BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi selalu dilakukan manusia dalam kesehariannya, entah itu berupa komunikasi verbal berupa percakapan dan tulisan ataupun non verbal berupa simbol-simbol, gerakan dan isyarat yang disampaikan lewat bahasa tubuh seseorang untuk menyatakan kesukaan ataupun ketidaksukaannya terhadap orang lain. Kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris “communication”, secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna16. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu17. Menurut Bernard Berelson & Gary A.Steiner, pengertian Komunikasi 16 adalah Transmisi Onong Uchjana Effendy.,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007 hal 9 17 Deddy Mulyana.,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005 hal 62 12 13 informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya18. Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli seperti Harorl dan Bernard, maka peneliti menyimpulkan bahwa Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan simbol-simbol yang dimengerti kedua belah pihak. Komunikasi dapat berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat memiliki kesamaan makna mengenai satu hal yang dikomunikasikan. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Dimensi – Dimensi Komunikasi, tujuan komunikasi adalah sebagai berikut19: 1. Perubahan Sosial/Mengubah Masyarakat ( to change the society ) Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam pemilu, ikut serta dalam berperilaku sehat,dan lain sebagainya. 2. Perubahan Sikap ( to change the attitude ) Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya. 3. Perubahan Opini, Pendapat ( to change the opinion ) 18 Deddy Mulyana.,op.cit., hal 68 Onong Uchjana Effendy., Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2009 hal 8 19 14 Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan. 4. Perubahan Perilaku ( to change behavior ) Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Berdasarkan tujuan komunikasi yang dikemukakan Effendy, Peneliti menyimpulkan bahwa tujuan berkomunikasi adalah sebuah perubahan. Informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan diharapkan dapat membawa perubahan pada diri komunikan. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan sikap dari komunikan, perubahan pola pikir terhadap suatu hal, maupun perubahan besar dalam suatu masyarakat. Sifat komunikasi menurut Onong Uchana Effendy ada beberapa jenis, yaitu20 : 1. “Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal): a. Lisan (Oral) b. Tulisan 4. Non verbal (Non-verbal): a. Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) b. Bergambar (Pictorial) 20 Onong Uchjana Effendy., op.cit., hal 7 15 Sifat-sifat komunikasi yang disebutkan Onong Uchayana diatas merupakan cara-cara yang dapat digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan agar pesan tersebut tersalurkan secara efektif, mudah dipahami dan dimengerti. Komunikator yang baik akan mampu membaca karakteristik komunikannya sehingga dapat ditentukan cara terbaik yang dipilih untuk menyampaikan informasi kepada komunikan agar memperoleh umpan bail (feedback) yang tepat sesuai yang ingin disampaikan komunikator. 2.2 Komunikasi Organisasi Komunikasi ada dimana-mana. Demikian juga dalam organisasi. Tanpa komunikasi, tidak mungkin ada organisasi. Organisasi digerakkan oleh komunikasi, manusia organisasi harus mampu berkomunikasi21. Berlandaskan dasar konsep tersebut, maka komunikasi dalam organisasi merupakan ilmu yang penting dipelajari. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi organisasi dapat bersifat formal dan informal.Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang orientasinya lebih kepada anggotanya secara individual22. Komunikasi ibarat aliran darah suatu organisasi, baik berupa komunikasi internal yang merupakan bentuk pertukaran informasi dan ide di dalam organisasi maupun komunikasi eksternal yang dilakukan untuk membawa informasi masuk atau keluar dari organisasi guna mencapai tujuan organisasi23. 21 Akhmadsyah Naina,dkk., 75 Tahun M. Alwi Dahlan: Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008 hal 211 22 Wiryanto., Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004 hal 54-55 23 Badri Munir Sukoco., Manajemen Administrasi Perkantoran Modern, Surabaya: Erlangga, 2007 hal 86 16 Arus Komunikasi Organisasi menurut Romli dapat dibagi menjadi dua, antara lain24 : 1. Komunikasi Internal Proses penyampaian pesan antara anggota-anggota dalam organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dan bawahan, antara sesama bawahan, dan lain sebagainya. Komunikasi Internal dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Komunikasi Vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah (komunikasi dari pimpinan kepada bawahan) dan dari bawah ke atas (komunikasi dari bawahan kepada pimpinan). b. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antar sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer, dan lain sebagainya. 