1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak berkebutuhan khusus (ABK) perlu mendapatkan perhatian khusus
baik itu dalam pemerolehan pendidikan maupun penanganan sepanjang fase
hidupnya karena berbagai hambatan yang mereka miliki (Mahabbati, 2009).
Pendapat mengenai anak berkebutuhan khusus lainnya, Yusuf (2009)
menjelaskan bahwa:
“Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,
berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini
mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh sebab itu
mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
belajar masing-masing anak” (hlm.1).
Berdasarkan dengan kedua pendapat di atas, anak berkebutuhan khusus
(ABK) merupakan individu yang mempunyai karakteristik khusus dan
membutuhkan pendidikan khusus untuk setiap anak, baik itu anak tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku,
anak berbakat dan anak dengan gangguan kesehatan, karena kebutuhan belajar
individu ABK satu dengan yang lainnya berbeda. Dikatakan kebutuhan belajar
individu ABK satu dengan yang lainnya berbeda dikarenakan kemampuan mereka
dalam belajar pun juga berbeda. Khususnya pada penelitian ini dengan subjek
ABK tunarungu.
Somantri, (2006:93) menjelaskan bahwa ketunarunguan merupakan keadaan
dimana seseorang mengalami kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
individu tersebut tidak mampu menerima berbagai rangsangan, terutama melalui
indera pendengaran mereka.
Menurut Haenudin, (2013:67) anak tunarungu mengalami hambatan dalam
aspek bicara dan bahasa mereka, dikarenakan adanya hubungan antara bahasa dan
bicara dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan
hasil dari proses peniruan sehingga anak tunarungu sangat terbatas dalam
1
2
pemilihan kosakata, sulit mengartikan arti kiasan dan kata-kata yang bersifat
abstrak.
Keterbatasan atau ketidakmampuan siswa tunarungu dalam pendengarannya
dapat
mempengaruhi
dalam
berbagai
aspek
kehidupannya.
Karena
keterbatasan/ketidakmampuan mendengarnya, maka siswa tunarungu menjadi
kesulitan dalam aspek bahasanya, khususnya mereka terbatas pada kosakata.
Kemampuan berbahasa siswa tunarungu rendah, hal ini bukan dikarenakan
mereka mempunyai tingkat intelegensi yang rendah, tetapi karena pengalaman
yang mereka dapatkan dalam pemerolehan kosakata sangat minim dikarenakan
hambatan yang mereka alami, dan dikarenakan pula adanya hubungan antara
kemampuan bahasa dengan ketajaman pendengaran, sehingga menambah
minimnya kosakata yang mereka miliki.
Hambatan yang dialami siswa tunarungu salah satunya adalah terbatasnya
kosakata mereka karena dampak dari keterbatasan atau ketidakmampuan mereka
dalam pendengaran. Penguasaan kosakata sangat penting untuk semua orang.
Tidak terkecuali siswa tunarungu. Karena dengan penguasaan kosakata,
mempermudah kita dalam berkomunikasi, menyatakan perasaan, pikiran,
pendapat dan pengetahuan. Selain untuk berkomunikasi, penguasaan kosakata
akan mempermudah siswa tunarungu dalam aspek pendidikannya, khususnya
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Siswa tunarungu apabila tidak mengetahui apa saja kosakata dalam
pembelajaran, maka proses belajar mengajar tidak akan efektif dan tujuan
pengajaran tidak akan tercapai, dikarenakan siswa tunarungu tidak memahami
materi apa yang sedang dibahas dalam pembelajaran. Baik itu pelajaran eksak
maupun non-eksak. Khususnya dalam penelitian ini, peneliti telah mengetahui
bahwa siswa tunarungu masih kesulitan dan terbatasnya penguasaan kosakata
mereka dalam kosakata berbasis pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
materi Energi. Dengan materi yang mencakup tentang pengaruh energi dalam
kehidupan sehari-hari, sumber energi, dan cara menghemat energi.
