang secara formal dan informal
dalam organisasi. Praktisi PR diawal harus mengenali seluruh bagiandari organisasi
dengan baik, sejarah, status organisasi, visi misi, corporate value, rencana-rencana
untuk masa mendatang serta program yang akan disusun.36
Beberapa faktor yang menyajikan kerangka kerja (Gregory, 2001:23) untuk
diketahui lebih lanjut tentang karakter organisasi diantaranya:37
1) Sifat sektor organisasi (nature of sector). Kenali sektor dimana
organisasi berada. Apa yang menjadi tren di Industri tersebut? Apakah
36
BPP PERHUMAS editor Muslim Basya dan Irmulan Sati, Tantangan Indonesia Baru : Strategi dan
Aktivitas Public Relation, BPP PERHUMAS, Jakarta, 2006, halaman 20
37
Ibid. 20-22
33
industri sedang berkembang ataukah berkontraksi, dan apakah ada
pasar baru yang menarik? Apa saja yang menjadi bagian dari
lingkungan organisasi? Apakah ekonomi sedang mengalami resesi dan
apakah ada masalah-masalah penting yang sedang dihadapi oleh
industri atau organisasi tersebut, seperti peraturan perundangan baru
atau tekanan dari lingkungan? Bagaimana reputasi sektor tersebut?
(jika sektor tersebut secara keseluruhan memiliki reputasi buruk, maka
akan menjadi masalah baru bagi organisasi).
2) Aktivitas pesaing (Competitor activity). Bagaimana posisi organisasi
terhadap pesaing? Apakah mungkin menjadi pemimpin untuk
beberapa area atau seluruh area di industry tersebut? Apakah ada
pesaing baru yang agresif, yang siap untuk mencuri pasar? Berapa
banyak jumlah pesaing? Siapa yang sedang memelopori suatu usaha
dan mengapa? Apa kelemahan mereka?.
3) Misi (Mission). Apa misi dari organisasi? Apakah untuk menjadi yang
terbesar, yang terbaik, yang paling inovatif? Apakah mungkin untuk
tampil beda atau hanya akan menjadi pengikut tren? Apakah misi
tersebut realistis atau merupakan harapan yang menjadi tantangan
untuk direalisasikan.
4) Ukuran dan struktur (size and Structure). Bagaimana ukuran
organisasi tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain di dalam
34
maupun di luar industrinya? Berapa besar kekuasaan tunggal dengan
struktur sederhana atau konglomerat dengan struktur kompleks?
Apakah struktur organisasi tersebut hirarki atau datar, apakah baru
mengalami restrukturisasi atau proses re-engineering? Apakah
organisasi tersebut beroperasi di satu atau beberapa negara?
Bagaimana struktur kegiatan PR-nya berdasarkan faktor-faktor
tersebut?
Apakah
strukturnya
sudah
memadai?
Haruskah
menggunakan jasa konsultan atau semua akan ditangani sendiri?.
5) Sifat dari bisnis (nature of the business). Aktivitas apa saja yang
dilakukan organisasi tersebut? Apakah hanya memiliki produk tunggal
atau berbagai macam produk? Apakah organisasi tersebut beroperasi
di satu sektor atau di beberapa sektor? Apakah mereka memerlukan
spesialisasi PR, misalnya apakah diperlukan divisi teknologi tinggi
atau divisi konstruksi, atau apakah seluruh aktivitas dilaksanakan oleh
departemen PR yang terpusat atau terpecah-pecah?
6) Tradisi dan sejarah (traditional history). Apakah perusahaan tersebut
perusahaan lama yang sudah mapan atau perusahaan baru yang sedang
berusaha menentukan posisi? Apakah perusahaan tersebut dikenal
karena
menggunakan
cara-cara
khusus
atau
dikenal
karena
kuantitasnya tidak diketahui? Apakah organisasi tersebut terbuka dan
bersifat partisipatif atau hirarkis dan bersifat direktif?.
35
7) Sejarah citra organisasi (image history). Bagaimana persepsi public
terhadap organisasi selama ini? Apakah organisasi tersebut pemimpin
industrinya, inovatif, terpercaya, lambat atau tidak dapat dipercaya?
Apakah citra perusahaan selalu konstan atau berubah tergantung dari
perubahan yang ada dalam organisasi tersebut.
8) Tipe karyawan (type of employees). Pekerja kerah putih? Pekerja kerah
biru? Memiliki keahlian? Gabungan dari semua?.
Semua faktor yang ada dalam organisasi sangat mempengaruhi bagaimana
struktur fungsi PR dibentuk, serta bagaimana dan apa aktivitas yang perlu
dilaksanakan. Dari semua karakter tersebut, perlu diulas kembali hal-hal yang
menjadi stressing untuk mengelola employee relations yang umum dikelola oleh PR
khususnya dari perspektif komunikasi. Terminology ini dikenal dengan komunikasi
internal. Untuk itu sebagai salah satu kajian yang perlu dicermati adalah bagaimana
dengan pemahaman awal tentang karakter organisasi tersebut, membawa implikasi
terhadap kemampuan PR dalam mengelola komunikasi internalnya.