2. Komunikasi Eksternal Komunikasi Eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak, komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. 24 Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo. 2011 hal 6-7 17 b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi, komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Tujuan utama dari komunikasi organisasi dalam buku “Wacana Komunikasi Organisasi” Alo Liliweri ada tiga yaitu25: 1. Sebagai tindakan koordinasi Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan atau manajer atau serta para bawahan mereka. Organisasi tanpa koodinasi, organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerja sama. 2. Memberi Informasi (information sharing) Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai hasil , dan pengambilan keputusan. 3. Komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi 25 Alo Liliweri., Wacana Komunikasi Organisasi, Bandung: Mandar Maju, 2004 hal 56 18 Di dalam suatu organisasi tentunya terdapat sekumpulan manusia yang bekerja sendiri maupun kerja sama dengan orang lain. Mereka disebabkan oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima oleh organisasi dari pada yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan mereka. Berdasarkan tujuan komunikasi organisasi yang dikemukakan Alo Liliweri, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi tanpa komunikasi adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Komunikasi dalam organisasi adalah penyangga sebuah organisasi dapat berdiri karena dalam suatu organisasi tidak hanya terdapat satu orang individu yang bekerja melainkan sekumpulan individu yang dituntut bekerjasama satu sama lain untuk kemajuan organisasi. Conrad dalam Tubbs dan Moss mengidentifikasikan tiga fungsi komunikasi organisasi, antara lain26 : 1. Fungsi perintah Berkenaan dengan angota-anggota organisasi yang memiliki hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut. 2. Fungsi relasional Berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi 26 Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss.,Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal 170 19 kenirja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. Misal: kepuasan kerja; aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersona yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati, dsb. 3. Fungsi manajemen ambigu Berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal: motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama. Fungsi komunikasi dalam organisasi yang dijelaskan Conrad dapat disimpulkan bahwa komunikasi tidak hanya digunakan sebagai pengirim pesan antar individu, melainkan meliki fungsi perintah untuk menggerakkan individu lain bekerja, membangun relasi hubungan antar individu agar tercipta iklim organisasi yang harmonis serta berfungsi juga sebagai manajemen ambigu yaitu mengurangi ketidakjelasan informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi. 20 Adapun kendala-kendala komunikasi menurut Wursanto dapat digolongkan ke dalam tiga hal sebagai berikut27 : a. Hambatan teknis 1.Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses komunikasi. 2. Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai. 3. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses komunikasi. b. Hambatan semantik Semantik dapat diartikan sebagai suatu studi tentang pengertian yang diungkapkan melalui bahasa, baik bahasa lisan (melalui ucapan, bahasa badan) maupun bahasa tertulis. Maksud dengan hambatan semantik ini adalah kesalahan dalam penafsiran, salah dalam pemberian pengertian bahasa dalam menyampaikan pesan dalam proses komunikasi. c. Hambatan perilaku 1. Pandangan yang bersifat apriori. 2. Prasangka yang didasarkan pada emosi. 3. Suasana otoriter. 4. Ketidakmauan untuk berubah. 5. Sifat yang egosentris. Berdasarkan sejumlah hambatan komunikasi yang dijelaskan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa hambatan komunikasi antar individu dalam organisasi tidak 27 Wursanto., Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta: Andi, 2003 hal 176 21 hanya disebabkan faktor internal dalam diri individu yang salah mempersepsikan maksud individu lain, melainkan bisa disebabkan faktor lain seperti masalah teknis karena kurangnya sarana prasarana komunikasi maupun suasana organisasi yang tidak mendukung sehingga individidu sulit untuk berkomunikasi satu sama lain. 2.3 Komunikasi Internal 2.3.1 Dimensi Komunikasi Internal Komunikasi Internal adalah proses penyampaian pesan antara anggotaanggota dalam organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dan bawahan, antara sesama bawahan, dan lain sebagainya. Komunikasi yang terjadi antar karyawan dalam organisasi ini dapat dibedakan atas dua pola antara lain28 : a. Komunikasi Formal komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari manajer kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah (downward communications), komunikasi dari bawah ke atas (upward communications), komunikasi 28 Don F. Faules dan R. Wayne Pace.,Komunikasi Organisasi,Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001 hal 184-195 22 horizontal (horizontal communications), dan komunikasi diagonal (diagonal communications). Gambar 2.1 Jaringan Komunikasi Fromal Sumber : Pace & Faules (2001:184) 1. Komunikasi dari atas ke bawah Komunikasi ke bawah (downward communication) adalah penyampaian informasi dari atasan ke bawahan sesuai dengan struktural di organisasi. Penggunaan komunikasi ini digunakan untuk pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum. Komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan (oral communications) maupun tertulis (written communications). 