PELESTARIAN BUDAYA LOKAL DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Esty Wulandari, S.Sos., M.Si Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK The effect of globalization is the world become “global village”, It means that the world is just like “the village” which interact with people from another nation in the world. People with different culture, ideology they can be communicate with other to do good relationship in economic, sosial politics, etc. Every nations must be understanding another culture to create mutual relationship. The effect of globalization are the people had to choice, first they follow the effect of globalization or second to keep the local culture. If the people can maintain and manage the local culture by keeping the culture, the language, the art, the various traditions customs itself they can develop the local culture.but if the local culture is not being maintain by the local people the local culture will be disappear. To keep the local culture, we have to look at the component of culture which statement by Koentjaraningrat. The component of culture consist of language, knowledge, job, art, the various traditions customs. One of component of culture is language. Local Language used to maintain the local culture. In communication, language used to transmitt the message from sender to receiver. Communication culture used to understand the other people with different culture. If the communication can be effective needs the similarity culture so the message can be understand with other. Understanding the Local Language is important, not just learning about the language itself but the culture needs to be understanding by the people. To keep the local culture can be understanding by the individual itself. They have to realize that they have responsiblity to keep the local culturealthough they live with various culture. Keywords : Communication, Local culture, globalization 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi seperti sekarang ini, sudut-sudut dunia seakan-akan sangat dekat di kehidupan kita sehari-hari. Melalui teknologi komunikasi dan Informasi, dari sudut dunia manapun sangat mudah untuk kita ketahui. Akibatnya tanpa disadari difusi atau persebaran ide-ide, baik berupa sistem sosial ataupun budaya dari luar masuk ataupun masyarakat luar menyebar dan mungkin ikut terinternalisasi dalam kehidupan suatu masyarakat regional tertentu, seperti masyarakat suatu negara. Persebaran ide-ide tersebut, makin intens karena didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan para penyedia informasi yang berlomba-lomba menginovasi diri sebagai penyedia jasa pemberi informasi. Pengaruh yang kompleks tersebut, sudah pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat/bangsa suatu negara, tak terkecuali masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan globalisasi yang masuk, pada akhirnya akan mempengaruhi budaya yang ada. Pada saat pengaruh globalisasi mulai masuk pada budaya lokal, maka masyarakat akan dihadapkan pada pilihan apakah akan mengikuti pengaruh globalisasi atau akan tetap mempertahankan budaya yang ada. Jika masyarakat mempertahankan budaya lokal, melalui adat istiadat, norma, bahasa, kesenian, dengan baik maka tidak pengaruhi terhadap pengaruh luar. Namun, sebaliknya jika nilai nilai budaya sudah mulai ditinggalkan maka masyarakat terpengaruh dengan budaya dari luar tersebut. Memahami budaya lokal sangat penting terutama dalam upaya untuk memahami karakteristik budaya setempat, perlu sikap saling menghargai dan menghormati budaya yang ada. Pada saat kita berbicara tentang budaya, pastilah yang ada di benak kita bahwa budaya erat kaitannya dengan wilayah atau tempat, misalnya Budaya 2 Amerika Latin, pastilah kita berpikir ketika kita akan mempelajari budaya Amerika latin berarti kita harus mempelajari wilayah yang meliputi wilayah Meksiko, Rio de Janeiro,Brazil, dsbnya. Padahal Menurut Gerry Philipsen seorang ahli komunikasi dari University Of Washington, menyatakan bahwa mempelajari budaya tidak saja terkait dengan mempelajari wilayah atau letak geografisnya saja, atau hanya