BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERILAKU ANAK Perilaku merupakan suatu aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi pola hidup yang akan dijalaninya. Proses pembentukan perilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta kemampuan dari orang tua dalam mengajarkan anak. Rasa takut merupakan perilaku nonkooperatif anak terhadap perawatan gigi, faktor penyebabnya bisa atau ditimbulkan dari anak itu sendiri, keluarga maupun dokter gigi. Anak-anak memiliki cara pendekatan tersendiri yang berbeda dengan orang dewasa dan memiliki cara berkomunikasi yang berbeda. Perilaku anak juga berbeda pada setiap kunjungan gigi tergantung pada variabel seperti usia, perilaku orang tua, kecemasan orang tua, riwayat medis / gigi terakhir, kesadaran akan masalah gigi mereka, jenis prosedur gigi, manajemen perilaku, dan teknik prosedural diikuti oleh dokter gigi.2 Pakar psikologi Swiss terkenal, Jean Piaget megemukankan bahwa anakanak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri, informasi tidak sekedar ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget meyakini bahwa anakanak menyesuaikan pemikiran mereka untuk mencakup gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan memajukan pemahaman mereka. Piaget menyatakan bahwa anak-anak melampaui empat tahap ,yakni :4 5 1. Sensorimotor: tahap ini usia mulai dari kelahiran hingga 2 tahun.bayi beranjak dari tindakan refleks naluriah sejak kelahiran hingga permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor denagn tindakan fisik. 2. Preoperasional : tahap ini anak usia usia 2 sampai 7 tahun. tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sensorimotor. Anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, kata-kata dan gambar-gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindakan fisik. 3. Operasional Konkret : tahap perkembangan yang terjadi pada usia sekitar 7 sampai 11 tahun. Anak saat ini dapat berpikir secara logis tentang peristiwa yang konkret dan mengklasifikasika benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda.. 4. Operasioanal formal : Pada tahap ini perkembangan kognitifnya pada usia 1115 tahun, Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. 7 Terdapat beberapa klasifikasi perilaku anak pada saat perawatan gigi dan mulut menurut beberapa ahli. 2.1.1 KLASIFIKASI PERILAKU ANAK MENURUT WRIGHT Menurut Wright, anak-anak secara umum dapat diklasifikasikan dalam salah satu dari tiga cara: kooperatif, tidak mampu kooperatif atau 6 berpotensi kooperatif yang mencakup perilaku histeris, keras kepala, pemalu/penakut, tegang dan cengeng. Ada banyak perilaku-rating skala yang tersedia untuk menilai dan mengevaluasi perilaku anak pada setiap kunjungan gigi.5,8 1. Kooperatif a. Rileks, minimal bentuk ketakutan dan dilakuakn perawatan dengan baik dan sederhana b. Adanya hubungan antara dokter dan ketertarikan terhadap perawatan c. Tertawa dan menikmati perawatan d. Mengikuti instruksi dengan efektif dan efisien 2. Tidak Mampu Kooperatif a. Termasuk dalam usia sangat muda (<2 tahun) atau rehabilisasi spesific atau handicapping b. Mereka memilki masalah perilaku 3. Perilaku Histeris a. Biasanya pada usia 3 – 6 tahun. b. Anak mulai mengamuk/marah dimulai di ruang tunggu atau bahkan sebelumnya c. Perilaku ini juga tidak bisa diperbaiki 7 d. Menagis, memukul dengan keras, adanya reaksi untuk melawan seperti tangan dan kaki yang mencoba melawan yang merupakan manifestasi dari rasa takut dan cemas e. Anak usia sekolah cenderung untuk memodelkan perilaku mereka setelah itu orang dewasa f. Jika terjadi pada anak-anak yang lebih tua, ada