Dalam penelitian yang diadakan oleh International Public Relations Association
(IPRA) pada 1981 yang mengemukakan, bahwa umumnya fungsi public relations
masa kini meliputi 15 pokok berikut:38
1. Memberikan konseling yang didasari pemahaman masalah perilaku manusia
38
Nova, Firsan, Crisis Public Relations, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, halaman 49-50
36
2. Membuat analisis “trend” masa depan dan aramalan akan akibat-akibatnya
bagi institusi
3. Melakukan riset pendapat, sikap dan harapan masyarakat terhadap institusi
dan memberi saran tindakan-tindakan yang diperlukan institusi untuk
mengatasinya.
4. Menciptakan dan membina komunikasi dua arah berlandaskan kebenaran dan
informasi yang utuh
5. Mencegah konflik dan salah pengertian
6. Meningkatkan rasa saling hormat dan rasa tanggung jawab sosial
7. Melakukan penyerasian kepentingan institusi terhadap kepentingan umum
8. Meningkatkan itikad baik institusi terhadap anggota pemasok dan konsumen
9. Memperbaiki hubungan industrial
10. Menarik tenaga kerja yang baik agar menjadi anggota dan mengurangi
keinginan anggota untuk keluar dari institusi
11. Memasyarakatkan produk atau layanan
12. Mengusahakan perolehan laba yang maksimal
13. Menciptakan jati diri institusi
37
14. Memupuk minat mengenai masalah-masalah nasional maupun internasional
15. Meningkatkan pengertian mengenai demokrasi
2.5
Koordinasi
Semenjak organisasi dibentuk, orang-orang yang ada di dalam organisasi
melakukan kegiatan sesuai dengan pembagian tugasnya masing-masing untuk
mencapai tujuan organisasi. Usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien dan efektif memerlukan koordinasi. Fungsi koordinasi dalam organisasi dapat
diibaratkan seperti orkes simfoni yang menghasilkan suatu melodi yang merdu.
Masing-masing anggota orkes memainkan alat musiknya sesuai dengan fungsinya.39
Koordinasi menurut Chung dan Megginson dapat didefinisikan sebagai proses
motivasi, memimpin, dan mengkomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi.40
Tujuan koordinasi adalah sebagai berikut:41
39
Husaini, Usman, Manajemen-Teori,Praktik dan Riset Penelitian edisi 3, Bumi Aksara, Jakarta,
2011, halaman 439
40
41
Ibid.
Hasibuan,H. Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah edisi revisi, Bumi Aksara,
Jakarta, 2009, halaman 87-88
38
1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran
kearah tercapainya sasaran perusahaan.
2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis kearah sasaran perusahaan
3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang-tindih pekerjaan
4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran
5. Untuk
mengintegrasikan
tindakan
dan
pemanfaatan
unsure-unsur
manajemen ke arah sasaran organisasi atau perusahaan
6. Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.
Sedangkan untuk tipe-tipe koordinasi adalah sebagai berikut:42
1. Koordinasi vertikal
Yaitu kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh
atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada
dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Koordinasi horizontal
Yaitu mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
42
Ibid. 86-87
39
penyatuan, dalam tingkat organisasi yang setingkat. Koordinasi horizontal
dibagi atas interdisciplinary yaitu suatu koordinasi dalam rangka
mengarahkan,
menyatukan
tindakan-tindakan,
mewujudkan
dan
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara
intern maupun secara ekstern pada unit yang sama tugasnya. Dan
interrelated yaitu koordinasi antar badan, unit-unit yang fungsinya
berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan
atau mempunyai kaitan.
Dan cara-cara mengadakan koordinasi sebagai berikut:43
1. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat
2. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan
dicapai oleh anggota tidak menurut masing-masing individu anggota
dengan tujuannya sendiri-sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.
3. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide,
saran-saran, dan lain sebagainya.
4. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan
dan penciptaan sasaran.
5. Membina hubungan human relations yang baik antara sesama karyawan.
43
Ibid. 88-89
40
6. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan bawahan,
Dengan adanya koordinasi yang baik di dalam sebuah organisasi atau
perusahaan maka akan menciptakan dan menghasilkan tujuan yang bisa tercapai
dengan baik. Untuk itu, koordinasi memiliki peranan penting dalam mengontrol
komunikasi khususnya komunikasi internal di sebuah organisasi atau perusahaan.
Jika koordinasi bisa terbentuk di dalam setiap bagian perusahaan dengan lancar dan
baik maka tentunya akan memperlancar perjalanan perusahaan tersebut dalam
berbagai aspek perusahaan tersebut bergerak.
Ringkasnya, suatu koordinasi akan lebih baik, jika memperoleh dukungan,
partisipasi dari bawahan dan pihak-pihak yang terkait yang akan melakukan
pekerjaan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan, supaya mereka
antusias dalam melaksanakannya.
Download