Artikel Penelitianl Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein Hemaglutinin Virus Campak Liar dan Virus Vaksin di Indonesia Made Setiawan,* Agus Sjahrurachman,** Fera Ibrahim,** Agus Suwandono*** *Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, **Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ***Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Abstrak: Protein H virus campak sangat penting agar virus dapat menginfeksi sel pejamu. Beberapa situs pada protein H yang dianggap penting dalam proses infeksi sel dan respons imun adalah situs glikosilasi dan situs reseptor. Bila ada kelainan sekuens asam amino situs penting pada protein H, maka proses infeksi pada sel pejamu dan respons imun akan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sekuens asam amino situs penting pada protein H antara virus campak liar (G2, G3, dan D9) dan virus vaksin CAM-70, Schwarz dan Edmonston. Ekstraksi dan amplifikasi gen dilakukan di laboratorium menggunakan teknologi biologi molekuler, dan analisis gen dan protein dilakukan menggunakan teknologi bioinformatika. Dari hasil analisis ternyata ditemukan perbedaan sekuens situs glikosilasi pada potein H virus campak liar genotype G3 dengan virus campak liar yang lain dan virus vaksin. Perbedaan situs kontak CD46 yang terbesar ditemukan antara virus campak liar (G2, G3, dan D9) dan CAM-70 dibandingkan dengan Schwarz dan Edmonston-wt. Tidak ditemukan adanya perbedaan sekuens asam amino pada situs kontak dengan CD150. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa virus campak liar Indonesia mempunyai perbedaan sekuen asam maino pada situs glikosilasi dan situs kontak CD46 antar virus campak liar dengan virus vaksin CAM-70. Kata kunci: virus campak, protein Hemaglutinin, situs glikosolasi, situs reseptor. * Penelitian ini merupakan bagian dari Disertasi Doktor yang dipertahankan di depan Senat FKUI pada tanggal, 20 Agustus 2005 yang berjudul Analisis Genetik dan Antigenik Beberapa Virus Campak Liar dan Virus Campak di Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009 39 Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein Hemaglutinin Virus Campak Liar dan Virus Vaksin The Differences of Amino Acid Sequence in Hemaglutinin Protein Between The Wild-Type Measles Virus and The Vaccine Virus in Indonesia Made Setiawan,* Agus Sjahrurachman,** Fera Ibrahim,** Agus Suwandono*** *Infection Diseases of Hospital Sulianti Saroso **Department of Microbiology Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta ***National Istitute of Health Reseach and Development, Ministry of Health RI, Jakarta Abstract: The H-protein of the measles virus is an important part of the virus to infect the host. The glycosilation and receptor sites of H-protein are considered to be essential in the process of infecting the cells and immune receptor. If there is a defect in important-site amino acid of the Hprotein, the infection process in the host cells and the immune respons will be disturbed. The aimed of this research is to know the differences of important-site amino acid sequence of H-protein between the wild-type measles virus (G2, G3, and D9), the CAM-70 vaccine virus, the Schwarz vaccine virus, and the Edmonston-wt virus. The extraction and amplification of the gene were conducted in the laboratory using biomolecular technology. The gene and protein analysis were conducted using the bioinformatic technology. We found glycosilation site differences between the H-protein of the G3 genotype wild measles virus with other wild measles virus and the vaccine virus. The biggest CD46-contact site differences are found between the wild measles virus (G2, G3, and D9) and CAM-70, compared to Schwarz and Edmonston-wt. We do not find the amino acid sequence differences in the CD 150 contact site. We conclude that the Indonesian wild measles virus has an amino acid sequence difference at