terbatas pada mempelajari suku atau etnik tertentu. Meskipun,kadangkala ketika kita berpikir dalam konteks budaya kita juga mempelajarti tentang pola perilaku, adat istiadat masyarakatnya. Budaya adalah sebuah kontruksi Sosial dan memiliki nilai historis yang ada, yang disalurkan melalui simbol-simbol, gagasan, serta aturan yang terkait dengan norma yang ada. Budaya erat kaitanya dengan proses penyampaian pesan dengan kode-kode tertentu (Griffin, 2000:390). Melalui berkomunikasi dan memahami bentuk komunikasi non verbalnya, yang dilakukan oleh seseorang maka kode budaya bisa dipahami. Artinya ada kesadaran dari seseorang untuk memahami budaya setempat. Dalam hal berkomunikasi, maka seseorang akan berjalan lancar jika para pelaku yang terlibat dalam komunikasi itu mempunyai latar belakang budaya yang sama. Orang Jawa akan lebih mudah berkomunikasi dengan Orang Jawa ketimbang dari budaya lain. Dengan kata lain, perbedaan latar belakang budaya cenderung menganggu komunikasi, mengapa hal ini terjadi karena adanyanya perbedaan kebiasaan, nilai, norma yang dipakai ketika komunikasi berlangsung. Maka makna pesan yang diterima pun kemungkinan besar tidak bisa sepenuhnya, bahkan bisa jadi tidak dapat dipahami oleh komunikan. Para ahli etnografi mempelajari bagaimana bentuk komunikasi yang dilakukan, dan komunikasi Non Verbal yang dilakukan bisa memecahkan “sandi bahasa” yang ada diantara masyarakat sekitar. Ini artinya, untuk memahami budaya lain perlu komunikasi, perlu proses pertukaran ide, gagasan, makna antara satu dengan yang lain. Komunikasi dan kebudayaan, merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Pusat perhatian bidang komunikasi dan kebudayaan terletak pada bagaimana cara manusia berkomunikasi melintasi komunikasi manusia atau 3 kelompok sosial.Jalur lintas komunikasi pastilah menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun non verbal yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Dalam mempelajari studi komunikasi dan kebudayaan terdapat proses untuk dapat memahami makna yang ada, pola-pola tindakan dan bagaimana makna serta pola-pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, lingkungan pendidikan dan lingkungan yang lainnya yang melibatkan interaksi antarmanusia (Alo Liliweri,2007: 12) Ketika para anggota dalam sistem sosial masyarakat bisa saling berinteraksi maka pada saat itulah kebiasaan, nilai dan norma tersebut bisa dibagikan atau (sharing) diantara mereka, sehingga lama kelamaan kebiasaan, nilai dan norma itu menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari para anggota sistem sosial tersebut. B. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Pelestarian Budaya Lokal Dengan Pendekatan Komunikasi Antar Budaya? 4 BAB II LANDASAN TEORI A. PENGERTIAN BUDAYA LOKAL Pada dasarnya setiap manusia yang lahir kedunia ini hidup dan dibesarkan dalam budaya tertentu. Demikian pula dalam proses internalisasi budaya. Seseorang bisa mempelajari (diajari) disuruh menjalankan hal-hal yang baik dan menghindari hal yang dianggap buruk karena proses internalisasi dalam budaya masyarakat yang sudah meresap dan menjadi bagian dari hidup seseorang tersebut serta menjadi acuan dalam berpikir dan berperilaku. Sehingga, seseorang akan berperilaku serta bertindak karena pengaruh dari perilaku sesuai dengan kaidahkaidah yang berlaku. Misalnya jika ia dibesarkan dalam budaya Jawa maka ia akan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada didalam budaya tersebut. Demikian pula jika seseorang dianggap harus bisa memahami budaya yang ada disekitarnya, maka dia pun harus bisa mengetahui bagaimana kaidahkaidah yang ada dalam budaya tersebut. Ketika dia bisa mempelajari kaidah budaya yang ada dalam masyarakat, maka dalam bertindak dan berperilaku pasti akan mengacu pada kaidah budaya yang ada. Begitupula jika ingin mengembangkan potensi budaya lokal makan peran komunikasi antar budaya harus dapat memahami adat istiadat, norma, yang berlaku dalam budaya tersebut. Pengertian Budaya lokal yaitu meliputi kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu. Pengertian budaya lokal sering dihubungkan dengan kebudayaan