kemungkinan mungkin ada alasan yang mendalam untuk itu 4. Perilaku Keras Kepala a. Dapat ditemukan di semua usia, lebih khas dalam kelompok sekolah dasar b. Adanya tanggapan ‘’saya tidak ingin’’ atau “saya tidak mau’’ c. Mereka protes ketika mereka dibawa ke klinik gigi d. Disebut sebagai keras kepala atau manja e. Melawan pada setiap instruksi 5. Perilaku Penakut/Pemalu a. Ringan tapi sangat cemas b. Jika ditangani dengan benar, perilaku mereka dapat memburuk ke uncotrolled c. Berlindung dibelakang orang tua d. Mungkin dari lingkungan rumah overproctective atau mungkin tinggal di terisolasi mengalami hanya sedikit kontak dengan orang asing e. Membutuhkan dorongan kepercayaan diri anak. 8 6. Perilaku Tegang a. Tampak anak bersikap tegang b. Menerima perawatan, tetapi sangat tegang c. Ketika mereka berbicara suaranya bergetar d. Tampak berkeringat 7. Perilaku cengeng/suka merengek a. Mereka tidak melawan pada perawatan tetapi suka merengek selama perawatan b. Menagis tetapi masih dapat dikontrol c. Sering mengeluarkan air mata d. Reaksi frustasi pada perawatan gigi e. Pasien yang baik pada perawatan gigi anak 2.1.2 KLASIFIKASI PERILAKU ANAK MENURUT FRANKL Frankl et al mengklasifikasikan perilaku anak menjadi empat kelompok sesuai dengan sikap anak dan kerjasama pada perawatan gigi dan mulut,yakni : 5 a. Jelas Negatif Penolakan perawatan , menangis, takut atau perilaku-perilaku lainnya yang jelas bersikap negatif terhadap perawatan b. Negatif Enggan untuk menerima pengobatan, tidak kooperatif, beberapa bukti dari sikap negatif tetapi tidak diucapkan, cemberut. 9 c. Positif Penerimaan perawatan , kesediaan untuk mematuhi dokter gigi dan tidak menolak petunjuk dokter gigi d. Jelas Postif Hubungan pasien dengan dokter gigi baik , anak tertarik pada prosedur perawatan , tertawa dan menikmati perawatan 2.1.3 KLASIFIKASI PERILAKU ANAK MENURUT KOPEL a. Pasien berusia sangat muda b. Terganggu secara emosional pasien, seperti 1. Anak dari keluarga yang berantakan atau miskin 2. Anak manja 3. Anak neurotik 4. Anak terlalu takut 5. Anak hiperktif c. Secara fisik anak handcapped d. Anak cacat mental e. Anak dengan pengalaman medis atau gigi sebelumnya kurang menyenangkan 5 2.1.4 KLASIFIKASI PERILAKU ANAK MENURUT LAMPSHIRE Klasifikasi perilaku anak menurut Lampshire yakni :5 10 a. Koperatif : anak dengan sikap dan emosional relaks dan koopertif selama perawatan berlangsung b. Tegang kooperatif : anak tegang tetapi koopertif pada saat yang bersamaan c. Cemas: menghindari pengobatan awalnya, biasanya bersembunyi di balik ibu, menghindari melihat atau berbicara dengan dokter gigi. Tetapi pada akhirnya menerima perawatan gigi d. Takut : membutuhkan dukungan yang cukup sehingga dapat mengatasi kekhawatiran perawatan gigi e. Keras Kepala: pasif menolak pengobatan dengan menggunakan teknik yang telah berhasil dalam situasi lain f. Hypermotive: anak yang gelisah, menendang dan menjerit g. Penyandang cacat: fisik atau mental h. Secara emosional belum dewasa : cacat emosional 5 2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI PERILAKU ANAK Perilaku anak pada perawatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh berbegai faktor yang terdiri dari faktor yang melibatkan anak itu sendiri, orang tua maupun dokter gigi, sehingga perlu menjelaskan lebih lanjut hal-hal yang mempengaruhi perilaku anak agar dapat menimbulkan perilaku kooperatif anak.5 11 2.2.1 FAKTOR YANG MELIBATAKAN ANAK ITU SENDIRI Kematangan anak bisa dikelompokan mengikuti kronologis tingkatan usia sebagai berikut ini: 2 A. Perkembangan Anak 1) Usia 2 tahun : dalam usia ini kosakata dari anak bervariasi dari 15 sampai 1000 kata. Anak pada periode ini takut pada gerakan mendadak yang tidak terduga. Pergerakan mendadak pada kursi gigi (dental chair) tanpa peringatan akan menimbulkan rasa takut, cahaya yang terang juga terasa menakutkan bagi anak. Memisahkan anak pada usia ini dari orang tuanya sangat sulit. Sebisa mungkin anak pada periode usia dua tahun ditemani oleh orang tua atau pendamping selama berada di ruang perawatan. 