the glycosilation and CD 46 contact site, between the wild measles virus and the CAM-70. Keywords. Measles virus, hemaglutinin protein, glycosilation site, receptor site. Pendahuluan Infeksi akut yang disebabkan oleh virus campak dimulai pada traktus respiratorius bagian atas, dan selanjutnya menyebar ke seluruh organ dan jaringan, sehingga mengakibatkan munculnya berbagai gejala klinis pada penderita. Virus campak dapat menginfeksi sel sistem imun seperti limfosit dan makrofag, dan dapat menekan sistem imun yang bersifat sementara.1,2 Virus campak adalah virus RNA untai tunggal negatif yang mengkode 6 jenis protein utama; di antaranya 2 buah glikoprotein transmembran yaitu protein fusion (F) dan protein hemaglutinin (H).3 Agar virus dapat menginfeksi sel maka diperlukan kerja sama antara protein transmembran yaitu protein F dan protein H. Protein F bertanggung jawab untuk melakukan fusi antara dinding virus dengan membran sel pejamu, dan untuk penetrasi virus, sedangkan protein H berfungsi untuk perlekatan virus, serta berinteraksi dengan reseptor yang ada pada permukaan sel pejamu.4,5 Sistem imun pejamu yang terinfeksi virus campak memberi respons terhadap protein H. Antibodi terhadap protein H dapat diukur dengan tes netralisasi kemampuan infeksi 40 virus dalam kultur jaringan. Antibodi netralisasi memegang peranan penting dalam proses pencegahan penyakit.6 Sistem imun seluler juga memberi respons terhadap protein H.7 Terdapat situs-situs penting yang berperan dalam proses infeksi sel dan respons imun di antaranya situs glikosilasi dan situs kontak dengan reseptor sel pejamu.8-12 Adanya perbedaan sekuens ini mengakibatkan timbulnya perbedaan kemampuan untuk menginfeksi sel dan variasi respon imun.13 Sampai saat ini di Indonesia dikenal 3 genotip virus campak liar yaitu, G2, G3, dan D9. Jenis vaksin campak yang banyak digunakan adalah vaksin campak CAM-70 dan Schwarz. Virus vaksin campak CAM-70 yang asli berasal dari virus campak galur Tanabe dari Jepang, sedangkan virus vaksin Schwarz berasal dari virus campak galur Edmonston yang diisolasi pada tahun 1954. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa, sekuens nukleotida gen dari kedua vaksin tersebut berbeda.14 Semua virus campak liar akhirakhir ini sudah mengalami penyimpangan genetik secara relatif bermakna terhadap virus vaksin maupun terhadap virus yang diisolasi pada tahun 1950 maupun 1960.15,16 Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan sekuens asam amino situs glikosilasi dan situs reseptor pada protein Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009 Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein Hemaglutinin Virus Campak Liar dan Virus Vaksin H antara virus campak liar dan virus vaksin yang ada di Indonesia. Metode Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium untuk menganalisis gen dan protein virus campak liar dan virus vaksin campak menggunakan teknologi biologi molekuler dan bioinformatika. Isolat virus campak liar G2, G3, dan D9 diperoleh dari Litbangkes RI, yang sebagian dari masingmasing isolat sudah dikirim ke ICDC (Atlanta-USA) dan genotip isolat virus tersebut sudah ditentukan. Genotip ketiga isolat virus campak liar tersebut ditentukan ulang di Indonesia.17 Ekstraksi RNA virus dilakukan dengan menggunakan QIAamp® Viral RNA Mini Kit dari QIAGEN (Catalog no.5204) dilakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh perusahaan. Reaksi Reverse Transcriptase (transkripsi terbalik) dilakukan menggunakan kit SuperScriptTMIIIReverse Transcriptase (Invitrogen) dengan cara sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahaan. cDNA yang diperoleh sudah dapat digunakan sebagai template untuk amplifikasi PCR. Primer yang digunakan, adalah primer yang dibuat berdasarkan analisis sekuens referensi galur Edmonston-wt, substrain AIK-C (AB046218) NCBI18 menggunakan program computer software Primer-3. cDNA