Peneliti memilih kosakata berbasis pelajaran IPA khususnya tentang materi
energi sebagai variabel terikat dalam penelitian ini karena pelajaran IPA dan
3
materi energi dekat keterkaitannya dengan kehidupan siswa sehari-hari dan
berdasarkan fakta lapangan yang peneliti telah ketahui sebelum melaksanakan
penelitian, siswa tunarungu kelas III SDLB SLB B YRTRW Surakarta tahun
ajaran 2015/2016 mempunyai kosakata berbasis pelajaran IPA yang kurang.
Pengenalan kosakata baru khususnya dalam pelajaran IPA akan lebih mudah
dipahami apabila kosakata tersebut sering dialami pada aktivitas keseharian kita,
sehingga peningkatan kosakata pelajaran IPA, akan mudah diingat oleh siswa
tunarungu kelas III SDLB SLB B YRTRW Surakarta.
Selain itu, dalam satu kelas siswa tunarungu memiliki karakteristik,
kemampuan kognitif dan kemampuan mendengar yang berbeda-beda. Perbedaan
karakteristik dan kemampuan siswa dalam satu kelas, juga mempengaruhi siswa
tunarungu
dalam
proses
pemerolehan
kosakata
selama
pembelajaran.
Diketahuinya karakteristik siswa tunarungu dan hambatan yang mereka alami,
maka kebutuhan pemerolehan kosakata siswa tunarungu menjadi hal yang penting
bagi guru. Tetapi fakta lapangan tidak demikian, masih sering guru menggunakan
metode ceramah dalam hal menyampaikan pelajaran dengan cara verbalisme saja
kepada mereka. Kelemahan dalam metode ceramah menurut Arief antara lain
adalah interaksi cenderung bersifat teacher centered, verbalisme, guru lebih aktif,
sedangkan siswa lebih pasif (Nurmalikha, 2010:25). Metode ini memang mudah
diterapkan karena sederhana, dan tidak menggunakan persiapan media tetapi,
apabila ceramah diterapkan dalam peningkatan kosakata siswa tunarungu berbasis
pelajaran IPA, maka peningkatan kosakata pada siswa tunarungu kurang optimal
dan sulit dicapai karena siswa tunarungu yang terlihat terbiasa di sekolah
menerima pelajaran melalui membaca gerak bibir dari ujaran guru, ternyata
mereka tidak menerima materi yang disampaikan guru dengan jelas.
Mengetahui hal ini, maka siswa tunarungu membutuhkan media
pembelajaran yang dapat meningkatkan kosakata mereka berbasis pelajaran IPA
dalam materi energi dengan mengoptimalkan kemampuan visual/daya penglihatan
mereka (mata). Salah satunya adalah menggunakan media word wall untuk
meningkatkan kosakata berbasis pelajaran IPA dengan materi energi untuk siswa
tunarungu kelas III SDLB SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016.
4
(Boerger, 2003) mengatakan: “A word wall is a systematically organized
collection of words displayed in large letters on a wall or other large display
place in the classroom”. Menurut Boerger, word wall merupakan kumpulan katakata yang terorganisir secara sistematis yang ditampilkan dalam ukuran huruf
yang besar pada dinding atau tempat yang luas yang tersedia di dalam kelas.
Media word wall adalah media pembelajaran yang berisi kumpulan kosakata
yang dalam cetak besar, menarik yang ditempatkan pada dinding kelas, papan
tulis, ataupun bidang yang luas lainnya di dalam ruangan kelas. Penggunaan
media word wall tidak semata-mata hanya dilihat dan dipamerkan, tetapi
membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Siswa juga dapat
terlibat dalam pembuatan media word wall. Sehingga, siswa aktif dan menjadi
tertarik akan materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, penggunaan media
word wall tidak terbatas pada kelas permulaan dan kelas dasar saja, tetapi dapat
juga digunakan pada kelas lanjutan dan menengah atas.
Penggunaan media word wall untuk siswa tunarungu dianggap penting
berdasarkan pada keterbatasan akan pendengaran mereka dan kebutuhan mereka
akan segala sesuatu yang mengoptimalkan kemampuan visualnya khususnya
dalam hal ini untuk meningkatkan kosakata berbasis pelajaran IPA. Tujuan
pemanfaatan media word wall dirancang agar siswa dapat membaca dan mengenal
kosakata dalam satu kali lihat (Huebner & Bush dalam Jasmine, 2009:302).