2) Usia 3 tahun : anak memiliki keinginan untuk berbicara dan mendengarkan, pada usia ini, sikap kooperatif muncul dan dokter gigi bisa mulai menggunakan pendekatan positif dengan anak tersebut . 3) Usia 4 tahun : seorang anak usia empat tahun umumnya mendengarkan dan tertarik untuk menjelaskan, jika tidak diatur dengan baik pada beberapa situasi anak usia empat tahun bisa menjadi tidak patuh dan menentang. 4) Usia 5 tahun : ini merupakan periode dari penggabungan, dimana anak pada usia lima tahun senang melakukan aktifitas berkelompok 12 dan siap berpartisipasi didalamnya dan mereka juga memiliki sedikit rasa khawatir bila terpisah dari orangtuanya saat melakukan perawatan gigi. 5) Usia 6 sampai 12 tahun : biasanya anak pada usia ini bisa menangani ketakutan terhadap prosedur perawatan gigi karena dokter gigi bisa menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alasan kenapa perawatan tersebut dilakukan B. Pengalaman Perawatan Gigi Sebelumnya Terdapat perbedaan perilaku anak pada anak yang pernah memperoleh perawatan gigi dan mulut dengan yang belum pernah. Begitupula dengan perbedaan kunjungan perawatan pertama dengan kunjungan perawatan kedua. C. Sosial dan Kemampaun Adaptasi Sesuatu yang sangat penting untuk memperhatikan sosial dan kemampuan adaptasi anak sehingga dapat direncanakan rencana perawatan yang efektif. 5 2.2.2 FAKTOR YANG MELIBATKAN ORANG TUA A. Pengaruh Keluarga Terdapat beberapa keadaan anak di dalam ruang lingkup keluarganya, 5 13 1. Karakteristik anak yang kekurangan kasih sayang, yakni anak yang cendrung menunjukan kecemasan, menangis dan cendrung menuntut 2. Karakterisik anak yang didominasi orangtua, yakni anak yang cendrung kooperatif,dan pasien yang baik 3. Karakteristik anak yang otoriter terhadap orangtuanya, yakni anak yang cendrung mengelak dan tidak menyukai perawatan B. Hubungan Orang Tua dan Anak Tingkah laku orangtua merupakan hal yang penting antara hubungan interpersonal anak yang mempengaruhi respon tingkah laku anak tersebut terhadap perawatan gigi. Pada berbagai motif dan situasi, orangtua mengambil sikap ekstrim yang berbeda-beda terhadap anaknya, sikap itu antara lain :2 1) Terlalu melindungi (overprotection), sikap terlalu melindungi ditunjukan dengan terlalu mencampuri dan mendominasi anak oleh orangtuanya. 2) Penolakan ( rejection), anak yang sedikit terabaikan oleh orang tuanya merasa rendah diri, dilupakan, pesimis dan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Pada perawatan gigi anak seperti ini bisa menjadi tidak kooperatif, menyulitkan, dan susah diatur. 14 3) Terlalu Cemas (overanxiety) sikap dari orangtua dengan perhatian yang berlebihan dan tidak semestinya pada anak, hal ini selalu diiringi dengan sikap terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi, atau terlalu ikut campur. 4) Terlalu Mengidentifikasi (overidentification), jika si anak tidak mau mengikuti keinginannya, orangtua anak tersebut merasa dikecewakan C. Kecemasan Ibu Wright et al dalam buku yang komprehensif terhadap manajemen anak meringkas alasan agar orant tua tidak ikut masuk ke dalam ruang perawatan sebagai berikut: 10 1) Orang tua sering mengulangi perintah, menciptakan gangguan bagi baik dokter gigi dan anak pasien. 