23 2. Komunikasi dari bawah ke atas Komunikasi ke atas (upward communication) adalah penyampaian informasi dari bawahan ke atasan. Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi. Keterlibatan karyawan (bawahan) dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu cara yang positif dalam upaya membantu pencapaian tujuan organisasi. 3. Komunikasi Horisontal Komunikasi horisontal (horizontal communication) adalah komunikasi yang melibatkan antar individu atau kelompok pada level yang sama. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk mengkoordinasikan penugasan kerja, berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan, memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama, untuk memperoleh pemahaman bersama. 4. Komunikasi Diagonal (Lintas Saluran) Komunikasi diagonal (diagonal communication) adalah komunikasi yang dilakukan antar individu atau kelompok pada bagian berbeda dan tingkatan yang berbeda pula.Kelebihan dari komunikasi ini dapat mempercepat penyebaran informasi. Namun kelemahannya penyebaran informasi tidak sesuai dengan jalur rutin dan struktur organisasi yang sudah ada. 24 b. Komunikasi Informal Bila anggota organisasi berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi dapat berkomunikasi secara luas memperbincangkan humor yang baru didengar, keluarga, dunia olah raga, music, acara film, dan hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam organisasinya. 2.3.2 Indikator Komunikasi Internal R.Wayne.Pace dan Don F.Faules dalam Buku Komunikasi Organisasi memberikan beberapa indikator komunikasi internal antara lain29 : 1. Keterbukaan karyawan dalam menginformasikanmasalah pekerjaan yang dihadapinya. 2. Kesalahfahaman dalam berkomunikasi baik komunikasi secara vertikal maupun horizontal. 3. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi yang dialami atasan maupun bawahan. 4. Keinginan karyawan memberikan saran kepada atasan. 5. Kemampuan karyawan dalam menyelesaikan masalah pekerjaan. 6. Hubungan kerja karyawan dengan atasan. 7. Keberanian karyawan dalam menginfomasikan ketidakpuasan bekerja. 29 Don F. Faules dan R. Wayne Pace.,Komunikasi Organisasi,Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2004 hal 23-27 25 8. Instruksi pimpinan mengenai pekerjaan. 9. Keinginan atasan menginformasikan kesalahan di dalam pekerjaan. 10. Kesediaan atasan menginformasikan visi, misi, & tujuan perusahaan kepada karyawan. 2.4 Public Relations Dalam organisasi, Public Relations merupakan bagian terpenting dari komunikasi yang bertujuan memperkenalkan dan mengangkat citra positif organisasi atau perusahaan tertentu secara internal atau eksternal. Maria Assumpta Rumanti mendefinisikan Public Relations adalah kegiatan atau aktivitas yang proses kegiatannya melalui empat tahap, yaitu penelitian yang didahului penemuan, analisis, pengolahan data dan sebagainya; perencanaan yang direncanakan; pelaksanaan yang tepat; evaluasi, penilaian setiap tahap dan evaluasi keseluruhan.30 International Public Relations Association (IPRA) dalam Rumanti menyebutkan Public Relations merupakan fungsi manajemen yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasiorganisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas31. Public Relations sangat dibutuhkan dalam komunikasi dengan public internal dan eksternal perusahaan. Menurut Ruslan, hubungan masyarakat internal adalah hubungan dengan publik yang menjadi bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Sedangkan hubungan masyarakat eksternal adalah 30 Maria Assumpta Rumanti.,Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik, Jakarta: PT Grasindo, 2005 hal 7-8 31 Maria Assumpta Rumanti., op.cit., hal 11 26 hubungan dengan publik umum (masyarakat) untuk mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya.32. Kegiatan PR dalam hubungan dengan public internal perusahaan khususnya karyawan, dapat dilaksanakan dalam bentuk berbagai macam aktivitas dan program, antara lain sebagai berikut33 : a. Program Pendidikan dan Pelatihan Program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan yakni dalam upaya meningkatkan kinerja dan keterampilan (skill) karyawan dan kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan dan sebagainya. b. Program