Berdasakan pendapat diatas, penggunaan media word wall akan membantu siswa
tunarungu dalam meningkatkan kosakata, khususnya dalam penelitian ini
meningkatkan kosakata berbasis pelajaran IPA.
Selain itu, aktivitas pembelajaran dengan menggunakan media word wall
tidak hanya sekedar pembuatan word wall, ditempel dan dilihat saja. Tetapi
banyak kegiatan penyerta, seperti permainan-permainan kata, tebak kata gambar,
dan kegiatan yang menyenangkan lainnya sehingga siswa tunarungu kelas III
SDLB SLB B YRTRW Surakarta tertarik dan mudah mengingat akan kosakata
baru yang akan diajarkan dan peningkatan kosakata berbasis pelajaran IPA
menunjukkan hasil yang optimal.
5
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas tentang hambatan yang
dimiliki siswa tunarungu khususnya siswa kelas III tunarungu di SDLB SLB B
YRTRW Surakarta akan keterbatasan kosakata berbasis pelajaran IPA, dan
minimnya penggunaan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru ketika
mengajar/menyampaikan materi pada siswa, maka peneliti merasa perlu dan
pentingnya pengoptimalan penggunaan media yang efektif, salah satunya yaitu
menggunakan media word wall. Sehingga peneliti memilih judul penelitian
tentang “Efektivitas Penggunaan Media Word Wall Untuk Meningkatkan
Kosakata Berbasis Pelajaran IPA Pada Siswa Tunarungu Kelas III SDLB SLB B
YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Penguasaan kosakata berbasis pelajaran IPA pada siswa tunarungu pada
siswa kelas III SDLB SLB B YRTRW Surakarta rendah.
2. Kemampuan pada segi bahasa dan bicara anak tunarungu rendah.
3. Pemanfaatan media pembelajaran di SLB B YRTRW masih kurang.
4. Penggunaan metode ceramah menyebabkan kemampuan kosakata
berbasis pelajaran IPA siswa tunarungu kurang optimal
C.
Pembatasan Masalah
Agar suatu masalah dapat dikaji secara mendalam, maka perlu adanya
pembatasan masalah, hal ini penting agar masalah yang akan dibahas dan dikaji
menjadi jelas, sesuai dan mengarah pada tujuan yang tepat, yaitu:
1. Subjek penelitian terbatas pada siswa tunarungu kelas III SDLB SLB B
YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Media yang digunakan yaitu terbatas pada media word wall.
3. Variabel terikat pada penelitian ini terbatas pada peningkatan kosakata
berbasis pelajaran IPA materi energi, semester II kelas III SDLB SLB B
YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
6
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah yang telah disampaikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
yaitu:
Apakah penggunaan media word wall efektif untuk dapat meningkatkan
kosakata berbasis pelajaran IPA pada siswa tunarungu kelas III SDLB
SLB B YRTRW Surakarta tahun Ajaran 2015/2016?
E.
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media word wall dalam
meningkatkan kosakata berbasis pelajaran IPA pada siswa tunarungu
kelas III SDLB SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Manfaat Teoritis
Bagi Guru
Penelitian penggunaan media word wall untuk meningkatkan kosakata
berbasis pelajaran IPA ini berguna untuk mengetahui peran media word
wall dalam meningkatkan kosakata berbasis pelajaran IPA pada siswa
tunarungu kelas III SDLB SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran
2015/2016.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Menemukan media pembelajaran dalam kaitan kosakata berbasis
pelajaran IPA dengan materi energi.
7
b. Bagi Siswa
Menyesuaikan karakteristik siswa tunarungu dalam kaitan kosakata
berbasis pelajaran IPA
c. Bagi Kepala Sekolah
Memotivasi guru menggunakan media yang bisa mengoptimalkan
kosakata berbasis IPA pada siswa tunarungu dalam kegiatan belajar
mengajar.
Download