yang diperoleh dari reaksi Reverse Transcriptase diperbanyak dengan metode PCR menggunakan Platinum Taq DNA Polymerase (Invitrogen). Produk PCR dideteksi menggunakan elektroforesis gel berdasarkan berat molekul atau panjang rantai nukleotida.19 Produk DNA dimurnikan dengan menggunakan kit QIAquick Gel Extraction Purification (QIAGEN Cat. No.28704). Cara yang dilakukan sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahan. Untuk melakukan cloning hasil PCR, maka digunakan TOPO TA Cloning kit buatan Invitrogen (Cat. No.K450001). Cara melakukan reaksi sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahan. Ekstraksi plasmid dilakukan sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahan QIAGEN dengan menggunakan kit QIAprep® Spin Miniprep (Cat. No. 27104). Filtrat dalam tabung mikrosentrifugasi yang diperoleh diberi label dan disimpan untuk sequencing. Tabel 1. Primer Digunakan untuk PCR dan Sekuensing Nama Primer Primer H 1 2 Primer H 3 4 Primer H 5 6 Urutan nukleotida CAT CAA gCC CAC CTg AAA TTA TC gAC ATg TTT gAg AAT TgA CCT CTg CAT Tgg TgA ACT CAA CTC TAC Tgg gAg TgC TTg Gat TTT ACC CTT ACA gAT CCA gTg ATA gAC Agg CTT TAC CTA YCT GCG ATT GGT TCC ATC Posisi 7183-7205 7852-7875 7764-7787 8425-8449 8297-8321 9104-9124 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009 Sequencing dilakukan dengan Direct Sequencing dari hasil PCR gen H. DNA disekuens dengan menggunakan automatic sequencer berdasarkan metode Sanger (dideoxy termination method). Reaksi ini dilakukan pada mesin automatic ABI PRISMÒ Big Dye Terminator Cycle Sequencing Ready Reaction Kit. Primer yang dipakai untuk mensekuens adalah sama dengan primer pada tabel 1. Gen F H1 Gen H > H3 < Gen L > H4 > H2 < H5 < H6 Gambar 1. Strategi Mensekuens Gen H dengan Primer Arah Berlawanan yang Tumpang Tindih. Data mentah hasil pembacaan sekuens oleh komputer diperiksa ulang dengan melihat gambar elektroferogram dan membandingkannya dengan data sekuens yang telah ada (Edmonston-wt, CAM-70, Schwarz). Fragmen sekuens, yang telah diperiksa dan diperbaiki, disambung satu sama lain, sehingga menjadi sekuens masing-masing gen H. Hal ini dilakukan dengan bantuan piranti lunak Genetyx dan Bioedit. Setelah menjadi urutan sekuens gen yang lengkap, nukleotida dari masing-masing gen dibandingkan satu sama lain menggunakan piranti lunak Genetyx, Clustal W, dan Bioedit. Software Bioedit dan Clustal W diambil dari internet: http://www.mbio.nesu.edu/Bioedit/bioedit.html. Sekuens asam amino diperoleh dengan mendeduksi sekuens nukleotida hasil sequencing virus campak liar dan virus vaksin CAM70. Hasil Situs Glikosilasi Glikosilasi sangat penting untuk membentuk pelipatan yang benar, untuk antigenisitas, dimerisasi, dan pengeluaran H dari Golgi. Menurut Alkhatib et al,20 dan Alkhatib et al,21 protein H mempunyai 5 situs glikosilasi. Situs-situs tersebut terletak pada asam amino 168-169-170 (Asn-Ser-Thr), 187188-189 (Asn-Cys-Ser), 200-201-202 (Asn-Met-Ser), 215-216217 (Asn-Val-Ser), dan 238-239-240 (Asn-Lec-Ser). Semuanya terletak antara residu asam amino 168-240. Residu asam amino yang sangat penting untuk oligomerisasi dan pelipatan adalah residu sistein pada posisi 287, 300, 381, 394, 494, 579, dan 583, yang juga sangat penting dalam pengikatan disulfida,22 dan sistein pada loop domain asam amino 381-394.23 Dari hasil analisis penjajaran terlihat bahwa, situs glikosilasi 168-169-170 adalah N-S-T (asparagin-serintreonin), 187-188-189 N-C-S (asparagin-sistein-serin), 200- 41 Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein Hemaglutinin Virus Campak Liar dan Virus Vaksin 201-202 N-M-S (asparagin-metionin-serin), 215-216-217 NV-S (asparagin-valin-serin), dan 238-239-240 N-L-S (asparagin-leusin-serin). Pada analisis situs glikosilasi ditemukan perbedaan situs glikosilasi 238-239-240 N-L-S pada genotip G2, D9, CAM-70, Schwarz, dan Edmonston, sedangkan genotip G3 D-L-S (asam