Motivasi Kerja Berprestasi Program ini diharapkan dapat mempertemukan antara motivasi dan prestasi serta disiplin karyawan dengan harapan-harapan itu keinginan dari pihak perusahaan dalam mencapai produktivitas yang tinggi. c. Program Penghargaan Dimaksudkan adalah upaya perusahaan untuk memberikan suatu penghargaan kepada para karyawan, baik yang berprestasi kerja maupun cukup lama masa pengabdiannya. Dalam hal ini, penghargaan akan menimbulkan loyalitas terhadap perusahaan. d. Program Acara Khusus (Special Events) Merupakan program khusus yang sengaja dirancang di luar bidang pekerjaan sehari-hari,misalnya dengan berpiknik bersama yang dihadiri oleh pimpinan 32 Rosady, Ruslan.,Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 hal 23 33 Ibid., hal 278-279 27 dan semua karyawannya dengan maksud untuk menumbuhkan rasa keakraban diantara sesama karyawan dan pimpinan. e. Program Media Komunikasi Internal Membentuk program media komunikasi internal melalui bulletin,news release, dan majalah perusahaan yang berisikan pesan,informasi dan berita yang berkaitan dengan kegiatan antar karyawan atau perusahaan dengan pimpinan. PT Panji Putra Kreasi sebagai objek tempat penelitian, diketahui tidak memiliki divisi public relations melainkan hanya menjalankan aktivitas public relations yang secara langsung di programkan oleh direktur PT Panji Putra Kreasi. Tujuan kegiatan internal relations yang dilakukan PT Panji Putra Kreasi adalah untuk membentuk suasana kerja yang harmonis sehingga meningkatkan produktifitas kerja, mampu menunjang pelaksanaan strategi dan tujuan organisasi atau perusahaan, dapat menurunkan “employement cost”, serta membantu karyawan untuk tumbuh dan berkembang. Pada PT Panji Putra Kreasi, fungsi PR dalam hubungan internal yang dilakukan antara lain dengan melakukan program acara gathering dan office tour yang dilaksanakan setiap tahunnya, dimana seluruh karyawan inti diajak untuk melakukan trip wisata bersama baik dalam maupun luar negeri untuk lebih mendekatkan hubungan personal antar karyawan dan atasan dengan karyawan. 28 2.5 Produktivitas Kerja Karyawan Setiap perusahaan yang karyawannya professional, terampil, dan memiliki etos kerja tinggi umumnya menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi bagi perusahaan. Menurut Yuniarsih dan Suwatno, produktivitas kerja karyawan adalah hasil konkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja34. Sedangkan menurut Greeberg yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antar totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut35. 2.5.1 Dimensi Produktivitas Kerja Karyawan Menurut Umar dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, membagi aspekaspek produktivitas kerja sebagai berikut36 : 1. Mutu pekerjaan 2. Kejujuran karyawan 3. Inisiatif 4. Kehadiran 5. Sikap 6. Kerja sama 7. Keandalan 8. Pengetahuan tentang pekerjaan 34 Tjutju Yuniarsih, Suwatno.,op cit., hal 156 Ibid., hal 157 36 A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. , Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2007 hal 18-19 35 29 9. Tanggung jawab, dan 10. Pemanfaatan waktu kerja. 2.5.2 Indikator Produktivitas Kerja Karyawan Berdasarkan aspek-aspek produktivitas kerja diatas, maka peneliti membuat operasionalisasi indikator yang mempengaruhi dimensi produktivitas kerja antara lain : a. Mutu pekerjaan memiliki indikator hasil pekerjaan sesuai yang diinstruksikan atasan. b. Kejujuran karyawan memiliki indikator sikap karyawan yang berpegang pada kebenaran dan moral dalam pekerjaan. c. Inisiatif memiliki indikator pemberian ide/gagasan dalam pekerjaan. d. Kehadiran memiliki indikator karyawan rajin ke kantor setiap hari. e. Sikap memiliki indikator karyawan yang merasa puas pada pekerjaannya akan bekerja keras dan ikut memajukan perusahaan. f. Kerjasama memiliki indikator kemampuan bekerja dalam tim. g. Keandalan memiliki indikator kemampuan karyawan untuk memberikan kontribusi pekerjaan yang bermanfaat bagi atasan dan rekan kerja. h. Pengetahuan tentang pekerjaan memiliki indikator karyawan memiliki wawasan luas dan berpengalaman di bidangnya. i. Tanggung jawab memiliki indikator kemampuan melaksanakan tugas sesuai prosedur. 30 j. Pemanfaatan waktu kerja memiliki indikator kemampuan mengelola waktu dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. 2.6 Hipotesis Penelitian Menurut Nanang Martono, hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya harus diuji atau rangkuman kesimpulan secara teoritis yang diperoleh melalui tinjauan pustaka.37 Berdasarkan teori komunikasi organisasi serta observasi dan wawancara singkat pra penelitian maka peneliti merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini yaitu “Jika komunikasi internal semakin baik maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan pada PT Panji Putra Kreasi“. 37 Nanang Martono.,Metode Penelitian Kuantitatif: Analisa isi dan Analisis data sekunder,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010 hal 57