2) Orang tua biasanay mencegat perintah, menjadi penghalang untuk pengembangan hubungan antara dokter gigi dan anak. 3) Dokter gigi tidak dapat menggunakan intonasi suara di hadapan orangtua karena dia akan tersinggung. 4) Anak membagi perhatian antara orang tua dan dokter gigi. 5) Dokter gigi membagi perhatian antara orang tua dan anak. 6) Dokter gigi mungkin lebih santai dan nyaman ketika orangtua tetap di ruang penerimaan. 15 D. Sikap Orang Tua kepada Dokter Gigi Sikap positif orang tua terhadap perawatan gigi akan memberikan kemajuan sikap pada anak mereka. Sehingga kecemasan orang tua seminimal mungkin tidak diketahui oleh anaknya.5,11 2.2.3 FAKTOR YANG MELIBATKAN DOKTER GIGI Sebagai seorang dokter gigi haruslah dapat menyesuaikan diri dengan sikap orang tua dan anak sehingga tercipta hubungan yang dekat antar ke tiga individu.5,11 A. Penampilan dari Klinik Dokter Gigi Rasa takut anak sewaktu memasuki ruang praktek maka untuk mengurangi rasa takut ini adalah dengan membuat suasana ruang tunggu seperti suasana rumah. Buat ruang tunggunya menyenangkan dan hangat. Tidak diragukan lagi bahwa peralatan dan dekorasi kamar menghasilkan keuntungan psikologis pada anak tersebut dalam sejumlah besar kasus. Kamar praktek dapat dibuat lebih menarik dengan menggantungkan gambar-gambar 16 Gambar 1. Penampilan ruangan perawatan klinik gigi anak Sumber : http://media.tumblr.com/tumblr_m0eeq4Dzns1r6xq. Avaible 9 Januari 2013 Gambar 2 Penampilan Ruang Pendaftaran Klinik Gigi Anak Sumber : Koleksi Pribadi 17 Gambar 3 Ruangan Perawatan Klinik Anak Sumber : Koleksi Pribadi B. Sikap dari dokter gigi Perilaku dokter gigi terhadap pasien anak sangat berpengaruh terhadap perawatan yang akan dilakukan, dengan perilaku positif yang diberika kepada anak tentu memberikan respon positif terhadap perilaku anak 12 C. Waktu dan lamanya kunjungan Waktu dan lamanya kunjungan harus diperhatikan oleh karena dapat mempengaruhi tingkah laku anak, diusahakan untuk tidak membuat anak di kursi gigi lebih lama dari setengah jam, oleh karena dapat menyebabkan anak bosan dan menangis. Waktu kunjungan, misalnya pada anak-anak pra sekolah tidak boleh diberikan waktu kunjungan pada waktu waktu tidurnya karena anak-anak yang dibawa waktu ini biasanya mengantuk, lekas marah dan susah diatur.11 18 D. Kecepatan dan kemampuan dokter gigi Seorang dokter gigi harus mampu melaksanakan tugasnya dengan cekatan, terampil dan sedikit mungkin menimbulkan rasa sakit. Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak, tenaga asisten akan sangat berarti, terutama pada waktu menolong mengontrol anak dan melakukan tindakan operatif. Cara yang sederhana dan mudah umumnya merupakan cara yang cepat dilakukan. Teknik operatif harus dikerjakan dengan lancar. Penyusunan alat dan tindakan mencaricari alat pada waktu tindakan operatif tidak akan dimulai, tidaklah perlu. Dokter gigi yang tidak efisien ini akan terlihat kehilangan keyakinannya terhadap pasien. Bekerjalah hati-hati dan jangan sekali-kali membuang-buang waktu.11,12 E. Mengunakan kata-kata halus, pujian dan penghargaan Untuk menghargai si anak penambah semangat, dapat diberi pujian atau hadiah sederhana. Ada banyak macam-macam hadiah yang dapat diberikan pada pasien yang bertingkah laku baik. Salah satu hadiah terpenting yang diinginkan oleh anak adalah pendekatan oleh dokter giginya. Pada waktu menghargai si anak, berikan pujian terhadap tingkah lakunya, misalnya dengan mengatakan si anak yang 19 baik dan sekaligus mengatakan bahwa ia bersikap sangat baik hari ini. Hadiah merupakan pemberian yang