aspartat-leusin-serin). Hal ini mengakibatkan hilangnya satu situs glikosilasi pada genotip G3 yaitu situs glikosilasi 238-239-240. G2, dan G3, sedangkan genotip D9, CAM-70, Schwarz dan Edmonston-wt adalah F (fenilalanin); asam amino 481 G (glisin) pada virus vaksin CAM-70, sedangkan genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston adalah E (asam glutamat); asam amino 489 G (glisin) pada virus vaksin CAM-70, sedangkan genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston-wt adalah D (asam aspartat); asam amino 495 G (glisin) pada virus Edmonston-wt, sedangkan genotip G2, G3, D9, CAM- Gambar 2. Situs Glikosilasi Pada Protein H (bayang hitam). Situs Kontak CD46 CD46 adalah reseptor virus campak yang terdapat pada permukaan sel sasaran. Daerah residu asam amino pada protein H yang mengadakan kontak dengan CD46, adalah antara residu asam amino 451-617.9 Di samping itu, residu asam amino 532-550 juga sangat penting untuk mengadakan ikatan dengan CD46,11 tetapi memerlukan dua mutasi pada daerah tersebut sehingga kontak betul-betul tidak terjadi. Setelah dilakukan penjajaran asam amino pada situssitus tersebut, ditemukan perbedaan asam amino 450 M (metionin) pada genotip D9, sedangkan genotip G2, G3, CAM-70, Schwarz dan Edmonston-wt adalah F (fenilalanin); asam amino 454 N (asparagin) pada virus vaksin CAM-70, sedangkan genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston adalah T (treonin); asam amino 476 L (leusin) pada genotip 70 dan Schwarz adalah S (serin); asam amino 505 K (lisin) pada genotip D9, sedangkan genotip G2, G3, CAM-70, Schwarz dan Edmonston-wt adalah Q (glutamin); asam amino 546 E (asam glutamat) pada virus vaksin CAM-70, sedangkan genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston adalah G (glisin); asam amino 591 E (asam glutamat) pada CAM-70, sedangkan genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston-wt adalah G (glisin); asam amino 603 E (asam glutamat) pada virus vaksin CAM-70, sedangkan genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston-wt adalah G (glisin); asam amino 609 N (asparagin) pada genotip G2, sedangkan genotip G3, D9, CAM-70, Schwarz dan Edmonston-wt adalah T (treonin); dan asam amino 616 S (serin) pada virus vaksin CAM-70, sedangkan genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Ed-monston-wt adalah R (arginin). Lihat tabel 2 dan Gambar 3) Tabel 2. Perbedaan Asam Amino pada Situs Kontak CD46 Jenis isolat virus Edm. Sch Cam-70 G2 G3 D9 Keterangan: 42 Nomer posisi asam amino 450 454 476 481 489 495 F F F F F M T T N T T T F F F L L F E E G E E E D D G D D D G S S S S S 505 546 591 Q Q Q Q Q K G G E G G G G G E G G G 603 609 616 E E E N N N T T T N T T R R S R R R D=as. Aspartat; E=as. Glutamat; F=fenilalanin; G=glisin; K=lisin; L=leusin; M=metionin; N=asparagin; Q=glutamin; R=arginin; S=serin. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009 Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein Hemaglutinin Virus Campak Liar dan Virus Vaksin Gambar 3. Situs Kontak CD46 pada Protein H (bayang abu-abu, baying hitam tumpang tindih) (451-617, 532-550) Situs Kontak dengan CD150 Situs kontak dengan CD150 adalah situs untuk mengadakan kontak dengan CD150 yang merupakan reseptor kedua dari virus, yang ditemukan pada sel sasaran. Situs tersebut terletak antara asam amino 429-438.24 Dari hasil analisis ternyata tidak ditemukan adanya perbedaan urutan asam amino. (lihat Gambar 4) Telah dibuktikan bahwa, pada keadaan tertentu glikosilasi protein H dan F virus campak diperlukan agar dapat berekspresi pada permukaan, dan bila situs glikosilasi dihilangkan, dapat mempengaruhi reaktivitasnya terhadap monoklonal antibodi, kemungkinan disebabkan karena adanya perubahan pelipatan.20 Juga telah dibuktikan bahwa, antigenisitas glikoprotein tidak hanya dipengaruhi oleh Gambar 4. Situs Kontak CD150 pada Protein H (bayang hitam) (429-438) Diskusi