BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan suatu jenjang pendidikan yang dapat dijalani seseorang setelah menyelesaikan pendidikannya di jenjang pendidikan menengah atas. Di dalam perguruan tinggi, seseorang akan mempelajari suatu disiplin ilmu yang lebih spesifik lagi seperti ilmu psikologi, hukum, ekonomi, sastra, teknik, kedokteran, dan lain sebagainya. Orang yang sedang belajar di perguruan tinggi disebut dengan mahasiswa (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, 2012). Dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi, maka mahasiswa bisa mendapatkan tambahan ilmu serta wawasannya yang dapat digunakan di kehidupan serta untuk mempersiapkan masa depannya. Selain itu, dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi mahasiswa bisa mendapatkan suatu gelar yaitu gelar sarjana. Untuk mendapatkan gelar sarjana tersebut, maka mahasiswa harus memenuhi salah satu persyaratannya yaitu menulis skripsi. Skripsi merupakan suatu kegiatan penelitian yang salah satunya digunakan untuk membuktikan kematangan nalar mahasiswa dan di dalam penulisan skripsi, mahasiswa dituntut untuk mampu berpikir secara induktif dan deduktif (Zamindari, dalam Suryadi, 2008). Di Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara, skripsi merupakan suatu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi serta untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara merupakan karya ilmiah individual yang berupa laporan akhir suatu penelitian psikologi mengenai tingkah laku ataupun proses mental yang didasari pada pengamatan sistematis terhadap individu, organisasi, maupun komunitas masyarakat (Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara, 2012). Pembuatan skripsi di Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara dilakukan dalam suatu jangka waktu yang telah ditentukan yaitu selama satu semester (6 bulan). Jika mahasiswa tidak dapat menyelesaikan skripsi selama jangka waktu tersebut maka mahasiswa diharuskan untuk extend. Dengan adanya pemberian jangka waktu untuk menyelesaikan skripsi, maka hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan di diri mahasiswa. Akan tetapi kecemasan tersebut timbul bukan hanya karena adanya pemberian waktu dalam pembuatan skripsi. Ada berbagai hal lainnya yang dapat memicu kecemasan di diri mahasiswa saat sedang menulis skripsi, di antaranya saat sedang menyusun skripsi mahasiswa wajib untuk mendapatkan sumber literatur yang sesuai dengan topik skripsi yang diambilnya. Di Universitas Bina Nusantara khususnya di Jurusan Psikologi para mahasiswa masih kesulitan untuk mendapatkan sumber literatur yang memadai. Hal tersebut terjadi karena kurangnya jumlah buku-buku dan skripsi ataupun penelitian sebelumnya yang disediakan oleh perpustakaan universitas. Akibat dari kurangnya jumlah sumber literatur yang disediakan oleh perpustakaan Universitas Bina Nusantara, maka mahasiswa mencari sumber literatur ke perpustakaan universitas lain. Selain itu mahasiswa juga kurang memahami penggunaan jurnal online. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan di diri mahasiswa saat sedang melakukan penulisan skripsi. Mahasiswa merasa cemas akan bisa terselesaikan atau tidaknya skripsi mereka. Pernyataan ini dapat didukung oleh pendapat dari Dominice (2000) yang mengatakan bahwa menulis ilmiah (seperti skripsi) adalah suatu kegiatan yang wajib untuk dilakukan mahasiswa dan hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan, yang menurut dia hal ini lebih sering dikatakan dengan istilah writing anxiety. Selain itu kecemasan mahasiswa tersebut juga bisa muncul di saat proses bimbingan pembuatan skripsi. Mahasiswa bisa merasa cemas apakah perkembangan skripsinya tersebut dapat diterima atau tidak oleh dosen pembimbing. Sebelum melakukan pengambilan data penelitian, penulis terlebih dahulu mengadakan survei terhadap 14 mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara yang hasilnya menunjukan bahwa 9 orang merasa yakin dengan kemampuannya dalam mengerjakan skripsi, 5 orang merasa tidak yakin dengan kemampuannya dalam mengerjakan skripsi, 11 orang merasa cemas ketika mengerjakan skripsi, dan 3 orang merasa tidak cemas ketika mengerjakan skripsi. Dari hasil survei tersebut dapat dikatakan bahwa mereka merasa yakin akan kemampuannya dalam menyelesaikan skripsi akan tetapi mereka juga merasa cemas akan tidak terselesaikan skripsi mereka. Masih dari hasil survei yang penulis lakukan, mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta juga merasakan kesulitan dalam mendapatkan literatur-literatur yang mendukung skripsi mereka. Pada awalnya mahasiswa mencari literatur dengan memanfaatkan buku-buku dan jurnal online yang disediakan oleh perpustakaan Universitas Bina Nusantara Jakarta. Tetapi mereka berpendapat bahwa koleksi buku dan jurnal psikologi yang dimiliki perpustakaan Universitas Bina Nusantara Jakarta belum memadai sehingga mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta berinisiatif untuk mencari literatur ke perpustakaan universitas yang lain seperti ke perpustakaan Universitas Indonesia, Universitas Atmajaya, dan Universitas Tarumanegara. Selain ke perpustakaan universitas lain, ada juga mahasiswa yang mencari literatur dengan pergi membeli buku di toko buku seperti Gramedia dan Gunung Agung. Dengan begitu mereka bisa mendapatkan literatur yang mendukung dan merasa terbantu dalam menyelesaikan skripsinya. Kecemasan menurut Freud (dalam Larsen & Buss, 2005), adalah suatu kondisi tidak menyenangkan yang dialami oleh seseorang, yang dimana akan memunculkan sinyal bahwa hal-hal yang tidak benar sedang terjadi dan ada sesuatu yang harus dilakukan. Sinyal tersebut menandakan bahwa kontrol ego sedang terancam oleh kenyataan, ada impuls dari id, atau adanya tentangan keras yang berasal dari superego. Kowalski (dalam Santrock, 2008), berpendapat bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang sangat tidak menyenangkan yang diakibatkan karena rasa takut dan sedih yang tidak jelas. Lebih lanjut, Spielberger (dalam Columbus, 2008) mengatakan bahwa kecemasan merupakan perasaan bersalah seseorang ketika melakukan tindakan yang salah serta timbul karena adanya ancaman langsung pada beberapa nilai-nilai penting kepribadian individual. Pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan yang dialami oleh mahasiswa yang sedang menulis skripsi, dimana mahasiswa tersebut merasa cemas, tidak nyaman dan tidak senang, serta ada perasaan terancam akan bisa atau tidaknya diri mereka dalam menghadapi skripsi. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Vitasari, P., Wahab, M. N. A., Othman, A., & Awang, M. G. (2010) di Universiti Pahang Malaysia, disebutkan bahwa ada 8 sumber penyebab kecemasan pada mahasiswa. Delapan sumber penyebab kecemasan tersebut adalah study anxiety, exam anxiety, class presentation anxiety, mathematic anxiety, language anxiety, social anxiety, family anxiety, dan library anxiety. Dari kedelapan sumber penyebab kecemasan pada mahasiswa tersebut ada 2 yang tidak menunjukan hasil yang terlalu signifikan terhadap kecemasan pada mahasiswa, yaitu family anxiety dan library anxiety. Pervin & John (1997, dalam Oktary, 2007), berpendapat bahwa kecemasan muncul bukan karena adanya hal yang mengancam tapi lebih disebabkan karena adanya persepsi tentang ketidakmampuan diri dalam menghadapinya. Sedangkan teori kecemasan Spielberger mengatakan bahwa kecemasan muncul dari rasa bersalah dan juga timbul karena ada ancaman langsung beberapa nilai penting kepribadian individu. Berdasarkan kedua teori tersebut, maka hal ini dapat dikaitkan dengan self-efficacy. Self-efficacy menurut Bandura (1997), adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimilikinya untuk dapat melakukan sesuatu dan keyakinan tersebut merupakan suatu pondasi yang mewakili kepribadian manusia. Self-efficacy merupakan suatu karakteristik internal yang mempengaruhi perilaku dan reaksi dalam cara yang relatif konstan dan terprediksi, akan tetapi self-efficacy juga dapat ditentukan oleh situasi (Friedman & Schustack, 2008). Self-efficacy memiliki pengaruh terhadap tindakan dan kesuksesan seseorang dalam berbagai aspek, seperti mengatasi rasa takut, sukses di tempat kerja, masamasa transisi kehidupan, dan performa akademis (Bandura, 1986, dalam Turner, Chandler, & Heffer, 2009). Skripsi dapat termasuk ke dalam performa akademis, karena hanya mahasiswa yang memiliki performa akademis yang baik yang dapat mengerjakan penulisan skripsi. Yang dimaksud dengan performa akademis yang baik adalah dimana seorang mahasiswa sudah menjalani jumlah minimal sks tertentu, memiliki standar nilai tertentu, dan memiliki nilai IPK minimal 2.00. Mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi maka akan memiliki tingkat kecemasan yang rendah dalam menghadapi penulisan skripsi, sedangkan mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah maka tingkat kecemasannya akan tinggi dalam menghadapi penulisan skripsi. Hal ini dapat didukung dari pendapat Cervone (2004, dalam Friedman & Schustack, 2008), yang mengatakan bahwa self-efficacy juga dapat dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari interaksi struktur pengetahuan (apa yang diketahui orang tentang dirinya dan dunia) dan proses penilaian dimana seseorang terus menerus mengevaluasi dirinya. Takaki (dalam Ali, 2010) menemukan bahwa kecemasan memiliki hubungan yang negatif terhadap self-efficacy. Ini berarti jika kecemasan mahasiswa semakin tinggi maka, tingkat self-efficacy mahasiswa rendah. Di dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Oktary (2007), disebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi serta adanya peningkatan kecemasan pada saat mengerjakan skripsi dibandingkan dengan kecemasan mahasiswa pada saat kehidupan sehari-hari. Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas, maka dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi penulisan skripsi ditimbulkan oleh berbagai macam permasalahan yang salah satunya berasal dari self-efficacy. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara self-efficacy dengan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi penulisan skripsi di Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis sampaikan sebelumnya maka rumusan masalah yang terdapat di dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara self-efficacy dengan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi penulisan skripsi di Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara?” 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara selfefficacy dengan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi penulisan skripsi di Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta. Dengan tujuan tersebut maka diharapkan penelitian ini akan memiliki manfaat praktis dan juga manfaat teoritis seperti berikut ini: a. Manfaat praktis: Penelitian ini bisa menjadi masukan bagi Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara bahwa ada kendala yang dialami oleh mahasiswa yaitu self-efficacy dan kecemasan dalam menghadapi skripsi karena kesulitan dalam mendapatkan sumber literatur yang memadai. Sedangkan manfaat untuk mahasiswa adalah agar dapat meningkatkan self-efficacy nya agar tidak terlalu cemas dalam menghadapi skripsi. b. Manfaat teoritis: Penelitian ini dapat dijadikan suatu tambahan pengetahuan di bidang ilmu Psikologi Pendidikan dan Psikologi Klinis khususnya mengenai selfefficacy dan kecemasan.