baik. 11,12 2.3 MANAJEMEN PERILAKU ANAK 1. Desensitisasi Desentisation secara tradisional digunakan untuk anak yang gelisah pada perawatan gigi, prinsip ini dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh dokter gigi anak dengansemua pasien, untuk meminimalkan kemungkinan bahwa pasien mungkin menimbulkan kecemasan. Kecemasan anak ditangani dengan memberikan serangkaian pengalaman perawatan anak. 6,13 a. Tujuan Untuk membantu anak mengatasi kecemasan pada perawatan gigi Untuk memberikan serangkaian pengalaman mengatasi kecemasan anak pada perawatan gigi. b. Indikasi : Bisa digunakan dengan semua pasien anak. 6 2. Tell-Show-Do Addelston pertama sekali mencoba cara T.S.D. untuk merawat gigi anak dan cara ini sangat sederhana dan cukup efektif. Cara ini baik untuk anak yang takut. 6,13 Tell : Anak diberitahu apa yang akan dilakukan pada dirinya dengan 20 bahasa yang dapat dimengerti oleh anak. Show : Menunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya tanpa menimbulkan rasa takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan model gigi, menunjukkan alat yang akan dipergunakan misalnya bur dan kalau perlu dipegang pasien. Do : Melakukan tindakan pada anak sesuai dengan yang dikatakan dan ditunjukkan pada anak. Pada waktu melakukan TSD harus sesuai dengan yang diceritakan atau ditunjukkan, jadi jangan sampai anak merasa dibohongi. Pendekatan dengan cara TSD dapat dilakukan bersama-sama dengan cara modeling. Cara pendekatan dengan TSD dapat diterapkan untuk semua jenis perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan. 11,13 a. Tujuan Untuk memungkinkan anak untuk mempelajari dan memahami prosedur perawatan gigi dengan cara yang meminimalkan kecemasan. Digunakan dengan imbalan, secara bertahap membentuk perilaku anak terhadap penerimaan prosedur invasif lebih. b. Indikasi : Bisa digunakan dengan semua pasien. Dapat digunakan untuk berurusan dengan yang sudah ada kecemasan dan ketakutan, atau dengan pasienmenghadapi kedokteran gigi untuk pertama kalinya.6 21 3. Modelling Menurut teori belajar sosial Bandura dan Walters dikutip oleh Roberts,et al 6 sebagian besar dari perkembangan anak dan pembelajaran didasarkan pada pengamatan dan peniruan berbagai macam kondisi dan imembentuk dasar dari manajemen teknik modelling . Menurut Adelson dan Goldfried dikutip oleh Roberts,et al 6. Hal ini sangat efektif bila pengamat memperhatian sikap dari model. Idealnya, untuk pasien cemas, model ini awalnya tampak cemas tapi kemudian melanjutkan untuk mengembangkan perilaku yang lebih baik dan kemudian dihargai untuk perilaku tersebut. Untuk non-cemas anak model tidak perlu digunakan pertanyaan tentang situasi menunjukkan kecemasan awal. Misalnya dapat dilihat untuk mengajukan pertanyaan tentang situasi baru, pengamat kemudian merasa lebih mudah beradaptasi. Pembelajaran tidak langsung, yaitu belajar dari orang lain yang mungkin menjadi orang tua, guru, teman sebaya, saudara atau media. Modelling dapat merugikan ketika anak-anak mengunjungi dokter gigi untuk pertama kalinya dengan harapan negatif berdasarkan pada kesalahan informasi yang diperoleh dari saudara atau teman sebaya anak tersebut, jika tidak kooperatif atau cemas, mungkin lebih baik dirawat di ruangan tersendiri, bukan di klinik terbuka yang perilakunya dapat mendengar dan kemudian dimodelkan dengan pasien lain. Atas dasar tersebut, orangtua yang sangat pencemas mungkin dapat diminta untuk tetap berada di luar ruang perawatan, atau menjadi pengamat yang benar-benar pasif. Hal ini juga menyiratkan bahwa dokter gigi harus tetap 22 menjadi model ketenangan dan kepercayaan diri, agar tidak disulitkan oleh perilaku kooperatif anak. 6,13 a. Tujuan Untuk mengurangi kecemasan pada anak dengan pengalaman sebelumnya. Untuk memperkenalkan anak pada perawatan gigi dan mulut b. Indikasi : Pengenalan anak untuk prosedur baru dengan pengurangan kecemasan. 