Situs Glikosilasi Agar virus campak dapat masuk ke dalam sel diperlukan kerja sama dari kedua glikoprotein permukaan virus, yaitu protein H untuk menempelkan partikel virus dengan reseptor pada permukaan sel, dan protein F menginduksi terjadinya fusi antara selubung virus dengan membran sitoplasma sel. Glikoprotein juga merupakan sasaran utama dari imunitas humoral protektif terhadap virus campak.8 Pada glikoprotein H terdapat 5 situs glikosilasi yang terikat N (N-linked glycosylation), sedangkan pada glikoprotein F terdapat 3 situs glikosilasi yang terikat N. Glikosilasi berfungsi untuk pembentukan syncytium antar sel dan meningkatkan antigenisitas protein H dan F.10 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009 adanya glikosilasi, tetapi juga dipengaruhi oleh proses pengolahan oligosakarida. Menurut Alkhatib dan Briedis,21 protein H virus campak mempunyai 5 situs glikosilasi yang terikat N (N-linked glycosylation), yaitu pada asam amino 168-170, 187-189, 200202, 215-217, dan 238-240. Pada penelitian ini ternyata ditemukan adanya perbedaan situs glikosilasi 238-239-240 yaitu D-L-S (Asam aspartat-Leusin-Serin) pada virus genotip G3, yang seharusnya N-L-S (Asparagin-Leusin-Serin). Hal ini juga dapat mengakibatkan sifat antigenisitas virus campak genotip G3 menjadi berkurang. Bartz et al,9 dan Hu et al,12 juga menemukan tidak adanya situs glikosilasi pada situs asam amino serin 189, sehingga pergerakan protein H tersebut pada elektroforesis menjadi lebih cepat dibandingkan pro- 43 Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein Hemaglutinin Virus Campak Liar dan Virus Vaksin tein H dengan situs glikosilasi yang normal. Truong et al.,25 juga menemukan hilangnya situs glikosilasi protein pada posisi asam amino 238-239-240 dari virus campak genotip B3. Akan tetapi, beberapa virus campak liar dilaporkan ada yang mempunyai tambahan situs glikosilasi yang terikat N pada posisi asam amino 416. Apakah situs glikosilasi tambahan ini berfungsi secara in vivo, masih belum jelas. Yang pasti adalah, apabila dielektroforesis maka protein H ini akan bergerak lebih lambat.26 Pada penelitian ini ternyata situs glikosilasi protein H virus campak genotip G3 pada posisi 238-239-240 adalah DL-S yang seharusnya N-L-S. Dengan demikian, protein H genotip G3 kehilangan situs glikosilasi pada posisi tersebut. Bila protein H virus campak G3 ini dielektroforesis, maka akan lari sedikit lebih cepat dibandingkan dengan protein H virus campak genotip G2, D9, CAM-70 dan Schwarz. Dengan demikian maka sifat antigenisitas protein H virus G3 berbeda dengan protein H virus campak genotip G2, D9, CAM-70 dan Schwarz. Situs Penempel CD46 Akhir-akhir ini diketahui bahwa, reseptor virus campak yang penting pada sel yang diinfeksi adalah CD46. Infeksi virus campak pada sel sasaran dapat menyebabkan downregulation CD46 dari permukaan sel. Dengan adanya reseptor ini maka sel menjadi rentan terhadap lisis yang disebabkan oleh komplemen, sehingga virus campak yang menginfeksi sel cepat dihancurkan. Kemampuan kerja reseptor tergantung pada protein H dari berbagai galur virus campak. Semua galur virus vaksin campak (grup I) dan beberapa galur virus campak liar (grup II) dapat merangsang terjadinya down-regulation CD46, sedangkan yang lain tidak (grup III). Telah dibuktikan bahwa bagian terminal karboksi protein H virus campak yaitu asam amino 451-617 terlibat dalam interaksi langsung dengan CD46. Akan tetapi, asam amino yang lain yang membentuk struktur tiga dimensi protein H virus campak juga ikut berperan.9 Bartz et al,9 juga mengatakan bahwa, asam amino yang penting untuk mengadakan kontak dengan CD46 adalah asam amino 211, 243, 451, dan 481 dan 546. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan dari masing-masing galur virus untuk menginfeksi sel Vero dan sel B95-8, maka dalam penelitian ini dilakukan analisis asam amino dari masingmasing protein H virus campak liar (G2, G3 dan D9) dan virus vaksin (CAM-70 dan Schwarz). Dari hasil analisis ditemukan dua lokasi perbedaan sekuens asam amino peptida yang ditentukan oleh Bartz et al.,9 dan Li et al.27 Asam amino yang berbeda pada ke dua lokasi ternyata asam amino yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Hal ini, mengakibatkan virus vaksin CAM-70 dapat menginfeksi sel Vero dan tidak dapat menginfeksi sel B95-8, sedangkan virus genotip G2, G3, dan D9 dapat menginfeksi sel B95-8, tetapi tidak dapat menginfeksi sel Vero. Menurut Tatsuo et al,28 asam amino 481 protein H sangat menentukan tropisme terhadap sel Vero atau sel B95-8. Dari hasil analisis sekuens pada penelitian ini 44 ternyata virus campak liar G2, G3 dan D9 menggunakan N (asparagin) pada residu 481, sedangkan virus vaksin CAM70 adalah Y (tirosin). Asparagin dan tirosin, ke duanya termasuk dalam kelompok asam amino hidrofilik yang tidak mengandung ion. Walaupun demikian pertukaran kedua asam amino kemungkinan dapat merubah sifat-sifat protein tersebut. Arg 243 adalah penting untuk down-regulation CD46. Arg 253 adalah homolog dan mempunyai hubungan fungsi dengan Arg-152 situs aktif neuraminidase hemaglutinin virus influenza.29 Dari hasil penelitian ini, ternyata asam amino 243 ditemukan R (arginin) pada virus genotip G2, G3, CAM70 dan Schwarz, sedangkan pada virus genotip D9 diganti G (glisin). Ke dua asam amino ini mempunyai sifat yang berbeda. Analisis penjajaran asam amino juga ditemukan perbedaan susunan asam amino pada 489-499 yaitu posisi asam amino 489 adalah G (glisin) pada CAM-70 diganti E (glutamat) pada virus genotype G2, G3, D9 dan Schwarz. Ke dua asam amino ini mempunyai sifat yang berbeda. Perbedaan sekuens asam amino pada situs reseptor CD46 mungkin merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan kemampuan untuk menginfeksi tipe sel. Kesimpulan Dari hasil analisis sekuens nukleotida gen dan asam amino protein H dapat disimpulkan bahwa ternyata ditemukan perbedaan sekuens situs glikosilasi pada protein H virus campak liar genotype G3 dengan virus campak liar yang lain dan virus vaksin. Perbedaan situs kontak CD46 yang terbesar ditemukan antara virus campak liar (G2, G3, dan D9) dan CAM-70 dibandingkan dengan Schwarz dan Edmonston-wt. Pada sekuens asam amino situs kontak dengan CD150 tidak ditemukan adanya perbedaan. Ucapan Terima Kasih Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr I Nyoman Kandun MPH Dirgen P2M PLP DEPKES yang telah membiayai penelitian ini. Demikian juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Harun, Joko, dan Bambang di Litbang Kes Dep Kes, serta Diah Iskandriati, Joko Pamungkas, Uus Saefullah, dan Silmi di PSSP IPB Bogor yang semuanya telah membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. Nelson JD, Sandusky G, Peck FB. Measles skin test and serologic respons to intradermal measles antigen. JAMA.1966;198:1856. Fulginiti VA, Arthur JH. Altered reactivity to measles virus. J Pediatr.1969;75:609-16. Parks CL, Lerch RA, Walpita P, Wang HP, Sidhu MS, and Udem SA. Comparison of predicted amino acid sequences of measles virus strains in the Edmonston vaccine lineage. J Virol. 2001;75:910-20. Tyrell DIJ, Norrby F. Structural polypeptides of measles virus. J Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009 Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein Hemaglutinin Virus Campak Liar dan Virus Vaksin 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Gen Virol. 1978;39:219-29. Rima BK. The proteins of morbilli viruses. J Gen Virol. 1983; 64:1205-19. Griffin DE, Ward BJ, Esolen LM. Pathogesis of measles virus infection: An hypothesis for altered immune responses. J Infec Dis. 1994;170 (Suppl 1):S24-31. Rose JW, Bellini WJ, McFarlin DE, McFarland HF. Human celluler immune response to measles virus polypeptides. J Virol. 