suku bangsa. Konsep Suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok etnik. Menurut Fredrik Barth sebagaimana dikutip oleh Parsudi Suparlan, suku bangsa hendaknya dilihat sebagai golongan yang khusus. Kekhususan suku bangsa diperoleh secara turun temurun dan melalui interaksi antar budaya. Budaya Lokal atau dalam hal ini budaya suku bangsa ini menjadi indentitas pribadi ataupun kelompok masyarakat.Ciri-ciri yang telah menjadi 5 identitas itu melekat seumur hidupnya seiring kehidupanya. (Tedi Sutardi, 2007:11). Menurut Zulyani Hidayah, terdapat lima ciri pengelompokan suku bangsa yang dapat disamakan dengan pengertian budaya lokal, yaitu : Pertama adanya komunikasi melalui bahasa dan dialek diantara mereka. Kedua, pola-pola sosial kebudayaan yang menimbulkan perilaku sebagai bagian dari kehidupan adat istiadat yang dihormati bersama. Ketiga,adanya perasaan keterikatan antara satu dengan yang lainnya sebagai suatu kelompok bagian yang menimbulkan rasa kebersamaan diantara mereka. Keempat, adanya kecenderungan menggolongkan diri ke kelompok asli terutama ketika menghadapi kelompok lain pada berbagai kejadian sosial kebudayaan. Kelima, adanya perasaaan keterikatan dalam kelompok karena hubungan kekerabatan, genealogis dan ikatan kesadaran teritorial diantara mereka. B. PENGERTIAN KOMUNIKASI 1. Definisi Komunikasi Kata atau istilah “ komunikasi” (dari bahasa inggris “Communication”) berasal dari “communicatus”. Dalam bahasa Latin, yang artinya “berbagi” atau menjadi milik bersama. Dengan demikian, komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster‘s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.”(Sasa Djuarsa, 1993 :7). Sedangkan, Menurut Hovland, Janis & Kelley, Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). 2. Menurut Saundra Hybels dan Richard L.Weafer, Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan 6 dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri atau menggunakan alat bantu disekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan. (Alo Liliweri, 2002 :3) Dari berbagai definisi dari para ahli mengenai komunikasi,komunikasi merupakan langkah untuk memahami dan menganalisi keterlibatan kita dalam komunikasi manusia. Kita tidak bisa lepas dari komunikasi karena komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Komunikasi juga merupakan proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Dimana setiap pelaku komunikasi akan melakukan tindakan membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan. Pesan ini dapat berupa pesan tertulis, lisan, gambar=gambar, gerak gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya ( Sasa Djuarsa, 1993 : 9). C. PENGERTIAN KEBUDAYAAN Jika dilihat dari asal kata maka istilah kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddayah sebagai bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Maka kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”. Bahasa Inggrisnya adalah culture, sedangkan kata Latin adalah colere artinya mengolah, mengerjakan atau sebagai segaa daya dan usaha manusia mengubah alam. Dari pengertian ini dapat ditarik suatu definisi umum yang luas, bahwa kebudayaan adalah seluruh cara hidup suatu masyarakat, tidak hanya mengenaik cara hidup yang dianggap lebih tinggi atau diinginkan. Melihat batasan ini, kebudayaan berarti mencakup semua cara berpikir dan berperilaku manusia, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan merancang sesuatu. Secara umum, kebudayaan adalah kehidupan manusia itu sendiri yang meliputi pikiran, karya dan hasil karyanya. Sedangkan, dalam arti sempit, kebudayaan diartikan dengan sesuatu yang indah atau seni, seperti lukisan, seni tari, musik dsbnya. (Sasa Djuarsa, 1993:186). Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mencakung konsep yang luas sehingga untuk kepentngan analisis, kebudayaan ini perlu dipecah lagi menjadi 7 beberapa unsur-unsur. Adapun unsur-unsur yang terbesar terjadi karena pecahan tahap pertama yang disebut sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universil. Dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa didapatkan disemua kebudayaan didunia. Unsur-unsur Universal yang merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di Indonesia adalah : 1. Sistem religi dan upacara keaagamaan 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem teknologi dan peralatan Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, bahwa kebudayaan merupakan semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Artinya, bahwa kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat.Tak ada suatu masyarakatpun yang masih hidup tidak mempunyai kebudayaan. (Soleman,1994 123). D. PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Komunikasi dan kebudayan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintas verbal maupun non verbal yang secara alamiah selalu digunakan dalam konteks interaksi. Pusat Perhatian studi komunikasi dan kebudayaan juga meliputi bagaimana menjajaki makna-makna, pola-pola, tindakan dan bagaimana makna serta pola-pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi antar manusia. Menurut Andrea L. Rich dan Dennis M.Ogawa menyatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaanya, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial. 8 Sedangkan, Menurut Charles H.Dood, menyatakan bahwa Komunikasi antar budaya melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antar pribadi, atau kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. (Alo Liliweri, 2002 :12). 9 BAB III PEMBAHASAN Pengembangan Budaya Lokal Dengan Pendekatan Komunikasi Antar Budaya Di era Globalisasi maka terjadi proses “penduniaan nilai nilai budaya” kehidupan dari suatu ruang budaya ke suatu ruang budaya ke ruang budaya lain. Proses penduniaan sebagai proses perubahan sosial yang cepat karena didukung oleh teknologi komunikasi yang memungkinkan kecepatan pertukaran pesan bisa melintasi ruang dan waktu. Sehingga, pesan-pesan yang dikirimkan itu berasal dari dan menuju ke sasaran penerima yang berbeda budayanya.Menurut Mc.Luhan dunia akan menjadi desa global dan memandang dunia hanya dalam satu budaya, yakni budaya yang bersifat global. Dampak dari globalisasi adalah dunia menjadi semakin sempit, bahkan dunia menjadi global village artinya dunia menjadi tidak ubahnya dengan desa, dimana interaksi antarbangsa didunia terlus berlangsung setiap waktu. Orang dari berbagai bangsa dengan latar belakang nilai-nilai, adat-istiadat, ideologi, keyakinan yang berbeda, bertemu dan berkomunikasi satu sama lain, baik untuk hubungan ekonomi, sosial, politik dan keamanan. Oleh sebab itu, setiap bangsa harus memahami budaya bangsa lain untuk menciptakan hubungan antarnegara secara saling menguntungkan. Disadari atau tidak sebagian besar kegiatan kita dilakukan oleh aktivitas komunikasi. Jika seseorang berada dalam kebudayaan yang sama maka dalam berkomunikasi akan menjadi lebih mudah karena adanya kesamaan dalam hal latar belakang pengalamanya sehingga tujuan komunikasinya dapat berhasil. Ada beberapa hal yang perlu kita pahami ketika kita akan mengembangkan budaya 10 lokal, tentunya akan ada kesamaan latar belakang budaya, adat istiadat, yang akan mempermudah komunikasi yang dilakukan. Untuk dapat terus mengembangkan budaya lokal, maka jika mengacu pada unsur-unsur kebudayaan dari Koentjaraningrat, maka salah satu unsur penting adalah bahasa, selain sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian dan sistem peralatan hidup. Bahasa merupakan unsur kebudayaan yang bersifat nonmaterial selain nilai, norma dan kepercayaan. Dalam komunikasi antar budaya yang terjadi adalah unsur penggunaan bahasa lokal menjadi semakin penting. Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam semua suku bangsa terdiri dari kata kata dan simbol-simbol sehingga bahasa merupakan susunan berlapis lapis dari simbol simbol yang ditata menurut ahli bahasa. Bahasa lisan maupun tulisan sebagai bentuk dari komunikasi, mempunyai kode verbal dimana mengacu pada naskah, teks dan dalam praktiknya kita temukan dalam bentuk kata. Untuk tetap mengembangkan budaya lokal, kita harus menjaga bahasa lokal yang ada di daerah tersebut. Misalnya dalam Bahasa Jawa mengenal undhak undhuk basa dan menjadi bagian integral dalam tata krama masyarakat Jawa. Di surakarta, terdapat bentuk bagongan dan kedhaton yang dipakai sebagai bahasa pengantar di lingkungan keraton. Dalam bahasa Jawa, terdapat tiga bentuk utama variasi, yaitu ngoko ("kasar"), madya ("biasa"), dan krama ("halus"). Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk "penghormatan" (ngajengake, honorific) dan "perendahan" (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubahubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, namun ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. 11 Selain dengan menggunakan bahasa, maka pengembangan budaya lokal dalam pendekatan komunikasi antar budaya, juga bisa dilakukan dengan cara : 1. Kesadaran pribadi, yaitu setiap individu harus memahami bahwa setiap individu pada dasarnya mempunyai kepribadian, kecenderungan dan kebiasaan (tingkah laku) masing-masing. Dalam keluarga pasti perbedaan kebudayaan pribadi dapat ditemuai. Namun, jika ada rasa saling menghargai, saling memahami akan adanya perbedaan budaya akan mempererat hubungan yang ada. Ini artinya, jika ingin tetap mempertahankan budaya lokal, kesadaran pribadi menjadi hal penting. Harus ada rasa saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain. 2. Kesadaran domestik, yaitu dengan makin besarnya peluang setiap orang untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda, maka riskan ada konflik. Di Indonesia yang mempunyai ratusan suku, pemahaman akan komunikasi antar budaya menjadi sangat penting, supaya ada persatuan dan kesatuan. 3. Kesadaran Internasional, yaitu dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi dan informasi, maka pengaruh dari luar baik hal yang positif dan hal negatif bisa masuk. Orang-orang dari berbagai latar belakang suku, dengan nilai-nilai, adat istiadat, ideologi, keyakinan yang berbeda, bertemu dan berkomunikasi satu sama lain, baik untuk hubungan ekonomi, sosial, politik dsbnya. Ini artinya, meskipun globalisasi akan berpengaruh terhadap budaya lokal, tetapi kita sadar bahwa kita harus tetap mempertahankan budaya lokal yang ada. 12 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Salah satu kunci menghadapi era globalisasi adalah memahami budaya, memahami budaya orang lain tidak hanya dilakukkan dengan memahami bahasanya saja. Misalnya saja kalau kita ingin memahamai budaya Jawa, tidak cukup memahami bahasa Jawanya saja seperti bahasa jawa ngoko, madya dan krama tetapi juga harus paham budayanya kebudayaanya. Salah satu cara untuk mempertahankan budaya lokal yang ada adalah melalui bahasa, karena bahasa selalu digunakan untuk berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain. Pemahaman untuk memahami bahasa menjadi salah satu unsur dalam komunikasi antar budaya. Selain itu, perlu adanya Kesadaran pribadi, yaitu setiap individu harus memahami bahwa setiap individu pada dasarnya mempunyai kepribadian, kecenderungan dan kebiasaan (tingkah laku) masing-masing. Dalam keluarga pasti perbedaan kebudayaan pribadi dapat ditemuai. Namun, jika ada rasa saling menghargai, saling memahami akan adanya perbedaan budaya akan mempererat hubungan yang ada. Ini artinya, jika ingin tetap mempertahankan budaya lokal, kesadaran pribadi menjadi hal penting. Harus ada rasa saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain, Kesadaran domestik, yaitu dengan makin besarnya peluang setiap orang untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda, dan Kesadaran Internasional, yaitu dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi dan informasi, maka pengaruh dari luar baik hal yang positif dan hal negatif bisa masuk. Namun dengan tetap mempertahankan budaya lokal maka pengaruh negatif dari globalisasi tidak akan berpengaruh terhadap budaya setempat. 13 DAFTAR PUSTAKA Djuarsa, Sasa, 1993. Pengantar Ilmu Komunikasi. Universitas Terbuka Press, Jakarta Griffin, EM.2000. Communication Theory, Mc Graw Hill, USA Liliweri, Alo, 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, LKIS, Yogyakarta Sutardi, Tedi, 2007. Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya, PT. Setia Purna Invest, Bandung Taneko, Soleman,1994. Sistem Sosial Indonesia, CV.Fajar Agung, Jakarta 14