4. Reinforcement Reinforcement didefenisikan sebagai motivasi atau hal yang memperkuat pola tingkah laku, sehingga memungkinkan tingkah laku tersebut menjadi panutan dikemudian hari. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telah ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberanian anak dan dipertahankan untuk perawatan dikemudian hari. Reinforcement mempunyai keuntungan karena dokter gigi secara langsung dapat mengontrol pemberian hadiah yang akan diberikan dipraktek untuk meningkatkan frekwensi tingkah laku yang diinginkan. Ada dua tipe reinforcement yang dijumpai sebagai penuntun tingkah laku anak yaitu : 1. Reinforcement positif. 23 Reinforcement dapat diberikan setelah anak menunjukkan tingkah laku yang positif dalam perawatan gigi misalnya : a. Ungkapan kata yang menyatakan bahwa pasien berperilaku manis hari ini waktu dirawat (setiap akhir dari perawatan) b. Untuk hadiah yang lain diberikan pada akhir perawatan sebagai tanda senang atas tingkah laku yang baik misalnya dengan memberikan notes, gambar tempel dll tetapi tidak boleh terlalu sering diberikan hadiah (Akhir dari perawatan) 2. Reinforcement negatif. Reinforcement diberikan hanya jika anak menunjukkan tingkah laku yang positif. Dokter gigi menguatkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan menunda perawatan gigi anak karena tingkah lakunya tidak kooperatif sampai anak mempunyai keinginan dirawat. Walaupun anak tidak menunjukkan sikap yang baik tetapi anak menerima hadiah dari dokter gigi dengan harapan meningkatkan hubungan yang positif pada waktu berkunjung berikutnya. Sebaliknya anak merasa dapat bebas dengan taktik tersebut dan cenderung mengulanginya pada kunjungan berikutnya. Dengan reinforcement negatif berarti dokter gigi menguatkan tingkah laku yang tidak diinginkan.11,13 a. Tujuan Untuk memperkuat perilaku yang diinginkan. b. Indikasi : Dapat digunakan dengan semua pasien 6 24 5. Voice Control Perubahan dalam nada dan suara telah lama digunakan dalam kedokteran gigi anak. Brauer yang dikutip oleh Robert6 itu berpendapat bahwa suara yang tajam keras, kejutan komentar dari "Buka Mulut Anda dan Berhenti Menangis" sering akan efektif. Menurut Pinkham yang dikutip oleh Robert6 Ia telah mengemukakan bahwa selain perubahan suara kualitas, ekspresi wajah terkait mungkin penting dalam mempengaruhi perubahan perilaku. Chambers dikutip oleh Robert 6 menyarankan bahwa itu adalah bagaimana sesuatu dikatakan bukan apa yang dikatakan yang penting itu akan sama efektifnya. Greenbaum et al dikutip oleh Robert 6 menggambarkan suara kontrol sebagai prosedur hukuman terapi dan menemukan bahwa ketika digunakan bergantung pada perilaku mengganggu anak dapat ditekan dengan sangat efektif dalam waktu dua detik dan efeknya berlangsung selama dua menit periode observasi. Kontrol suara dengan cepat dapat membangun kembali hubungan antara dokter gigi dan anak dengan yang diinginkan bimbingan-kerjasama, jika perilaku mengganggu adalah mengubah hubungan itu. Meskipun teknik ini biasanya digambarkan dalam hal hukuman, dengan maksud memperlemah atau menghilangkan perilaku, seharusnya diakui bahwa modulasi nada bisa sama-sama efektif dalam mendorong perilaku tertentu 6,13 a. Tujuan Untuk mengontrol perilaku mengganggu. 25 Untuk mendapatkan perhatian anak. b. Indikasi : Dapat digunakan dengan semua pasien 26