1984;49:988-91. Norrby E, Enders-Ruckle G, ter Meulen V. Differnces in the appearance of antibodies to structural component of measles virus after immunization with inactivated and live virus. J Infect Dis. 1975;132:262-9. Bartz R, Brinckmann L, Dunster LM, Rima D, ter Meulen V, Schaulies J. Mapping amino acids of the measles virus hemagglutinin responsible for reseptor (CD46) downregolation. Virology. 1996;334-7. Bolt G, Pedersen IR, Blixenkrone-Moller M. Processing of Nlinked oligosaccharides on the measles virus glycoproteins: importance for antigenicity and for production of infectious virus particles. Virus Res. 1999;61:43-51. Masse N, Barrett T, Muller CP, Wild TF, Buckland R. Identification of a second major site for CD46 binding in the hemagglutinin protein from a laboratory strain of measles virus (MV): potential comsequences for wild-type MV infection. J Virol. 2002; 76:13034-8. Hu A, Sheshberandaran H, Norbby E, Kovamees J. Molecular characterization of epitope on the measles virus hemagglutinin protein. Virology 1993;192:351-4. Tamin A, Rota PA, Wang Z, Heath JL, Anderson LJ, Bellini WJ. Antigenic analysis of current wild type and vaccine strains of measles virus. J Infect Dis. 1994;170:795-801. Bellini WJ, Rota JS, Rota PA. Virology of measles virus. J Infct Dis. 1994;170 (suppl.1):S15-23. Wong TC, Ayata M, Ueda S, Hirano A. Role of biased hypermutation in evolution of subacute sclerosing panencephlitis virus from progenitor acute measles virus. J Virol. 1991;65:21919. Taylor MJ, Godfrey E, Baczko K, ter meulen V, Wild TF, Rima BK. Identification of several different lineages of measles virus. J Gen Virol. 1991;72:83-8. Litbangkes Depkes RI. Laporan hasil genotype virus campak yang dikirim oleh WHO, 2002. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009 18. Komase K, Suzuki N, Nakayama T, Miki K, Kawanishi R, Fukuda K. Genom sequence of measles virus. NCBI no. accession: AB046218 (2001). 19. Coligan JE, Kruisbeek AM, Margulies DH, Shevach EM, Strober W. Current Protocols in Immunology. Vol. I. National Institut of Health: John Wiley & Sons; (1996).p.8.0.1-8.15.24. 20. Alkhatib G, Shen SH, Briedis D, Richardson C, Roder J. Functional analysis of N-linked glycosylation mutants of the measles virus fusions protein synthesized by recombinant vaccinia virus vectors. J Virol. 1994;68:1522-31. 21. Alkhatib G, Briedis DJ. The Primary structure of the measles virus hemaggutinin. Virology. 1986;150:479-90. 22. Griffin DE. and Bellini WJ. Measles Virus. In: Fields Virology. 3rd ed. Philadelpia-New York: Lippincott-Raven, 1996.p.1267-312. 23. Na BK, Lee JS, Shin GC, Shin JM, Lee JY, Chung JK, et al. Sequence analysis of hemagglutinin and nucleoprotein genes of measles virus isolated in Korea during the 2000 epidemic. Virus Res. 2001;81:143-9. 24. Hu A, Zhang P, Liu X, Qi Y, Zou T, Xu Q. Characterization of a region involved in binding of measles virus H protein and its receptor SLAM (CD150). Biochem Biophs Res. 2004;316:698704. 25. Truong AT, Kreis S, Ammerlaan W, Hartter HK, Adu F, Omilabu SA, et al. Genotype and antigenic characterization of hemaglutinin proteins of African measles virus isolates. Virus Res. 1999;62: 89-95. 26. Rota JS, Hummel KB, Rota PA, Bellini WJ. Genetic variability of the glycoprotein gene of current wild-type measles isolates. Virology. 1992;188:135-42. 27. Li L, QiY. Novel amino acid position in hemagglutinin glycoprotein of measles virus is responsible for hemadsorption and CD46 binding. Arch Virol. 2002;147:775-86. 28. Tatsuo H, Ono N, Tanaka K, Yanagi Y. SLAM (CDw150) is a cellular receptor for measles virus. Nature 2000;406:893-7. 29. Deroo S, El Kasmi KC, Fornier P, Fournier P, Theisen D, Brons NHC, et al. Enhanced antigenicity of a four-contact-residue epitope of the measles virus hemagglutinin protein by phage display libraries: evidence of helical structure in the putative active site. Molecular Immunol. 1998;35:435-43. EV/MS 45